90 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Unit Analisis Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014 yang sesuai dengan target populasi. Adapun perusahaan yang menjadi target populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Menjadi Target Populasi No Kode Saham Nama Emiten 1 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 2 INAF PT. Indofarma (Persero) Tbk. 3 KAEF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 4 KLBK PT. Kalbe Farma Tbk 5 MERK PT. Merck Tbk. 6 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk. 7 SQBB PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Berdasarkan pada tabel diatas, maka perusahaan yang sesuai dengan target populasi berjumlah 7 perusahaan. Berikut adalah penjelasan gambaran unit analisis dari target populasi tersebut yang tersaji dalam tabel 4.2 Unisba.Repository.ac.id
60
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... - Unisba
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Unit Analisis
Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah perusahaan
manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010
– 2014 yang sesuai dengan target populasi. Adapun perusahaan yang menjadi
target populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Menjadi
Target Populasi
No Kode Saham Nama Emiten
1 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk
2 INAF PT. Indofarma (Persero) Tbk.
3 KAEF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
4 KLBK PT. Kalbe Farma Tbk
5 MERK PT. Merck Tbk.
6 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk.
7 SQBB PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
Berdasarkan pada tabel diatas, maka perusahaan yang sesuai dengan target
populasi berjumlah 7 perusahaan. Berikut adalah penjelasan gambaran unit
analisis dari target populasi tersebut yang tersaji dalam tabel 4.2
Unisba.Repository.ac.id
91
Tabel 4.1
Gambaran Unit Analisis
No Nama Perusahaan Awal Berdiri Landasan Hukum Visi dan Misi
1 PT Darya-Varia Laboratoria
Tbk
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk
("Darya-Varia atau Perseroan")
adalah perusahaan farmasi yang
telah lama berdiri di Indonesia, beroperasi sejak tahun 1976.
Setelah menjadi perusahaan terbuka
pada tahun 1994, Perseroan
mengakuisisi PT Pradja Pharin (Prafa) di tahun 1995, dan terus
mengembangkan berbagai produk
Obat Resep dan Consumer Health.
Pada Juli 2014, Prafa menggabungkan diri (merger)
dengan Darya-Varia.
Sejalan dengan misi Perseroan untuk
"membangun Indonesia yang sehat secara
bertahap setiap orang di setiap waktu",
Darya-Varia memproduksi produk-produk berkualitas tinggi untuk lini
produk Consumer Health dan Obat
Resep, membangun merek yang kuat
terpercaya dan dikenal di seluruh Indonesia. Ringkasan kegiatan korporasi
selengkapnya dapat dilihat pada bagian
Tonggak Sejarah Darya-Varia. Unilab,
perusahaan farmasi terbesar di Filipina, didirikan pada tahun 1945 dan saat ini
memiliki jaringan afiliasi yang tersebar di
negara-negara Asia, termasuk di
Indonesia, Vietnam, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Laos, Kamboja dan
Cina.
Visi :
Menjadi Salah Satu dari Lima
Perusahaan Farmasi Terbesar di
Indonesia. Misi :
Kami membangun Indonesia yang
sehat secara bertahap setiap orang di
setiap waktu, dengan menyediakan produk dan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau, serta
mendorong promosi kesehatan,
bekerja sama dalam sebuah keluarga "BERSATU".
2 PT. Indofarma (Persero)
Tbk
Sejarah panjang PT Indofarma
(Persero) Tbk atau “Perseroan”
berawal dari tahun 1918 di sebuah
pabrik skala kecil di lingkungan Rumah Sakit Pusat Pemerintah
Kolonial Belanda yang pada saat itu
hanya memproduksi beberapa jenis
salep dan kasa pembalut. Seiring dengan berjalannya waktu, usaha
Perseroan berkembang menambah
tablet dan injeksi dalam rangkaian
lini produksinya. Sempat dikuasai oleh Pemerintah Jepang pada tahun
1942 di bawah manajemen Takeda
Pharmaceutical, Perseroan kembali
diambil alih oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1950 melalui
Status Perseroan kembali berubah pada
tahun 1996 menjadi PT Indofarma
(Persero) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 34 tahun 1995 dengan akta pendirian
berdasarkan Akta No. 1 tanggal 2 Januari
1996 yang diubah dengan Akta No. 134
tanggal 26 Januari 1996. Pada awal tahun 2000, Perseroan
melakukan pengembangan ke hilir dalam
bidang distribusi dan perdagangan dengan
melakukan ekspansi pendirian anak perusahaan PT Indofarma Global Medika
(IGM) melalui prosentase kepemilikan
sebesar 99,99%. Hingga 31 Desember
2014, IGM memiliki 31 cabang dengan jumlah SDM mencapai 747 karyawan.
Visi :
Menjadi perusahaan yang berperan
secara signifikan pada perbaikan
kualitas hidup manusia dengan memberi solusi terhadap masalah
kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Misi : a. Menyediakan produk dan layanan
berkualitas dengan harga terjangkau
untuk masyarakat.
b. Melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif
dengan prioritas untuk mengobati
penderita penyakit dengan tingkat
prevalensi tinggi. c. Mengembangkan kompetensi
Unisba.Repository.ac.id
92
No Nama Perusahaan Awal Berdiri Landasan Hukum Visi dan Misi
Departemen Kesehatan.
Kekuatan armada distribusi IGM terdiri
atas kendaraan roda empat mencapai 27
unit, roda dua 56 unit dan truk 60 unit.
IGM juga telah memiliki sertifikasi ISO
9001:2008 dan OHSAS 18001:2007.
