BAB V
BAB V
PERKEMBANGAN ADMINISTRASI
DAN MANAJEMEN
Walaupun administrasi dan manajemen telah ada sejak zaman dahulu
kala, yaitu sejak adanya dua orang manusia yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang mereka sepakati, belumlah berarti bahwa
administrasi pada zaman itu sudah merupkan ilmu. Administrasi dan
manajemen lahir pertama kali sebagai seni yang kemudian berkembang
menjadi ilmu.
Adapun tahap-tahap perkembangan Administrasi dan manajemen dapat
dikemukakan sebagai berikut :
A. Perkembangan Administrasi dan Manajemen sebagai Seni
Pekembangan administrasi dan manajemen sebagai seni meneurut
Siagian (1977) dapat dibagi menjadi 3 fase utama yaitu :
1. Fase Pra Sejarah yang berakhir pada tahun 1 masehi.
2. Fase Sejarah yang berakhir pada tahun 1886, dan
3. Fase Modern yang dimulai pada tahun 1886 dan yang masih
berlangsung hingga sekarang ini.
Fase Pra Sejarah
Banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip
Administrasi telah dilaksanakan pada fase sejarah ini, meskipun
mungkin masyarakat purba pada masa itu tidak secara sadar
melaksanakannya.
Beberapa peradaban yang dapat di gunakan untuk melacak
fenomena-fenomena administrasi dan manajemen serta prinsip-prinsip
yang telah dijalankan sebagai bukti-bukti perkembangan administrasi
dan manajemen dalam kurung waktu fase sejarah adalah sebagai
berikut :
1. Peradaban Mesopotamia.
Pada zaman Mesopotamia ini telah dijalankan prinsip-prinsip
administrasi dan manajemen terutama di bidang pertanian,
perdagangan, komunikasi, pengangkutan terutama pengangkutan sungai
bahkan masyarakat Mesopotamia telah menggunakan logam sebagai alat
tukar menukar yang memperlancar jalannya perdagangan.
2. Peradaban Babilonia
Administrasi perdagangan, pemerintahan, perhubungan dan
pengangkutan telah berkembang pula dengan baik sejak zaman
Babilonia ini. Peradaban Babilonia telah berhasil pula membina
suatu sistem administrasi dan manajemen dibidang teknologi, yaitu
dengan adanya taman gantung yang sampai saat ini belum dapat
ditandingi oleh teknologi manusia modern.
3. Mesir Kuno
Analisis terhadap peninggalan-peninggalan zaman pra sejarah,
membuktikan bahwa di Mesir kuno aspek administrasi dan manajemen
yang sangat berkembang ialah penataan usaha kerja sama di bidang
pemerintahan, militer, perpajakan dan pertanian (termasuk irigasi).
Piramida di Mesir juga merupakan pembuktian bahwa dalam pembangunan
peninggalan sejarah itu telah melibatkan ratusan ribu orang yang
bekerjasama, dan tentunya didasari dengan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan atau pengerahan tenaga, dan
pengawasan yang sifatnya formal. Di Mesir juga ditemukan
bukti-bukti bahwa orang-orang Mesir telah menerapkan system
desentralisasi dan penggunaan staf penasehat 2000 tahun sebelum
masehi.
4. Tiongkok Kuno
Yang paling menonjol dan merupakan perkembangan yang belum
pernah terjadi sebelumnya ialah bahwa masyarakat dan pemerintahan
Tiongkok Kuno telah berhasil menciptakan suatu sistem Administrasi
kepegawaian yang sangat baik. Demikian baiknya ciptaan itu sehingga
banyak prinsip-prinsip administrasi kepegawaian modern yang
terkenal dengan istilah “Merit System” itu dipinjam dari
prinsip-prinsip Administrasi kepegawaian Tiongkok Kuno.
Tokoh-tokoh terkenal pada zaman ini adalah :
a) Confusius
Beliau terkenal tidak hanya sebagai ahli filsafat dan rohaniawan
yang agung akan tetapi juga sebagai Negarawan dan Administrator
yang besar. Selama jabatannya sebagai perdana menteri, Tiongkok
Kuno menjadi sangat teratur, beliau telah menyusun apa yang ia
sebut sebagai ketentuan Administrasi negara (Rules of Public
Administration) yang merupakan kode etik bagi para pejabat
pemerintah pada waktu itu.
b) Chow
Chow pun pernah menjabat sebagai perdana menteri Tiongkok Kuno.
