84 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Ketersediaan air Waduk Pasuruhan dinyatakan sebagai besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air Waduk Pasuruhan dengan persentase ketersediaan sebesar 80%. Perhitungan ketersediaan air Waduk Pasuruhan dilakukan berdasarkan data debit terukur oleh AWLR Borobudur tahun 2002 sampai 2013, kecuali tahun 2012 karena data tidak ditemukan. Jumlah ketersediaan air Waduk Pasuruhan dalam periode waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. 1 Ketersediaan Air Waduk Pasuruhan Tahun Ketersediaan Air (m 3 /dt) 2002 0,652 2003 0,619 2004 2,665 2005 2,483 2006 2,679 2007 0,453 2008 8,147 2009 12,807 2010 16,342 2011 8,239 2012 tad 2013 18,398 Kebutuhan air Waduk Pasuruhan dinyatakan sebagai kebutuhan air non irigasi dan irigasi dalam pemanfaatan Waduk Pasuruhan. Kebutuhan air non irigasi
31
Embed
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan · diakibatkan karena adanya pengambilan air pada daerah hulu, evaporasi, infiltrasi dan kehilangan – kehilangan lain saat berlangsungnya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
84
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Ketersediaan air Waduk Pasuruhan dinyatakan sebagai besarnya debit yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan air Waduk Pasuruhan dengan persentase
ketersediaan sebesar 80%. Perhitungan ketersediaan air Waduk Pasuruhan
dilakukan berdasarkan data debit terukur oleh AWLR Borobudur tahun 2002
sampai 2013, kecuali tahun 2012 karena data tidak ditemukan. Jumlah ketersediaan
air Waduk Pasuruhan dalam periode waktu penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 6. 1 Ketersediaan Air Waduk Pasuruhan
Tahun Ketersediaan Air
(m3 /dt)
2002 0,652
2003 0,619
2004 2,665
2005 2,483
2006 2,679
2007 0,453
2008 8,147
2009 12,807
2010 16,342
2011 8,239
2012 tad
2013 18,398
Kebutuhan air Waduk Pasuruhan dinyatakan sebagai kebutuhan air non
irigasi dan irigasi dalam pemanfaatan Waduk Pasuruhan. Kebutuhan air non irigasi
85
selanjutnya dibagi menjadi kebutuhan air domestik, yang dihitung berdasarkan
jumlah penduduk dan tingkat pelayanan pemanfaatan Waduk Pasuruhan, dan
kebutuhan air non domestik yang dihitung berdasarkan jumlah sekolah, jumlah
puskesmas, jumlah rumah sakit, dan jumlah rumah ibadah. Jumlah kebutuhan air
total Waduk Pasuruhan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. 2 Kebutuhan Air Waduk Pasuruhan
Tahun
Kebutuhan Air
Irigasi
(m3/dt)
Kebutuhan Air
Non Irigasi
(m3/dt)
Kebutuhan Air
Total
(m3/dt)
2002 1,3000 0,5734 1,8734
2003 1,3000 0,5835 1,8835
2004 1,3000 0,5952 1,8952
2005 1,3000 0,6089 1,9089
2006 1,3000 0,6249 1,9249
2007 1,3000 0,6435 1,9435
2008 1,3000 0,6651 1,9651
2009 1,3000 0,6904 1,9904
2010 1,3000 0,7198 2,0198
2011 1,3000 0,7540 2,0540
2012 1,3000 0,7940 2,0940
2013 1,3000 0,8346 2,1346
Perbedaan jumlah ketersediaan air dan kebutuhan air Waduk Pasuruhan
dapat menggambarkan neraca air waduk dalam periode waktu penelitian.
Berdasarkan perbedaan jumlah ketersediaan air dan kebutuhan air Waduk
Pasuruhan dapat juga diperoleh jumlah kelebihan (surplus air) maupun kekurangan
air (defisit air) pada Waduk Pasuruhan. Perbandingan jumlah ketersediaan air dan
kebutuhan air Waduk Pasuruhan pada periode waktu penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut.
86
Tabel 6. 3 Perbedaaan Jumlah Ketersediaan Air dan Kebutuhan Air
Waduk Pasuruhan
Tahun Ketersediaan Air
(m3/dt)
Kebutuhan Air
(m3/dt)
Sisa
(m3/dt)
2002 0,65 1,8734 -1,2211
2003 0,62 1,8835 -1,2640
2004 2,67 1,8952 0,7701
2005 2,48 1,9089 0,5737
2006 2,68 1,9249 0,7542
2007 0,45 1,9435 -1,4905
2008 8,15 1,9651 6,1822
2009 12,81 1,9904 10,8166
2010 16,34 2,0198 14,3225
2011 8,24 2,0540 6,1845
2013 18,40 2,1346 16,2634
Jumlah 51,89
Berdasarkan perhitungan pada tabel 6.3 dapat disimpulkan bahwa surplus
air terjadi pada tahun 2004, 2005, 2006, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2013
sedangkan defisit air hanya terjadi pada tahun 2002, 2003, dan 2007. Dalam periode
waktu penelitian didapat juga nilai surplus air yang ditampung Waduk Pasuruhan
sebesar 51,89 m3/dt. Surplus air yang ditampung tersebut kemudian dibandingkan
dengan nilai proyeksi kebutuhan air pada Waduk Pasuruhan untuk memperkirakan
usia penggunaan efektif Waduk Pasuruhan. Hasil perbandingan antara surplus
tampungan sebesar 51,89 m3/dt dengan proyeksi kebutuhan air Waduk Pasuruhan
memberikan perkiraan usia penggunaan efektif Waduk Pasuruhan selama ±25
tahun.