Sumber Daya Manusia (SDM)
sehingga memiliki kepedulian,
profesionalisme dan kewirausahaan
yang tinggi.
3 PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk
Kimia Farma adalah perusahaan
industri farmasi pertama di
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1817. Awalnya, perusahaan
ini bernama N.V. Chemicalien
Handle Rathkamp & Co (Jakarta), N.V. Pharmaceutische Handel
Svereneging J. Van Gorkom & Co.
(Jakarta), N.V. Bandungsche
Kinine Fabriek (Bandung) dan N.V. Jodium Onderneming Watoedakon
(Mojokerto).
Pada tahun 1958, berdasarkan keputusan
nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda
di masa awal kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia melebur sejumlah
perusahaan farmasi menjadi Perusahaan
Farmasi Negara (PNF) Bhinneka Kimia
Farma. Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali
mengubah statusnya menjadi perusahaan
terbuka, PT Kimia Farma (Persero) Tbk,
dalam penulisan berikutnya disebut “Perseroan”.
Berbekal pengalaman selama puluhan
tahun, Perseroan telah berkembang
menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia.
Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya
dalam pengembangan dan pembangunan
bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
Visi :
Menjadi korporasi bidang kesehatan
terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai
yang berkesinambungan melalui
konfigurasi dan koordinasi bisnis
yang sinergis. Misi :
Menghasilkan pertumbuhan nilai
korporasi melalui usaha di bidang-
bidang: a. Industri kimia dan farmasi dengan
basis penelitian dan pengembangan
produk inovatif.
b. Perdagangan dan jaringan distribusi. c. Pelayanan kesehatan yang berbasis
jaringan ritel farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainnya.
d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan
usaha perusahaan.
4 PT. Kalbe Farma Tbk Sejarah Kalbe Farma diawali dari
garasi pendiri Perseroan tahun 1966
sebagai perusahaan produk
kesehatan dengan prinsip - prinsip dasar: inovasi, merek yang kuat dan
manajemen prima.
Dengan pedoman “Panca Sradha Kalbe”
sebagai nilai dasar Perseroan, Kalbe
berhasil meraih pertumbuhan yang solid
dan mencatatkan sebagai perusahaan publik tahun 1991 di Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya (sekarang
bergabung menjadi Bursa Efek
Indonesia). Melalui proses pertumbuhan organik dan penggabungan usaha &
akuisisi, kegiatan usaha Kalbe
berkembang meliputi 22 anak perusahaan,
Visi :
Menjadi perusahaan produk
kesehatan Indonesia terbaik yang
didukung oleh inovasi, mereka yang kuat, dan manajemen yang prima.
Misi :
Meningkatkan kesehatan untuk
kehidupan yang lebih baik.
Unisba.Repository.ac.id
93
No Nama Perusahaan Awal Berdiri Landasan Hukum Visi dan Misi
dalam empat kelompok divisi usaha.
Kini, Kalbe merupakan penyedia
“layanan kesehatan komprehensif” yang
terdepan, produk obat-obatan, nutrisi,
makanan dan minuman kesehatan hingga
alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan primer.
5 PT. Merck Tbk PT Merck Tbk (“Perseroan”) adalah sebuah perusahaan manufaktur
farmasi multinasional di Indonesia.
Perseroan memiliki peran strategis
bagi Grup Merck, yakni sebagai hub produksi untuk kawasan Asia
Tenggara. Perusahaan induk kami,
Merck KGaA, yang berkantor pusat
di Darmstadt, Jerman, adalah sebuah perusahaan milik keluarga
yang memiliki jaringan operasi di
66 negara serta didukung oleh
39.000 karyawan.
Sebagai afiliasi dari Merck KGaA di Darmstadt, Jerman, Perseroan
berkedudukan di Indonesia dan berlokasi
di Jl. TB Simatupang No. 8, Pasar Rebo,
Jakarta Timur, didirikan sebagai perusahaan penanaman modal asing
(PMA) berdasarkan Undang-Undang No.
1 tahun 1967 jo. Undang-Undang No. 11
tahun 1970, dengan akta notaris Eliza Pondaag SH tanggal 14 Oktober 1970
No. 29. Akta ini disetujui oleh Menteri
Kehakiman dengan No. J.A.5/173/6
tanggal 28 Desember 1970, dan diumumkan dalam tambahan No. 202
pada Berita Negara No. 34 tanggal 27
April 1971. Pada tahun 1981, Perseroan
terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengumumkan statusnya sebagai
perusahaan terbuka. Dari 22.400.000
saham Perseroan, 73,99% dikuasai Merck
Holding GmbH dari Darmstadt, Jerman, dan 26,01% dikuasai masyarakat lain.
Anggaran Dasar Perseroan telah
mengalami beberapa kali perubahan,
perubahan selanjutnya dengan akta notaris Aulia Taufani SH, pengganti
Sutjipto SH tanggal 4 Juni 2002 No.1
mengenai perubahan nama Perseroan dari
PT Merck Indonesia Tbk menjadi PT Merck Tbk. Akta ini telah disetujui oleh
Visi : Kami, di PT Merck Tbk akan
dihargai oleh para pemegang saham
kami, atas keberhasilan yang
berkelanjutan, berkesinambungan dan melampaui kinerja rata-rata
pasar dalam bidang usaha yang kami
jalankan.
Misi : Kami, di PT Merck Tbk bertujuan
untuk memberikan nilai tambah
bagi:
a. Para pelanggan kami, dengan mempersembahkan pertumbuhan
bisnis jangka panjang dan
pengembangan hubungan kemitraan
yang saling menguntungkan; b. Para konsumen kami, dengan
mempersembahkan produk-produk
yang aman dan bermanfaat.
c. Para pemegang saham kami, dengan mempersembahkan pencapaian yang
bernilai dan berkelanjutan;
d. Para karyawan kami, dengan
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, serta peluang yang sama
bagi setiap individu;
e. Lingkungan kami, dengan
menjadikan perusahaan kami sebagai panutan dalam upaya untuk
Unisba.Repository.ac.id
94
No Nama Perusahaan Awal Berdiri Landasan Hukum Visi dan Misi
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia dengan No. C-11973
HT.01.04.TH.2002 tanggal 2 Juli 2002.
Perubahan terakhir dilakukan dengan akta
notaris Linda Herawati SH tanggal 11
April 2014 No. 30 mengenai perubahan komposisi Komisaris dan Direksi
Perseroan. Akta ini telah diberitahukan
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia dengan No. AHU-02636.40.22.2014 tanggal 15 April 2014.
memberikan perlindungan dan
dukungan bagi masyarakat.
6 PT. Pyridam Farma Tbk PT. Pyridam Farma, Tbk didirikan pada tanggal 27 November 1976
oleh Ir.Sarkri Kosasih
PT. Pyridam didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 31yang dibuat oleh Notaris Tan
Tiong Kie dan disahkan oleh Kementrian
Kehakiman Indonesia melalui Surat
Keputusan No. YA 5/118/3 tertanggal 17 Maret 1977 dengan nama PT.Pyridam.
Pengesahan pendirian PT.Pyridam telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No.102, Suplemen No. 801 tertanggal 23 desember 1977.
Kegiatan awal yang menjadi tulang punggung
perseroan adalah memproduksi dan
memasarkan obat-obatan untuk hewan, dimana pemasarannya dilakukan melalui para
agen penjualan yang tersebar di kota-kota
besar Indonesia. Usaha ini berhasil dan
berkembang pesat. Pada tanggal 1 Februrari 1993, PT.Pyridam Veterenir didirikan untuk
memisahkan kegiatan produksi farmasi dari
kegiatan produksi veterenir. Pada tahun 1995
PT. Pyridam membangun fasilitas produksi perseroan di Jalan Hanjawar, Pacet, Cianjur,
Jawa Barat, kemudian pada tahun 2001
pabrik tersbeut mulai dioprasikan. Pada tahun
yang sama, PT.Pyridam menyelesaikan Initial Public Offering/IPO atas 120.000.000 saham
Visi : Menjadi perusahaan farmasi yang
dikenal dan terpandang di pasar
nasional, regional, dan internasional
karena terpercaya dan handal dalam kualitas, inovasi, dan pelayanan.
Misi :
Melayani masyarakat nasional,
regional, dan internasional dengan produk inovatif dan berkualitas
unutk meraih kualitas hidup sehat
yang lebih baik.
Unisba.Repository.ac.id
95
No Nama Perusahaan Awal Berdiri Landasan Hukum Visi dan Misi
biasa dan tercatat pada Bursa Efek Jakarta.
Nama Perseroan kemudian berubah menjadi
PT. Pyridam Farma, Tbk.
7 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
Perusahaan ini pada mulanya bernama Essex Indonesia yang
berdiri pada November 1972,
merupakan usaha patungan
Schering Corporation yang bergerak di bidang farmasi
berkantor pusat di Amerika Serikat,
dengan pengusaha swasta. Pada
tahun 1974, Plough Inc, sebuah perusahaan konsumen di Amerika
Serikat, menambahkan sejumlah
modal untuk membiayai konstruksi
pabrik di Pandaan, Jawa Timur, yang mengawali produksi komersil
produk farmasi tahun 1975.
Pada tahun 1976, PT Taisho Pharmaceutical Indonesia memproduksi
produk steril, tahun 1979 memproduksi
bahan baku Gentamisin karena aturan
pemerintah yaitu perusahaan farmasi harus memproduksi minimal satu jenis
bahan baku sendiri. Pada tahun 1982
mulai mengekspor produk ke negara
Hongkong, Malaysia, Taiwan, Thailand, Singapura, Bangkok, dan Sri Lanka.
Pada Agustus 1994, saham yang dimiliki
oleh rekanan Indonesia juga didaftarkan
pada Bursa Efek Indonesia dan perusahaan mulai menerapkan CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik). Pada
tahun 1995, PT. Schering-Plough
Indonesia go public dan berganti nama menjadi PT. Schering-Plough Indonesia
Tbk. Pada tahun 1997 produksi bahan
baku kimia dihentikan karena proses
pembuatannya yang mahal. Fasilitas steril dan tablet salut juga ditutup pada bulan
Januari dan Februari 2002. Pada bulan
Maret 2002 PT. Schering-Plough
Indonesia Tbk. melakukan instalasi VMP (Vacuum Mixing Plant). Pada bulan
Maret 2009, Schering-Plough merger
dengan Merck menjadi Merck Sharp
Dohme (MSD)
Visi : a. Fokus pada bisnis inti.
- Self-Obat Operasi Group, Resep
Farmasi Operasi Grup
- Bisnis berdasarkan bukti ilmiah dan tujuan yang jelas yang
mengambil keuntungan penuh
dari kekuatan Perusahaan.
b. Bagi masyarakat lokal, Perseroan akan tetap aktif
terlibat dalam masyarakat
sebagai warga korporasi
sementara berjuang untuk melindungi lingkungan dan
membangun hubungan yang
saling menguntungkan.
Misi : Misi Perusahaan adalah untuk
memberikan kontribusi kepada
masyarakat dengan menciptakan dan
menawarkan obat-obatan yang unggul dan produk yang
berhubungan dengan kesehatan serta
informasi terkait kesehatan-dan jasa
dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial yang memperkaya
kehidupan masyarakat dengan
meningkatkan kesehatan dan
kecantikan
Unisba.Repository.ac.id
96
4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Earnings Management
Earnings management atau manajemen laba dapat diartikan sebagai upaya
untuk mengintervensi informasi dalam laporan keuangan dengan cara
memanfaatkan kebebasan dalam memilih dan menggunakan metode akuntansi.
Upaya rekayasa inilah yang membuat informasi dalam laporan keuangan menjadi
tidak relevan dengan kebutuhan pemakainya. Pada penelitian ini indeks
manajemen laba dihitung menggunakan rumus modifikasi Jones. Untuk
menghitung indeks earnings management (discretionary accruals) dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran).
1. Menghitung total accrual (TACit) dengan mengurangkan net income
dengan cash flow
2. Menghitung rasio total accrual terhadap total aset perusahaan
(TACit/TAit1)
3. Menghitung invers dari total aset perusahaan (1/TAit-1)
4. Menghitung rasio perubahan penjualan pada total asset perusahaan
(sales/TAit-1)
5. Menghitung rasio PPEit terhadap total aset perusahaan (PPEit /TAit-1)
6. Mengestimasi nilai non discretionary accruals (NDTA) menggunakan
model regressi sebagai berikut: TAC/TAit-1 = β1(1/TAit-1) +
β2(Sales/TAit-1) + β3 (PPEit/TAit-1)
Unisba.Repository.ac.id
97
Tabel 4.3
Hasil Regressi Estimasi Non Discretionary Accruals (NDTA)
Coefficientsa,b
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
1/TAt-1 -
3035072790,698 6037295566,710 -,164 -,503 ,619
D Sales/TAt-1 ,00428 ,091 ,011 ,047 ,963
PPE/TAt-1 ,03096 ,079 ,151 ,390 ,699
a. Dependent Variable: TAC/TAt-1
b. Linear Regression through the Origin
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2o
Setelah hasil regressi diperoleh selanjutnya dihitung discretionary
accruals (DTA) dengan mengurangkan TAC/TAt-1 terhadap NDTA dengan rumus
sebagai berikut:
Dimana NDTA merupakan hasil prediksi menggunakan persamaan regresi
yang terdapat pada tabel 4.3. Berikut nilai DTA hasil estimasi yang selanjutnya
disebut dengan indeks manajemen laba.
Tabel 4.4
Gambaran Data Indeks Earnings Management (Discretionary Accruals)
No. Emiten Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 DVLA -0,0283 0,0533 0,0260 0,0147 -0,0242
2 INAF -0,0151 0,0027 0,0685 0,0239 -0,0674
3 KAEF -0,0072 0,0476 -0,0207 -0,0259 -0,0756
4 KLBF -0,0028 -0,0068 -0,0024 -0,0104 -0,0015
5 MERK -0,1027 0,1431 -0,1032 0,1611 -0,1549
6 PYFA -0,0397 -0,0220 0,0819 0,0883 -0,0177
7 SQBB -0,0745 -0,0236 -0,0628 -0,0102 -0,0497
Positif 0 4 3 4 0
Negatif 7 3 4 3 7
Sumber : Annual Report
DTA = TAC/TAt-1 – NDTA
Unisba.Repository.ac.id
98
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh gambaran data indeks
earnings management (DTA) perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa
Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2014. Semakin besar nilai indeks
earnings management menunjukkan bahwa semakin kuat praktek earnings
management pada perusahaan tersebut. Sebaliknya semakin kecil nilai indeks
earnings management menunjukkan bahwa semakin lemah praktek earnings
management pada perusahaan tersebut. Sedangkan tanda positif dan negatif hanya
menunjukkan sifat dari praktek earnings management tersebut, jika bertanda
positif berarti perusahaan cenderung menaikkan laba, sebaliknya jika negatif
menunjukkan perusahaan cenderung menurunkan laba.
Melalui data indeks earnings management (DAC) yang terdapat pada tabel
4.4 dapat diketahui bahwa jumlah perusahaan yang menurunkan laba lebih
banyak dibanding dengan yang menaikkan laba. Pada analisis regresi nilai indeks
earnings management akan diabsolutkan sehingga yang akan dilihat adalah
praktik earnings management tanpa melihat sifatnya (menaikkan/menurunkan).
Secara visual perkembangan earnings management perusahaan manufaktur sektor
farmasi di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.1
Grafik Rata-Rata Discretionary Accruals Perusahaan Manufaktur Sub
Sektor Farmasi Periode Tahun 2010-2014
-0,2000
-0,1000
0,0000
0,1000
0,2000
DVLA INAF KAEF KLBF MERK PYFA SQBB
2010
2011
2012
2013
2014
Unisba.Repository.ac.id
99
4.2.2 Good corporate governance
Good corporate governance pada penelitian ini diproksi melalui
kepemilikian institusional. Kepemilikan institusional merupakan saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga. Pada perusahaan di
Indonesia kepemilikan saham biasanya terkonsentrasi pada kepemilikan
institusional. Berikut gambaran kepemilikan institusional pada perusahaan
manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010-
2014.