Beliau telah menciptakan apa yang disebut Undang-Undang Chow (The
Constitution of Chow) yang merupakan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh setiap pegawai negeri. Syarat-syarat itu cukup berat
sekalipun dilihat dari kacamata modern sekarang ini, yaitu :
kejujuran, kecakapan, pengabdian kepada kepentingan umum,
pengetahuan yang mendalam tentang kondisi negara,, kemampuan selalu
sibuk dan produktif.
c) Moti
Beliau ini dipandang sebagai perdana menteri yang berpandangan
sosialime pertama di dunia dan sumbangnnya yang terpenting adalah
perbaikan di bidang pertanian.
5. Romawi Kuno.
Pekembangan Administrasi pada zaman Romawi Kuno dibuktikan
dengan adanya ahli filsafat terkenal yaitu CICERO, terutama dalam 2
bukunya yang masing-masing berjudul “ De Office ” dan “ De Legibus
(The Low). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa pemerintah Romawi
Kuno telah berhasil memerintah daerah yang sangat luas dengan
penggunaan apa yang dikenal sekarang dengan istilah “System
Approach”. Tugas-tugas pemerintah dibagi dalam
departemen-departemen yang disebut “Magistrates” yang dipimpin oleh
seorang magistrator. Disamping itu, pemerintah Romawi Kuno telah
berhasil pula mengembangkan Administrasi Militer, Administrasi
Pajak, Administrasi Perhubungan lebih dari zaman-zaman
sebelumnya.
6. Yunani Kuno.
Sumbangan terkenal dari Yunani Kuno yang mempengaruhi jalannya
proses administrasi ialah pengembangan konsep demokrasi. Meskipun
konsep demokrasi pada zaman Yunani Kuno berbeda dengan konsep yang
kini umum belaku di dunia. Sebagaimana diketahui, demokrasi dalam
bahasa Yunani terdiri dari 2 kata yaitu “demos” yang berarti rakyat
dan “krato” yang berarti kekuasaan. Jadi kekuasaan rakyat. Letak
perbedaan konsep demokrasi di kala itu dan sekarang ialah terletak
pada perbedaan interpretasi tentang “rakyat”. Yang tergolong kepada
rakyat dari suatu polis (Negara kota) pada zaman yunani kuno hanya
terbatas pada mereka yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Pria
b. Dewasa ( 21 Tahun )
c. Lahir di Athena ( sebagai polis terbesar dan terpenting )
d. Orang Tua warga negara Athena.
Pembatasan pengertian “rakyat” ini memang logis bagi rakyat
Yunani Kuno karena 75 % dari penduduk Athena terdiri dari pendatang
atau budak belian.
Dengan pembatasan-pembatasan ini pun Yunani Kuno telah berhasil
menciptakan parlemen pertama di dunia yang pada waktu itu disebut
“Dewan Orang-Orang Tua yang Bijaksana”. Urusan-urusan di bidang
pertahanan diatur sendiri oleh suatu dewan yang disebut “Dewan
Militer”.
Suatu ciri khas dari masyarakat Yunani Kuno ialah bahwa
orang-orang yang tergabung sebagai rakyat, paling sedikit satu kali
dalam hidupnya harus menjadi pegawai negeri tanpa bayaran.
Dengan uraian perkembangan Administrasi pada fase Pra Sejarah
ini, jelas menunjukkan bahwa pada mulanya Administrasi Negara
berkembang jauh lebih pesat dari Administrasi Niaga, sedangkan pada
zaman modern sekarang ini kelihatannya keadaannya terbalik.
Penyebabnya antara lain ialah perkembangan industri dan teknologi
yang sangat pesat.
Fase Sejarah ( Tahun 1 M sampai dengan 1886 )
Dalam fase ini timbul di daerah Eropa tiga kelompok sarjana yang
terdapat pada 3 negara yang berbeda-beda dan mempunyai pandangan
yang garis besarnya sama yaitu :
1. Kaum Kameralisten yang terdapat di Jerman dan Australia.
2. Kaum Merkantilizen di Inggris, dan
3. Kaum Fisiokraten di Perancis.( Siagian, 1977)
Mereka ini sebenarnya adalah pelopor-pelopor Administrasi
ilmiah, karena inti dari teori-teori mereka ialah bahwa
perekonomian dari pada suatu negara hanya bisa akan kuat apabila
kegiatan-kegiatan administrasi dan manajemen dilaksanakan
sebaik-baiknya, akan tetapi administrasi dan manajemen belum
diketemukan pada waktu itu, maka mereka digolongkan sebagai ahli
ekonomi.
Bukti yang dapat diketengahkan dari ketiga kelompok ahli
tersebut sebagai pelopor Administrasi dan manajemen ilmiah ialah
hasil karya mereka, diantaranya adalah George Von zincke yang telah
menghasilkan 537 karya ilmiah dari 175 diantaranya membahas
Administrasi pertanian.
Charles Babbage, yang pada permulaan abad 18 telah menulis buku
yang berjudul “The Economy of manufacture” dalam buku tersebut
mengemukakan pentingnya efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.
Namun selama hampir satu abad hasil karya ini terlupakan dan baru
diselidiki kembali setelah lahirnya manajemen ilmiah ( scientific
management movement ), yang dipelopori oleh Frederick Winslow
Taylor di Amerika Sertikat. Gerakan ini dimulai tahun 1886 dan
menandai 2 hal yaitu : (1) berakhirnya status administrasi dan
manajemen sebagai seni semata-mata, tetapi mulai berdwistatus
karena administrasi dan manajemen itu berstatus pula sebagai ilmu,
dan (2) berakhirnya fase sejarah dalam perkembangan administrasi
dan manajemen dan tibanya fase modern yang dimulai pada tahun 1886
dan yang masih berlangsung terus hingga dewasa ini.
Fase Modern
Fase modern ini ditandai dengan lahirnya gerakan Manajemen
Ilmiah yang dipelopori F.W.Taylor sebagai seorang sarjana
Pertambangan. Taylor memperhatikan bahwa effisiensi dan
produktifitas buruh tidak terlalu tinggi disebabkan terlalu
banyaknya waktu dan gerak-gerik kaum buruh yang tidak produktif.
Kemudian Taylor mengadakan penyelidikan tentang hal-hal tersebut
yang disebut “ Time and Motion Study “ dan hasilnya dituliskan
dalam suatu buku yang berjudul “ The Principles of Scientific
Management “ dan diterbitkan pada tahun 1911 setelah terlebih
dahulu dibacakan dalam kongres para sarjana teknik Amerika.
Demikian pula di Prancis seorang ahli pertambangan yang bernama
Henri Fayol. Beliau menyelidiki sebab musabab kegagalan perusahaan
yang ditempatinya bekerja. Berkat usahanya itu perusahaan tersebtu
dapat diselamtkan dari kehancuran. Dan kemudian hasil pemikirannya
itu dituangkan dalam suatu buku yang terbit pada tahun 1916, dan
pada tahun 1930 diterjemahkan kedalam ke dalam bahasa inggris
dengan judul “ General and Industrial Management “.
Pada dasarnya kedua tulisan dari ahli tersebut diatas saling
melengkapi, karena Taylor menyoroti pada pelaksana dan pimpinan
tingkat rendah, sedang Fayol menyoroti golongan pimpinan tingkat
atas dari suatu organisasi.
Kedua tokoh inilah yang memegang peranan dan memberikan
sumbangan yang sangat besar dalam meletakkan dasar pertumbuhan
administrasi dan manajemen sebagai ilmu pengetahuan. Karenanya F.W.
Taylor dijuluki sebagai Bapak Gerakan Managemen Ilmiah dan H. Fayol
dijuluki sebagai Bapak Teori Administrasi.
B. Perkembangan Administrasi dan Manajemen Sebagai Ilmu
Perkembangan administrasi dan manajemen sebagai ilmu sejak
lahirnya sampai sekarang dapat ditinjau dari empat tahap
perkembangan menurut S.P. Siagian (1977)sebagai berikut:
1. Tahap Survival ( 1886 -1930 )
Dalam waktu yang cukup lama ini para ahli yang melakukan
spesialisasi dalam bidang administrasi dan manajemen
memeperjuangkan diterimanya administrasi dan manajemen sebagai
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yang
setaraf dengan ilmu pengetahuan lainnya.
2. Tahap Konsolidasi dan Penyempurnaan ( 1930 -1945 )
Tahap ini dikatakan tahap konsolidasi dan penyempurnaan karena
pada waktu itu prinsip-prinsip, dalil-dalil serta rumus-rumus dari
ilmu Administrasi dan manajemen lebih disempurnakan sehingga
kebenarannya tidak dapat lagi dibantah.
3. Tahap Human Relation ( 1945 -1959 )
Pada tahun ini perhatian para ahli dibidang administrasi dan
manajemen mulai beralih pada faktor manusia serta hubungan-hubungan
formal dan informal yang mungkin perlu diciptakan, dibina serta
dikembangkan oleh dan antar manusia pada semua tingkatan organisasi
demi terlaksananya kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam
suasana yan intim dan harmonis.
4.Tahap Behaviouralisme ( 1959 hingga sekarang )
Pada tahap ini yang disoroti bukan lagi hanya manusianya sendiri
sebagai mahluk hidup yang mempunyai martabat,, kepribadian, Tujuan,
cita-cita, serta keinginan yang khas, akan tetapi sudah meningkat
kepada penyelidikan tentang tindak tanduk manusia dalam kehidupan
berorganisasi dan alasan-alasan mengapa manusia itu melakukan
tindakan-tindakan demikian, tindakan-tindakan manusia yang
merugikan organisasi diteliti dan di usahakan bagaimana cara agar
tindakan dapat dirubah sehingga merupakan tindakan yang
menguntunkan organisasi. Tindakan-tindakan yang sudah ada yang
telah menguntunkan organisasi perlu ditingkatkan guna mencapai
tujuan yang lebih efektif, ekonomis, dan efisien.
Disamping keempat tahap perkembangan yang dinyatakan oleh SP.
Siagian diatas, beliau mengemukakan pula bahwa untuk tahap
selanjutnya administrasi dan manajemen akan memasuki tahap
matematika. Ini dapat dilihat misalnya dewasa ini dengan tata cara
administrasi modern, yaitu kurangnya fungsi-fungsi dari manusia
dalam beberapa bidang tertentu dalam pelaksanaan administrasi.
Seperti adanya sistem komputer, dimana dengan sistem ini
menunjukkan bahwa tahap matematika dari perkembangan ilmu
administrasi sudah diambang pintu, sehingga dengan demikian banyak
tugas-tugs administrasi yang akan beralih dari tangan manusia
kepada mesin-mesin terutama kegiatan-kegiatan yang bersifat
rutin.
Namun demikian perlu disadari bahwa peranan manusia dalam proses
administrasi tidak akan berkurang, mungkin yang berubah hanya sifat
pekerjaan saja.
Fungsi-fungsi sperti pengambilan keputusan, penentuan
kebijaksanaan, perencanaan, pengawasan dan banyak kegiatan-kegiatan
lainnya masih tetap dan hanya dapat dijalankan manusia,, karena
mesin tidak dengan sendirinya dapat mengambil suatu keputusan,
kecuali hanya mengemukakan data, dan data mana merupakan pegangan
dan dasar bagi manusia untuk mengambil keputusan.
C. Administrasi dan Manajemen sebagai Seni dan Ilmu
Sebagaimana dikemukakan pada uraian dimuka, bahwa gerakan
manajemen ilmiah yang dipelopori F.W. Taylor tahun 1886 menandai
berakhirnya status administrasi dan manajemen sebagai seni
semata-mata, dan mulai berdwistatus, yaitu disamping sebagai seni
juga sebagai ilmu.
Istilah “seni” atau art ini berasal dari bahasa Latin yang
berarti “skill” atau keahlian, kemahiran yang timbul dari dalam
untuk mewujudkan sesuatu. Dengan demikian, administrasi dan
manajemen yang dianggap seni adalah keahlian atau kemampuan kerja
untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan atau dengan kata lain
administrasi dan manajemen ditinjau dari segi praktisnya.
