62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola Sumberdaya Manusia berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya manusia berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta mencakup kepemimpinan dalam mengelola sumber daya manusia berupa guru dan siswa. Pengelolaan sumber daya manusia pendidikan diawali dengan perencanaan. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan sebagai berikut. “Pengelolaan sumber daya manusia berbasis prestasi di sekolah kami diawali dari perencanaan, baik SDM berupa siswa maupun guru. Untuk SDM berupa guru, perencanaan yang kami lakukan meliputi penyusunan anggaran tenaga kerja, yaitu kegiatan memadukan jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, tujuannya untuk mendapat gambaran mengenai kebutuhan tenaga kerja, dan penyusunan program tenaga kerja, yaitu kegiatan untuk mengisi formasi yang meliputi program pengadaan tenaga kerja, promosi jabatan, pelatihan dan pengembangan pegawai, pengembangan karier, program pemeliharan pegawai, dan program pemberhentian pegawai.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 8 Desember 2012). Menurut penjelasan Bapak Mufti Addin, disebutkan bahwa perencanaan sumber daya manusia berupa guru yang dilakukan di SMP Al
46
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …eprints.ums.ac.id/26370/5/BAB_IV.pdfgambaran mengenai kebutuhan tenaga kerja, dan penyusunan program tenaga kerja, yaitu kegiatan untuk mengisi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola Sumberdaya Manusia
berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta
Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya
manusia berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta mencakup
kepemimpinan dalam mengelola sumber daya manusia berupa guru dan
siswa. Pengelolaan sumber daya manusia pendidikan diawali dengan
perencanaan. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala
SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan sebagai berikut.
“Pengelolaan sumber daya manusia berbasis prestasi di sekolah kami diawali dari perencanaan, baik SDM berupa siswa maupun guru. Untuk SDM berupa guru, perencanaan yang kami lakukan meliputi penyusunan anggaran tenaga kerja, yaitu kegiatan memadukan jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, tujuannya untuk mendapat gambaran mengenai kebutuhan tenaga kerja, dan penyusunan program tenaga kerja, yaitu kegiatan untuk mengisi formasi yang meliputi program pengadaan tenaga kerja, promosi jabatan, pelatihan dan pengembangan pegawai, pengembangan karier, program pemeliharan pegawai, dan program pemberhentian pegawai.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 8 Desember 2012). Menurut penjelasan Bapak Mufti Addin, disebutkan bahwa
perencanaan sumber daya manusia berupa guru yang dilakukan di SMP Al
63
Islam 1 meliputi penyusunan anggaran tenaga kerja (man power
budgeting) yaitu kegiatan memadukan jumlah tenaga kerja yang tersedia
dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, tujuannya untuk mendapat
gambaran mengenai kebutuhan tenaga kerja, dan penyusunan program
tenaga kerja (man power programming), yaitu kegiatan untuk mengisi
formasi yang meliputi program pengadaan tenaga kerja, promosi jabatan,
pelatihan dan pengembangan pegawai, pengembangan karier, program
pemeliharan pegawai, dan program pemberhentian pegawai.
Hal yang sama dikemukakan oleh Bapak M. Syafi’i (52 tahun) Wakil
Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan bahwa perencanaan
SDM berupa guru diawali dari perencanaan. Kegiatan yang dilakukan
dalam perencanaan tersebut meliputi penarikan atau rekrutmen tenaga
pengajar yang dilakukan melalui empat tahapan. Hal ini dijelaskan oleh
Bapak M Syafi’i sebagai berikut.
“Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan meliputi pengadaan tenaga pendidik yang dilakukan dalam tahapan antara lain meliputi: 1) pencarian personel, baik secara kualitas maupun kuantitas; 2) pencarian personel untuk memenuhi kebutuhan sekolah; 3) memutuskan personel yang memenuhi persyaratan kebutuhan sekolah; dan 4) kegiatan memilih posisi personil. Tahapan-tahap di atas dilakukan dengan melibatkan beberapa orang. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik yang dibutuhkan dan sesuai juga dengan kualifikasi yang dimiliki calon tenaga pendidik, sehingga calon yang diterima mampu menunjang cita-cita SMP Al-Islam 1 Surakarta seperti yang tercantum didalam visi, misi dan tujuan sekolah (Wawancara dengan Bapak M Syafi’i (52 tahun), Wakil Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012).
64
Hasil wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa proses
rekrutmen tenaga pendidik di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan dengan
melibatkan beberapa orang. Tahapan yang dilakukan meliputi:
1) pencarian personel, baik secara kualitas maupun kuantitas; 2) pencarian
personel untuk memenuhi kebutuhan sekolah; 3) memutuskan personel
yang memenuhi persyaratan kebutuhan sekolah; dan 4) kegiatan memilih
posisi personil. Proses yang dilakukan tersebut bertujuan agar memenuhi
kebutuhan tenaga pendidik yang dibutuhkan dan sesuai juga dengan
kualifikasi yang dimiliki calon tenaga pendidik, sehingga calon yang
diterima mampu menunjang cita-cita SMP Al-Islam 1 Surakarta seperti
yang tercantum didalam visi, misi dan tujuan sekolah.
Guna menunjang pengadaan guru yang berkualitas, SMP Al Islam 1
Surakarta melakukan proses seleksi yang berjenjang dan dilakukan melalui
beberapa tahapan. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Mufti Addin (49 tahun),
Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan sebagai berikut:
“Seleksi merupakan sebuah proses yang ditujukan untuk memutuskan pelamar/calon tenaga pendidik mana yang akan diterima atau ditolak. Proses seleksi penerimaan tenaga pendidik di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1) wawancara pendahuluan; 2) pengisian formulir/blangko lamaran; 3) pemeriksaan berkas lamaran; 4) test psikologi; 5) wawancara; 6) persetujuan atasan langsung; 7) pemeriksaan kesehatan; 8) induksi atau orientasi. Tujuan rekrutmen adalah memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek berarti memenuhi kebutuhan akan personil sesuai dengan tuntutan saat ini, sedang tujuan jangka panjang adalah untuk memenuhi penyediaan personil terus menerus baik personil
65
pelayanan maupun personil profesional. Untuk masalah pengadaan guru baru, kami diberi kewenangan oleh Yayasan Perguruan Al Islam Surakarta untuk mengadakan seleksi. Proses seleksi diawali dari kebutuhan sekolah yang mengajukan akan kebutuhan guru kepada Yayasan. Lalu yayasan menyerahkan proses rekrutmen kepada sekolah setelah menyetujui permohonan yang kami ajukan.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 8 Desember 2012). Menurut penjelasan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al
Islam 1 Surakarta, dijelaskan bahwa rekrutmen guru yang dilakukan oleh
sekolah mempunyai tujuan jangka pendek (short-term) dan jangka
panjang (long-term). Tujuan jangka pendek berarti memenuhi kebutuhan
akan personil sesuai dengan tuntutan saat ini (current situation), sedang
tujuan jangka panjang adalah untuk memenuhi penyediaan personil terus
menerus baik personil pelayanan maupun personil profesional. Proses
seleksi guru yang dilakukan di SMP Al Islam 1 Surakarta meliputi:
3) pemeriksaan berkas lamaran; 4) test psikologi; 5) wawancara;
6) persetujuan atasan langsung; 7) pemeriksaan kesehatan; 8) induksi atau
orientasi.
Hal yang sama dijelaskan pula oleh Bapak Sumardi (51 tahun)
Pengurus Bidang Pendidikan di Yayasan Perguruan Al Islam Surakarta
yang menjelaskan bahwa proses seleksi dilakukan sepenuhnya oleh
sekolah. Yayasan menyerahkan sepenuhnya proses pemilihan guru baru
setelah menerima permohonan kebutuhan guru baru dari sekolah. Hal ini
66
dilakukan mengingat sekolah merupakan entitas yang paling mengetahui
akan kebutuhannya.
