1 BAB V TAHAPAN PRAPRODUKSI 5.1 Riset Tahap I Pada mulanya penulis memiliki asumsi bahwa terdapat titik jenuh pada produk panganan enting-enting gepuk yang ada di Kota Salatiga. Lain pula banyak konsumen tidak memiliki positioning yang baik terhadap merek enting-enting gepuk di Kota Salatiga yang begitu banyak jumlahnya. Untuk membuktikan hal tersebut maka, penulis melakukan riset tahap I yang membantu menemukan fakta mengenai dunia enting- enting gepuk. Pada tahap ini penulis melakukan observasi atau pengamatan produk panganan enting-enting gepuk yang ada di toko pusat oleh-oleh khas Salatiga. Hal yang menjadi titik fokus observasi pada riset I adalah bagaimana kondisi penjualan enting-enting gepuk dibanyak toko oleh-oleh di Kota Salatiga, bagaimana kondisi fisik atau pengemasan enting-enting gepuk di Kota Salatiga, dan kondisi pembelian konsumen. Kesimpulan yang penulis temukan pada riset tahap I ini adalah produk panganan enting-enting gepuk di Kota Salatiga memiliki bentuk pengemasan yang sama berbentuk kotak, bentuk dasar yang sama yaitu prisma segitiga, serta visualisasi yang sama dengan pemilihan warna kuning dan merah serta identik dengan bentuk bangunan vihara atau bangunan kelenteng dan identik dengan visualisasi naga. Belum terdapat diferensiasi yang signifikan antar merek yang dapat memberikan cirikhas baru pada produk panganan enting-enting gepuk di Kota Salatiga. Terlebih kondisi penjualan produk panganan enting-enting gepuk yang diletakan pada satu bidang yang diisi oleh banyak merek sehingga, kondisi tersebut seolah-olah membingungkan konsumen dalam keputusan pembelian. Akhirnya hanya merek tertentu yang banyak dibeli pula dibarengi oleh positioning terhadap merek pemain lama yang kuat. Lalu bagaimana produk enting-enting gepuk dengan merek baru? Bagaimana mereka dapat bertahan dan bersaing diantara banyak merek? Disinilah penulis memiliki pemikiran untuk menciptakan strategi
12
Embed
BAB V TAHAPAN PRAPRODUKSI 5.1 Riset Tahap Irepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6974/5/T1_362009006_BAB V.pdf · 5.1 Riset Tahap I ... pemahaman mengenai prosedur penelitian yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB V
TAHAPAN PRAPRODUKSI
5.1 Riset Tahap I
Pada mulanya penulis memiliki asumsi bahwa terdapat titik jenuh
pada produk panganan enting-enting gepuk yang ada di Kota Salatiga.
Lain pula banyak konsumen tidak memiliki positioning yang baik terhadap
merek enting-enting gepuk di Kota Salatiga yang begitu banyak
jumlahnya. Untuk membuktikan hal tersebut maka, penulis melakukan
riset tahap I yang membantu menemukan fakta mengenai dunia enting-
enting gepuk. Pada tahap ini penulis melakukan observasi atau
pengamatan produk panganan enting-enting gepuk yang ada di toko pusat
oleh-oleh khas Salatiga. Hal yang menjadi titik fokus observasi pada riset I
adalah bagaimana kondisi penjualan enting-enting gepuk dibanyak toko
oleh-oleh di Kota Salatiga, bagaimana kondisi fisik atau pengemasan
enting-enting gepuk di Kota Salatiga, dan kondisi pembelian konsumen.
Kesimpulan yang penulis temukan pada riset tahap I ini adalah
produk panganan enting-enting gepuk di Kota Salatiga memiliki bentuk
pengemasan yang sama berbentuk kotak, bentuk dasar yang sama yaitu
prisma segitiga, serta visualisasi yang sama dengan pemilihan warna
kuning dan merah serta identik dengan bentuk bangunan vihara atau
bangunan kelenteng dan identik dengan visualisasi naga. Belum terdapat
diferensiasi yang signifikan antar merek yang dapat memberikan cirikhas
baru pada produk panganan enting-enting gepuk di Kota Salatiga. Terlebih
kondisi penjualan produk panganan enting-enting gepuk yang diletakan
pada satu bidang yang diisi oleh banyak merek sehingga, kondisi tersebut
seolah-olah membingungkan konsumen dalam keputusan pembelian.
Akhirnya hanya merek tertentu yang banyak dibeli pula dibarengi oleh
positioning terhadap merek pemain lama yang kuat.
Lalu bagaimana produk enting-enting gepuk dengan merek baru?
Bagaimana mereka dapat bertahan dan bersaing diantara banyak merek?
Disinilah penulis memiliki pemikiran untuk menciptakan strategi
2
komunikasi produk terutama pada produk enting-enting gepuk dengan
merek baru. Hal ini didasari bahwa produk tersebut merupakan produk asli
Kota Salatiga dan belum banyak produsen melakukan proses komunikasi
produk melalui media promosi kepada konsumen.
Kendala yang penulis hadapi pada proses ini adalah ketika mencari
data jumlah produsen enting-enting gepuk di Kota Salatiga. Untuk
mengetahui data tersebut penulis harus mencoba mengkonfirmasi ke Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Salatiga. Disinilah dibutuhkan sebuah
pemahaman mengenai prosedur penelitian yang harus dilalui sebab hal
tersebut membutuhkan tenggat waktu yang tidak singkat. Kendala lain
adalah ketika merumuskan media promosi yang tepat untuk diaplikasikan
pada produk enting-enting gepuk di Kota Salatiga. Langkah yang
kemudian penulis ambil adalahproses konstruksi data. Hal ini dilakukan
guna menemukan celah yang tepat untuk dijadikan sebagai media promosi
enting-enting gepuk. Pada tahap ini penulis mengagas penggunaan media
periklanan lini bawah yaitu penggunaan media kemasan enting-enting
gepuk serta perubahan bentuk dasar enting-enting gepuk sebagai media
promosi. Alasan utama pemilihan media promosi tersebut adalah
berpotensi untuk dijadikan media promosi jangka panjang dan dapat
membentuk identitas terhadap merek tertentu. Inilah yang kemudian
menjadi gagasan yang menjadi bahan penulis untuk dipersuasikan kepada
produsen enting-enting gepuk yang ada di Kota Salatiga.