The Liang Gie dalam buku Kamus Administrasi menjelaskan mengenai
hal ini sebagai berikut : Pengertian seni Administrasi biasanya
dilawankan denga ilmu Administrasi (The Scienc of Administration).
Di sini, seni administrasi diartikan sebagai penggunaan kemahiran,
kecerdikan, pengalaman, firasat dan penerapan pengetahuan secara
sistematis yang dilakukan oleh seorang pejabat pimpinan dalam suatu
usaha kerja sama sehingga tujuan usaha itu tercapai.
Disamping administrasi dan manajemen sebagai seni juga sebagai
ilmu. Administrasi sebagai ilmu melalui perjuangan yang cukup lama
dan diawali dengan praktek, ingat penyelidikan yang dilakukan oleh
F.W. Taylor dan Henri Fayol yang kemudian melahirkan teori-teori
yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan efesiensi
perusahaan. Kemudian perkembangan selanjutnya, administrasi
tergolong sebagai ilmu karena telah memenuhi syarat-syarat ilmu
pengetahuan. Adapun syarat-syarat yang dimaksud adalah : (1)
tersusun secara sistematis, (2) obyektif-rasionil sehingga dapt
dipelajari, (3) menggunakan metode ilmiah, (4) mempunyai
prinsip-prinsip tertentu, (5) dapat dijadikan teori.
Semua syarat-syarat tersebut telah dipenuhi oleh Administrasi,
seperti sistematika dapat dilihat dari segi unsur-unsurnya, obyek
permasalahannya yaitu soal-soal kegiatan manusia dalam bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, hal ini dapat ditelaah
secara obyektif dan rasionil. Sedangkan mengenai metode
penyelidikannya meliputi pengamatan, percobaan dan analisis. Dan
prinsip-prinsipnya ialah dari segi efesiensi.
Selanjutnya sebagai bukti administrasi dan manajemen sebagai
ilmu pengetahuan ialah adanya lembaga-lembaga pendidikan yang
membina ilmu administrasi ini. Seperti AIA (Akademi Ilmu
Administrasi), STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara), Jurusan
Administrasi Niaga/Negara dari perguruan tinggi baik yang berstatus
negeri maupun swasta.
Disamping itu sebagai bukti pula beberapa sarjana yang
berpendapat bahwa Administrasi sebagai ilmu diantaranya dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Luther Gullick, beliau mengatakan bahwa Administrasi berkenaan
dengan terciptanya tujuan yang telah ditentukan. Jadi ilmu
Administrasi adalah system pengetahuan, dengan pengetahuan tersebut
manusia dapat mngerti hubungan-hubungan, meramalkan akibat-akibat
dengan mempengaruhi hasil-hasil pada suatu keadaan di mana
orang-orang secara teratur bekerja sama untuk tujuan bersama. Dalam
ilmu Administrasi, baik Administrasi negara, Administrasi swasta
hal baik menjadi asasnya ialah efisiensi. Tujuan pokok lmu
Administrasi adalah terselenggaranya pekerjaan dengan penggunaan
tenaga manusia dan benda yang sedikit-dikitnya.
Siagian (1977) mengemukakan pula bahwa, ilmu pengetahuan
didefenisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok
prinsip, dalil dan rumus melalui percobaan-percobaan yang
sistematis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya,
prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan
dan dipelajari.
Administrasi adalah suatu obyek ilmiah, yang telah memiliki
prinsip-prinsip, rumus-rumus, dalil-dalil sehingga ia merupakan
ilmu pengetahuan.
Akan tetapi harus diingat bahwa ilmu Administrasi yang tergolong
kedalam ilmu-ilmu sosial mempunyai karakterstik yang berbeda dengan
karateristik ilmu-ilmu eksakta. Ilmu-ilmu eksakta mempunyai
karateristik utama, yaitu bahwa keseluruhan prinsip-prinsip,
rumus-rumus dan dalil-dalilnya berlaku universal dan dapat
diterapkan melalui proses adopsi karena prinsip-prinsip,
rumus-rumus dan dalil-dalil tersebut tidak mengenal batas waktu dan
tempat. Dimanapun, bilamanapun dan oleh siapapun diterapkan pasti
mendatangkan hasil yang sama. Misalnya, jumlah sudut suatu segi
tiga berjumlah 180 derajat.