Tabel 4.5
Kepemilikan institusional Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi Tahun
2010-2014
No. Emiten Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 DVLA 92,66% 92,66% 92,66% 92,66% 92,66%
2 INAF 80,66% 80,66% 80,66% 80,66% 80,66%
3 KAEF 90,03% 90,03% 90,03% 90,03% 90,03%
4 KLBF 56,65% 56,65% 56,64% 56,64% 56,71%
5 MERK 73,99% 91,85% 86,65% 86,65% 86,65%
6 PYFA 53,85% 53,85% 53,85% 53,85% 53,85%
7 SQBB 7,98% 7,98% 7,56% 7,47% 7,46%
Rata-Rata 65,12% 67,67% 66,86% 66,85% 66,86%
Sumber : Annual Report
Pada tabel 4.5 dapat dilihat kepemilikan saham perusahaan manufakur
sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia masih terkonsentrasi pada kepemilikan
institusional. Sebagian besar perusahaan mempunyai kepemilikan institusional
diatas 50% dan bahkan ada beberapa perusahaan dengan kepemilikan institusional
diatas 90 persen. Untuk lebih memudahkan dalam melihat pergerakan nilai rata-
rata good corporate governance perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa
Efek Indonesia , berikut disajikan grafiknya :
Unisba.Repository.ac.id
100
Gambar 4.2
Grafik kepemilikan institusional Perusahaan manufaktur sektor farmasi
Tahun 2010-2014
4.2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan diukur melalui return on asset, yaitu rasio
yang memberikan informasi seberapa efisien suatu perusahaan dalam melakukan
kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan
yang dapat diperoleh terhadap setiap rupiah asetnya. Berikut gambaran data
return on asset perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 4.6
Return on Asset Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi
Periode Tahun 2010-2014
No. Emiten Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 DVLA 12,98% 13,03% 13,86% 10,57% 6,55%
2 INAF 1,71% 3,31% 3,57% -4,19% 0,09%
3 KAEF 8,37% 9,57% 9,88% 8,72% 7,97%
4 KLBF 18,29% 17,91% 18,41% 16,96% 16,62%
5 MERK 27,32% 39,56% 18,93% 25,17% 25,32%
6 PYFA 5,14% 4,38% 3,91% 3,54% 1,54%
7 SQBB 28,95% 33,19% 34,06% 35,50% 35,88%
Rata-Rata 14,68% 17,28% 14,66% 13,75% 13,42%
Sumber : Annual Report
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
DVLA INAF KAEF KLBF MERK PYFA SQBB
2010
2011
2012
2013
2014
Unisba.Repository.ac.id
101
Pada tabel 4.6 dapat dilihat rata-rata return on asset manufaktur sektor
farmasi di Bursa Efek Indonesia cenderung mengalami penurunan selama periode
tahun 2011-2014. Diantara ke-7 perusahaan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia
Tbk memiliki return on asset paling tinggi selama periode tahun 2010-2014,
sebaliknya PT. Indofarma (Persero) Tbk memiliki return on asset paling rendah
selama periode tahun 2010-2014. Secara visual perkembangan return on asset
pada masing-masing perusahaan dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.3
Grafik Return on asset Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi
Tahun 2010-2014
4.2.4 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan pada penelitan ini diukur menggunakan Tobin’s Q.
Berikut gambaran nilai perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek
Indonesia.
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
DVLA INAF KAEF KLBF MERK PYFA SQBB
2010
2011
2012
2013
2014
Unisba.Repository.ac.id
102
Tabel 4.7
Nilai Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi
Periode Tahun 2010-2014
No. Emiten Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 DVLA 1,516 1,250 1,702 2,222 1,526
2 INAF 0,793 0,817 1,454 0,957 2,011
3 KAEF 0,605 1,296 2,642 1,837 4,445
4 KLBF 5,257 4,722 6,721 7,026 9,706
5 MERK 5,595 5,443 7,993 7,964 6,024
6 PYFA 0,849 1,183 1,120 1,571 1,374
7 SQBB 0,290 0,034 -0,072 0,055 -0,020
Rata-Rata 2,129 2,106 3,080 3,090 3,581
Sumber : Annual Report
Pada tabel 4.7 terlihat rata-rata rasio Tobin’s Q perusahaan manufaktur
sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat selama periode tahun
2010-2014. Artinya sebagian besar perusahaan memiliki nilai yang cenderung
naik setiap tahunnya. Untuk lebih memudahkan dalam melihat perkembangan
Tobin’s Q perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia, berikut
disajikan grafiknya.
Gambar 4.4
Grafik Tobin’s Q Periode Tahun 2010-2014
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
DVLA INAF KAEF KLBF MERK PYFA SQBB
2010
2011
2012
2013
2014
Unisba.Repository.ac.id
103
Pada grafik diatas dapat dilihat Tobin’s Q sebagian besar mengalami
peningkatan selama periode 2010 – 2014. Hanya PT. Kalbe Farma Tbk memiliki
Tobin’s Q yang terus mengalami peningkatan selama periode tahun 2010 – 2014.
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Pada bagian ini akan disajikan hasil regresi linier untuk menguji pengaruh
earnings management terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan (Tobin’s
Q) dengan good corporate governance (kepemilikan institusional) sebagai
variabel moderating. Data yang digunakan dalam analisis regressi berdasarkan
data tahunan selama 5 tahun pengamatan sehingga total unit analisis yang akan
digunakan adalah 35 data yang tercatat dari 7 perusahaan manufaktur sektor
farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2014.
4.3.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regressi
linier, ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar kesimpulan dari regressi
tersebut tidak bias, diantaranya adalah uji normalitas, uji multikolinieritas (untuk
regressi linear berganda), uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi (untuk data
yang berbentuk deret waktu). Pada penelitian ini keempat asumsi yang disebutkan
diatas tersebut diuji karena variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini
lebih dari satu (berganda) dan data yang dikumpulkan mengandung unsur deret
waktu (5 tahun pengamatan).
Unisba.Repository.ac.id
104
1. Uji Asumsi Normalitas
Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada
pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regressi, apabila model regressi
tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan,
karena statistik uji F dan uji t pada analisis regressi diturunkan dari distribusi
normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov
untuk menguji normalitas model regressi.
Tabel 4.8
Uji Normalitas Model
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
ROA
Unstandardized
Residual
TobinsQ
N 35 35
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 0E-7
Std. Deviation ,08137610 2,21128628
Most Extreme
Differences
Absolute ,171 ,171
Positive ,123 ,171
Negative -,171 -,111
Kolmogorov-Smirnov Z 1,010 1,014
Asymp. Sig. (2-tailed) ,260 ,255
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji kolmogorov-
Smornov pada kedua model masing-masing sebesar 0,260 dan 0,255. Karena nilai
probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov pada kedua model lebih besar dari
tingkat kekeliruan 5% (0.05), maka disimpulkan bahwa kedua model regressi
berdistribusi normal. Secara visual grafik normal probability plot untuk uji
normalitas dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut.
Unisba.Repository.ac.id
105
Gambar 4.5
Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual
Grafik diatas memperkuat kesimpulan bahwa model regresi yang
diperoleh berdisitribusi normal, dimana sebaran data residual pada kedua model
masih berada disekitar garis diagonal.
2. Uji Asumsi Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa
atau semua variabel independen pada model regresi. Jika terdapat
Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya
menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi
yang sangat besar tetapi pada pengujian parsial koefisien regresi, tidak ada
ataupun kalau ada sangat sedikit sekali koefisien regresi yang signifikan. Pada
penelitian ini digunakan nilai variance inflation factors (VIF) sebagai indikator
ada tidaknya multikolinieritas diantara variabel independen.
Unisba.Repository.ac.id
106
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
EM .750 1.333
INST .967 1.034
EM.INST .769 1.301
a. Dependent Variable: ROA
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
EM .750 1.333
INST .967 1.034
EM.INST .769 1.301
a. Dependent Variable: TobinsQ Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan nilai VIF yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 4.9 diatas
menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel
independen. Hal ini terlihat dari nilai VIF dari ketiga variabel independen lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance ketiga variabel independen juga lebih besar dari
0,1 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas diantara
ketiga variabel independen dikedua model.
3. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang
diperoleh tidak efisien. Untuk menguji homogenitas varian dari residual digunakan uji rank Spearman, yaitu dengan
mengkorelasikan variabel independen terhadap nilai absolut dari residual(error). Apabila koefisien korelasi dari
masing-masing variabel independen ada yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya
heteroskedastisitas. Pada tabel 4.10 berikut dapat dilihat nilai signifikansi masing-masing koefisien korelasi variabel
independen terhadap nilai absolut dari residual(error).
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas
Correlations
absolut_resid
ual.ROA
absolut_resid
ual.TobinsQ
Spearman's rho
EM
Correlation
Coefficient ,223 ,116
Sig. (2-tailed) ,199 ,508
N 35 35
INST
Correlation
Coefficient -,135 -,258
Sig. (2-tailed) ,439 ,134
N 35 35
Unisba.Repository.ac.id
107
EM.INST
Correlation
Coefficient -,301 ,154
Sig. (2-tailed) ,079 ,379
N 35 35
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan hasil korelasi yang diperoleh seperti disajikan pada tabel 4.10 diatas memberikan suatu indikasi bahwa
residual (error) yang muncul dari kedua model regresi mempunyai varians yang sama (tidak terjadi
heteroskedastisitas). Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi (sig.) dari masing-masing korelasi ketiga variabel
independen dengan nilai absolut residual pada kedua model masih lebih besar dari 0,05.
4. Uji Asumsi Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur
berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari
observasi tahun berjalan dipengaruhi oleh error dari observasi tahun sebelumnya.
Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi pada model regressi dan berikut nilai Durbin-Watson yang
diperoleh melalui hasil estimasi model regressi.
Tabel 4.11
Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,724a ,524 ,478 ,08522 2,604
2 ,583a ,339 ,276 2,31581 1,662
a. Predictors: (Constant), EM.INST, INST, EM
b. Dependent Variable: ROA, TobinsQ
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai statistik Durbin-Watson (D-
W) untuk model 1 sebesar 2,604 dan model 2 sebesar 1,662, sementara dari tabel
d untuk jumlah variabel independen = 3 dan jumlah pengamatan n = 35
diperoleh batas bawah nilai tabel (dL) = 1,258 dan batas atasnya (dU) = 1,651.
