Teknik Elektro Universitas Diponegoro Laporan Kerja Praktek PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B BAB IV SIKLUS PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA UAP TANJUNG JATI B UNIT 1 DAN 2 4.1 Siklus Bahan Bakar Gambar 4.1 Skema Proses Produksi PLTU Tanjung Jati B 4.1.1 Siklus bahan bakar batubara Batubara merupakan bahan bakar utama dari PLTU Tanjung Jati B ini. Untuk batubara pada suatu PLTU, biasanya terdapat sistem tersendiri. Sistem tersebut biasanya dinamakan Sistem Penanganan Batubara (Coal Handling System). Sistem Penanganan Batubara ini dimulai dari Coal Jetty. Coal Jetty merupakan dermaga tempat kapal pembawa muatan batubara berlabuh. Coal Jetty pada Tanjung Jati B memiliki panjang 240 meter dan letaknya 1,37 kilometer dati tepi pantai. Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
BAB IV
SIKLUS PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA UAP TANJUNG JATI B
UNIT 1 DAN 2
4.1 Siklus Bahan Bakar
Gambar 4.1 Skema Proses Produksi PLTU Tanjung Jati B
4.1.1 Siklus bahan bakar batubara
Batubara merupakan bahan bakar utama dari PLTU Tanjung Jati B ini.
Untuk batubara pada suatu PLTU, biasanya terdapat sistem tersendiri. Sistem
tersebut biasanya dinamakan Sistem Penanganan Batubara (Coal Handling
System). Sistem Penanganan Batubara ini dimulai dari Coal Jetty. Coal Jetty
merupakan dermaga tempat kapal pembawa muatan batubara berlabuh. Coal
Jetty pada Tanjung Jati B memiliki panjang 240 meter dan letaknya 1,37
kilometer dati tepi pantai. Batubara yang diangkut oleh kapal vessel (kapal
pembawa batubara) diturunkan dengan menggunakan alat yang bernama Ship
Unloader.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Gambar 4.2 Coal Jetty pada Pembangkitan Tanjung Jati B
Dari Ship Unloader ini batubara dibawa menuju ke Coal Yard dengan
menggunakan Conveyor Belt. Coal Yard/Stockpile adalah lapangan luas tempat
diletakkan dan disimpannya batubara. Coal yard mampu memenuhi kebutuhan
bahan bakar PLTU hingga 2 bulan (630.000 ton). Untuk pemprosesan selanjutnya,
batubara dikeruk menggunakan Stacker reclaimer dengan kapasitas angkut 1500
ton /jam untuk selanjutnya disalurkan ke crusher house ,untuk menghancurkan
batubara menjadi ukuran yang lebih kecil sebelum menuju Coal Silo. PLTU
Tanjung Jati B Unit 1 dan 2 menggunakan mesin crusherTKK 36 x 49 Koal –
King Granulator Coal Crusher dengan daya motor 350 HP/750 rpm dan kapasitas
600 MTPH.Sedangkan Coal Silo merupakan tempat penyimpanan sementara
untuk batubara hingga selanjutnya disalurkan oleh Coal Feeder untuk menuju
Pulverizer. Proses penggerusan batubara terjadi di pulverizer yang mengubah
batubara ukuran + 50 mm menjadi berukuran 200 mess sebanyak minimal 70%.
Penggerusan ini berfungsi untuk memaksimalkan luas permukaan kontak
pembakaran dari partikel batubara dan juga memaksimalkan kalori yang ada pada
batubara tersebut. Untuk itu digunakan Pulverizer untuk menggerus batubara agar
menjadi lebih kecil.Serbuk batubara yang dihasilkan akan dihembuskan bersama
dengan udara panas dari Primary Air Fan menuju ke Furnace (pembakaran).