Sebaliknya, ilmu-ilmu sosial memang juga mempunyai
prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalil yang bersifat
universal. Akan tetapi didalam penerapannya harus di sesuaikan
dengan kondisi, tempat, waktu, dan manusia agar memberikan hasil
yang diharapkan. Satu-satunya rumus yang sungguh-sungguh berlaku
bagi ilmu-ilmu sosial ialah : Dalam ilmu-ilmu sosial satu-satunya
kepastian adalah ketidakpastian. Memperhitungkan faktor keadaan,
tempat, waktu, dan manusia dan ilmu Administrasi disebut
memperhitungkan faktor-faktor ekologis ( lingkungan ).
Dengan demikian jelas sekali bahwa Administrasi disamping
sebagai seni, juga sebagai ilmu. Hal ini diakui oleh Siagian di
mana beliau mengemukakan sebagai berikut : “ Administrasi sekarang
ini dikenal sebagai Artistic Science karena didalam penerapannya
seninya masih tetap memegang peranan yang menentukan, sebaliknya
seni Administrasi dikenal sebagai suatu Scientific Art, karena seni
itu sudah didasarkan atas sekelompok prinsip-prinsip yang telah
teruji kebenarannya “.
D. Perbedaan Antara Administrasi Ilmiah dan yang Non Ilmiah
Dalam pembahasan sebelumnya terlihat bahwa administrasi dapat
dianalisis dari dua segi. Segi pertama, ialah administrasi sebagai
suatu “seni” yang sebagai suatu fenomena sosial telah ada sejak
timbulnya peradaban manusia. Sebagai suatu fenomena sosial
administrasi yang telah berkembang sejak zaman purba hingga
timbulnya “Gerakan Management Ilmiah” tidak didasarkan kepada
keilmuan (non Ilmiah).
Segi kedua, ialah Administrasi yang telah bersifat keilmuan yang
lahir pada tahun 1886 dan masih terus berlangsung hingga
sekarang.
Karena Administrasi sekarang ini sudah merupakan sutu “Artistic
Science” dan “Scientific Art”, maka ada perbedaan-perbedaannya jika
dibandingkan dengan situasi dimana Administrasi itu hanya bersifat
“seni” semata, maka perbedaan-perbedaan itu antara lain sebagai
berikut :
1. Filsafat yang dianut
a. Administrasi yang ilmiah menganut filsafat yang “People
Centered”, yang berarti memandang dan memperlakukan manusai tidak
hanya sebagai alat pelaksana semata-mata, akan tetapi sebagai oknum
yang berkepribadian, bertujuan, bercita-cita dan mempunyai
ratio.
b. Administrasi non ilmiah menganut filsafat yang “job centered”
yang berarti bahwa dalam usaha mencapai tujuan, yang penting adalah
tugas-tugas yang harus dilaksanakan agar selesai tepat
waktunya.
2. Approach yang dipergunakan
a. Administrasi yang ilmiah menggunakan “approach efisien dan
ekonomis”. Karena para pelaksananya semakin menyadari bahwa
sumber-sumber yang tersedia dalam usaha kerja sama untuk mencapai
tujuan semakin terbatas.
b. Approach Administrasi yang non ilmiah adalah “efektifitas”
yang berarti bahwa dalam proses Administrasi, tercapainya tujuanlah
yang terpenting dan tidak mempersoalkan mengenai pengorbanan
tenaga, waktu, ruang dan uang yang diberikan.
3. Metode Kerja
a. Administrasi Ilmiah menggunakan metode kerja yang sistematis
dan prosedur kerja yang sederhana dan sesuai dengan kebutuhan.
b. Administrasi yang Non Ilmiah menggunakan metode kerja yang
tidak sistematis dan cara kerja yang sering didapatkan pada system
coba-coba (Trial and Error) yang sering mengakibatkan kesalahan,
kekeliruan, salah perhitungan dan pemborosan.
4. Cara Bekerja
a. Administrasi yang ilmiah bekerja dengan cara revolusioner
dengan cepat.
b. Administrasi yang non ilmiah bekerja dengan cara-cara
tradisional, kurang daya cipta serta lamban.
