Top Banner
31 Batas administrasi Kota Makassar adalah: Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Maros Wilayah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros Wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa Wilayah sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar Secara administrasi pemerintahan Kota Makassar terbagi menjadi 14 kecamatan yang terdiri dari 143 kelurahan dengan 885 RW dan 4.446 RT. Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar dapat memberi penjelasan bahwa secara geografis, Kota Makassar memang memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain di Kawasan Timur Indonesia. 4.1.2 Perkembangan Penduduk Kota Makassar Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2001 tercatat sebanyak 1.130.384 jiwa sementara pada tahun 2010 sebanyak 1.339.374 jiwa, ini berarti dalam kurun waktu sepuluh tahun penduduk Kota Makassar meningkat sebesar 208.990 jiwa. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh tingkat
28

BAB IV Lanjutan

Jan 17, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV Lanjutan

31

Batas administrasi Kota Makassar adalah:

Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Maros

Wilayah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

Wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

Wilayah sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

Secara administrasi pemerintahan Kota Makassar terbagi

menjadi 14 kecamatan yang terdiri dari 143 kelurahan dengan

885 RW dan 4.446 RT. Dari gambaran selintas mengenai lokasi

dan kondisi geografis Makassar dapat memberi penjelasan

bahwa secara geografis, Kota Makassar memang memiliki

keunggulan komparatif dibanding wilayah lain di Kawasan

Timur Indonesia.

4.1.2 Perkembangan Penduduk Kota Makassar

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik, jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2001

tercatat sebanyak 1.130.384 jiwa sementara pada tahun 2010

sebanyak 1.339.374 jiwa, ini berarti dalam kurun waktu

sepuluh tahun penduduk Kota Makassar meningkat sebesar

208.990 jiwa. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh tingkat

Page 2: BAB IV Lanjutan

32

kelahiran yang cukup tinggi tetapi juga perpindahan/migrasi

penduduk ke kota Makassar menjadi salah satu faktor penyebab

tingginya laju pertumbuhan penduduk di kota Makassar.

Berikut ini adalah data jumlah penduduk dan laju

pertumbuhannya di Kota Makassar selama periode penelitian.

Tabel 4.1.2

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar

Tahun 2001-2010

Tahun

Jumlah

Penduduk

Persentase

Pertumbuhan (%)2001 1.130.384 -2002 1.148.312 1,592003 1.160.011 1,022004 1.179.023 1,642005 1.193.434 1,222006 1.223.540 2,522007 1.235.239 0,962008 1.253.656 1,492009 1.272.349 1,502010 1.339.374 1,65

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar

Page 3: BAB IV Lanjutan

33

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar antara lain

dipengaruhi oleh posisinya sebagai Ibukota propinsi Sulawesi

selatan, disamping itu secara geografis Kota Makassar berada

pada posisi yang strategis sebagai pintu gerbang Kawasan

Timur Indonesia yang berimplikasi pada derasnya arus

urbanisasi maupun migrasi masuk dari kabupaten/kota lainnya

dan propinsi lain di luar Sulawesi selatan dan Kota

Makassar.

4.1.3 Keadaan Angkatan Kerja di Kota Makassar

Sesuai dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik, jumlah angkatan kerja selama lima tahun terakhir

cenderung mengalami peningkatan yakni dari 502.418 orang

pada tahun 2006 menjadi 526.991 orang pada tahun 2007 dan

pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 565.099 orang,

kemudian meningkat lagi pada tahun 2009 dan 2010 menjadi

569.605.

4.1.4 Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran yang

menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu

Page 4: BAB IV Lanjutan

34

tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dalam membahas masalah pertumbuhan ekonomi, maka nilai PDRB

yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan.

Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi Kota Makassar

selama periode 2001-2010 yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.4

berikut:

Tabel 4.1.4

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Berdasarkan PDRBHarga

Konstan Tahun 2001-2010

Tahun PDRB Pertumbuhan Ekonomi

(%)2001 7.633.906 -2002 8.178.880 7,142003 8.882.256 8,602004 9.785.333 10,172005 10.492.540 7,232006 11.341.848 8,092007 12.261.538 8,112008 13.561.827 10,522009 14.798.187 9,202010 16.252.451 9,83

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, MakassarDalam Angka

Dari Tabel 4.1.4 di atas diperoleh gambaran umum

pertumbuhan ekonomi yang dicapai di Kota Makassar selama

Page 5: BAB IV Lanjutan

35

periode tahun 2001-2010, yaitu pada tahun 2001, pertumbuhan

ekonomi Kota Makassar yaitu sebesar 7,30%. Pada tahun 2002

menurun menjadi 7,14%. Pada tahun 2003, kembali mengalami

peningkatan sebesar 8,60%. Pada tahun 2004, meningkat

sebesar 10,17%. Pada tahun 2005, kembali mengalami penurunan

sebesar 7,23%. Pada tahun 2006, kembali meningkat menjadi

8,09%. Tahun 2007, meningkat sebesar 8,11%. Pada tahun 2008,

meningkat lagi sebesar 10,52%. Dan pada tahun 2009, kembali

mengalami penurunan sebesar 9,20%. Hingga pada tahun 2010

meningkat menjadi 9,83%.

4.2Hasil Penelitian

4.2.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Migran Masuk (Risen) di

Kota Makassar.

Adapun data perkembangan jumlah penduduk migran masuk

(Risen) di Kota Makassar tahun 2001-2010 dapat dilihat pada

Tabel 4.2.1 sebagai berikut:

Page 6: BAB IV Lanjutan

36

Tabel 4.2.1

Perkembangan Jumlah Penduduk Migran Masuk (Risen) di KotaMakassar

Tahun 2001- 2010

Tahun

Jumlah Penduduk Migran

Risen (Jiwa)2001 2.6562002 5.3112003 6.6392004 7.0822005 7.9652006 9.7382007 10.6222008 15.9332009 19.0302010 21.244

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (data diolah)

Dari data perkembangan jumlah migran masuk di Kota

Makassar pada Tabel 4.2.1 di atas dapat dijelaskan bahwa

pada tahun 2001, jumlah penduduk migran risen yang masuk ke

Page 7: BAB IV Lanjutan

37

Kota Makassar sebanyak 2.656 orang. Pada tahun 2002,

meningkat menjadi 5.311 orang. Di tahun 2003, meningkat lagi

menjadi 6.639 orang. Pada tahun 2004, meningkat menjadi

7.082 orang. Pada tahun 2005, meningkat menjadi 7.965 orang.

Kemudian pada tahun 2006, terus meningkat menjadi 9.738

orang. Pada tahun 2007, kembali meningkat menjadi 10.622

orang. Di tahun 2008, meningkat lagi sebesar 15.933 orang.

Hingga pada tahun 2009 dan tahun 2010 meningkat masing-

masing menjadi 19.030 orang dan 21.244 orang.

4.2.2 Perkembangan Upah/ UMP di Kota Makassar

Perkembangan tingkat Upah Minimum Propinsi di Propinsi

Sulsel yang berlaku juga di Kota Makassar terlihat mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 4.2.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2.2

Perkembangan Tingkat Upah/UMP di Kota Makassar

Tahun 2001-2010

Tahun UMP Perbulan (Rp)2001 300.000

Page 8: BAB IV Lanjutan

38

2002 375.0002003 415.0002004 455.0002005 510.0002006 612.0002007 673.200

2008 740.520

2009 905.000

2010 1.000.000Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sulsel

Dari data Upah Minimum di atas dapat dijelaskan bahwa

pada tahun 2001, upah minimum perbulan yang berlaku di Kota

Makassar sebesar Rp. 300.000, Pada tahun 2002, meningkat

menjadi Rp. 375.000. Pada tahun 2003, kembali meningkat

menjadi Rp. 415.000. Pada tahun 2004, meningkat menjadi Rp.

455.000. Tahun 2005, meningkat lagi menjadi Rp. 510.000.

Pada tahun 2006, kembali mengalami peningkatan sebesar Rp.

612.000. Kemudian ditahun 2007, meningkat lagi menjadi Rp.

673.200. Pada tahun 2008, meningkat menjadi Rp. 740.520.

Tahun 2009 terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 905.000

hingga pada tahun 2010 mencapai Rp. 1.000.000.

Page 9: BAB IV Lanjutan

39

4.2.3 Perkembangan Kesempatan Kerja di Kota Makassar

Perkembangan kesempatan kerja menggambarkan suatu

keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja

yang dapat diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan

perekonomian atau dapat pula dikatakan mereka yang merupakan

penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah bekerja pada

setiap lapangan usaha yang telah tersedia. Berikut ini

adalah data perkembangan kesempatan kerja di Kota Makassar

dari tahun 2001-2010:

Tabel 4.2.3

Perkembangan Kesempatan Kerja di Kota Makassar Tahun 2001-2010

Tahun

Penduduk yang

Bekerja

Persentase

(%) 2001 369.283 -2002 355.770 -3,702003 361.961 1,742004 404.546 11,772005 389.155 -3,802006 434.924 11,762007 431.981 -0,672008 498.653 15,432009 522.462 4,772010 507.962 -3,78

Page 10: BAB IV Lanjutan

40

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi selatan (Susenas)

Dari Tabel 4.2.3 di atas dapat dijelaskan,

perkembangan pertumbuhan kesempatan kerja di Kota Makassar

pada tahun 2001, yaitu sebesar 369.283 orang atau 3,69%.

Tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 3,70% menjadi 355.770

orang. Pada tahun 2003, meningkat sebesar 1,74% atau

sebanyak 361.961 orang. Pada tahun 2004, meningkat lagi

sebesar 11,77% atau sebanyak 404.546. Tahun 2005, kembali

mengalami penurunan sebesar 3,80% yaitu menjadi 389.155.

Pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi 434.924 atau

sebesar 11,76%. Tahun 2007 mengalami sedikit penurunan

sebesar 0,67% menjadi 431.981. Tahun 2008, mengalami

peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 15,43% atau

sebanyak 498.653 orang. Pada tahun 2009, kembali mengalami

peningkatan sebanyak 522.462 atau sebesar 4,77%. Hingga pada

tahun 2010 kembali mengalami penurunan menjadi 507.962 atau

sebesar 3,78%.

Dari penjelasan di atas dapat digambarkan bahwa

pertumbuhan kesempatan kerja di Kota Makassar belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan karena

Page 11: BAB IV Lanjutan

41

perkembangan kesempatan kerja di Kota Makassar

perkembangannya cenderung bersifat fluktuatif.

4.2.4 Perkembangan Investasi Swasta di Kota Makassar

Berikut ini adalah data perkembangan realisasi

investasi di Kota Makassar yang dihitung dari total

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan total Penanaman

Modal Asing (PMA) di Kota Makassar dari tahun 2001-2010.

Tabel 4.2.4

Perkembangan Investasi di Kota Makassar Tahun 2001-2010

Tahun Data Investasi Total Investasi(Rp)PMDN (Rp) PMA (Rp)

2001 41.330.192.155

38.286.933.850 79.617.126.005

2002 32.703.300.005

56.213.826.000 88.917.126.005

2003 54.152.500.000

56.267.701.500 110.420.201.500

2004 25.632.300.000

71.121.453.000 96.753.753.000

2005 110.534.890.000

819.516.618.400

930.051.508.400

2006 33.061.400.00 239.385.549.90 272.446.949.900

Page 12: BAB IV Lanjutan

42

0 02007 439.184.

79.1291.550.046.315.

8341.989.230.394.9

632008 928.375.120.0

00972.089.791.00

01.900.464.911.0

002009 195.424.523.0

00130.455.531.20

0325.800.054.200

2010 1.265.796.075.422

10.087.434.000 1.275.883.509.422

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal KotaMakassar.

Dari Tabel 4.2.4 di atas, dapat dijelaskan bahwa

perkembangan investasi di Kota Makassar dari tahun ke tahun

berfluktuatif (kadang meningkat dan kadang mengalami

penurunan) hal ini disebabkan karena ketidakstabilan tingkat

suku bunga perbankan di Kota Makassar, serta masih rendahnya

ekspektasi para investor tentang proyek-proyek yang perlu

mendapat pembiayaan serta dapat memberi keuntungan bagi para

investor di masa yang akan datang.

4.2.5 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Kota Makassar

Pengeluaran pemerintah daerah merupakan kebijakan

keuangan pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan

daerah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Page 13: BAB IV Lanjutan

43

Adapun data mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah

dapat dilihat pada Tabel 4.2.5 berikut:

Tabel 4.2.5

Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kota Makassar Tahun 2001-2010

Tahun Total Pengeluaran Persentase (%)

2001 373.520.173.768 -2002 421.322.408.678 12,802003 565.782.563.690 34,302004 678.813.319.900 19,972005 748.809.054.670 10,312006 876.897.869.976 17,102007 975.965.924.979 11,202008 1.225.677.157.876 25,482009 1.231.213.830.640 0,452010 1.304.272.866.240 0,06

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi selatan

Pada Tabel 4.2.5, terlihat bahwa setiap tahun

pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan. Di tahun 2001

jumlah pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 373.520.173.768.

Pada tahun 2002 pengeluaran pemerintah kembali meningkat

menjadi Rp. 421.322.408.678. Kemudian meningkat lagi di

tahun 2003 sebesar Rp. 565.782.563.690. Di tahun 2004

bertambah sebesar Rp. 678.813.319.900. Tahun 2005 meningkat

Page 14: BAB IV Lanjutan

44

lagi sebesar Rp. 748.809.054.670. Kemudian tahun 2006,

terjadi lagi peningkatan sebesar Rp. 876.897.869.976.

Selanjutnya di tahun 2007, meningkat sebesar Rp.

975.965.924.979. Tahun 2008 pengeluaran pemerintah meningkat

sebesar Rp. 1.225.677.157.876. Kemudian tahun 2009 hingga

tahun 2010 mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp.

1.231.213.830.640 dan Rp. 1.304.272.866.240.

4.3Hasil Regresi

Untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel X

terhadap variabel Y maka dilakukan perhitungan regresi

linear berganda dengan menggunakan Eviews 3.0. Hasil

perhitungan regresi linear berganda mengenai Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Migran di Kota Makassar

secara rinci hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Rekapitulasi Data Hasil Regresi Linear Berganda

Variable Coefficient

Std. Error t-Statistic

Prob.

Constanta -1930.175 94.54101 -20.41627 0.0000

Page 15: BAB IV Lanjutan

45

Upah/UMP (X1)

1.457377 0.070899 20.55557 0.0000

KesempatanKerja (X2)

0.673389 0.006917 97.35467 0.0000

InvestasiSwasta (X3)

0.010239 0.002545 4.023544 0.0101

PengeluaranPemerintah

(X4)

0.007989 0.002447 3.264714 0.0223

R-squared 0.999612

Adjusted R-squared 0.999301

S.E. of regression 7.094209

F-statistic 3219.450

F-tabel (0,05;3;6) 4.757063

n 10

df 6

t-tabel (0,05;6) 2.446912 *Signifikansi pada level 5%

Dari Tabel 4.3 maka diperoleh persamaan sebagai

berikut:

lnY = -1930.175 + 1.457377 lnX1 + 0.673389 lnX2 +

0.010239 lnX3 + 0.007989 lnX4

Karena Fhitung > Ftabel, yaitu 3219.450 > 4.757063. ini

berarti bahwa variabel upah/UMP, kesempatan kerja, investasi

Page 16: BAB IV Lanjutan

46

swasta, dan pengeluaran pemerintah berpengaruh langsung

terhadap jumlah penduduk migran masuk (Risen) secara

simultan.

4.4Pengaruh Upah/UMP, Kesempatan Kerja, Investasi Swasta,

dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Jumlah Penduduk

Migran

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik, jumlah penduduk migran terus bertambah setiap

tahunnya. Hal ini tidak terlepas dari beberap faktor yang

mempengaruhinya diantaranya, upah/UMP, kesempatan kerja,

investasi swasta, dan pengeluaran pemerintah.

4.4.1 Pengaruh Upah/UMP Terhadap Jumlah Penduduk Migran

Masuk (Risen)

Dari hasil regresi, upah/UMP (X1) mempunyai nilai

koefisien sebesar 1,457377 dengan nilai tstatistik sebesar

20,55557 dengan tingkat signifikansi dimana tingkat

probabilitas adalah sebesar 0,0000 dimana nilainya < 0,05

sehingga dapat dikatakan signifikan pada α = 0,05. Hal ini

Page 17: BAB IV Lanjutan

47

menunjukkan bahwa hubungan upah terhadap jumlah penduduk

migran masuk (Risen) di Kota Makassar adalah positif dan

signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika upah

meningkat 1% maka akan menyebabkan peningkatan jumlah

penduduk migran masuk sebesar 1,457377%. Oleh karena

variabel upah/UMP (X1) terbukti berpengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah penduduk migran masuk (Risen) (Y)

maka hipotesis diterima.

4.4.2 Pengaruh Kesempatan Kerja Terhadap Jumlah Penduduk

Migran Masuk (Risen)

Hasil regresi kesempatan kerja (X2) menunjukkan bahwa

nilai koefisien 0,673389 dan tstatistik sebesar 97,35467 dengan

tingkat signifikansi dimana tingkat probabilitas adalah

sebesar 0,0000 dimana nilainya < 0,05 sehingga dapat

dikatakan signifikan pada α = 0,05. Hal ini menunjukkan

bahwa kesempatan kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah penduduk migran masuk (Risen) di Kota

Makassar. Ini berarti bahwa jika kesempatan kerja meningkat

1% maka jumlah penduduk migran yang masuk ke Kota Makassar

akan naik sebesar 0,673389 %. Karena variabel kesempatan

Page 18: BAB IV Lanjutan

48

kerja (X2) terbukti berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah penduduk migran masuk (Y) maka hipotesis

diterima.

4.4.3 Pengaruh Investasi Swasta Terhadap Jumlah Penduduk

Migran Masuk (Risen)

Hasil perhitungan regresi untuk variabel investasi

swasta menunjukkan bahwa investasi secara statistik

berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk

migran masuk (Risen). Dimana nilai koefisiennya sebesar

0,010239 dan tstatistik sebesar 4,023544 dengan tingkat

signifikansi dimana tingkat probabilitas adalah sebesar

0,0101 dimana nilainya < 0,05 sehingga dapat dikatakan

signifikan pada α = 0,05. Oleh karena variabel investasi

swasta (X3) terbukti berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah penduduk migran masuk (Risen) (Y) maka

hipotesis diterima.

4.4.4 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Jumlah

Penduduk Migran Masuk (Risen)

Page 19: BAB IV Lanjutan

49

Hasil analisis regresi pengeluaran pemerintah (X4)

menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,007989 dan tstatistik

sebesar 3,264714 dengan tingkat signifikansi dan tingkat

probabilitas sebesar 0,0223 dimana nilainya < 0,05 sehingga

dapat dikatakan signifikan pada α = 0,05. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah secara statistik

berpengaruh positif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan

bahwa jika pengeluaran pemerintah meningkat 1% maka jumlah

penduduk migran masuk (Risen) akan naik sebesar 0,007989 %.

Oleh karena variabel pengeluaran pemerintah (X4) terbukti

berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk

migran masuk (Risen) maka hipotesis diterima.

4.5Analisis Pengaruh masing-masing Variabel Independen

Terhadap Variabel Dependen

Untuk menganalisis pengaruh upah/UMP, kesempatan

kerja, investasi swasta, dan pengeluaran pemerintah,

dilakukan analisis regresi linear berganda/ Ordinary Least

Square (OLS). Dimana dalam analisis ini, yang menjadi variabel

terikat (dependent variable) adalah jumlah penduduk migran

masuk (Risen) di Kota Makassar (Y), sedangkan variabel

Page 20: BAB IV Lanjutan

50

bebasnya (independent variable) adalah upah/UMP (X1), kesempatan

kerja (X2), investasi swasta (X3), pengeluaran pemerintah

(X4).

4.5.1 Analisis Pengaruh masing-masing Variabel Upah/UMP,

Kesempatan Kerja, Investasi Swasta, dan Pengeluaran

Pemerintah Terhadap Jumlah Penduduk Migran

Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen di uji dengan uji t. Uji t merupakan

pengujian terhadap koefisien dari variabel bebas secara

parsial. Uji ini dilakukan untuk melihat tingkat

signifikansi dari variabel bebas secara individu dalam

mempengaruhi variabel terikat. Dengan kata lain, untuk

mengetahui apakah masing-masing variabel terikat dapat

menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel bebas

secara nyata. Dimana jika thitung > ttabel Hi diterima

(signifikan) dan jika thitung < ttabel H0 diterima (tidak

signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah

hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan

yang digunakan yaitu 5%.

Page 21: BAB IV Lanjutan

51

Pada tabel hasil regresi pengaruh upah/UMP, kesempatan

kerja, investasi swasta, dan pengeluaran pemerintah terhadap

jumlah penduduk migran masuk (Risen) di Kota Makassar,

dengan α:5% dan df = (n - k = 10 – 4 = 6), maka diperoleh

nilai t-tabel sebesar 2,446912. Penjelasan uji t dijelaskan

sebagai berikut:

1. Nilai koefisien variabel upah/UMP (X1) adalah

1,457377. Nilai koefisien X1 > 0, dimana jika βn > 0

maka hubungannya positif. Hal ini berarti variabel

upah/UMP (X1) mempunyai hubungan positif dengan jumlah

penduduk migran masuk (Risen) (Y). Sementara nilai

tstatistik upah/UMP (X1) adalah sebesar 20,55557. Karena

nilai tstatistik > ttabel yaitu 20,55557 > 2,446912 maka

hubungan variabel upah/UMP (X1) terhadap jumlah

penduduk migran masuk (Risen) adalah signifikan.

Keadaan ini memperlihatkan bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% atau α: 5%, variabel bebas (X1)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

terikat (Y).

2. Nilai koefisien untuk variabel kesempatan kerja (X2)

adalah 0,673389. Nilai koefisien X2 > 0, dimana jika

nilai koefisien βn > 0 maka hubungannya positif. Nilai

Page 22: BAB IV Lanjutan

52

tstatistik untuk variabel kesempatan kerja (X2) adalah

sebesar 97,35467. Oleh karena nilai tstatistik > ttabel

yaitu 97,35467 > 2,446912 maka hubungan variabel

kesempatan kerja (X2) terhadap jumlah penduduk migran

masuk (Risen) (Y) adalah signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% atau α:

5%, variabel bebas (X2) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel terikat (Y).

3. Dari hasil regresi pada Tabel 4.3, nilai koefisien

untuk variabel investasi swasta (X3) adalah 0,010239.

Nilai koefisien X3 > 0, dimana jika βn > 0 maka

hubungannya positif. Hal ini berarti variabel

investasi swasta (X3) mempunyai hubungan positif

dengan jumlah penduduk migran masuk (Risen) (Y). Nilai

tstatistik untuk investasi swasta (X3) adalah 4,023544.

Karena nilai tstatistik variabel X4 > nilai ttabel yaitu

4,023544 > 2,446912 maka variabel investasi swasta

(X3) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap jumlah penduduk migran masuk (Risen) (Y).

4. Nilai koefisien variabel pengeluaran pemerintah (X4)

adalah 0,007989, dimana jika βn > 0 maka hubungannya

positif. Hal ini berarti bahwa variabel pengeluaran

Page 23: BAB IV Lanjutan

53

pemerintah (X4) mempunyai hubungan yang positif

terhadap jumlah penduduk migran masuk (Risen) (Y).

Sementara itu, nilai tstatistik pengeluaran pemerintah

(X4) adalah sebesar 3,264714 dimana nilainya lebih

besar dari ttabel yaitu sebesar 2,446912 yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara variabel

pengeluaran pemerintah (X4) dan jumlah penduduk migran

masuk (Risen) (Y). Berdasarkan hal tersebut maka

variabel bebas X4 berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah migran masuk (Risen) (Y).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semua

variabel secara statistik berpengaruh signifikan terhadap

jumlah penduduk migran masuk (Risen) di Kota Makassar.

4.5.2 Analisis Pengaruh Variabel Independen Terhadap

Variabel Dependen Secara Bersama-sama

Pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen di uji dengan uji statistik F. Uji statistik F pada

dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil regresi

Page 24: BAB IV Lanjutan

54

pengaruh upah/UMP, kesempatan kerja, investasi swasta, dan

pengeluaran pemerintah terhadap jumlah penduduk migran masuk

(Risen) di Kota Makassar, maka diperoleh F-tabel sebesar

4,757063 (α: 5% dan df: 10 – 4 = 6) sedangkan F-statistik/

F-hitung sebesar 3219,450.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (X1, X2,

X3, dan X4) secara simultan (bersam-sama) berpengaruh

terhadap variabel terikat (Y) karena nilai F-hitung > F-

tabel.