Batubara serbuk dan udara panas yang bercampur akan memudahkan dalam
proses pembakaran saat bertemu dengan api dari Ignitor.Hasil pembakaran dari
batubara akan menghasilkan kandungan lain yaitu NOx(oksida
Nitrogen),SOx(Oksida Sulfur),Cox(oksida karbon) dan abu.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Untuk menciptakan PLTU yang ramah bagi manusia dan lingkungan,
kandungan-kandungan tersebut harus diminimalisir hingga batas yang aman.
4.1.2 Siklus bahan bakar minyak
Bahan bakar minyak atau fuel oildigunakan untuk pembakaran awal pada
boiler,saat beban rendah dibawah 160 MW dan pendukung keandalan saat
gangguan.hal ini dikarenakan bahan bakar minyak lebih cepat tebakar, dibanding
dengan bahan bakar batubara. Setelah sudah menghasilkan api, burner bahan
bakar dimatikan dan diganti dengan burner batubara.
Gambar 4.3 Main Fuel Oil Tank
Proses aliran bahan bakar batubara berawal dari fuel oil supplier yakni PT
Pertamina, kemudian di tampung ke fuel oil tank, dengan kapasitas tampung
757m3. Bahan bakar minyak dengan viskositas berbeda di tampung di bunker
yang berbeda pula, misalkan HSD, MFO, dll. Untuk bahan bakar MFO
memerlukan heater yang sebelum di pompa ke boiler, karena viskositasnya yang
tinggi sehingga perlu dipanaskan. Bahan bakar pada fuel oil tank selanjutnya di
pompa ke boiler melalui fuel oil pipe, selanjutnya dilewatkan ke fuel oil burner
untuk di kabutkan untuk mempercepat proses pembakaran. Pada burner terdapat
ignitor yang fungsinya untuk pematik api.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
4.2 Siklus Air dan Uap
Gambar 4.4 Siklus Air dan Uap
Karena PLTU menggunakan banyak uap yang didapat dengan
menggunakan proses perubahan dari air menjadi uap, maka air yang digunakan
berasal dari air laut. Karena air laut memiliki sifat korosif maka diperlukan
adanya proses pengolahan air atau biasa disebut dengan Water Treatment
Plant.
Sebelum air diproses pada WTP, air laut dipompa dengan
menggunakan Circulating Water Pump (CWP) menuju sebuah kolam. Dan
pada titik-titik tertentu diinjekkan klorin, yang merupakan hasil elektrolisis laut
dari NaClO, untuk melemaskan biota laut serta membunuh bakteri yang ikut
tersedot saat air laut dipompa agar tidak menjadi Biofouling. Air laut yang
membawa biota laut yang ikut tersedot disaring menggunakan travelling
screen.
Air laut yang kemudian masuk pada proses reverse osmosis yang akan
menyaring air laut menjadi air tawar. Air tawar yang dihasilkan dinamakan
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
dengan Make Up Water. Make Up Water ini dipompa dengan distillate pump
menuju “Make Up Water Tank” untuk disimpan sementara.
Gambar 4.5 Make Up Water Tank pada Pembangkita Tanjung Jati B
Make Up Water selanjutnya masuk ke sistem pemurnian
(Demineralization). Hasil dari proses ini adalah air demin. Air demin
merupakan air yang memiliki kandungan mineral yang kecil dengan
konduktivitas 0.2-1 mikro siemens dengan PH netral.
Air denim yang dihasilkan selanjutnya dicampurkan dengan air di
kondenser hasil pengembunan uap dari turbin tekanan rendah. Setelah
dicampurkan, air dipompa menggunakan Condensate Extraction Pump (CEP)
menuju GSC lalu ke Low Pressure Heater 1, 2, dan 3 untuk dinaikkan
temperaturnya. Setelah air dinaikkan temperaturnya, air dialirkan menuju ke
Deaerator yang memiliki fungsi untuk menghilangkan kandungan oksigen
dalam air karena oksigen dapat mengakibatkan korosi pada sudu-sudu (sirip-
sirip) pipa.
Setelah itu, air menuju ke High Pressure Heater 4,5, dan 6 dengan di
pompa menggunakan Boiler Feed Pump (BFP) untuk dinaikkan tekanannya
yang selanjutnya dialirkan menuju ke Economizer. Economizer merupakan alat
untuk memanaskan air, namun tidak sampai menguap. Dari economizer air
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
diteruskan ke pembakaran sehingga akan membuat air menguap. Air dan uap
dipisahkan pada Stem Drum. Uap air yang terbentuk dari hasil ini masih
berupa uap jenuh (basah) yang selanjutnya dialirkan menuju Superheater. Di
dalam superheater, air dipanaskan lebih lanjut sehingga menghasilkan uap
kering dengan suhu 540˚C dan bertekanan 170 bar.
Gambar 4.6 Turbin Tekanan Menengah dan Rendah
Uap kering dengan suhu tinggi dan bertekanan tersebut kemudian
dialirkan untuk memutar High Pressuse Turbine (HPT) / turbin tekanan tinggi.
Uap yang keluar dari HPH (Cold Reheater) mengalami penurunan suhu akan
tetapi masih memiliki suhu dan tekanan yang besar maka uap tersebut
dipanaskan kembali untuk selanjutnya digunakan untuk memutar turbin
tekanan menengah (Intermediete Pressure Turbine) dan turbin tekanan rendah
(Low Pressure Turbine). Keluaran pemanasan kembali oleh Reheater akan
menghasilkan uap dengan temperatur 139˚C dan bertekanan 38 bar atau biasa
disebut Hot Reheater yang akan memasuki IPT. Keluaran uap dari IPT akan
memasuki LPT. Selanjutnya uap air yang keluar dari IPT akan didinginkan
menggunakan kondenser sehingga uap panas yang bertemu dengan air dingin
pada kondenser akan mengembun. Embun hasil dari pendinginan kondensator
ini akan dipanaskan kembali pada Low Pressure Heater yang digunakan
kembali untuk proses penguapan di boiler.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Rotor generator terpasang 1 poros dengan rotor turbin sehingga putaran
rotor sama dengan putaran rotor turbin sebesar 3.000rpm yang ekuivalen
dengan keluaran frekuensi energi listrik sebesar 50 Hz. Saat berputar, medan
magnet pada rotor generator memotong penghantar pada lilitan-lilitan stator
sehingga menimbulkan tegangan pada stator generator akibat adanya induksi
elektromagnetik. Arus listrik mengalir saat generator terhubung ke beban.
Besarnya arus listrik yang mengalir tergantung pada besarnya hambatan listrik
(resistansi) pada beban. Arus listrik tersebut kemudian dialirkan ke trafo untuk
memperbesar tegangannya sehingga dapat dikoneksikan ke sistem
interkoneksi.
Gambar 4.7 Generator pada Pembangkitan Tanjung Jati B
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
4.3 Siklus Udara Pembakaran
Salah satu unsur penting dalam reaksi pembakaran adalah oksigen.
Oksigen diperoleh dari udara sekitar yang akan digunakan dalam proses
pembakaran oksigen. Sistem suplai udara pada boiler terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu Udara Primer dan Udara Sekunder.
Gambar 4.8 Siklus Udara Primer pada Pembangkita Tanjung Jati B
Udara Primer yang bersuhu 40˚ dihisap menggunakan Primary Air Fan
(PAF) setelah melalui filter udara. Untuk memanaskan udara primer yang akan
bercampur dengan serbuk batubara maka udara primer dipanaskan melalui Tri-
Sector Air Heater dengan memanfaatkan gas panas dari hasil pembakaran.
Pemanasan udara primer dilakukan untuk menghilangkan uap air yang terbawa
bersama saat dihisap dengan PAF. Udara yang telah dipanaskan melalui Tri-
Sector Air Heater kemudian dialirkan menuju Pulverizer yang dikendalikan
oleh control dampers. Udara primer ini akan memanaskan serbuk batubara
yang kemudian akan mendorong serbuk batubara ini menuju ke furnace.
Udara primer selain berfungsi sebagai pemanas batubara juga sebagai
penyedia udara untuk masing-masing pulverizer guna mentransport batubara
menuju ruang bakar.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Sedangkan untuk udara sekunder dihisap dengan kipas tekan paksa
(Force Draft Fan) setelah sebelumnya juga melalui filter udara yang kemudian
dipanaskan dengan uap pada Steam Coil Air Heater (SCAH) sampai
temperaturnya 130˚C. Udara keluar dari elemn pemanas tersebut kemudian
menuju ke Secondary Air Heater untuk dipanaskan lagi dengan memanfaatkan
gas pembakaran setelah melewati economizer. Pemanasan ini bertujuan agar
udara cukup panas (±130˚C) untuk memudahkan pada proses pembakaran.
Dari pemanas udara sekunder ini dialirkan menuju ke Wind Box yang
dihubungkan ke lubang udara pembakaran pada Burner. Fungsi udara ini selain
sebagai penyuplai udara pembakaran juga sebagai pendingin bagian-bagian
pembakar (Firing System) agar tidak rusak karena panas (radiasi) api. Sehingga
fungsi dari udara sekunder adalah sebagai penyuplai udara pembakaran di
dalam furnace.
Di dalam boiler terjadi pencampuran antara serbuk batubara, udara
primer, dan udara sekunder yang kemudian dibakar. Hasil pembakaran berupa
gas panas dan abu. Gas panas yang dihasilkan akan dialirkan ke saluran (Duct)
untuk memanaskan Stem Drum, pipa-pipa Wall Tube, dan Down Comer, pipa-
pipa pemanas lanjut (Superheater), pemanas ulang (Reheater), dan economizer.
Setelah dari economizer gas masih bertemperatur tinggi sekitar 400˚C dan
dipergunakan sebagai sumber untuk memanaskan udara pada Air Heater.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Gambar 4.9 Siklus Udara Sekunder
Keluar dari boiler, gas dialirkan ke Electrostatic Precipitator untuk
diambil abu hasil pembakaran dengan efisiensi penyerapan abu sekitar 99,5%.
Sedangkan sisanya terbawa bersama udara yang dihisap dengan Induced Draft
Fan (IDF) dan akhirnya dibuang ke lingkungan melalui cerobong (stack).
4.4 Siklus Air Pendingin
Gambar 4.10 Condensator pada Pembangkitan Tanjung Jati B
Siklus air pendingin ini berkaitan erat dengan pengembunan uap air
yang terjadi pada Condensor. Air yang digunakan untuk pendinginan pada
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Condensor merupakan air laut. Air laut awalnya diambil dari water intake
menggunakan Circulating Water Pump (CWP). Seperti halnya pada proses
Siklus Air dan Uap, air yang dipompa melalui CWP kemudian diinjek dengan
khlor untuk membius biota laut serta membunuh bakteri yang dapat mengotori
pipa. Kemudian air laut tersebut disaring untuk memisahkan zat-zat pengotor
dan hewan laut yang terbawa dan disaring menggunakan Travelling Screen.
Setelah itu, air dialirkan melalui pipa menuju kondensor. Air laut yang masuk
ke kondensor awalnya memiliki suhu rendah(29,2˚C). Akan tetapi terjadi
proses penyaluran panas melalui konveksi dari uap keluaran dari turbin tekanan
rendah, sehingga keluaran dari air kondensor memiliki suhu lebih tinggi dari
sebelumnya (36,2˚C-38˚C). Air laut yang bersuhu tinggi kemudian dibuang
kembali ke laut melalui Water outake / Circulating Water Out Fall.
Gambar 4.11 Siklus Air Pendingin
4.5 Siklus Gas Buang
Proses pembakaran batubara yang terjadi di boiler akan menghasilkan
sisa berupa gas dan material padat berupa Bottom Ash dan Fly Ash. Bottom
Ash yang merupakan limbah padat dari sisa-sisa pembakaran batubara yang
tidak terbakar. Bottom Ash akan langsung jatuh ke bawah karena adanya gaya
gravitasi menuju ke Bottom Ash Bunker/Ash Pond. Sedangkan Fly Ash
merupakan abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara yang akan terbawa
keluar dari boiler. Udara dengan kandungan Fly Ash didalamnya akan dihisap
dengan menggunakan Induced Draft Fan (IDF) yang akan melewati Electro
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Static Preipitator (ESP). Dengan menggunakan prinsip elektrostatik tegangan
tinggi sekitar 70.000 volt, ESP akan mengikat ±99% debu Fly Ash di plat-plat
dan secara periodik akan ada hammer yang memukul plat-plat tersebut
sehingga debu Fly Ash akan jatuh dan ditampung di Fly Ash Bin. Setelah dari
ESP, hanya tersisa gas buang. Akan tetapi, gas buang tersebut masih memiliki
kandungan sulfur yang tinggi sehingga tidak aman untuk dibuang ke atmosfir
karena akan menimbulkan hujan asam. Untuk mengurangi kadar sulfur di gas
buang maka pihak Pembangkitan Tanjung Jati B menggunakan suatu sistem
yang disebut Flue Gas Desulphurization (FGD) yang hanya terdapat satu-
satunya di Indonesia.
Gambar 4.12 ESP dan FGD pada Pembangkitan Tanjung Jati B
Prinsip kerja dari sistem FGD ini adalah megikat sulfur yang ada di gas
buang dengan campuran Limestone (batu kapur) dan air. Penyerapan akan
terjadi di unit FGD yang disebut Absorber dan reaksi kimia yang terjadi yaitu:
Gas to Sorbent Reaction
CaCO3 + SO2 + H2O CaSO3 · ½ H2O + CO2
Forced Oxidation Reaction
CaSO3 · ½ H2O + O2 + H2O CaSO4 · 2H2O
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Gambar 4.13 Siklus Gas Buang
Hasil dari reaksi antar gas buang dan campuran limestone berupa
clean gas dan CaSO4 (gypsum) yang aman bagi lingkungan. Gas buang yang
sudah aman akan langsung diteruskan ke Stack untuk langsung dibuang ke
atmosfir. Perbandingan jika unit tidak menggunakan sistem FGD akan sangat
terlihat yaitu apabila tidak menggunakan FGD, maka gas buang akan
mengandung sulphur 1600-1800 mg/Nm3 sedangkan jika menggunakan sistem
FGD, gas buang yang dihasilkan hanya mengandung sulphur sekitar 150-200
mg/Nm3, padahal Kementrian Lingkungan Hidup memberikan standar gas
buang yang aman yaitu mengandung sulphur maksimal 750 mg/Nm3.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
BOILERPRIMARY AIR
PRIMARY AIR
SECONDARY AIR
SECONDARY AIR
GAS
GAS
TRI-SECTOR AIR HEATER
TRI-SECTOR AIR HEATER
ELECTRO STATIC PRECIPITATOR
ELECTRO STATIC PRECIPITATOR
INDUCED DRAFT FAN
INDUCED DRAFT FAN
FGD
BY PASS
CHIM
NEY
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
4.6 Siklus pengolahan air laut (water treatment plant)
Sebelum masuk boiler, air laut perlu untuk diolah sedemikian rupa supaya
kadar mineral dan garam tidak menyababkan korosi pada pipa boiler. Suatu sistem
pengolahan air laut hingga menjadi air demineralisasi disebut Water Treatment
Plant (WTP).