E. Kedudukan Ilmu Administrasi dalam Dunia Ilmu Pengetahuan
Persoalan di dalam Ilmu Administrasi sebenarnya terletak atau
berpokok pada manusia, yaitu manusia dalam berkelompok melakukan
kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi ilmu Administrasi termasuk salah satu diantara berbagai
ilmu pengetahuan lainnya yang memberikan perhatian terhadap
persoalan manusia.
Semua ilmu pengetahuan pada dasarnya langsung atau tidak
senantiasa ada hubungannya dengan manusia, yaitu bagaimana membantu
manusia mencapai kehidupan yang lebih baik. Hanya perbedaan
tiap-tiap ilmu itu terletak pada bagaimana masing-masing ilmu
pengetahuan itu ” memandang” masalah manusia yang banyak ragamnya
itu. Antara ilmu pengetahuan dan manusia terdapat hubungan-hubungan
korelatif, di mana semua Ilmu Pengetahuan itu diarahkan kepada diri
manusia.
Pada mula timbulnya ilmu pengetahuan, kesemuanya disebut
filsafat. Dinamika masyarakat menuntut perkembangan lebih jauh dari
filsafat itu sehingga timbul tiga cabangnya, yaitu :
· Ilmu-ilmu eksakta, seperti ilmu kimia matematika, fisika, dan
lain-lain.
· Ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu hokum, ekonomi, politik, dan
lain-lain
· Humaniora, seperti seni musik, seni tari, seni rupa, sastra,
danlain-lain.
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari kegiatan-kegiatan yang
terjadi sebagai akibat manusia hidup berkelompok. Gejala-gejala
yang berkenaan dengan aktivitas-aktivitas kelompok lazim disebut
gejala-gejala sosial, dan ilmu yang mempelajarinya adalah ilmu-ilmu
social.
Karena Ilmu Administrasi berkenaan dengan manusia dalam hidup
berkelompok, maka ilmu Administrasi juga tergolong sebagai ilmu
sosial, dan malahan dapat dikatakan merupakan salah satu cabang
terbaru dari ilmu-ilmu sosial. Secara khusus dapat pila dikatakan
bahwa Ilmu Administrasi termasuk kelompok “applied sciences” dari
pada ilmu-ilmu sosial karena kemanfaatannya hanya ada apabila
prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalilnya diterapkan untuk
meningkatkan pri kehidupan manusia.
Untuk lebih jelasnya dimana letak Ilmu Administrasi dalam dunia
ilmu pengetahuan, maka dapat digambarkan pembagian ilmu pengetahuan
menurut SP Siagian sebagai berikut :
F. Hubungan Ilmu Administrasi dengan Ilmu-ilmu Lainnya
Ilmu Administrasi tidak lepas ikatannya dari ilmu-ilmu lainnya,
terutama dengan ilmu-ilmu sosial.
Ilmu-ilmu yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu admnistrasi
ialah :
1. Ilmu hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari norma-norma dan kaidah-kaidah yang hidup didalam
masyarakat. Kelangsungan hidup yang teratur serta perkembangan yang
dinamis dari administrasi hanya dapat dijamin apabila ia taat
kepada hukum yang berlaku.
2. Ilmu Ekonomi, sebagai suatu ilmu yang mempelajari kebutuhan
manusia yang selalu tidak terbatas dengan alat-alat pemuas
kebutuhan yang selalu terbatas, administrasi bekerja atas prinsip
yang sama karena tujuan organisasi pada hakekatnya tidak terbatas
sedangkan sumber-sumber yang tersedia atau mungkin, tersedia selalu
terbatas. Ditinjau dari segi tujuan dan alat ini, antara Ilmu
Ekonomi dan Ilmu Administrasi berbeda hanya ditinjau dari segi
obyeknya saja.
3. Ilmu politik, yaitu suatu ilmu yang mempelajari percaturan
kekuatan dan kekuasaan dalam masyarakat. Pada dasarnya administrasi
adalah “Policy Execution”. Policy yang dimaksud disini adalah
kebijaksanaan dari pihak penguasa yang dirumuskannya sesuai dengan
kondisi politik yang dihadapi. Leonard D. White berkata bahwa :
“apabila potik berakhir, administrasipun mulai”. Dengan demikian
administrasi harus melekatkan dirinya kepada politik karena yang
satu merupakan konstinuasi dari yang lain.