4.6Pembahasan Hasil Analisis

4.6.1 Upah/UMP (X1)

Dari hasil analisis didapatkan bahwa semakin tinggi

tingkat upah/UMP di kota maka jumlah penduduk migran yang

masuk ke kota akan semakin meningkat dikarenakan para migran

akan membandingkan upah di daerah asal dengan upah di daerah

tujuan sehingga apabila para migran merasa upah di kota

lebih tinggi, maka mereka akan memutuskan untuk melakukan

migrasi. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Todaro (2004) yang menjelaskan bahwa terjadinya perpindahan

penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang

dapat diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah atau

Page 25: BAB IV Lanjutan

55

pendapatan yang besar antara desa dan kota mendorong

penduduk desa untuk datang ke kota.

Penelitian yang dilakukan oleh Ferida Mulia (2004)

menemukan bahwa variabel upah berpengaruh signifikan

terhadap minat tenaga kerja desa untuk bekerja di kota.

Kemudian Putu Ayu dalam penelitiannya juga menemukan bahwa

upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat

migrasi penduduk Salatiga ke Kota Semarang. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kebanyakan dari penduduk yang melakukan

migrasi sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat upah di

daerah tujuan para migran.

4.6.2 Kesempatan Kerja (X2)

Dari hasil regresi ditemukan bahwa kesempatan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk

migran. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Human

Capital Model. Dalam model ini, niat untuk melakukan migrasi

dipengaruhi oleh motivasi untuk mencari kesempatan kerja dan

pendapatan yang lebih baik. Dalam konteks ini, Todaro (1983)

mengemukakan bahwa keputusan seseorang untuk melakukan

migrasi merupakan respon dari harapan untuk memperoleh

Page 26: BAB IV Lanjutan

56

kesempatan kerja yang lebih baik di daerah tujuan migran.

Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Desiar (2003) yang berjudul Dampak Migrasi

terhadap Pengangguran dan Sektor Informal di DKI Jakarta, ia

menemukan bahwa peluang migran dalam memperoleh pekerjaan

ternyata jauh lebih besar dari pada peluang penduduk bukan

migran (penduduk lokal) meskipun penduduk migran yang

tingkat pendidikannya rendah lebih banyak berusaha di sektor

informal.

Hal ini juga diperkuat dengan teori Lewis yang

menyatakan bahwa perpindahan tenaga kerja dari sektor

pertanian ke sektor industri karena di sektor industri

membutuhkan tenaga kerja dengan asumsi sektor pertanian

mengalami surplus tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja

di sektor industri lebih tinggi daripada sektor pertanian

sehingga hal inilah yang menjadi motivasi penduduk untuk

melakukan migrasi.

Investasi Swasta (X3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi juga

berpengaruh signifikan terhadap migrasi masuk. Peningkatan

Page 27: BAB IV Lanjutan

57

investasi akan memberikan pengaruh yang positif bagi

pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi

akan mendorong permintaan tenaga kerja. Tingkat investasi

yang diinginkan atau direncanakan oleh para investor akan

meningkat jika tingkat suku bunga turun. Kondisi ini

disebabkan oleh tingkat bunga yang rendah akan menurunkan

biaya modal, maka untuk memiliki barang-barang modal atau

berinvestasi menjadi menguntungkan (Mankiw, 2003). Semakin

banyak investasi di suatu daerah memungkinkan semakin

terbukanya peluang kesempatan kerja, karena dengan banyaknya

investasi maka akan semakin banyak proyek-proyek tercipta

yang dibiayai oleh investasi, sehingga hal ini akan menjadi

peluang bagi penduduk suatu daerah untuk melakukan migrasi.

Pengeluaran Pemerintah (X4)

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang

diajukan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif

dan signifikan terhadap jumlah penduduk migran masuk.

Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah, semakin besar

pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan (Suparmoko,

1987). Pengeluaran pemerintah ini bertujuan untuk laju

Page 28: BAB IV Lanjutan

58

investasi, meningkatkan kesempatan kerja, memelihara

kestabilan ekonomi dan menciptakan distribusi pendapatan

yang merata. Dengan semakin meningkatnya pengeluaran

pemerintah, maka akan mendorong terciptanya proyek-proyek

pembangunan yang dilaksanakan sehingga jumlah tenaga kerja

yang dibutuhkan juga meningkat. Kondisi ini akan menarik

minat angkatan kerja untuk terlibat dalam proyek pembangunan

tersebut, sehingga migrasi penduduk tidak dapat dihindari.