Gambar 4.14 Skema Proses pada Water Treatment Plant
Air umpan boiler (boiler feed water) didapat dari proses demineralisasi
yang terjadi di dalam water treatment plant dengan menggunakan air laut (sea
water) yang ditawarkan dan selanjutnya didemineralisasi, proses bermula dari air
laut yang di pompa oleh circulation water pump (cwp) masuk ke dalam intake
dengan flow rate 1600 m3/hr. Di dalam intake, air laut akan diinjeksi dengan
clorine agar biota laut yang terbawa mati. Setelah dari intake, air laut akan masuk
ke travelling band screen dimana akan disaring agar kotoran-kotoran dan biota
laut terpisah dari air laut seperti kerang, ubur-ubur dan lumut. Dari travelling
band screen air laut akan dipompa masuk ke division chamber dan diteruskan ke
clarifier. Di clarifier, air laut akan diinjeksi dengan polimer dan dipisahkan dari
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
sludge (lumpur-kotoran). Dengan prinsip overflow, air yang bersih akan mengalir
keluar clarifier menuju supernatant tank/basin.
Dari supernatant basin, air laut akan masuk ke dual media filter, dimana
air laut akan disaring dengan prinsip sand filter 3 lapis. Lapisan teratas akan diisi
dengan batu, kemudian kerikil dan lapisan terakhir adalah pasir. Keluar dari dual
media filter, air laut akan masuk ke proses desalinasi dengan prinsip reverse
osmosis untuk menjadikannya air tawar. Pada proses reverse osmosisakan terjadi
penginjeksian koagulan, asam dan anti scalant. Koagulan berfungsi mengikat
kotoran-kotoran seperti lumpur sedangkan asam dan basa digunakan untuk
mengatur pH dan anti scalant berfungsi untuk menghindari timbulnya kerak pada
pipa. Setelah melalui proses reverse osmosis, air laut akan menjadi tawar dan siap
sebagai service water, FGD service, dan proses demineralisasi. Untuk air umpan
boiler, air dari RO permeateakan masuk ke proses demineralisasi guna mengikat
mineral-mineral yang ada sehingga siap sebagai air umpan boiler (boiler feed
water).
4.6.1 Reverse osmosis
Osmosis adalah proses difusi sebuah cairan (kebanyakan air) melalui
membran semi-permeable, cairan tersebut mengalir dari larutan berkonsentrasi
rendah (berarti memiliki kadar air yang lebih tinggi) menuju larutan
berkonsentrasi tinggi (berarti memiliki kadar air yang lebih rendah). Jadi, osmosis
merupakan proses fisik perpindahan cairan melewati membran semi-
permeabledari dua larutan yang memiliki beda konsentrasi, tanpa bantuan energi
dari luar, bahkan proses osmosis merupakan bentuk pelepasan energi.
Reverse osmosis merupakan proses kebalikan dari osmosis yang bearti
perpindahan cairan (air) melalui membran semi-permeable dan mengalir dari
larutan berkonsentrasi tinggi menuju larutan berkonsentrasi rendah, dengan kata
lain proses penyaringan atau filtrasi, air bisa lewat tetapi ampasnya tidak bisa.
Karena proses ini kebalikan dari proses osmosis, maka proses reverse osmosis
membutuhkan energi dari luar, yaitu sebuah pompa untuk menaikkan tekanan di
satu sisinya sehingga mampu mendorong air untuk melewati membran tersebut.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Gambar 4.15 Prinsip Kerja dan Konstruksi Reverse Osmosis
Pada proses reverse osmosis PLTU Tanjung Jati B memiliki production rate
630 m3/hr (3 x 210 m3/hr) dan recovery rate 40%. Air hasil proses desalinasi juga
memiliki parameter – parameter sebagai berikut :
Tabel 4.1 Parameter – parameter air desalination
4.6.2 Demineralisasi
Untuk air umpan boiler adalah air laut (sea water) yang telah diproses
desilasi dan demineralisasi. Proses demineralisasi dilakukan dengan reaksi kation
dan anion melalui material resin sesuai muatannya. Mineral akan terikat melalui
proses ini sesuai dengan muatannya apakah anion atau kation sehingga yang
sampai ke make up water tank adalah air yang memiliki mineral sesuai batasan
sehingga aman untuk boiler (lifetime).