“Kalau masalah seleksi guru baru, pihak Yayasan memang menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah. Jadi sekolah menyusun perencanaan SDM, baik guru maupun kesiswaan yang kemudian diajukan kepada yayasan. Setelah permohonan disetujui, maka semua proses dilakukan sepenuhnya oleh sekolah. Kami hanya memantau dan mendampingi dalam setiap tahapan proses seleksi. Ini dimaksudkan karena memang sekolah lah yang paling mengetahui akan kebutuhan tenaga pendidiknya. Kami hanya menetapkan kriteria calon guru yang dapat diterima di Yayasan kami. Dengan kriteria tersebut, sekolah berhak menentukan siapa-siapa yang dapat diterima sebagai tenaga pengajar di sekolah tersebut.” (Wawancara dengan Bapak Sumardi (51 tahun) Pengurus Bidang Pendidikan di Yayasan Perguruan Al Islam Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012). Pengorganisasian SDM tenaga pendidikan di SMP Al Islam 1
Surakarta dilakukan oleh kepala sekolah dengan memperhatikan aspirasi
dari bawah atau bottom up. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Mufti Addin (49
tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan bahwa
pengorganisasian tenaga pendidikan berupa penempatan jabatan staf
kepala sekolah dilakukan berdasarkan aspirasi dari bawah. Langkah ini
dilakukan oleh kepala sekolah dengan membentuk tim yang terdiri dari
lima orang yang bertindak selaku komisi pemilihan untuk menetapkan
formatur calon staf kepala sekolah. Setelah formatur ditetapkan, maka
diadakan pemungutan suara untuk memilih calon staf kepala sekolah.
“Kami mempunyai tradisi yang cukup unik dalam pemilihan staf manajemen sekolah, baik untuk kelas reguler maupun
67
RSBI. Staf sekolah dipilih secara demokratis melalui pemungutan suara. Saya selaku kepala sekolah membentuk tim lima, karena tim ini memang terdiri dari 5 orang. Tim ini bertugas menetapkan formatur dan menyelenggarakan pemungutan suara atau semacam KPU lah. Tim Lima berperan sebagai Komisi Pemilihan Umum yang dibentuk atas dasar usulan para guru dan karyawan saat pengajian bersama. Setelah calon ditetapkan selanjutnya dilakukan pemungutan suara. Hasil pemilihan tersebut selanjutnya harus diberikan kepada yayasan untuk "diolah" sebelum akhirnya benar-benar diresmikan. Tentu diharapkan mereka yang terpilih adalah yang benar-benar bisa bekerja sama dengan Kepala Sekolah. Nah, jadi pemilihan ini sebenarnya baru tahap awal yang masih harus disempurnakan dengan tahapan berikutnya. Tetapi setidaknya melalui Pemilihan ini akan didapatkan gambaran aspirasi arus bawah yang sesungguhnya, dengan asumsi bahwa pemilihan yang ditangani oleh Tim Lima tersebut benar-benar berlangsung jujur dan adil” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012).
Hal yang sama dikemukakan oleh Bapak Sutadi (51 tahun) salah
seorang anggota Tim Lima dalam pemilihan Staf Manajemen Sekolah di
SMP Al Islam 1 Surakarta. Menurut penjelasan Bapak Sutadi dikatakan
bahwa pemilihan staf manajemen sekolah yang didasarkan pada aspirasi
bottom up dapat meningkatkan moral kerja sekolah.
“Pemilihan staf manajemen sekolah melalui pemungutan suara secara langsung mencerminkan gambaran aspirasi arus bawah yang sesungguhnya. Dengan cara ini saya yakin bahwa moral kerja sekolah akan semakin meningkat karena mereka yang terpilih adalah mereka yang benar-benar dianggap mampu mengisi jabatan tersebut.” (Wawancara dengan Bapak Sutadi (51 tahun) salah seorang anggota Tim Lima dalam pemilihan Staf Manajemen Sekolah di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012).
68
Hasil pengamatan di lapangan pada saat pemilihan staf manajemen
menunjukkan bahwa suasana cukup meriah dan panas. Hasil pengamatan
dapat dipaparkan sebagai berikut.
Dari seluruh undangan yang berjumlah sekitar 90 orang, yang membubuhkan tanda tangan sebagai pemilih adalah 79 orang. Sedangkan saat penghitungan, jumlah kartu suara yang masuk ke dalam kotak suara sejumlah 76 kartu suara. Adapun posisi yang diperebutkan untuk kelas reguler adalah Waka (Wakil Kepala) Pelaksana Harian, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, Waka Humas, dan Waka Sarana dan Prasarana (Sarpras) Adapun untuk kelas RSBI hanya memperebutkan 4 posisi, sebab posisi Humas dan Sarpras dijadikan satu. Adapun para pemegang suara terbanyak di kelas RSBI adalah Drs. Syafi'i untuk posisi Pelaksana Harian, Ratnawati Kiding, S.Pd untuk posisi Kurikulum, Aminudin Furqon, SKom untuk posisi Kesiswaan dan Drs. Saeful Qomar untuk posisi Humas dan Sarpras. Sedangkan pada kelas reguler suara terbanyak dipegang oleh Drs. Muslih, Irianto, BA, Thoha Sholihin, SPd, dan Drs. Saeful Qomar. Sementara itu sumber di KPU menjelaskan bahwa yang akan diajukan kepada yayasan untuk masing-masing posisi adalah sebanyak 5 nama yang mendapatkan suara terbanyak. Pengendalian SDM guru di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan
dengan lima cara. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Mufti Addin (49 tahun),
Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan bahwa pengendalian
SDM berupa guru di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan melalui lima cara.
Kelima cara tersebut antara lain meliputi: a) Menentukan standar-standar
untuk melakukan control terhadap: 1) Pengembangan standar
kompetensi: 2) Pengembangan standar proses 3) Standar penilaian; dan
4) Standar pendidik; b) Membandingkan pelaksanaan performance
dengan standar; c) Pengembangan standar proses; d) Standar penilaian;
dan e) Standar pendidik.
69
“Berbicara masalah pengendalian SDM, sekolah kami menerapkan lima cara untuk mengendalikan SDM guru. Kelima cara tersebut antara lain meliputi: a) Menentukan standar-standar untuk melakukan kontrol terhadap: 1) Pengembangan standar kompetensi: 2) Pengembangan standar proses 3) Standar penilaian; dan 4) Standar pendidik; b) Membandingkan pelaksanaan performance dengan standar; c) Pengembangan standar proses; d) Standar penilaian; dan e) Standar pendidik.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 8 Desember 2012). Hal yang sama dijelaskan pula oleh Bapak M Syafi’i (52 tahun),
Wakil Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta. Menurut penjelasan Bapak M
Syafi’i (52 tahun), dikatakan bahwa standar pengembangan kompetensi
guru di SMP Al Islam 1 Surakarta mengacu pada UU No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Sedangkan untuk membandingkan pelaksanaan
kinerja dengan standar dilakukan supervisi terprogram dengan model
Cooperative Professional Development (CPD). Hal ini dijelaskan oleh
Bapak M Syafi’i (52 tahun), Wakil Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta sebagai
berikut.
“Memang benar kalau pengendalian SDM, khususnya guru, di sekolah kami dilakukan dengan lima cara sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Sekolah. Untuk pengembangan standar kompetensi, standar proses, standar penilaian; dan standar pendidik kami menggunakan acuan berupa UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sedangkan untuk membandingkan pelaksanaan kinerja dengan standar, kami melakukannya melalui supervisi yang dilakukan secara terprogram. Kepala sekolah tidak melakukan supervisi secara langsung, kami sudah menerapkan supervisi model CPD atau Cooperative Professional Development. Melalui model ini, Kepala Sekolah, yang diwakilkan kepada saya, menyerahkan sepenuhnya supervisi kepada setiap MGMP di sekolah kami.
70
Jadi semua MGMP membentuk kelompok untuk saling mensupervisi guru. Mereka hanya mengadakan pertemuan dengan kami sekali dalam satu semester untuk memberikan laporan. Kemudian laporan tersebut saya serahkan kepada Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab untuk diserahkan kepada Yayasan.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 8 Desember 2012). Penerapan supervisi model CPD yang dilakukan sekolah memberi
kemudahan kepada guru. Hal ini dikatakan oleh Ibu Sri Nur Wahyuni (47
tahun), guru matematika di SMP Al Islam 1 Surakarta, yang menjelaskan
bahwa supervisi model CPD yang diterapkan di SMP Al Islam 1 Surakarta
sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan guru dalam
mengajar.