5.2 Tahap Persuasi
Tahapan persuasi ini merupakan tahapan dimana konstruksi ide
penulis terhadap produk enting-enting gepuk dipaparkan kepada produsen
enting-enting gepuk di Kota Salatiga dan mencapai sebuah kesepakatan
kerjasama. Bukan hal yang mudah ketika melakukan persuasi kepada
produsen enting-enting gepuk yang ada di Kota Salatiga. Pada proses ini
penulis harus mempersiapkan logika yang tepat serta kesiapan mental
sebab, pada fase ini penulis telah terhubung kedalam dunia profesional
3
dimana, tidak menutup kemungkinan idealis ilmiah advertising penulis dan
idealis profesional produsen enting-enting gepuk di kota Salatiga
berbenturan atau bahkan idealis ilmiah penulis cenderung menjadi lemah.
Berbagai diskusi serta pertemuan akhirnya diperoleh sebuah
kesepakatan untuk melakukan rebranding produk enting-enting gepuk
miliki home industry Dewa Rejeki. Adapun alasan penulis untuk
melakukan kesepakatan kerjasama adalah bahwa produsen enting-enting
gepuk Dewa Rejeki belum memiliki pemahaman yang mendalam seputar
dunia periklanan termasuk didalamnya strategi periklanan yang efektif dan
efisien. Sejak berdiri pada tahun 2009, belum pernah sekalipun produsen
enting-enting gepuk melakukan komunikasi produk kepada segmentasi
yang disasar. Upaya serta gagasan yang penulis paparkan bahwa perlu
adanya diferensiasi produk pada produk enting-enting gepuk mendukung
upaya profesional produsen enting-enting gepuk Dewa Rejeki yang
memperluas pengembangan wilayah pemasaran hingga Kota Boyolali,
Kota Magelang serta upaya barter produk hingga ke kota-kota besar di
Indonesia.
5.3 Perencanaan Iklan
5.3.1 Analisis Situasi
Setelah penulis menemukan media yang tepat sebagai media promosi serta
memiliki fokus merek yang hendak dilakukan proses branding maka, tahap
selanjutnya adalah menganalisi situasi enting-enting gepuk secara lebih
mendalam. Penulis mengadakan riset tahap II yang sekaligus membantu
penulis menciptakan filosofi dan merancang pola media promosi yang telah
dipilih. Berbagai masukan serta saran penulis konstruksi sehingga untuk
memunculkan ide rancangan media promosi penulis melakukan riset tahap II.
Pada riset tahap II, penulis melakukan wawancara dengan mengajukan
pertanyaan pada informan key yang berkaitan dengan permasalahan enting-
enting gepuk. Informan key tersebut diantaranya adalah:
4
1. Produsen enting-enting gepuk
Proses wawancara ini dilakukan dengan produsen enting-enting gepuk
Dewa Rejeki. Hal ini dilakukan untuk menemukan data serta fakta dari
sudut pandang pelaku bisnis yang berkaitan dengan kondisi pemasaran
enting-enting gepuk, kualitas enting-enting gepuk, tingkat penjualan
enting-enting gepuk, serta kendala serta peluang yang ada pada industri
enting-enting gepuk di Kota Salatiga.
2. Konsumen
Proses wawancara dengan konsumen penulis lakukan untuk menemuan
data serta fakta dari sudut pandang konsumen yang berkenaan dengan
berbagai pendapat konsumen tentang enting-enting gepuk, keputusan
pembelian konsumen, enting-enting gepuk yang ideal, daya beli konsumen
serta berbagai evaluasi mengenai enting-enting gepuk di Kota Salatiga.
3. Pedagang
Proses waancara dengan pedagang enting-enting gepuk digunakan untuk
mendapat data serta fakta dari sudut pandang pedagang seputar
keputusan pembelian, selera konsumen, kapan masyarakat membeli
produk serta kondisi jual beli produk enting-enting gepuk di Kota
Salatiga.
Terdapat begitu banyak strategi komunikasi guna mengenalkan produk
kepada konsumen. Untuk menentukan strategi komunikasi yang tepat
diperlukan suatu analisis situasi guna memahami kondisi pasar enting-enting
gepuk. Analisis situasi menyajikan seluruh fakta relevan tentang sejarah,
pertumbuhan, produk dan jasa, volume penjualan, pangsa pasar, status
kompetitif kekuatan dan kelemahan, serta informasi relevan lain tentang
perusahaan. Riset kedua ini penulis mengkonstruksi jawaban pada tabel dan
juga mengklasifikasikan data lapangan dengan teknik analisis SWOT. SWOT
merupakan akronim dari kekuatan (strength,), kelemahan (weakness),
kesempatan (oppurtunity), dan ancaman (threat). Melalui tahapan riset II,
penulis menemukan satu media baru yang dapat dijadikan peluang untuk
dijadikan media promosi yakni berupa media promosi postcard. Hal ini
5
dikarenakan pada nyatanya daya beli konsumen tinggi ketika hari raya tertentu.
Apresiasi yang baik kepada konsumen melalui media postcard dapat terungkap
melalui media postcard tersebut.
Berikut analisis SWOT yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan