Top Banner
BAB V MASALAH GIZI, TUMBUH KEMBANG, IMUNISASI (GIZI) 1. Apakah definisi gizi ? Gizi adalah suatu proses tubuh memanfaatkan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. 2. Sebutkan beberapa macam masalah gizi komunitas utama pada anak di Indonesia ! Masalah gizi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi ( overnutrisi). Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, masalah Kurang Vitamin A dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa dkk, 2002). Kurang energy protein : Terdapat tiga jenis, yaitu: - Kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi (marasmus) - Basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan (kwashiorkor) - Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara KEP kering dan KEP basah (marasmus-kwashiorkor) 3. Jelaskan prinsip dasar gizi seimbang untuk anak ! Untuk balita : 1. Air Bayi yang menyusu pada ibunya masukkan air rata-rata: Trimester Kebutuhan (ml/kg BB/hari) I 175-200 II 150-175 III 130-140 IV 120-140 2. Energi Menurut FAO/WHO 1971 Umur Kebutuhan Energi (Kal/kg BB/hari) 3 bulan 120 3-5 bulan 115 6-8 bulan 110 9-11 bulan 105
28

Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Dec 22, 2015

Download

Documents

pipin

Gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang anak
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

BAB V MASALAH GIZI, TUMBUH KEMBANG, IMUNISASI (GIZI)

1. Apakah definisi gizi ?

Gizi adalah suatu proses tubuh memanfaatkan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

2. Sebutkan beberapa macam masalah gizi komunitas utama pada anak di Indonesia !

Masalah gizi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi).

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, masalah Kurang Vitamin A dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa dkk, 2002).

Kurang energy protein :

Terdapat tiga jenis, yaitu:

- Kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi (marasmus)

- Basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan (kwashiorkor)

- Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara KEP kering dan KEP basah (marasmus-kwashiorkor)

3. Jelaskan prinsip dasar gizi seimbang untuk anak !

Untuk balita :

1. Air

Bayi yang menyusu pada ibunya masukkan air rata-rata:

Trimester Kebutuhan (ml/kg BB/hari)

I 175-200

II 150-175

III 130-140

IV 120-140

2. Energi

Menurut FAO/WHO 1971

Umur Kebutuhan Energi (Kal/kg BB/hari)

3 bulan 120

3-5 bulan 115

6-8 bulan 110

9-11 bulan 105

Page 2: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Diatas 1 tahun 112

1-3 tahun 101

4-6 tahun 91

3. Protein

Umur Kebutuhan Protein (g/kg BB/hari)

6-11 bulan 3,5-2,0

1-3 tahun 2,5-2,0

4-6 Tahun 3,0

4. Lemak

Pada masa bayi dan balita lemak masih dianggap tidak perlu dalam jumlah banyak kecuali asam lemak essensial (asam lenoleat dan arakidonat). Lemak yang mengandung asam lemak essensial bila kurang dari 0,1 % akan mengakibatkan gangguan seperti kulit bersisik, rambut mudah rontok dan hambatan pertumbuhan. Maka dianjurkan sekurang-kurangnya 1% kalori yang berasal dari asam lenoleat.

5. Karbohidrat

Rekuiremen karbohidrat belum diketahui dengan pasti. Bayi yang menyusu pada ibunya mendapat 40 % kalori dari laktosa. Pada usia yang tua kalori dan hidrat arang bertambah jika bayi telah diberikan makanan lain terutama yang mengandung banyak tepungmisalnya bubur susu dan nasi tim.

6. Vitamin dan mineral6-11 bln 1-3 th 4-6 th

Ca 0,6 gr 0,5 gr 0,5 gr

Fe 8 gr 8 gr 10 gr

Vit A 1200 mg 1500 mg 1800 mg

Vit B1 0,4 mg 0,5 mg 0,6 mg

Vit B12 0,5 mg 0,7 mg 0,9 mg

Vit B6 6 mg 8 mg 9 mg

Vit C 25 mg 30 mg 40 mg

Vit D 400 unit

Page 3: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

4. Jelaskan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk seorang anak !

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui.

Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia

No

Kelmpok Berat Tinggi

Energi

Protein Vit.A Vit D Vit E Vit K

Tiamin Ribo- Niasin Asam

Piridok- Vit. Vit.C

Kalsium

Umur badanbadan flavin folat sin B12 (kg) (cm) (Kkal) (g) (RE) (ug) (mg) (ug) (mg) (mg) (mg) (ug) (mg) (ug) (mg) (mg)

Anak 1 0-6 bl 6 60 550 10 375 5 4 5 0,3 0,3 2 65 0,1 0,4 40 200

27-12 bl 8,5 71 650 16 400 5 5 10 0,4 0,4 4 80 0,3 0,5 40 400

3 1-3 th 12 90 1000 25 400 5 6 15 0,5 0,5 6 150 0,5 0,9 40 5004 4-6 th 17 110 1550 39 450 5 7 20 0,6 0,6 8 200 0,6 5 45 5005 7-9 th 25 120 1800 45 500 5 7 25 0,9 0,9 10 200 1 1,5 45 600