Karena nilai Durbin-Watson model regressi model 1 (2,604) berada diantara 4-dU
Unisba.Repository.ac.id
108
(2,349) dan 4-dL (2,742), yaitu daerah tidak keputusan maka belum dapat
disimpulkan tidak terdapat gejala autokorelasi pada model regressi. Kemudian
untuk model 2 nilai Durbin-Watson (1,662) berada diantara dU (1,651) dan 4-dU
(2,349) yaitu daerah tidak ada autokorelasi. Untuk memastikan ada tidaknya
autokorelasi maka pengujian dilanjutkan menggunakan runs test (Gujarati &
Porter, 2009;431). Hasil pengujian menggunakan runs test dapat dilihat pada tabel
4.12 berikut ini :
Tabel 4.12
Hasil Runs Test Untuk Memastikan Ada Tidaknya Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual ROA
Test Valuea ,01775
Cases < Test Value 17
Cases >= Test Value 18
Total Cases 35
Number of Runs 19
Z ,005
Asymp. Sig. (2-tailed) ,996
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Melalui hasil runs test pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi uji Z pada model ROA (yaitu 0,995) masih lebih besar dari 0,05 yang
mengindikasikan tidak terdapat autokkorelasi pada kedua model regressi. Setelah
keempat asumsi regressi diuji, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis, yaitu
menguji pengaruh corporate socoai responsibility terhadap kinerja keuangan dan
nilai perusahaan dengan good corporate governance sebagai variabel moderating.
Unisba.Repository.ac.id
109
4.3.2 Pengaruh Earnings management (EM) Terhadap Kinerja Keuangan
(ROA) Yang Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance (INST)
Pada bagian ini akan diuji pengaruh earnings management terhadap
kinerja keuangan dengan good corporate governance sebagai variabel
moderating. Adapun langkah pengujian statistik dilakukan sebagai berikut:
a. Analisis Regresi Moderating
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan software
IBM SPSS Statistics 20, diperoleh hasil regresi earning management terhadap
kinerja keuangan yang dimoderasi oleh good corporate governance seperti
disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Linier Earnings Management Terhadap
Kinerja keuangan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel
Moderating
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,258 ,039 6,684 ,000
EM ,696 ,381 ,262 1,828 ,077
INST -,226 ,052 -,548 -4,347 ,000
EM.INST ,052 ,022 ,336 2,379 ,024
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari perhitungan regresi yang telah diperoleh, maka dapat dibentuk
persamaan regresi linier sebagai berikut :
Y1= 0,258 + 0,696 X - 0,226 Z + 0,052 X*Z
Dimana :
Y1 = Kinerja keuangan
X = Earnings management
Z = Good corporate governance
Unisba.Repository.ac.id
110
Pada persamaan diatas dapat dilihat nilai koefisien earnings management
yang dimoderasi oleh good corporate governance bertanda positif sebesar 0,052,
artinya peningkatan earnings management jika didukung dengan peningkatan
good corporate governance diduga akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan yang diproksi melalui return on asset.
b. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan
antara earnings management yang dimoderasi oleh good corporate governance
dengan kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan
menggunakan program software IBM SPSS Statistics 20 diperoleh koefisien
korelasi antara earnings management yang dimoderasi oleh good corporate
governance dengan kinerja keuangan perusahaan seperti disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 4.14
Korelasi Antara Earnings Management yang dimoderasi oleh Good Corporate
Governance Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan
Correlations
ROA EM INST EM.INST
Pearson Correlation
ROA 1,000 ,335 -,510 ,465
EM ,335 1,000 ,156 ,473
INST -,510 ,156 1,000 -,010
EM.INS
T ,465 ,473 -,010 1,000
Sig. (2-tailed)
ROA . ,049 ,002 ,004
EM ,049 . ,372 ,004
INST ,002 ,372 . ,956
EM.INS
T ,004 ,004 ,956 .
N
ROA 35 35 35 35
EM 35 35 35 35
INST 35 35 35 35
Unisba.Repository.ac.id
111
EM.INS
T 35 35 35 35
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan nilai koefisien korelasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
hubungan antara earnings management yang dimoderasi oleh good corporate
governance dangan kinerja keuangan perusahaan sebesar 0,465 dan masuk dalam
kategori moderat atau cukup kuat.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan dari earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan hipotesis
statistik sebagai berikut:
H0 : 3 = 0 : Earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa
Efek Indonesia .
Ha : 3≠ 0 : Earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa
Efek Indonesia .
Statistik uji yang digunakan pada pengujian hipotesis diatas adalah uji t.
Nilai tabel yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,040
Unisba.Repository.ac.id
112
yang diperoleh dari tabel t pada = 0.05 dan derajat bebas 31 untuk pengujian
dua arah. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat
dilihat pada tabel 4.13 dimana diperoleh nilai thitung variabel earnings management
yang dimoderasi oleh good corporate governance (EM*INST) sebesar 2,379
dengan nilai signifikansi sebesar 0,024.
Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
Jika thitung> ttabel, atau thitung< -ttabel maka H0 ditolak (signifikan)
Jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan)
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung >
ttabel (2,379 > 2,040), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk
menolak Ho dan menerima Ha yang berarti earnings management yang
dimoderasi oleh good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Untuk itu, model regresi yang ada dapat digunakan untuk
pengujian berikutnya. Secara visual daerah penerimaan dan penolakan H0 dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.6
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji Pengaruh
(Earnings Management di Moderasi Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan)
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
0 t 0,025;31 = 2,040 - t 0,025;31 = - 2,040 t hitung = 2,379
Unisba.Repository.ac.id
113
Pada gambar 4.6 dapat dilihat thitung sebesar 2,379 jatuh pada daerah
penolakan Ho, artinya earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan
manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. Good corporate governance
mampu memperkuat hubungan earnings management terhadap kinerja keuangan
perusahaan
a. Analisis Koefisien Determinasi
Setelah diuji dan terbukti bahwa earnings management yang dimoderasi
oleh good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan, selanjutnya dihitung koefisien determinasi untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil
pengolahan data diperoleh koefisien determinasi earnings management yang
dimoderasi oleh good corporate governance terhadap kinerja keuangan
perusahaan seperti disajikan pada tabel dibaawah ini:
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi Pengaruh Earnings Management yang dimoderasi oleh
Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,724a ,524 ,478 ,08522 2,604
a. Predictors: (Constant), EM.INST, INST, EM
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan data pada tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,524 atau 52,4%, artinya earnings management
yang dimoderasi oleh good corporate governance memberikan pengaruh sebesar
Unisba.Repository.ac.id
114
52,4% terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan sisanya yaitu 47,6%
merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
4.3.3 Pengaruh Earnings Management (EM) Terhadap Nilai Perusahaan
(Tobin’s Q) Yang Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance
(INST)
Pada bagian ini akan diuji pengaruh earnings management terhadap nilai
perusahaan dengan good corporate governance sebagai variabel moderating.