Perbedaan jumlah ketersediaan air dan kebutuhan air Waduk Pasuruhan
juga dapat menggambarkan besarnya volume tampungan efektif Waduk Pasuruhan
berdasarkan analisa hidrologi. Volume tampungan efektif tersebut dihitung dengan
87
menggunakan kurva massa Ripple (1883) dengan besarnya volume tampungan
efektif ditunjukkan oleh jarak vertikal terjauh pada perpotongan grafik ketersediaan
air kumulatif dan kebutuhan air kumulatif. Berdasarkan hasil perhitungan
didapatkan nilai volume tampungan efektif Waduk Pasuruhan selama usia
penggunaan waduk adalah sebesar 210.526.315,789 m3. Perencanaan geologi PT.
Mettana Engineering Consultant menghasilkan volume tampungan Waduk
Pasuruhan sebesar 25.000.000 m3. Adanya perbedaan hasil perhitungan volume
berdasarkan perhitungan neraca air dengan perhitungan geologi yang cukup
signifikan ini maka perlu dicarikan solusi – solusi agar pembangunan Waduk
Pasuruhan dikatakan efisien dan efektif.
Pada tugas akhir ini dilakukan juga perhitungan debit banjir dengan
menggunakan data curah hujan maksimum 13 stasiun hujan terdekat dengan lokasi
perencanaan Waduk Pasuruhan. Debit banjir yang diperoleh dapat digunakan unutk
perencanaan struktur Waduk Pasuruhan lebih lanjut. Hasil perhitungan debit banjir
metode Melchior dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. 4 Debit Banjir Metode Melchior
No Periode R
(mm) β
qn
(m3/dt km2) α
Qn
(m3/dt)
1 1,1 72,9764 2,3531 1,9881 0,5200 860,5885
2 2 93,2744 2,3531 1,9881 0,5200 1.099,9565
3 5 100,6956 2,3531 1,9881 0,5200 1.187,4714
4 10 104,5429 2,3531 1,9881 0,5200 1.232,8420
5 25 108,6154 2,3531 1,9881 0,5200 1.280,8672
6 50 111,2195 2,3531 1,9881 0,5200 1.311,5764
7 100 113,5353 2,3531 1,9881 0,5200 1.338,8862
88
Hasil perhitungan debit banjir tersebut kemudian dibandingkan dengan
perhitungan debit terukur pada periode ulang yang sama. Berdasrkan perbandingan
tersebut kemudian didapatkan nilai debit yang hilang (Q hilang) dalam siklus
hidrologi yang terjadi pada Daerah Tangkapan Air Waduk Pasuruhan.
Perbandingan nilai debit banjir dengan debit terukur pada masing – masing periode
ulang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. 5 Perbandingan Nilai Debit Banjir dengan Debit Terukur
No Periode Q banjir
(m3/detik)
Q terukur
(m3/dt)
Q hilang
(m3/dt)
1 1,1 860,5885 0,0358 860,5527
2 2 1.099,9565 8,5228 1.091,4336
3 5 1.187,4714 29,9397 1.157,5317
4 10 1.232,8420 45,4205 1.187,4215
5 25 1.280,8672 61,4818 1.219,3854
6 50 1.311,5764 70,2461 1.241,3303
7 100 1.338,8862 76,6044 1.262,2819
Pada tabel 6.5 dapat dilihat adanya perbedaan nilai debit banjir dengan debit
terukur yang cukup signifikan. Perbedaan yang cukup signifikan tersebut dapat
diakibatkan karena adanya pengambilan air pada daerah hulu, evaporasi, infiltrasi
dan kehilangan – kehilangan lain saat berlangsungnya siklus hidrologi. Berdasarkan
sudut pandang yang lain, apabila pada suatu saat intensitas pengambilan air pada
daerah hulu berkurang sehingga terjadi surplus air pada daerah hulu, maka jumlah
surplus air tersebut dapat menjadi suplisi tampungan bagi Waduk Pasuruhan.
Selanjutnya, suplisi tampungan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air Waduk Pasuruhan dalam usia penggunaan Waduk
Pasuruhan.
89
6.2. Saran
Waduk Pasuruhan diperkirakan memiliki usia penggunaan efektif sebesar
25 tahun berdasarkan perhitungan neraca air waduk. Pada standard perencanaan
waduk, usia penggunaan minimal waduk yang disarankan adalah 50 tahun, oleh
karena perkiraan usia penggunaan Waduk Pasuruhan hanya sekitar 25 tahun, maka
perencanaan pembangunan Waduk Pasuruhan dapat dikatakan kurang efisien.
Perencanaan pembangunan Waduk Pasuruhan perlu dievaluasi kembali dengan
mempertimbangkan aspek biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang
didapatkan.
Perkiraan usia penggunaan Waduk Pasuruhan pada tugas akhir ini dilakukan
dengan tanpa memperhitungkan sedimentasi yang terjadi. Agar Waduk Pasuruhan
dapat digunakan sesuai dengan perkiraan usia penggunaan efektifnya maka perlu
dilakukan penanggulangan sedimentasi yang terjadi secara maksimal. Beberapa
contoh penanggulangan sedimentasi yang dapat dilakukan antara lain membuat
kantong – kantong pengendap lumpur, bak pengendali sedimen, dan pengerukan
sedimen secara berkala pada muara sungai. Berdasarkan perhitungan neraca air dan
kurva massa Ripple (1983) didapat nilai volume tampungan waduk sebesar
210.526.315,789 m3. Agar Waduk Pasuruhan dapat memenuhi kebutuhan air
selama 25 tahun usia penggunaan waduk maka desain volume waduk minimal
adalah sebesar volume tampungan efektif waduk yang masih ditambah dengan