Laki-laki

610-12 th 35 138 2050 50 600 5 11 35 1 1 12 300 1,3 1,8 50 1000

713-15 th 46 150 2400 60 600 5 15 55 1,2 1,2 14 400 1,3 2,4 75 1000

816-18 th 55 160 2600 65 600 5 15 55 1,3 1,3 16 400 1,3 2,4 90 1000

919-29 th 56 165 2550 60 600 5 15 65 1,2 1,3 16 400 1,3 2,4 90 800

1030-49 th 62 165 2350 60 600 5 15 65 1,2 1,3 16 400 1,3 2,4 90 800

1150-64 th 62 165 2250 60 600 10 15 65 1,2 1,3 16 400 1,7 2,4 90 800

1260+ th 62 165 2050 60 600 15 15 65 1 1,3 16 400 1,7 2,4 90 800

Wanita

1310-12 th 37 145 2050 50 600 5 11 35 1 1 12 300 1,2 1,8 50 1000

1413-15 th 48 153 2350 57 600 5 15 55 1,1 1 13 400 1,2 2,4 65 1000

1516-18 th 50 154 2200 50 600 5 15 55 1,1 1 14 400 1,2 2,4 75 1000

1619-29 th 52 156 1900 50 500 5 15 55 1 1,1 14 400 1,3 2,4 75 800

1730-49 th 55 156 1800 50 500 5 15 55 1 1,1 14 400 1,3 2,4 75 800

18 50-64 55 156 1750 50 500 10 15 55 1 1,1 14 400 1,5 2,4 75 800

Page 4: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

th

1960+ th 55 156 1600 50 500 15 15 55 1 1,1 14 400 1,5 2,4 75 800

Hamil (+an)

20Timester 1 +180 +17 +300 +0 +0 +0 +0.3 +0.3 +4 +200 +0.4 +0.2 +10 +150

21Timester 2 +300 +17 +300 +0 +0 +0 +0.3 +0.3 +4 +200 +0.4 +0.2 +10 +150

22Timester 3 +300 +17 +300 +0 +0 +0 +0.3 +0.3 +4 +200 +0.4 +0.2 +10 +150

Menyusui (+an)

23

6 bl pertama +500 +17 +350 +0 +4 +0 +0.3 +0.4 +3 +100 +0.5 +0.4 +45 +150

246 bl kedua +550 +17 +350 +0 +4 +0 +.03 +0.4 +3 +100 +0.5 +0.4 +45 +150

Page 5: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

5. Jelaskan cara menentukan status gizi anak !

Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

NoIndeks yang dipakai

Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan.

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

NoIndeks yang digunakan Inte

rpretasiBB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang

Page 6: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

gizi

Rendah Tinggi Rendah

Sekarang kurang ++

Rendah Normal Rendah

Sekarang kurang +

2 Normal Normal NormalNormal

Normal Tinggi Rendah

Sekarang kurang

Normal Rendah Tinggi

Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal

Tinggi, normal

Tinggi Rendah TinggiObese

Tinggi Normal Tinggi

Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Page 7: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikutDiketahui BB= 60 kg TB=145 cm Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSAge Stan

dard Deviations

Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHSStature Stan

dard Deviations

cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSStature Stan

dard Deviations

Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1Sumber: WHO, Measuring Change

Page 8: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

an Nutritional Status, Genewa 1985

Jadi untuk indeks BB/U adalah= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD= status gizi baik

Untuk IndeksTB/U adalah= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD= status gizi pendek

Untuk Indeks BB/TB adalah= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD= status gizi gemuk

6. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan masalah gizi ?

- Penyebab langsung

Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2001).

- Penyebab tidak langsung

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998)

- Akar masalah

Penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).

7. Sebutkan prinsip-prinsip pemberian makanan pada anak dengan kondisi tertentu !

Jika zat makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, bisa diberikan melalui sebuah selang yang dimasukkan kedalam saluran pencernaan (nutrisi enteral) atau secara intravena (nutrisi parenteral).

Pemberian Makanan Melalui Selang

Penberian makanan melalui selang digunakan pada berbagai keadaan, termasuk pada penyembuhan luka bakar dan penyakit peradangan saluran pencernaan.

Page 9: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Sebuah selang plastik tipis (pipa nasogastrik) dimasukkan melalui hidung, menyusuri kerongkongan sampai mencapai lambung atau usus halus.

Jika selang ini harus digunakan untuk waktu yang lama, bisa secara langsung dimasukkan melalui sayatan kecil di dinding perut, ke dalam lambung atau usus halus.

Cairan yang dimasukkan melalui selang ini mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. 2-45% dari kebutuhan kalori total, berasal dari lemak.

Pemberian Makanan Secara Intravena

Pemberian makanan secara intravena digunakan jika penderita tidak dapat menerima sejumlah makanan yang cukup melalui pipa nasogastrik.

Penderita yang mendapatkan makanan melalui intravena adalah:

- Anak yang mengalami malnutrisi yang sangat berat dan akan menjalani pembedahan, terapi penyinaran atau kemoterapi

- Anak dengan luka bakar berat

- Kelumpuhan saluran pencernaan

- Diare atau muntah yang menetap.

Pemberian makanan melalui selang infus ini dapat memasok sebagian dari zat makanan yang dibutuhkan penderita atau seluruhnya (nutrisi parenteral total). Tersedia sejumlah cairan yang bisa diberikan dan dapat dimodifikasi untuk penderita penyakit ginjal atau hati.

8. Bagaimana tahap pemberian makanan pada anak ?

Menurut Depkes RI (2007) usia pada saat pertama kali pemberian makanan pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah setelah anak berusia enam bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami infeksiatau gangguan pencernaan akibat virus atau bakteri. Berdasarkan usia anak, dapat diketegorikan menjadi:

a. Pada usia enam sampai sembilan bulan

a. Memberikan makanan lumat dalam tiga kali sehari dengan takaran yang cukup

b. Memberikan makanan selingan satu hari sekali dengan porsi kecil

c. Memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan makanan

b. Pada usia lebih dari sembilan sampai 12 bulan

1) Memberikan makanan lunak dalam tiga kali sehari dengan takaran yang cukup

2) Memberikan makanan selingan satu hari sekali

3) Memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan makanan

Page 10: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

c. Pada usia lebih dari 12 sampai 24 bulan

1) Memberikan makanan keluarga tiga kali sehari

2) Memberikan makanan selingan dua kali sehari

3) Memberikan beraneka ragam bahan makanan setiap hari.

Jenis-jenis makanan pendamping yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak adalah sebagai berikut:

1) Makanan lumat

Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan atau disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya makanan lumat ini diberikan saat anak berusia enam sampai sembilan bulan. Contoh dari makanan lumat itu sendiri antara lain berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang saring atau dikerok, pepaya saring dan nasi tim saring.

2) Makanan lunak

Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air atau teksturnya agak kasar dari makanan lumat. Makanan lunak ini diberikan ketika anak usia sembilan sampai 12 bulan. Makanan ini berupa bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri.

3) Makanan padat

Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga. Makanan ini mulai dikenalkanpada anak saat berusia 12-24 bulan. Contoh makanan padat antara lain

berupa lontong, nasi, lauk-pauk, sayur bersantan, dan buah-buahan.

9. Bagaimana mengatasi masalah sulit makan pada anak ?

Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak yang harus dilakukan adalah :

(1). Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan Cari penyebab kesulitan makanan pada anak

(2). Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi

(3) Pemberian pengobatan terhadap penyebab

(4). Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau coeliac), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.

Adapun cara mengatasi anak yang suli makan adalah :

- Makan 3x sehari dengan teratur diselingi snack di sore hari (bisa berupa buah-buahan)

- Jangan ngemil diantara waktu makan karena bisa membuat anak kenyang dan enggan makan makanan utama.

Page 11: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

- Kurangi distractor (faktor pengganggu) di kala makan, seperti main sambil makan atau sambil nonton TV. Anak yang sibuk main atau nonton bisa lupa mengunyah sehingga makanannya diemut terus.

- Sebaiknya anak makan duduk di kursi makan (highchair), tidak jalan-jalan.

- Bila dalam 30 menit makan tidak selesai, sebaiknya berhenti, jangan sampai makan berjam-jam.

- Variasi menu dan penyajian yang menarik.

- Ciptakan suasana yang menyenangkan, misalnya makan dengan teman, atau dilibatkan di dalam membuat makanan (melihat ibu memasak/mengolah makanan).

- Bagi anak yang hobi mengemut makanan, berikan contoh bagaimana cara untuk mengunyah dan menelan makanan.

- Dampingi anak (makan bersama) dan ikut makan yang sama

-Sejak usia 3 tahun, biasakan anak makan bersama keluarga di meja makan

- Orang tua juga harus mengubah kebiasaan makan pilih-pilih karena anak bisa menirunya.

- Hindari melimpahi piring makan anak dengan banyak makanan sekaligus

- Beri pengertian bahwa makanan baik untuk anak cepat tinggi besar, pintar dan kuat seperti kakak / tokoh film idolanya / temannya yang lebih besar.

- Beri pujian bila anak berhasil menghabiskan makanannya

- Jangan pernah memaksa anak menghabiskan makanannya, apalagi anak yang sedang tantrum (ngamuk) menolak makan.

- Bila sudah cukup besar, ajari anak makan sendiri, jangan terus menerus disuapi. Saat mulai mengajak anak untuk makan sendiri, ciptakan suasana yang menyenangkan. Usahakan pula supaya tak terkesan memaksa dalam bentuk apa pun. Untuk tahap awal, orang tua bisa memberikan contoh bagaimana cara makan yang baik, mulai dari duduk manis, bagaimana cara memegang sendok kemudian mengangkatnya, menyuapkannya ke mulut, kemudian mengunyahnya dengan benar. Dengan melihat contoh konkret tersebut anak jadi punya gambaran mengenai apa yang harus dilakukannya dengan makanan tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan kesabaran ekstra dari orangtua, tapi hasilnya pasti akan menggembirakan.

10. Jelaskan proses dan materi edukasi tentang makanan bayi dan anak sehat kepada orangtua !

Yakinkan kepada orangtua bahwa ASI harus diberikan sampai usia anak 24 bulan dan ASI ekslusif sampai anak usia 6 bulan.

Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (baduta).

Page 12: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) Agar kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi.Dalam pemberian MPASI perlu diperhatikan waktu pemberian MP-ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada waktu anak sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilon makan dan merangsang rasa percaya diri.

Page 13: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi
Page 14: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

BAB V MASALAH GIZI, TUMBUH KEMBANG, IMUNISASI (TUMBUH KEMBANG)

1. Tumbuh kembang anak adalah fase dimana terjadi pertambahan ukuran tubuh dan peningktan dari fungsi tubuh dan pola pikir dari anak tersebut.

Ex: Tumbuh (tinggi badan,lingkar kepala dll),kembang (reflex,emosi dll)

2. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak antara lain :

a. Faktor genetik

b. Faktor lingkungan

• Pranatal (Faktor Gizi ibu saat hamil,faktor mekanis contohnya trauma dan cairan ketuban yang kurang ,faktor Toksin/Zat kimia contohnya obat teratogen, faktor Endokrin, faktor Radiasi, faktor Infeksi, faktor Stress, faktor Imunitas,faktor Anoksia embrio)

• Post natal ( Faktor Biologis contohnya ras,suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, hormon, fungsi metabolisme,penyakit kronis,kepekaan terhadap penyakit. Faktor Fisik contohnya cuaca, musim, keadaan geografis, sanitasi, keadaan rumah, sanitasi. Faktor Psikososial contohnya Stimulasi,motivasi belajar,ganjaran atau hukuman,kelompok sebaya,stres,sekolah, cinta dan kasih sayang, interaksi anak dan orang tua. Faktor Keluarga contohnya pekerjaan / pendapatan keluarga, Pendidikan ayah ibu, Jumlah saudara, Jenis kelamin dalam saudara,stabilitas rumah tangga,kepribadian ayah dan ibu, adat,Agama, Urbanisasi, politik)

3. Kebutuhan dasar seorang anak :

• Kebutuhan fisik-biomedis (“ASUH”)

• Kebutuhan emosi/ kasih sayang (“ASIH”)

• Kebutuhan akan stimulasi mental (“ASAH”)

4. Ciri-ciri tumbuh kembang anak yaitu :

• Tumbuh kembang anak adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturasi/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.

Ini berarti bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak didalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati.

• Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta lau tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat adalah masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas.

Page 15: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Sedangkan pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, limfoid, neural, reproduksi.

• Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.

Contoh, anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan, tetapi umur saat anak belajar duduk/berjalan berbeda anatar anak satu dengan lainnya.

• Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.

Contoh, tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak dapat berjalan sampai sistem saraf siap untuk itu, tetapi tidak adanya kesempatan praktik akan menghambat kemampuan ini.

• Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.

Contoh, bayi akan menggerakan seluruh tubuhnya , tangan ada kakinya kalau melihat sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya hanya tertawa atau meraih benda tersebut.

• Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

Langkah pertama sebelum berjalan adalah perkembangan menegakkan kepala.

• Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

5. Tahap-tahap tumbuh kembang anak :

a. Masa Pranatal

-. Masa mudigah/embrio :konsepsi-8 minggu

-. Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir

b. Masa Bayi : usia 0-1 tahun

-. Masa neonatal : Usia 0-28 hari

>.masa neonatal dini : 0-7 hari

>.masa neonatal lanjut: 8-28 hari

-. Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

c. Masa pra sekolah: Usia 1-6 tahun

d. Masa sekolah : usia 6-18/20 tahun

Page 16: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

-. Masa pra remaja :usia 6-10 tahun

-. Masa remaja :

*.Masa remaja Dini

>. Wanita usia 8-13 tahun

>. Pria usia 1—15 tahun

*.Masa remaja lanjut

>. Wanita usia 13-18 tahun

>. Pria usia 15-18 tahun

6. Parameter penilaian pertumbuhan fisik yaitu

a. Ukuran antropometrik (berat badan,Tinggi badan,Lingkar kepala,Lingkar lengan atas,Lipatan kulit)

b. Gejala atau tanda pemerikasaan fisik (keseluruhan fisik, Jaringan otot, Jaringan lemak, Rambut, Gigi geligi)

c. Gejala dan tanda pada pemeriksaan Laboratorium

d. Gejala dan tanda pada pemeriksaan radiologis

7. Bagaimana menilai perkembangan anak :

Anamnesis--> Skrining gangguan perkembangan anak--> Evaluasi Lingkungan anak--> Evaluasi penglihatan dan pendengarananak--> Evaluasi bicara dan bahasa anak--> Pemeriksaanfisik--> Pemeriksaan neurologi--> Evaluasi penyakit metabolik--> Integrasi dan hasil penemuan.

8. Macam-macam tes perkembangan

a. Tes Intelegensi indvidual (tes IQ)

b. Tes prestasi

c. Tes psikomotorik

d. Tes proyeksi

e. Tes perilaku adaptif

9. Bagaimana mengenali gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak:

Page 17: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Cara mengenali gangguan pertumbuhan yaitu dengan melakukan deteksi dini secara sistematis dimulai dengan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik kasar, Perkembangan bahasa serta gangguan emosi dan perilaku.

10. Bagaimana cara melakukan deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak:

*Pertumbuhan

Pengukuran Berat Badan (BB)

Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.

Pengukuran Tinggi Badan (TB)

Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.

Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)

PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.

*Perkembangan

Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan. Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama.

Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II (Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah. Sektor bahasa meliputi kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan, dan gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat sektor tersebut, itu perilaku anak juga dinilai secara umum untuk memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.

11. Bagaimana melakukan edukasi pada orang tua anak tentang gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak:

Page 18: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Melakukan edukasi ke orang tua dengan cara memberitahukan pentingnya memantau atau memperhatikan setiap tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan. Orang tua bisa disarankan melakukan screening kids, atau membawa ke dokter untuk diperiksa ada atau tidaknya gangguan tumbuh kembang padasang anak.

2. -BCG -reaksi uji tuberkulin >5mm

-menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV, immunocompromise akibat pengobatan kortikosteroid, obat immuno supresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe

-menderita gizi buruk

-menderita demam tinggi

-menderita infeksi kulit yang luas

-pernah sakit tuberkulosis

-kehamilan

-hepatitis B sampai saat ini tidak ada indikasi kontra absolut pemberian vaksi VHB. Kehamilan dan laktasi bukan kontra indikasi imunisasi VHB.

-DPT -riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya

-ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya

-keadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution). Misal sebelum pemberian vaksin pertusis berikutnya bila pada pemberian pertama dijumpai : riwayat hiperpireksia, keadaan hipotonik-hiporesponsif dalam 48jam, anak menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3 hari setelah imunisasi DPT

-poliomyelitis -penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C), vaksinasi harus ditunda

-muntah atau diare (ditunda)

-sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau immunosupresif yang diberikan oral maupun suntikan, juga yang mendapat terapi radiasi umum (termasuk kontak dengan pasien)

-keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial (limfoma, leukimia, dan penyakit Hodgkin) dan yang mekanisme immunologisnya terganggu, misal hipogammaglobulinemia

-infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak

-walaupun kejadian ikutan pada fetus belum pernah dilaporkan, OPV jangan diberikan kepada orang hamil pada 4 bulan pertama kehamilan, kecuali terdapat alasan mendesak (misal pergi ke daerah endemis poliomyelitis)

Page 19: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

-OPV dapat diberikan bersama-sama dengan vaksi inactivated dan virus hidup lainnya (sesuai indikasi) tetapi jangan bersama vaksin oral tifoid

-bila BCG diberikan pada bayi tidak perlu memperlambat pemberian OPV, karena OPV memacu imunitas lokal dan pembentukan antibodi dengan cara replikasi dalam usus

-OPV dan IPV mengandung sejumlah kecil antibiotik (neomisin, polimiksin, streptomisin) namun hal ini tidak merupakan kontra indikasi, kecuali pada anak yang mempunyai bakat hipersensitif berlebihan

-anggota keluarga kontak dengan anak yang menderita immunosupresi jangan diberikan IPV atau OPV

-campak belum ditemukan

13. Rantai vaksin adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien.

Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2 derajat sampai +8 derajat C. namun untuk vaksin polio lebih bisa bertahan lama (2 tahun) jika dalam suhu -25 sampai -15 derajat C.

Susunan penyimpanan vaksin dilakukan dengan cara meletakkan vaksin hidup dekat degan bagian yang paling dingin, sedangkan vaksin mati jauh dari bagian yang paling dingin. Diantara kotak-kotak vaksin diberi jarak selebar jari tangan agar udara bisa menyebar merata. Bagian paling bawah diletakkan cool pack untuk mempertahankan suhu bila listrik mati. Pelarut vaksin jangan disimpan di dalam lemari es atau freezer karena akan mengurangi ruang untuk vaksin dan akan pecah bila beku. Tidak boleh menyimpan makanan, minuman, obat-obatan atau benda lain dalam lemari es vaksin karena mengganggu stabilitas suhu karena sering dibuka. Membuka lemari es vaksin sebisa mungkin hanya dua kali, saat mengambil vaksin dan saat mengembalikan sisa vaksin dengan tetap mencatat suhu.

Cold chain adalah rantai urutan transpor vaksin sejak dari pabrik hingga ke pelayanan dengan menggunakan tempat penyimpanan yang berbeda stabilitas suhunya namun tetap berada dalam range suhu 2-8 derajat C. Di pabrik, distributor pusat, Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi menggunakan kamar dingin atau kamar beku. Di Puskesmas biasanya menggunakan lemari es, baik lemari es yang membuka ke depan maupun yang membuka ke atas (kayak tempat es krim). Saat akan digunakan, vaksin disimpan dalam wadah semacam cold box atau termos yang diisi cold pack atau cool pack.

14.penggunaan IPV di Yogyakarta disebabkan karena :

-dari penelitian terhadap limbah masyarakat di Yogyakarta ditemukan kandungan vaksin dengan titer yang tinggi. Hal ini berarti generasi masyarakat Yogyakarta sekarang telah memiliki kandungan imunisasi polio yang tinggi walau tidak melakukan vaksinasi OPV.

Page 20: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

15. OPV : -berisi virus polio hidup yang dilemahkan

-digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral.

-vaksin akan menghambat infeksi virus polio liar yang masuk bersamaan.

-penerima vaksin terlindungi setelah dosis tunggal pertama, namun tiga dosis berikutnya akan memberi imunitas jangka panjang terhadap 3 tipe virus polio

-OPV harus disimpan tertutup pada suhu 2-8 derajat C.

-vaksin sangat stabil namun sekali dibuka, vaksin akan kehilangan potensi karena perubahan pH setelah terpapar udara.

-OPV dapat disimpan beku pada suhu <-20 derajat C dan dapat dicairkan dengan cara dihangatkan dengan tangan

IPV : -berisi virus polio tipe 1, 2, 3 yang inaktif

-harus disimpan pada suhu 2-8 derajat C dan tidak boleh dibekukan

-pemberian dosis 0,5 ml injeksi subkutan dalam tiga kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing dosis akan memberikan imunitas jangka panjang terhadap 3 tipe virus polio

-imunitas mukosal yang ditimbulkan IPV lebih rendah daripada OPV

16. hal-hal yang harus dijelaskan atau ditanyakan kepada orang tua sebelum dilakukan imunisasi:

1. Keadaan bayi/anak

• Pernah mengalami KIPI yang berat

• Alergi terhadap bahan yang juga terdapat dalam vaksin

• Sedang mendapat pengobatan steroid jangka panjang, raidoterapi, atau kemoterapi

• Menderita sakit yang menurunkan imunitas

• Tinggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun

• Tinggal serumah dengan orang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas

• Pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup

• Pada 3 bulan lalu mendapat imunoglobulin atau transfusi darah

• Menderita penyakit susunan saraf pusat

Page 21: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

2. Pemberian antipiretik sebelum dan sesudah imunisasi dianjurkan memberikan antipiretik 15 mg/kgBB 30 menit sebelum imunisasi DPT, MMR, HiB, hepatitis B untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi

3. Manfaat vaksinasi

4. Reaksi KIPI

• BCG 2-6 minggu setelahnya dapat timbul papula dan menyembuh perlahan

• Hepatitis B demam tidak tinggi, mual, nyeri sendi

• DPT demam tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan dan nyeri

• OPV sangat jarang terjadi reaksi sehingga tidak perlu tindakan apapun

• Campak dan MMR rasa tidak nyaman di bekas tempat suntikan, demam tidak tinggi, pilek

17. pencatatan imunisasi :

Setiap bayi/anak sebaiknya memiliki kartu imunisasi yang dipegang oleh orang tua atau pengasuhnya dan harus selalu membawa kartu tersebut setiap akan melakuka imunisasi. Setiap dokter atau tenaga paramedis yang memberikan imunisasi harus mencatat semua data-data yang relevan pada kartu tersebut : -jenis vaksin yang diberikan (no.batch, nama dagang)

-tanggal melakukan vaksinasi

-efek samping, bila ada

-tanggal vaksinasi berikut

-nama tenaga medis/paramedis yang memberikan vaksin

18. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

Klasifikasi lapangan (WHO)

1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmatic error)

2. Reaksi suntikan

3. Induksi vaksin (Reaksi vaksin)

4. Faktor kebetulan (koinsidensi)

5. Penyebab tidak diketahui

Page 22: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

19. pelaporan KIPI :

• Laporan dibuat dengan mengisi formulir laporan yang disediakan

• Diserahkan ke instansi kesehatan tingkat Kabupaten/DT II, dengan tembusan ke Sekretariat KOMDA PP IPI yang berkedudukan di propinsi