4. Sejarah, yang menyelidiki keseluruhan dari tindakan-tindakan
manusia dimasa-masa yang lalu. Para sarjana administrasi hanya akan
berhasil melaksanakan tugasnya apabila mengetahui sejarah secara
mendalam. Manfaatnya ialah untuk dapat menarik pelajaran dan
pengalaman masyarakat, bangsa dan pemerintahan yang lalu agar,
segi-segi negatifnya tidak berulang kembali.
5. Sosiologi, yakni ilmu yang mempelajari tata bermasyarakat
yang sangat erat hubungannya dengan administrasi, karena
administrasi berdarma bakti kepada masyarakat, baik masyarakat
kecil dalam lingkungan suatu organisasi, maupun masyarakat sebagai
keseluruhan.
6. Antropologi, yakni ilmu yang mempelajari tindak tanduk
individu di dalam masyarakat. Manusia merupakan unsur terpenting di
dalam suatu organisasi dalam rangka usaha pencapaian Tujuan. Jika
demikian halnya secara logis terlihat adanya persamaan obyek kedua
ilmu pengetahuan ini, hanya approach dan metode analisis yang
berbeda.
7. Ethnologi, yaitu ilmu yang mempelajari sifat, kebudayaan dan
adat istiadat sesuatu bangsa perlu pula diketahui oleh ahli
administrasi terutama mereka yang berkecimpung dalam kegiatan
internasional (baik dibidang kenegaraan maupun di bidang
perniagaan). Sasarannya ialah untuk mengetahui sifat-sifat
kepribadian, kelemahan-kelemahan dan tempramen bangsa lain itu
karena dengan mengetahui hal-hal tersebut untuk menggerakkan mereka
akan menjadi lebih mudah.
8. Ilmu Jiwa (psikologi), yaitu ilmu yang mempelajari jiwa
seseorang. Seseorang hanya dapat digerakkan dengan baik apabila
administrator yang menjadi atasannya mengenal jiwa seseorang
tersebut. Kejiwaaan seseorang dapat dipelajari melalui Ilmu Jiwa
terutama Ilmu Jiwa Umum, Psikologi Industri, dan Psikologi
Sosial.
9. Statistik, yaitu ilmu tentang data dan angka-angka. Salah
satu tugas tepenting dari seorang Administrator atau manager ialah
mengambil keputusan. Keputusan yang diambil harus tepat, praktis
dan dapat dilaksanakan. Untuk memenuhi syarat-syarat keputusan yang
demikian, seorang administrator atau manager perlu memiliki data
dan informasi yang lengkap, up to date dan dapat dipercaya dan
tersusun dengan sistematis. Pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan
data-data dan informasi yang demikian itu hanya dapat dilakukan
melalui statistik.
Seorang administrator yang baik apabila ia memiliki paling
sedikit pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu yang disebutkan
diatas.Disamping itu, dengan memliki pengetahuan dasar tentang
ilmu-ilmu tersebut, administrator memiliki pandangan luas terhadap
masyarakat yang harus dilayani oleh administrasi, demikian pula ia
akan memiliki semakin banyak sarana untuk memecahkan masalah yang
dihadapi serta kemungkinan besar untuk menemukan pemecahan yang
lebih baik.
Management
Adm.Kepegawaian
Adm.Keuangan
Adm.Perkantoran
Kepegawaian
Filsafat Adm. dsb
Kimia
Fisika
Matematika
Teknik
Statistik
Calculus, dsb
Ilmu-Ilmu
Eksakta
Adm. Negara
Ilmu Hukum
Ilmu Ekonomi
Ilmu Politik
Sosiologi
Ilmu Adm. dsb
Ilmu-Ilmu
Sosial
Adm. Privat
Adm. Niaga
Sastra
Seni Tari
Seni Musik
Seni Rupa, dsb
Humaniora
Management
Management Produksi
Industrial Relation
Business Education
Traffic Management,dst