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Proses demineralisasi berfungsi untuk mengurangi kadar garam-garam
mineral yang ada pada air laut, maka didapat air umpan boiler dengan parameter –
parameter yang akan ditunjukkan pada tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 4.2.Parameter air hasil proses demineralisasi
Reaksi Kimia Pada Proses Demineralisasi :R-H+ + Na+Cl- R-Na+ + H+Cl-R+(OH)- + H+Cl- R+Cl- + H2O
4.7 Siklus pengolahan air limbah (waste water treatment plant)
PLTU Tanjung Jati B dilengkapi dengan Instalasi Air Pengolah Limbah
yaitu Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk mengolah semua limbah di
PLTU. Sumber air limbah di PLTU meliputi air buangan tungku, air limpasan dari
sistem penanganan batu bara, air limpasan dari penimbunan abu, dan beberapa
sumber lainnya. Air limbah dikumpulkan di bak pengumpul kemudian dialirkan
ke bak penetralan, dimana keasaman kimia akan dikontrol. Semua proses
dirancang sesuai dengan peraturan yang ada. Terdapat alat yang dipasang untuk
memantau proses, kondisi dan keluaran. Apabila ada indikasi air buangan
melebihi baku mutu, air limbah akan dialirkan kembali ke bak penampungan
untuk diposes ulang.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Gambar 4.16 Instalasi Pengolahan Air Limbah PLTU Tanjung Jati B
Seluruh air sisa / limbah dari semua unit akan dikumpulkan di retention
basin (terjadi proses aerasi untuh mencegah pengendapan), dari retention basin air
akan diteruskan ke pH adjusment tank untuk disesuaikan pH nya sekitar 6,8 – 7,4.
Dari pH adjusment tankakan masuk ke coagulation tank dan akan diinjeksi
dengan koagulan dengan tujuan mengikat kotoran –kotoran seperti lumpur, lumut
dan sebagainya. Setelah proses koagulasi air akan masuk ke clarifier dan dengan
prinsip overflow air mengalir keluar dan akan disesuaikan lagi pH nya di
netralsisasi tank agar pH nya aman sebelum air dibuang ke outfall.
Untuk sludge dari clarifierakan masuk ke clarifier kedua kemudian sludge
akan diteruskan ke proses dewatering dan sludge yang lebih solid akan ditampung
di penampungan.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Gambar 4.17 Skema proses di waste water treatment plant (WWTP)
4.8 Siklus penanganan abu (ash handling system)
Siklus ini menerangkan proses penanganan abu, baik abu terbang (fly Ash)
dan abu dasar (bottom ash). Prosentase produksi abu adalah 80% untuk fly ash
dan 20% untuk bottom ash
Abu terbang (fly ash) setelah ditampung di ESP hopper selanjutnya oleh
Pneumatic Vakuum Pump di hisap menuju ke fly ash silo, disini abu terbang
ditampung sementara, sebelum nantinya oleh truk Volvo abu terbang tersebut
dibawa menuju ash yard. Dengan kapasitas 23 hektar.
Abu dasar (bottom ash) merupakan abu sisa pembakaran di dalam furnace
yang secara alami oleh gaya grafitasi tidak ikut terbawa menuju gas buang
melainkan tertampung di bottom ash hopper. Dengan bantuan Scrubbed Chain
Conveyor dengan kapasitas 18.000 kg/jam, abu dasar di bawa ke bottom ash
hopper, kemudian oleh truk Volvo abu tersebut dibawa menuju ash yard.
Wisnu Aji Nugrahadi 21060111110118
Teknik Elektro Universitas DiponegoroLaporan Kerja PraktekPT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN TANJUNG JATI B
Di ash yard, antara abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash)
dipisah.Abu-abu ini selanjutnya digunakan oleh industri di bidang konstruksi
bangunan guna pembuatan semen dan beton.
Gambar 4.18 Fly Ash Silo, Bottom Ash Silo, dan Proses Pembambilan Fly Ash