“Menurut saya, model supervisi yang diterapkan di sekolah ini sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan guru. Saya tidak lagi merasa tertekan ketika disupervisi, karena yang mensupervisi adalah rekan guru sesama guru matematika. Dalam model ini, kami bisa saling mengadakan observasi kelas, saling memberikan umpan balik, dan menguasai tentang masalah-masalah kesupervisian. Kami secara informal dapat membicarakan persoalan-persoalan yang mereka hadapi, saling menukar gagasan, saling membantu dalam mempersiapkan pembelajaran, petukaran berbagai petunjuk dan saling memberi dukungan. Dari hasil tersebut kemudian penanggungjawab atau ketua MGMP akan memberikan laporan kepada Wakil Kepala Sekolah.” (Wawancara dengan Ibu Sri Nur Wahyuni (47 tahun), guru matematika di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012). Pengembangan SDM di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan
dilakukan dalam beberapa pola. Salah satu pola yang dilakukan adalah
berupa scanning untuk melihat kemampuan tenaga pendidik baik dalam
71
ketrampilan mengajar maupun ketrampilan dasar lainnya, dan pelatihan.
Hal ini dijelaskan oleh Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam
1 Surakarta yang menjelaskan sebagai berikut.
“Pengembangan SDM di sekolah kami dilakukan melalui pola scanning dan pelatihan. Scanning dilakukan untuk melihat kemampuan tenaga pendidik baik dalam ketrampilan mengajar maupun ketrampilan dasar lainnya. Adapun pelatihan yang dilakukan sangat beragam, dari mulai pelatihan smart teaching yang dilakukan bekerjasama dengan UMS dan UNS, pelatihan TI, pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme guru, maupun melalui seminar pendalaman pemahaman keagamaan. Masalah biaya sepenuhnya ditanggung oleh Yayasan. Sebagai contoh misalnya, untuk meningkatkan kualitas guru di lingkungan SMP Al Islam 1 Surakarta yang pada gilirannya guru diharapkan mampu menanamkan karakter sesuai yang diharapkan kepada para siswa, kami melaksanakan seminar dengan tajuk “Membangun Karakter Guru Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan”. Melalui seminar ini, diharapkan guru selalu melakukan refleksi dan melakukan tindakan perbaikan dari setiap kekurangan selama proses pembelajaran. Selain itu diharapkan juga terbangun komunikasi yang baik antara guru dengan siswa di lingkungan SMP Al Islam 1 Surakarta dalam konteks pengembangan pendidikan sesuai visi dan misi.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 8 Desember 2012). Hal senada dikemukakan oleh Bapak M Syafi’i (52 tahun), Wakil
Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan bahwa pengembangan
profesionalisme guru juga dilakukan melalui MGMP yang dilakukan secara
berkala dengan bekerjasama dengan PSB (Pusat Sumber Belajar) yang
dibiayai oleh Yayasan. Selain itu, pengembangan juga dilakukan dengan
cara melakukan pertemuan antar Guru dan kepala Sekolah setiap bulan,
mengadakan PKG, penataran, bekerja sama dengan UNS dan UMS,
72
mengirimkan utusan untuk mengikuti kursus, studi komparatif, workshop,
dan seminar dll. Langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dan kompetensi profesional guru.
“Memang benar bahwa Yayasan sangat concern dterhadap pengembangan SDM di sekolah ini. Pengembangan profesionalisme guru dilakukan melalui MGMP yang dilakukan secara berkala dengan bekerjasama dengan PSB (Pusat Sumber Belajar) yang dibiayai oleh Yayasan. Selain itu, pengembangan juga dilakukan dengan cara melakukan pertemuan antar Guru dan kepala Sekolah setiap bulan, mengadakan PKG, penataran, bekerja sama dengan UNS dan UMS, mengirimkan utusan untuk mengikuti kursus, studi komparatif, workshop, dan seminar dll.” (Wawancara dengan Bapak M Syafi’i (52 tahun), Wakil Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012). Pengelolaan SDM selain guru adalah pengelolaan tenaga
kependidikan dan siswa. Dalam hal pengelolaan tenaga kependidikan,
kepala sekolah mampu menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik
dengan seluruh staf. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Taslim (53 tahun) Kepala
Tata Usaha SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan sebagai berikut.
“Menurut hemat saya, Bapak Kepala Sekolah sangat mampu dalam menjalin kerjasama dan komunikasi dengan seluruh staf di sekolah ini. Beliau tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Semua dihormati oleh beliau, jadi semua staf merasa hormat dan segan. Beliau selalu motivasi semua tenaga kependidikannya dengan berpedoman pada Visi, Misi dan tujuan sekolah yang setiap tahun dianalisa kembali dengan semboyan: ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.” (Wawancara dengan Bapak Taslim (53 tahun) Kepala Tata Usaha SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012).
73
Hal yang sama dijelaskan pula oleh Bapak M Syafi’i (52 tahun),
Wakil Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta, yang mengatakan bahwa Kepala
Sekolah mampu menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan
seluruh stafnya. Menurut penjelasan Bapak M Syafi’i (52 tahun), Wakil
Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta, dikatakan bahwa adanya team work yang
baik antara Kepala Sekolah dengan para wakil Kepala Sekolah, serta guru-
guru dan staf tata usaha, dengan pendekatan religi kultural untuk
menghimpun dukungan masyarakat terhadap kebutuhan sekolah
memungkinkan terlaksananya kepemimpinan tim (team leadership) yang
mampu mendinamisasi keadaan di sekolah. Hal ini berdampak pada
munculnya ide-ide segar dan kreatifitas untuk pengembangan sekolah
melalui peningkatan SDM tenaga pendidiknya, yang berdampak positif
terhadap pencapaian prestasi siswa.
“Memang benar, Kepala Sekolah sangat mampu dalam menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan seluruh stafnya, yaitu para wakil Kepala Sekolah, serta guru-guru dan staf tata usaha, dengan pendekatan religi kultural untuk menghimpun dukungan masyarakat terhadap kebutuhan sekolah memungkinkan terlaksananya kepemimpinan tim (team leadership) yang mampu mendinamisasi keadaan di sekolah. Hal ini berdampak pada munculnya ide-ide segar dan kreatifitas untuk pengembangan sekolah melalui peningkatan SDM tenaga pendidiknya, yang berdampak positif terhadap pencapaian prestasi siswa.” (Wawancara dengan Bapak M Syafi’i (52 tahun), Wakil Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012). Hal yang menonjol dari kepemimpinan kepala sekolah dalam
mengelola SDM adalah bahwa kepala sekolah mampu memberdayakan
74
seluruh guru maupun staf yang ada. Hal ini dikatakan oleh Bapak Irianto
(49 tahun), Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan di SMP Al Islam 1
Surakarta yang mengatakan bahwa kepala sekolah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan kerja berikutnya saat guru dan staf
menunjukkan hasil kerja atau karya yang baik dan meraih sukses/prestasi.
“Kalau menurut saya, salah satu hal yang menonjol dari Kepala Sekolah dalam pengelolaan SDM adalah bahwa kepala sekolah menerapkan kepemimpinan yang memberdayakan. Kepala sekolah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kerja berikutnya saat guru dan staf menunjukkan hasil kerja atau karya yang baik dan meraih sukses/prestasi.” (Wawancara dengan Bapak Irianto (49 tahun), Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012). Dalam hal pengelolaan SDM berupa siswa, pengelolaan diawali dari
perencanaan, seleksi penerimaan siswa baru, dan pembinaan kesiswaan.
Perencanaan diawali dengan penetapan kuota penerimaan siswa baru,
yang diikuti dengan pembentukan panitia penerimaan siswa baru. Hal ini
dijelaskan oleh Bapak Irianto (49 tahun), Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan yang menjelaskan sebagai berikut.
“Dalam pengelolaan kesiswaan, perencanaan diawali dari penetapan kuota calon siswa baru. Setelah kuota ditetapkan, kepala sekolah kemudian membentuk panitia penerimaan siswa baru. Kebetulan ketua panitia didelegasikan kepada saya selaku Waka Kesiswaan. Sebagai ketua panitia, saya diberi kewenangan penuh untuk melakukan seleksi penerimaan siswa baru. Untuk seleksi siswa baru kami menerapkan tes tertulis berupa mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, ICT dan Pengetahuan Umum, sedangkan wawancara dilakukan dalam hal Agama dan Kepribadian.” (Wawancara dengan Bapak Irianto (49
75
tahun), Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 15 Desember 2012).
Hal yang sama dijelaskan oleh Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang
menjelaskan bahwa panitia seleksi penerimaan siswa baru diberi
kewenangan penuh untuk melakukan seleksi terhadap siswa baru. Mereka
hanya diberi pedoman dan kriteria calon siswa yang memenuhi
persyaratan baik melalui tes tertulis maupun wawancara. Menurut Bapak
Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta, dijelaskan
sebagai berikut.
“Setelah kami menetapkan kuota calon siswa baru, kami membentuk panitia yang diketuai oleh Waka Kesiswaan. Semua proses seleksi sepenuhnya saya percayakan kepada beliau. Saya hanya bertindak sebagai penanggungjawab dalam hal ini. Jadi segala proses seleksi sudah menjadi tanggungjawab Waka Kesiswaan. Adapun kriteria calon siswa yang dapat diterima sudah diatur secara transparan sehingga kami benar-benar dapat mempertanggungjawabkan akuntabilitasnya.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012).
Pembinaan kesiswaan dilakukan melalui kegiatan ekstra-kurikuler.
Hal ini dikemukakan oleh Bapak Irianto (49 tahun), Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kesiswaan SMP Al Islam 1 Surakarta, yang menjelaskan bahwa SMP
Al Islam 1 Surakarta mempunyai dua program rutin yang dikenal dengan
nama Life Management Training dan Spiritual Building Training (SBT).
“Untuk pembinaan siswa, kami menyelenggarakan program Life Management Training dan Spiritual Building Training
76
(SBT). Program Life Management Training diselenggarakan bagi siswa kelas IX. Training ini diselenggarakan agar siswa kelas IX lebih bersemangat dan mantap menghadapi Ujian Nasional. Sedangkan program Spiritual Building Training (SBT) adalah program untuk mempersiapkan siswa secara fisik, material akademis, mental maupun spiritual. Program ini dilakukan bekerjasama dengan lembaga profesional dalam bidangnya untuk memberikan presentasi yang mampu membangkitkan motivasi sehingga melahirkan semangat dan kesiapan mental spiritual dalam menghadapi Ujian Nasional. Dengan diadakannnya program ini diharapkan murid kelas IX SMP Al Islam mampu meraih kesuksesan dalam menyelesaikan soal-soal Ujian Nasional.” (Wawancara dengan Bapak Irianto (49 tahun), Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012).
Pembinaan siswa dalam bidang non akademik dilakukan dengan
berbagai kegiatan yang meliputi 12 macam kegiatan. Kegiatan tersebut
berupa kegiatan olah raga, kesenian, ketrampilan, dan ilmiah. Kegiatan
ekstra kurikuler yang diselenggarakan di SMP Al Islam 1 Surakarta meliputi
kegiatan pramuka, sepak bola, bulu tangkis, bola basket, tata boga, tata
busana, PMR, English Club, Arabic Club, Karya Ilmiah Remaja (KIR),
Robotika, dan Karawitan. Hal tersebut dikemukakan oleh Bapak Joko Lulut
Amboro (39 tahun), Staf Kesiswaan di SMP Al Islam 1 Surakarta yang
menjelaskan sebagai berikut.
“Guna mengembangkan potensi dan bakat siswa, sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler baik dalam bidang olah raga, kesenian, maupun ilmu pengetahuan. Kalau tidak salah sekolah kami mempunyai 12 macam kegiatan ekstra kurikuler sebagai sarana pengembangan bakat dan potensi siswa. Kegiatan tersebut antara lain meliputi kegiatan pramuka, sepak bola, bulu tangkis, bola basket, tata boga, tata
77
busana, PMR, English Club, Arabic Club, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Robotika, dan Karawitan.” (Wawancara dengan Bapak Joko Lulut Amboro (39 tahun), Staf Kesiswaan di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Pengembangan kesiswaan bentuk lain sebagai manifestasi
kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan SDM adalah
membangun jaringan dengan alumni. Langkah ini dilakukan melalui
pendataan alumni sekolah dan menjalin komunikasi dengan ikatan alumni.
Hal ini dijelaskan oleh Bapak Irianto (49 tahun), Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kesiswaan SMP Al Islam 1 yang menyatakan sebagai berikut.
“Kami memang membina siswa tidak hanya mereka yang masih bersekolah di sini. Mereka yang sudah lulus pun atau alumni masih kami bina. Kami membuka pendaftaran secara on line dalam situs kami khusus untuk laman alumni. Di situ kami sediakan kolom data berupa nama, alamat yang bisa dihubungi dan pekerjaan yang sekarang mereka geluti. Dari pendaftaran on line tersebut kami bisa membangun data base almuni sekolah kami untuk mengembangkan jaringan. Alhamdulillah kami sudah memperoleh manfaat dari langkah yang kami lakukan, yaitu alumni sekolah yang sudah berhasil mau mendukung program sekolah dengan ikhlas baik berupa materil maupun non materil.” (Wawancara dengan Bapak Irianto (49 tahun), Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Al Islam 1 pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMP Al Islam 1
Surakarta, dapat diketahui bahwa siswa cukup antusias dalam mengikuti
kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan sekolah. Setiap kegiatan diikuti
oleh sekitar 30 an siswa.
Berdasarkan data dokumen di atas, menunjukkan bahwa
pengelolaan SDM di SMP Al Islam 1 Surakarta cukup berhasil. Hal ini
78
ditunjukkan dengan berbagai prestasi yang diraih siswa maupun guru di
sekolah tersebut. Data perolehan prestasi siswa dalam berbagai bidang
dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel IV. 1
Perolehan Prestasi Siswa SMP Al Islam 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Nama Lomba Juara Tingkat
Kota Provinsi Nasional
1 Pencak Silat Putri O2SN I
2. Oliampiade Regional RSBI di SMA Taruna Magelang bid studi Biologi, Matematika, Bhs Inggris
masing2 mapel mendapatkan perunggu
3 Lomba Tilawah MAPSI Surakarta
1
4 Cerdas Cermat MAPSI Surakarta
1
5 Futsal Assalam Cup 3
6 Lomba Mading FKIP UNS 3
7 Lomba MTQ/Qori’ BEM IAIN Surakarta
1
8 Lomba MTQ/Qori’ BEM IAIN Surakarta
2
9 Lomba Cerdas Cermat Penggalang Putra LK2PP IAIN Surakarta
2
10 Lomba Desain Logo Penggalang Putra LK2PP IAIN Surakarta
3
11 Lomba Desain Logo Penggalang Putri LK2PP IAIN Surakarta
3
Sumber: Dokumen SMP Al Islam 1 Surakarta
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala
sekolah dalam pengelolaan SDM di SMP Al Islam 1 Surakarta mencakup
pengelolaan SDM tenaga pendidikan dan kependidikan, serta pengelolaan
79
kesiswaan. Pengelolaan mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pengembangan SDM, dan pengendalian SDM.
2. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sarana prasarana
berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta
Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sarana dan
prasarana berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta ditunjukkan
dengan pendelegasian wewenang pengelolaan sarana prasarana sekolah
kepada Waka Sarpras. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Bapak Mufti Addin (49
tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan sebagai
berikut.
“Kalau berbicara mengenai Sarana Prasarana, semuanya sudah menjadi tugas dari Bapak Saeful Qomar yang bertugas sebagai Waka Sarpras. Beliau lah yang mengurusi sarana prasarana sekolah dari mulai perencanaan hingga evaluasinya. Saya hanya melakukan koordinasi dengan beliau. Jadi beliau lah yang lebih mengetahui pengelolaan sarpras di sekolah ini.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Hasil wawancara dengan Bapak Saeful Qomar (47 tahun), Waka
Sarpras di SMP Al Islam 1 Surakarta menunjukkan bahwa perencanaan
sarana prasarana pendidikan di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan
bersamaan dengan penyusunan RKAS yang dilakukan setiap awal tahun
pelajaran baru. Dalam penyusunan RKAS tersebut semua kebutuhan baik
sarana barang habis pakai maupun prasarana penunjang lainnya
dianggarkan sesuai kebutuhan sekolah. Hal ini dijelaskan oleh Bapak
80
Saeful Qomar (47 tahun), Waka Sarpras di SMP Al Islam 1 Surakarta
sebagai berikut.
“Perencanaan sarana prasarana sekolah kami lakukan setiap awal tahun dalam RKAS. Hal ini dikarenakan pengadaan sarana prasarana tersebut memerlukan anggaran harus dianggarkan dalam RKAS tersebut. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas kegiatan untuk dilaksanakan serta sesuai dengan dana dan tingkat kepentingan. Tujuan adanya perencanaan adalah demi menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan, untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaannya. Proses yang kami laksanakan dalam dalam membuat perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi: a) Menyusun daftar perencanaan pengadaan berdasarkan analisis kebutuhan dari masing-masing satuan organisasi; b) Menyusun daftar perkiraan biaya atau harga barang-barang atau alat-alat yang diperlukan berdasarkan standar yang diperlukan; c) Menetapkan segala prioritas pengadaannya berdasarkan dana yang tersedia.” (Wawancara dengan Bapak Saeful Qomar (47 tahun), Waka Sarpras di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa perencanaan sarana prasarana pendidikan di SMP Al Islam 1
Surakarta dilakukan bersamaan dengan penyusunan RKAS yang dilakukan
setiap awal tahun pelajaran baru. Dalam penyusunan RKAS tersebut
semua kebutuhan baik sarana barang habis pakai maupun prasarana
penunjang lainnya dianggarkan sesuai kebutuhan sekolah.
Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas
kegiatan untuk dilaksanakan serta sesuai dengan dana dan tingkat
81
kepentingan. Tujuan adanya perencanaan adalah demi menghindari
terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan, untuk
meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaannya. Proses
yang kami laksanakan dalam dalam membuat perencanaan pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan meliputi: a) Menyusun daftar
perencanaan pengadaan berdasarkan analisis kebutuhan dari masing-
masing satuan organisasi; b) Menyusun daftar perkiraan biaya atau harga
barang-barang atau alat-alat yang diperlukan berdasarkan standar yang
diperlukan; c) Menetapkan segala prioritas pengadaannya berdasarkan
dana yang tersedia.
Perencanaan dan pengadaan sarana prasarana pendidikan di SMP
Al Islam 1 Surakarta sepenuhnya dilakukan secara swa-kelola. Hal ini
sesuai dengan model pengelolaan sekolah yang sudah sepenuhnya
menggunakan model Manajemen Berbasis Sekolah. Hal ini dijelaskan oleh
Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang
menjelaskan sebagai berikut.
“Sekolah kami sudah menerapkan MBS sejak dulu. Maklum sekolah kami kan sekolah swasta, jadi peran pemerintah dalam pengadaan sarana prasarana tidak terlalu besar. Kami bisa seperti ini berkat dukungan dari Komite Sekolah dan Peranserta Masyarakat, yang dalam hal ini adalah orang tua siswa. Alhamdulillah dukungan orang tua siswa terhadap sekolah kami sangat tinggi. Di sekolah kami sudah ada pengurus persatuan orang tua murid di setiap kelas. Merekalah yang berperan besar dalam pengadaan sarana prasarana untuk menunjang kegiatan belajar putra-putri mereka di sekolah ini. Kami, dalam hal ini manajemen
82
sekolah, merundingkan apa yang kami butuhkan dengan Komite Sekolah. Kemudian Komite Sekolah akan membicarakan program kami dengan POM masing-masing kelas. Dari pembicaraan itulah mereka memberikan dukungan terhadap sekolah, baik berupa dana, barang maupun tenaga.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Berdasarkan penjelasan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP
Al Islam 1 Surakarta, tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dukungan
orang tua siswa sangat besar dalam pengadaan sarana prasarana di
sekolah. Dukungan orang tua siswa sangat tinggi dalam pengadaan sarana
prasarana di SMP Al Islam 1 Surakarta.
Hal yang sama dijelaskan pula oleh Bapak Bapak Saeful Qomar (47
tahun), Waka Sarpras di SMP Al Islam 1 Surakarta, yang menjelaskan
bahwa dukungan Komite Sekolah dan orang tua siswa dalam pengadaan
sarana prasarana sangat tinggi. Hal ini dicontohkan misalnya dengan saat
sekolah membutuhkan sarana transportasi untuk kegiatan studi banding
atau pun outbond bagi siswa, orang tua siswa memberikan dukungan
berupa pengadaan transportasi untuk kegiatan tersebut.
“Memang benar kalau Komite Sekolah dan orang tua siswa memberikan dukungan yang tinggi bagi sekolah kami. Dukungan mereka tidak hanya dana, tetapi juga sarana atau pun tenaga. Sebagai contoh misalnya saat sekolah kami mengadakan kegiatan studi banding ke sekolah lain di Yogyakarta, ada orang tua siswa yang meminjamkan bus untuk transportasi kami bahkan lengkap dengan sopir dan bahan bakarnya. Ini sungguh hal yang sangat membanggakan bagi kami.” (Wawancara dengan Bapak Saeful Qomar (47 tahun), Waka Sarpras di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012).
83
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SMP Al Islam 1
Surakarta sudah sepenuhnya dilakukan secara swakelola. Hal ini dijelaskan
pula oleh Bapak Sumardi (51 tahun) Pengurus Bidang Pendidikan di
Yayasan Perguruan Al Islam Surakarta yang menjelaskan bahwa sekolah
merencanakan pengadaan sarana prasarana pendidikan melalui RKAS
yang diajukan ke Yayasan. Dari RKAS tersebut kemudian Yayasan
memberikan dana untuk pembiayaan.
“Memang sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Perguruan Al Islam sudah menerapkan MBS sepenuhnya. Jadi kalau sekolah mau mengadakan sarana prasarana, biasanya mereka menyusunnya dalam RKAS yang kemudian diajukan kepada yayasan. Nah dari RKAS itulah yayasan kemudian mengembalikan uang yang diperoleh dari orang tua siswa untuk membiayai pengadaan tersebut.” (Wawancara dengan Bapak Sumardi (51 tahun) Pengurus Bidang Pendidikan di Yayasan Perguruan Al Islam Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012).
Berdasarkan hasil-hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sarana dan
prasarana berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan melalui
pendelegasian tugas kepada Waka Sarpras. Perencanaan sarana dan
prasarana sekolah dilakukan bersama-sama dengan Komite Sekolah
melalui RKAS yang disusun pada setiap awal tahun pelajaran baru. Sekolah
sudah melaksanakan MBS secara penuh yang ditunjukkan dengan
kemandirian sekolah dalam pengadaan sarana prasarana pendidikan di
sekolah tersebut.
84
Tahapan berikutnya setelah tahap perencanaan adalah
penyimpanan. Tahap ini mencakup pencatatan, penyimpanan,
pengaturan, perawatan, dan penjagaan yang dilakukan secara tertib, rapi
dan aman. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Saeful Qomar (47 tahun), Waka
Sarpras di SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan sebagai berikut:
Setelah perencanaan dan pengadaan, maka tahap berikutnya adalah penyimpanan. Penyimpanan barang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Barang-barang yang sudah diterima, dicatat, digudangkan, diatur, dirawat, dan dijaga secara tertib, rapi dan aman; 2) Menyelenggarakan administrasi penyimpanan dan penggunaan atas semua barang yang ada dalam ruang atau gudang; 3) Secara berkala atau insidental diadakan pengontrolan dan perhitungan barang persediaan agar diketahui apakah memenuhi kebutuhan; dan 4) Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Barang-barang yang sudah dianggarkan dalam pengadaan barang jika sudah terealisasi langsung disimpan ke bagian penyimpanan barang, selanjutnya diterima dan diinventarisasi dan dicatat ketika barang tersebut akan dikeluarkan agar terlihat tertib dan rapi (Wawancara dengan Bapak Saeful Qomar (47 tahun), Waka Sarpras di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Hasil wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP
Al Islam 1 Surakarta, menunjukkan bahwa setelah sarana-prasarana
diinventarisasi ke dalam buku catatan administrasi sekolah, maka sarana
dan prasarana pendidikan sudah bisa dipergunakan. Penggunaan
disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun pemeliharaan, penghapusan
sarpras dari inventarisasi menjadi tanggungjawab Waka Sarpras. Laporan
tentang sarana prasarana dilakukan setiap tahun kepada pihak Yayasan.