• Petugas kesehatan di tingkat II harus merekapitulasi kejadian serta menetapkan kasus tersebut termasuk KIPI atau tidak, serta meneruskannya ke Instansi Kesehatan Propinsi / DT I sampai Subdit Imunisasi Dirjen PPM dan PLP Depkes dengan tembusan kepada KOMNAS PP KIPI

• Dalam hal mendesak, pelaporan dapat disampaikan melalui telepon atau faksimili, formulir pelaporan harus diisi kemudian

• Data demografi

Data yang harus dilaporkan :

• Data pasien

• Data pemberian vaksin

• Data yang berhubungan dengan program

• Data sasaran lain

Cara pelaporan :

• Semua kolom formulir yang dapat diisi harus dilengkapi. Bila perlu, jangan ragu untuk menuliskan laporan tambahan pada formulir tersebut

• Laporan bulanan harus dibuat, sekalipun tidak ada kasus (tuliskan jumlah kasus 0, zero report)

• Petugas kesehatan di tingkat II/kabupaten harus mengidentifikasi masalah dan menilai, sehingga dapat terlihat :

1. Apakah kejadian ini berlangsung di tempat yang sama setiap bulan?

2. Apakah beberapa tempat yang berbeda melaporkan hal yang sama?

3. Bagaimana perbandingan laporan yang dibuat oleh tempat yang berbeda dilaporkan?

20. kebijakan imunisasi pada kelompok beresiko

1. Pasien immunocompromised

Page 23: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

• Primer diberikan imunisasi pasif dengan gammaglobulin spesifik atau IGV. Pada defisiensi komplemen dapat diberikan semua jenis vaksin, sedangkan pada defisiensi fagosit tidak boleh diberi vaksin hidup dan dianjurkan divaksinasi influenza dan pneumokokus.

• Sekunder tidak boleh diberi vaksin hidup, kecuali setelah penghentian pengobatan imunosupresif minimal 3 bulan. Vaksin mati dapat diberikan sama seperti anak normal.

2. Pengobatan kortikosteroid

• Kortikosteroid topikal/dosis rendah dapat diberikan vaksin hidup

• Kortikosteroid sistemik/dosis tinggi tiap hari dan <14 hari dapat diberikan vaksin hidup setelah penghentian pengobatan

• Kortikosteroid sistemik/dosis tinggi >14 hari dapat diberikan vaksin hidup stelah penghentian pengobatan 3 bulan

• Keluarga pasien imunokompromais yang kontak langsung dianjurkan mendapatkan vaksinasi polio inaktif, varisela, dan MMR

• Pasien leukimia limfositik akut dalam keadaan remisi lebih dari 1 tahun dapat diberikan imunisasi virus hidup varisela

• Defisiensi imun kongenital atau acquired dianjurkan memeriksa titer antibodi serum setelah imunisasi diberikan sebagai data untuk pemberian imunisasi berikutnya.

3. Infeksi HIV dapat diberikan imunisasi vaksin yang dilemahkan atau yang mati

4. Penyakit Hodgkin

• Pasien umur >24 bulan dan orang dewasa dianjurkan imunisasi pneumokokus dan HiB, dilakukan 10-14 hari sebelum dilakukan imunoterapi

• Pada splenektomi dianjurkan imunisasi pneumokokus dan HiB sebelum pengangkatan limpa

• Pada pasien keganasan seperti leukimia dan limfoma sebelum memulai pengobatan dengan kemoterapi sebaiknya imunisasi dulu

5. Pasien transplantasi sum-sum tulang sebelum transplantasi dilakukan, diberikan imunisasi polio dan DPT dulu. Imunisasi influenza dapat dilakukan 1 tahun setelah transplantasi dan diulang tiap tahun sebelum epidemi tiba. Imunisasi hepatitis B juga dilakukan 1 tahun setelah transplantasi

6. Bayi prematur dan BBLR bayi prematur dapat diimunisasi sesuai dengan umur kronologisnya dengan dosis dan jadwal yang sama dengan bayi cukup bulan. Vaksin DPT, HiB dan OPV diberikan pada umur 2 bulan. Bila bayi masih dirawat pada umur 2 bulan sebaiknya diberikan IPV

Page 24: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

7. Anak dengan penyakit kronis diberikan imunisasi seperti anak sehat, kecuali sudah terjadi defisiensi imun sekunder. Sangat dianjurkan untuk imunisasi influenza dan pneumokokus.

8. Anak dengan reaksi efek samping --. Anak yang pernah menderita efek samping serius setelah imunisasi, harus diberikan imunisasi berikutnya di rumah sakit dengan pengawasan dokter.