85
Hal ini dijelaskan oleh Bapak Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al
Islam 1 Surakarta sebagai berikut:
“Sarana dan prasarana pendidikan di sekolah kami baru bisa dipergunakan setelah sarana prasarana tersebut selesai diinventarisasi. Mengenai pengaturan penggunaan dan pemeliharaan sudah kami serahkan kepada Bapak Waka Sapras. Demikian pula mengenai penghapusan sarana prasarana dari inventarisasi sekolah menjadi tanggungjawab dan kewenangan Waka Sarpras. Untuk menghapus suatu barang pastinya ada syarat dan kondisi tertentu, seperti misalnya kegunaannya sudah tidak sesuai dengan biaya pemeliharaan, atau mungkin sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi. Nah kalau masalah pelaporan kami lakukan setiap akhir tahun pelajaran kepada pihak Yayasan. Nanti pihak yayasan lah yang akan memberi persetujuan tentang mana yang boleh dihapus dan mana yang belum boleh. Jadi sifatnya kami hanya mengusulkan. Keputusan akhir ada di pihak Yayasan.”(Wawancara dengan Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012).
3. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola pembiayaan berbasis
prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta
Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola pembiayaan
berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta merujuk pada kemampuan
kepala sekolah dalam mengelola keuangan di sekolah tersebut.
Pengelolaan keuangan sekolah mencakup aspek-aspek perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.
Hasil wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP
Al Islam 1 Surakarta, menunjukkan bahwa perencanaan keuangan sekolah
86
dilakukan bersama-sama oleh Tim Penyusun yang terdiri dari delapan
orang. Tim tersebut terdiri dari Kepala Sekolah, seluruh Waka, Kepala Tata
Laksana (KTU), Bendahara Sekolah, dan Bendahara Penerimaan.
Perencanaan pengelolaan keuangan sekolah diwujudkan dalam bentuk
Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS). RKAS tersebut selanjutnya
dibahas dengan orang tua siswa dalam rapat Komite Sekolah. Hasil
pembahasan tersebut selanjutnya diserahkan kepada Yayasan.
“Berbicara masalah pengelolaan keuangan sekolah, kami sangat transparan dan terbuka. Tidak ada hal yang kami sembunyikan karena kami benar-benar ingin menjaga amanah yang diberikan baik oleh orang tua siswa maupun Yayasan. Perencanaan keuangan sekolah dibahas bersama oleh tim yang terdiri dari 8 orang, yaitu Kepala Sekolah, seluruh Waka, Kepala Tata Laksana (KTU), Bendahara Sekolah, dan Bendahara Penerimaan. Hasil perumusan kemudian dibahas dalam rapat komite dengan orang tua siswa pada setiap awal tahun pelajaran baru. Dari hasil pembahasan tersebut kami serahkan kepada Yayasan untuk disyahkan.” (Wawancara dengan Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012).
Perencanaan yang dilakukan mencakup perencanaan sumber
pembiayaan dan pembelanjaan. Sumber pembiayaan pendidikan sebagian
besar diperoleh dari orang tua siswa yang mencapai sekitar 81%,
sedangkan bantuan pemerintah hanya sekitar 19% dari seluruh RKAS. Hal
ini dijelaskan oleh Ibu Marlina (51 tahun), Bendahara Umum di SMP Al
Islam 1 Surakarta yang menjelaskan sebagai berikut.
“Dalam perencanaan biasanya dibahas sumber pembiayaan dan pembelanjaan sekolah. Kalau masalah sumber
87
pembiayaan, boleh dikatakan kami sudah mandiri. Artinya dari seluruh sumber dana yang kami gunakan dalam RKAS, hampir 81% berasal dari orang tua siswa yang diberikan melalui Yayasan. Bantuan pemerintah hanya sekitar 19%. Jadi boleh dikata bahwa sekolah kami sudah menerapkan MBS dengan konsisten.” (Wawancara dengan Ibu Marlina (51 tahun), Bendahara Umum di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Proses pembiayaan pendidikan di SMP Al Islam 1 Surakarta
dilakukan oleh Yayasan sesuai dengan RKAS yang disusun sekolah.
Prosedur yang dilakukan adalah bahwa setelah uang dikumpulkan oleh
bendahara sekolah dari beberapa sumber, baik bantuan pemerintah
maupun dari orang tua siswa, selanjutnya disetorkan kepada bendahara
Yayasan. Dari bendahara Yayasan, uang dikembalikan ke pihak sekolah
sesuai dengan RKAS yang disetujui bersama. Hal ini dijelaskan oleh Bapak
Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan
sebagai berikut.
“Memang pembiayaan pendidikan di sekolah kami sebagian besar dibiayai oleh Yayasan. Jadi prosedurnya adalah bendahara sekolah menerima uang dari beberapa sumber, yaitu bantuan pemerintah maupun orang tua siswa. Setelah dana terkumpul, bendahara sekolah kemudian menyetorkan kepada bendahara Yayasan. Kemudian Yayasan mengembalikan uang kepada sekolah sesuai dengan RKAS yang kami susun bersama.” (Wawancara dengan Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Pembiayaan pendidikan yang berasal dari sumber lain diperoleh
dari ikatan alumni. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Marlina (51 tahun),
88
Bendahara Umum di SMP Al Islam 1 Surakarta yang mengatakan sebagai
berikut.
“Selain sumber dari bantuan pemerintah dan Yayasan, sumber pembiayaan pendidikan di SMP Al Islam 1 Surakarta juga diperoleh dari ikatan alumni. Dana yang berasal dari ikatan alumni biasanya digunakan untuk pengadaan sarana prasarana dan pembiayaan kegiatan ekstra kurikuler siswa. Ini memang permintaan dari mereka yang membantu pendanaan tersebut. Kami hanya melaksanakan amanah yang diberikan kepada kami, jadi apa yang menjadi keinginan alumni kami ikuti.” (Wawancara dengan Ibu Marlina (51 tahun), Bendahara Umum di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Pengorganisasian keuangan sekolah diatur sesuai dengan pos-pos
masing-masing anggaran sesuai RKAS. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Mufti
Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta yang menjelaskan
bahwa pengorganisasian keuangan sekolah diatur menurut pos-pos yang
ditetapkan dalam RKAS.
“Masalah pengorganisasian anggaran, kami atur sesuai pos-pos yang telah ditentukan dalam RKAS. Secara umum, pos belanja yang kami anggarkan adalah belaja rutin, belanja operasional, belanja pemeliharaan, dan belanja modal. Belanja rutin yang merupakan gaji pegawai menempati proporsi terbesar kedua dalam RKAS kami, yaitu mencapai 37.83%. Belanja terbesar kami alokasikan untuk belanja operasional sekolah yang mencapai sekitar 55% dari seluruh RKAS. Kebijakan ini memang diatur Yayasan agar biaya pendidikan dioptimalkan untuk kegiatan pembelajaran sehingga sekolah terus berprestasi.” (Wawancara dengan Bapak Mufti Addin (49 tahun), Kepala SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Hasil analisis dokumen RKAS menunjukkan bahwa sumber dana
terbesar dalam pembiayaan pendidikan berasal dari orang tua siswa.
89
Adapun pembelanjaan terbesar dalam RKAS SMP Al Islam 1 Surakarta
dialokasikan untuk biaya operasional pendidikan. Data hasil analisis
dokumen ringkasan RKAS SMP Al Islam 1 Surakarta untuk tahun anggaran
2012/2013 dapat dipaparkan sebagai berikut.