21. -ERAPO program eradikasi polio

-PIN pekan imunisasi nasional

-AFP acute flaccid paralysis (lumpuh layuh mendadak)

-mopping up

-ETN eliminasi tetanus neonatorum

-reduksi campak

22. -MMR

-HiB

-tifoid

-varicella

-hepatitis A

-rabies dan vaksin anti rabies

-influenza

-pneumokokus

-rotavirus

-kolera dan ETEC

-yellow fever

-japanese encephalitis

-meningokokus

-HPV

Page 25: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

BAB III MASALAH GIZI, TUMBUH KEMBANG, IMUNISASI (IMUNISASI)

1. Apa pengertian imunitas, imunisasi, dan vaksinasi?

Imunitas: respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut.

Imunisasi: suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.

Page 26: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

Vaksinasi: suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengaan antigen yang berasal dari mikroorganisme pathogen.

2. Apa tujuan program imunisasi?

Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.

3. Bagaimana mekanisme imunologi yang berperan dalam imunisasi?

Tubuh akan berespon terhadap antigen untuk mengeliminasi antigen tersebut. Terdapat 2 macam pertahanan tubuh yaitu pertahanan non spesifik/innate dan pertahanan tubuh spesifik/adaptif. Bila pertahanan nonspesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mikroorganisme yang pertama kali dikenal oleh system imun akan dipresentasikan oleh makrofag (APC) pada sel T untuk antigen TD sedang antigen TI akan langsung diproses oleh sel B.

Imunitas humoral (bagian dari mekanisme pertahanan spesifik) akan menghasilkan antibody bila dirangsang oleh antigen.

Respon imun terdiri dari 2 fase yaitu fase pengenalan (diperankan oleh sel yang mempresentasikan antigen (APC), sel limfosit B, limfosit T; dan fase efektor (diperankan oleh antibody, dan limfosit T efektor.

4. Sebutkan jenis-jenis imunitas (kekebalan) berdasarkan cara timbulnya!

Imun/kekebalan pasif: didapatkan secara alami, yaitu kekebalan yang didapatkan transplasental atau yang diperoleh setelah pemberian suntikan immunoglobulin.

Imun/kekebalan aktif: kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah.

5. Apakah yang disebut respon imun primer?

Respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen.

6. Apakah yang disebut dengan respon imun sekunder?

Respon yang terjadi apabila pemaparan antigen terjadi untuk yang kedua kalinya yang disebut juga booster. Puncak kadar IgM pada respon sekunder umumnya tidak melebihi puncaknya pada respon primer sementara kadar IgG meningkat jauh lebih tinggi dan berlangsung lebih lama.

Page 27: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

7. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi!

Status imun pejamu, factor genetic pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin.

8. Imunisasi apa saja yang masuk dalam program pengembangan imunisasi (PPI) dan bagaimana penjadwalannya?

a. Tuberculosis (BCG)

Diberikan pada umur <3 bulan, sebaiknya pada anak dengan uji Mantoux negatif.

b. Hepatitis B

Pertama diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. Minimal diberikan 3 kali.

Jadwal yang dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan.

c. Difteria, tetanus, pertusis (DTP)

Pemberian dianjurkan 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan dan usia 5 tahun atau saat masuk sekolah.

d. Poliomyelitis

OPV diberikan pada bayi baru lahir sebagai dosis awal, diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu.

IPV diberikan 3 kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing dosis.

e. Campak

Diberikan pada umur 9 bulan, secara intramuscular. Diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD (6-8 tahun)

9. Jelaskan tata cara pemberian masing-masing vaksin yang termasuk PPI (dosis, cara pemberian, lokasi pemberian)?

a. Tuberculosis (BCG)

Dosis: 0.05 ml untuk bayi baru lahir secara intradermal di lengan atas sebelah kanan

b. Hepatitis B

Bayi yg lahir dengan ibu HBsAg negative dan anak <11 tahun: Recombivax 2.5 µg/ml, Engerix B 10 µg/ml.

Lokasi penyuntikan: paha anterolateral kiri.

c. Difteria, tetanus, pertusis (DTP)

Dosis: 0.5 ml diberikan intramuscular atau subcutan dalam pada otot lengan atau paha

Page 28: Bab v Masalah Gizi Tumbuh Kembang Imunisasi

d. Poliomyelitis

Dosis: 2 tetes=0.1 ml diberikan secara oral.

e. Campak

Dosis: 1000 TCID50 atau sebanyak 0.5 ml secara subkutan, namun dapat juga diberikan secara intramuscular.

10. Di antara vaksin-vaksin yang masuk PPI,, manakah yang termasuk vaksin hidup (live attenuated) dan manakah yang termasuk vaksin inaktif?

Live attenuated: BCG, OPV, Campak

Vaksin inaktif: DTP, Hepatitis B

11. Sebutkan kontraindikasi umum pemberian vaksin!

Bervariasi: reaksi anafilaksis ringan hingga berat, reaksi lokal atau sistemik, reaksi segera atau tertunda.

Lokal: nyeri, bengkak, kemerahan pada tempat injeksi

Sistemik: demam, malaise, nyeri kepala

Alergi.

Sumber: Pedoman Imunisasi di Indonesia, edisi ketiga tahun 2008