Tabel IV. 2
Ringkasan Penerimaan RKAS SMP Al Islam 1 Surakarta
No. Sumber Dana Jumlah %
1. Bantuan oprasional sekolah dari
yayasan
2.626.857.699 80.89%
2. Bantuan Pemerintah 620.647.500 19.11%
Jumlah 3.247.505.199 100.0%
Sumber: Data Keuangan SMP Al Islam 1 Surakarta
Tabel IV. 3
Ringkasan Pembelanjaan RKAS SMP Al Islam 1 Surakarta
No. Jenis Pembelanjaan Jumlah %
1. Belanja Rutin 1,228,693,199 37.83%
2. Belanja Operasional 1,791,767,000 55.17%
3. Belanja Modal 227,045,000 6.99%
Jumlah 3.247.505.199 100.0%
Sumber: Data Keuangan SMP Al Islam 1 Surakarta
Evaluasi pengelolaan keuangan sekolah dilakukan oleh Yayasan. Hal
ini dijelaskan oleh Ibu Marlina (51 tahun), Bendahara Umum di SMP Al
Islam 1 Surakarta. Menurut penjelasan Ibu Marlina dikatakan bahwa
evaluasi keuangan sekolah dilakukan oleh Yayasan melalui setiap tiga
bulan sekali kemudian pada akhir tahun dilakukan audit secara
90
menyeluruh. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemeriksaan dan
memudahkan dalam hal perbaikan apabila terjadi ketidaksesuaian.
“Soal evaluasi anggaran ya mesti ada. Kalau di sekolah kami, evaluasi dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh Yayasan. Pada akhir tahun Yayasan melakukan audit secara menyeluruh terhadap pengelolaan keuangan sekolah.” (Wawancara dengan Ibu Marlina (51 tahun), Bendahara Umum di SMP Al Islam 1 Surakarta pada hari Sabtu 22 Desember 2012). Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan
keuangan sekolah berbasis prestasi dilakukan melalui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan diwujudkan
dalam RKAS yang disusun oleh tim yang terdiri dari 8 orang.
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan pos-pos yang sudah
dianggarkan dengan proporsi terbesar dialokasikan untuk pembelanjaan
operasional pendidikan yang mencapai 55% dari RKAS. Evaluasi dilakukan
setiap tiga bulan dan pada akhir tahun dilakukan audit secara keseluruhan.
B. Pembahasan
1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola Sumberdaya Manusia
berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta
Perencanaan sumber daya manusia meliputi penyusunan anggaran
tenaga kerja (man power budgeting) yaitu kegiatan memadukan jumlah
tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,
tujuannya untuk mendapat gambaran mengenai kebutuhan tenaga kerja,
91
dan penyusunan program tenaga kerja (man power programming), yaitu
kegiatan untuk mengisi formasi yang meliputi program pengadaan tenaga
kerja, promosi jabatan, pelatihan dan pengembangan pegawai,
pengembangan karier, program pemeliharan pegawai, dan program
pemberhentian pegawai.
Perencanaan SDM tenaga pendidik yang dilakukan oleh SMP Al
Islam 1 Surakarta, sesuai dengan pendapat Sikula sebagaimana ditegaskan
sebagai berikut:
“Human Resource of manpower planning has been defined as the process of determining manpower reqruitments and the means for meeting those requirements in order to carry out the integrated plans of the organization (Sikula, 2010: 241) (Perencanaan Sumberdaya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses rencana organisasi. mempertemukan kebutuhan tersebut agarpelaksanaannya terintegrasi dengan organisasi). Rekrutmen dilakukan dengan melibatkan beberapa orang, dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik yang dibutuhkan dan
sesuai juga dengan kualifikasi yang dimiliki calon tenaga pendidik,
sehingga calon yang diterima mampu menunjang cita-cita SMP Al Islam 1
Surakarta seperti yang tercantum didalam visi, misi dan tujuan SMP Al
Islam 1 Surakarta. Proses seleksi penerimaan tenaga pendidik di SMP Al
Islam 1 Surakarta dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
3) pemeriksaan berkas lamaran; 4) test psikologi; 5) wawancara;
92
6) persetujuan atasan langsung; 7) pemeriksaan kesehatan; 8) induksi atau
orientasi.
Proses rekrutmen sesuai dengan tahapan tersebut di atas senada
dengan pendapat Gibson and Hunt, bahwa kegiatan yang harus dilakukan
dalam pengadaan tenaga pendidik antara lain adalah: 1) reqution
(pencarian personel, kualitas maupun kuantitas); 2) recruitment
(pencarian personel untuk memenuhi kebutuhan sekolah); 3) selection
(memutuskan personel yang memenuhi persyaratan kebutuhan sekolah);
4) appointment (kegiatan memilih posisi personil).
Proses rekrutmen yang dilakukan sekolah agar calon yang diterima
mampu menunjang cita-cita SMP Al Islam 1 Surakarta seperti yang
tercantum didalam visi, misi dan tujuan SMP Al Islam 1 Surakarta
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Webb, dkk., (2006). Hasil
penelitian Webb, dkk., (2006) menunjukkan bahwa Peranan kepala
sekolah dalam meningkatkan kinerja guru berbentuk penciptaan iklim
sekolah yang mendukung proses pembelajaran. Menurut Webb, dkk.,
dikatakan bahwa
”The quality of the head teacher is a crucial factor in the success of the school. … Good heads can transform a school; poor heads can block progress and achievement. It is essential that we have measures in place to strengthen the skills of all new and serving heads.” (Webb, et al., 2006: 408). Pengendalian SDM berupa guru di SMP Al Islam 1 Surakarta
dilakukan melalui lima cara. Kelima cara tersebut antara lain meliputi:
93
a) Menentukan standar-standar untuk melakukan kontrol terhadap:
1) Pengembangan standar kompetensi: 2) Pengembangan standar proses
3) Standar penilaian; dan 4) Standar pendidik; b) Membandingkan
pelaksanaan performance dengan standar; c) Pengembangan standar
proses; d) Standar penilaian; dan e) Standar pendidik. Pengendalian
tersebut dilakukan melalui supervisi dengan model CPD (Cooperative
Professional Development).
Pengendalian SDM yang dilakukan melalui supervisi model CPD
mampu meningkatkan kinerja guru sehingga lebih terpacu untuk
berprestasi. Model ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan kepala
sekolah dalam menciptakan iklim kerja, karena dengan model supervisi
CPD tersebut iklim kerja semakin kondusif.
Temuan tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Harris, dkk., (2003: 67-76). Harris, dkk., mengkaji tentang kepemimpinan
sekolah yang efektif dalam perspektif guru. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan kajian kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
kepemimpinan dalam perspektif guru berkaitan dengan makna konstruktif
baik secara kolektif maupun secara kolaboratif. Kepemimpinan efektif
mencakup energi atau sinergi yang diciptakan oleh kepala sekolah yang
melibatkan orang lain dalam aktivitas kepemimpinan. Langkah melibatkan
orang lain adalah dengan memberdayakan MGMP dalam pelaksanaan
supervisi di sekolah tersebut.
94
Pengembangan SDM guru di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan
melalui MGMP yang dilakukan secara berkala dengan bekerjasama dengan
PSB (Pusat Sumber Belajar) yang dibiayai oleh Yayasan. Selain itu,
pengembangan juga dilakukan dengan cara melakukan pertemuan antar
Guru dan kepala Sekolah setiap bulan, mengadakan PKG, penataran,
bekerja sama dengan UNS dan UMS, mengirimkan utusan untuk mengikuti
kursus, studi komparatif, workshop, dan seminar dll.
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kepemimpinan kepala
sekolah yang mampu mengembangkan SDM agar lebih berprestasi
merupakan salah satu karakteristik kepemimpinan yang efektif. Dengan
kepemimpinan yang efektif, kepala sekolah mampu menciptakan iklim
kerja yang memacu SDM untuk berprestasi.
Temuan tersebut juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kelley, dkk., (2005: 17-25). Penelitian yang dilakukan oleh Kelley,
dkk., bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kepemimpinan, iklim
sekolah, dan sekolah efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap iklim sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah dapat menciptakan iklim sekolah yang
dapat menciptakan produktivitas baik siswa maupun guru.
Kemampuan mengembangkan SDM juga menunjukkan bahwa
kepala sekolah memiliki kemampuan dalam memahami kompetensi yang
dimiliki para guru. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
95
oleh Robinson (2006) dengan judul ”Putting Education Back into
Educational Leadership”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kepala
sekolah harus memperdalam kemampuan mereka baik dalam aspek
pedagogik dan pengetahuan tentang materi pedagogik agar mampu
menjamin kualitas pembelajaran.
Pengelolaan SDM dalam bidang kesiswaan dilakukan dari
perencanaan berupa penetapan kuota penerimaan siswa baru hingga
pembinaan siswa. Pembinaan kesiswaan dilakukan melalui kegiatan ekstra
kurikuler dan program Life Management Training serta Spiritual Building
Training (SBT).
Bentuk pengembangan SDM baik siswa maupun guru yang
dilakukan oleh SMP Al Islam 1 Surakarta melalui pelatihan dan program
pengembangan tersebut di atas sejalan dengan pandangan Sikula.
Menurut Sikula dikatakan bahwa:
“On the job, vestibule, demonstration and examples, simulation, apprenticeship, classroom methods (lecture, conference, case study, role playing and programmed instruction) and other training methods: some of the most commonly used management development methods include: training method, understudies, job rotation and planned progression, coaching-consouling, junior boards of executives or multiple management, community assignments, staff meetings and projects, business games, sensitivy training, and other development method” (Sikula, 2010: 243). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pola
pengembangan SDM di SMP Al Islam 1 Surakarta dapat dilaksanakan
secara profesional, karena menggunakan tiga prinsip pendekatan yaitu:
96
1) prinsip sitstemik, yaitu memperhitungkan kondisi serta kemampuan
internal juga kekuatan-kekuatan eksternal yang akan mempengaruhi
proses pendidikan; 2) prinsip keterarahan, yaitu prinsip-prinsip kebijakan
sekolah/madrasah yang konsisten sehingga apa yang akan dilaksanakan
akan lebih efisien, dan 3) Prinsip holistik yaitu program-program
pengembangan dijabarkan secara nyata dari visi, misi dan tujuan sekolah.
Pola pelaksanaan pengembangan SDM yang efektif dilakukan oleh
kepala sekolah dengan menggunakan lima tipologi yaitu:
a. Mengubah sekolah yang biasa menjadi sekolah yang berprestasi baik
prestasi akademik maupun non akademik dengan cara memadukan
tuntutan kurikulum dengan kualifikasi tenaga pendidik dan
kesejahteraannya;
b. Kepala Sekolah senantiasa motivasi semua tenaga kependidikannya
dengan berpedoman pada Visi, Misi dan tujuan sekolah/madrasah
yang setiap tahun dianalisa kembali dengan semboyan: ing ngarso sun
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani;
c. Di sekolah tersebut terdapat team work yang baik antara Kepala
Sekolah dengan para wakil Kepala Sekolah, serta guru-guru dan staf
tata usaha,dengan pendekatan religi kultural untuk menghimpun
dukungan masyarakat terhadap kebutuhan sekolah, sehingga
memungkinkan terlaksananya kepemimpinan tim (team leadership)
yang mampu mendinamisasi keadaan di sekolah, sehingga
memunculkan ide-ide segar dan kreatifitas untuk pengembangan
97
sekolah melalui peningkatan SDM tenaga pendidiknya, yang
berdampak positif terhadap pencapaian prestasi siswa;
d. Kepala sekolah mempunyai kemampuan intelektual, sosial dan
kultural, berperan sebagai perantara ide dalam inovasi dan perubahan
sekolah, dengan menerapkan kepemimpinan yang kolaboratif dan
keteladanan maupun kepeloporan untuk terus melakukan
perbaikanperbaikan di segala sektor; dan
e. Para tenaga pendidik bersikap pro aktif dalam menghadapi perubahan
dan perkembangan pendidikan melalui inovasi pembelajaran,
ditunjang dengan tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dan
memadai, sehingga memungkinkan para siswa dapat memanfaatkan
berbagai sumber belajar dan sumber informasi.
2. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sarana prasarana
berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta
Kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sarana dan
prasarana berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan melalui
pendelegasian tugas kepada Waka Sarpras. Perencanaan sarana dan
prasarana sekolah dilakukan bersama-sama dengan Komite Sekolah
melalui RKAS yang disusun pada setiap awal tahun pelajaran baru. Sekolah
sudah melaksanakan MBS secara penuh yang ditunjukkan dengan
kemandirian sekolah dalam pengadaan sarana prasarana pendidikan di
sekolah tersebut. Dukungan Komite Sekolah dan orang tua siswa sangat
tinggi dalam pengadaan sarana prasarana pendidikan di sekolah tersebut.
98
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar. Misalnya gedung, ruang kelas, meja kursi, serta
alat-alat dan media pengajaran.
Pengelolaan sarana prasarana di SMP Al Islam 1 Surakarta dilakukan
dengan menciptakan lingkungan fisik yang mendukung pembelajaran.
Kondisi bangunan fisik sekolah dapat menjadi salah satu faktor pendorong
keberhasilan program pembelajaran yang dilakukan guru. Kondisi fisik
bangunan dapat mempengaruhi efektivitas kerja guru. Hal ini didukung
hasil penelitian yang dilakukan Dawson dan Parker (Earthman, 2002: 9)
yang menyatakan bahwa “the condition of a school building not only
influences student achievement, but can also influence the work and
effectiveness of a teacher.”
Hal lain yang muncul dalam temuan penelitian adalah pemeliharaan
fasilitas sekolah sehingga mampu mendukung prestasi sumber daya
manusia yang ada. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Buckley, dkk., (2004, 1 - 10). Menurut Buckley, dkk.,
dikatakan bahwa “teachers might be willing to take lower salaries in
exchange for better working conditions.” Hasil ini mengimplikasikan
bahwa kurangnya sumber daya sekolah dapat memacu ketidakpuasan
kerja guru.
99
Pengadaan teknologi informasi untuk melengkapi fasilitas
pembelajaran di sekolah merupakan salah satu bukti bahwa sekolah
sangat peduli terhadap kemajuan pendidikan. Temuan ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilson (2008: 1-9). Menurut Wilson
dikatakan bahwa guna mendukung pembelajaran “schools need to accunt
for virtual learning through the internet and have both wired and wireless
digital, audio, an video connectivity.” Penjelasan di atas diartikan bahwa
sekolah harus menyediakan fasilitas pembelajaran virtual melalui internet.
Keluasan akses melalui internet akan memudahkan guru dan siswa
memperoleh akses yang lebih besar ke pendidikan yang lebih tinggi. “Such
connections enable teachers and students to have greater resources as
well as access to institutions of higher learning.”
3. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola pembiayaan berbasis
prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta
Kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan keuangan
sekolah berbasis prestasi dilakukan melalui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan diwujudkan
dalam RKAS yang disusun oleh tim yang terdiri dari 8 orang.
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan pos-pos yang sudah
dianggarkan dengan proporsi terbesar dialokasikan untuk pembelanjaan
operasional pendidikan yang mencapai 55% dari RKAS. Evaluasi dilakukan
setiap tiga bulan dan pada akhir tahun dilakukan audit secara keseluruhan.
100
Pembiayaan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan
dilakukan melalui penganggaran program atau rencana stratejik bidang
sarana prasarana. Biaya dialokasikan dari bantuan orang tua siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan sekolah yang transparan
dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pendidikan.
Temuan ini didukung hasil temuan penelitian yang dilakukan De
Grauwe (2004: 4). Menurut De Grauwe dikatakan bahwa sekolah yang
mampu menunjukkan akuntabilitasnya akan dapat memperoleh mobilisasi
sumber daya yang lebih besar. De Grauwe menyatakan bahwa “teachers
and especially parents will be more eager to contribute to the funding of
their school if they have a say in the organization and management it.”
Pembiayaan sarana prasarana pendidikan yang ditanggung bersama
antara pemerintah daerah, pusat dan orang tua siswa menjadi suatu
faktor kunci keberhasilan pengadaan fasilitas sekolah. Hal ini didukung