Adapun langkah pengujian statistik dilakukan sebagai berikut:
a. Analisis Regresi Moderating
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan software
IBM SPSS Statistics 20, diperoleh hasil regresi earnings management terhadap
nilai perusahaan yang dimoderasi oleh good corporate governance seperti
disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.16
Hasil Analisis Regresi Linier Earnings Management
Terhadap Nilai perusahaan dengan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Moderating
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,683 1,048 ,652 ,519
EM 1,170 10,344 ,019 ,113 ,911
INST 2,684 1,416 ,281 1,896 ,067
EM.INST 1,780 ,590 ,502 3,015 ,005
a. Dependent Variable: TobinsQ
Unisba.Repository.ac.id
115
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari perhitungan regresi yang telah diperoleh, maka dapat dibentuk
persamaan regresi linier sebagai berikut :
Y2= 0,683 + 1,170 X + 2,684 Z + 1,780 X*Z
Dimana :
Y2 = Nilai perusahaan
X = Earnings management
Z = Good corporate governance
Pada persamaan diatas dapat dilihat nilai koefisien earnings management
yang dimoderasi oleh good corporate governance bertanda positif sebesar 1,780,
artinya peningkatan earnings management jika didukung dengan peningkatan
good corporate governance diduga akan meningkatkan nilai perusahaan yang
diproksi melalui Tobin’s Q.
b. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan
antara earnings management yang dimoderasi oleh good corporate governance
dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan program
software IBM SPSS Statistics 20 diperoleh koefisien korelasi antara earnings
management yang dimoderasi oleh good corporate governance dengan nilai
perusahaan seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.17
Korelasi Antara Earnings Management yang dimoderasi oleh Good Corporate
Governance Dengan Nilai Perusahaan
Correlations
TobinsQ EM INST EM.INST
Pearson Correlation
TobinsQ 1,000 ,300 ,280 ,508
EM ,300 1,000 ,156 ,473
INST ,280 ,156 1,000 -,010
Unisba.Repository.ac.id
116
EM.INST ,508 ,473 -,010 1,000
Sig. (2-tailed)
TobinsQ . ,079 ,104 ,002
EM ,079 . ,372 ,004
INST ,104 ,372 . ,956
EM.INST ,002 ,004 ,956 .
N
TobinsQ 35 35 35 35
EM 35 35 35 35
INST 35 35 35 35
EM.INST 35 35 35 35
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan nilai koefisien korelasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
hubungan antara earnings management yang dimoderasi oleh good corporate
governance dangan nilai perusahaan sebesar 0,508 dan masuk dalam kategori
moderat atau cukup kuat.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan dari earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance terhadap nilai perusahaan dengan hipotesis statistik sebagai
berikut:
H0 : 3 = 0 : Earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek
Indonesia .
Ha : 3≠ 0 : Earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek
Indonesia .
Unisba.Repository.ac.id
117
Statistik uji yang digunakan pada pengujian hipotesis diatas adalah uji t.
Nilai tabel yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,040
yang diperoleh dari tabel t pada = 0.05 dan derajat bebas 31 untuk pengujian
dua arah. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat
dilihat pada tabel 4.16 dimana diperoleh nilai thitung variabel earnings management
yang dimoderasi oleh good corporate governance (EM*INST) sebesar 3,015
dengan nilai signifikansi sebesar 0,005.
Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
Jika thitung> ttabel, atau thitung< -ttabel maka H0 ditolak (signifikan)
Jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan)
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung >
ttabel (3,014 > 2,040), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk
menolak Ho dan menerima Ha yang berarti earnings management yang
dimoderasi oleh good corporate governance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Untuk itu, model regresi yang ada dapat digunakan untuk pengujian
berikutnya. Secara visual daerah penerimaan dan penolakan H0 dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.7
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji Pengaruh
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
0 t 0,025;31 = 2,040 - t 0,025;31 = - 2,040 t hitung = 3,014
Unisba.Repository.ac.id
118
(Earnings Management di Moderasi Good Corporate Governance Terhadap
Nilai Perusahaan)
Pada gambar 4.7 dapat dilihat thitung sebesar 3,014 jatuh pada daerah
penolakan Ho, artinya earnings management yang dimoderasi oleh good
corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur sektor
farmasi di Bursa Efek Indonesia. Good corporate governance mampu
memperkuat hubungan earnings management terhadap nilai perusahaan.
b. Analisis Koefisien Determinasi
Setelah diuji dan terbukti bahwa earnings management yang dimoderasi
oleh good corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
selanjutnya dihitung koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh earnings management yang dimoderasi oleh good corporate
governance terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data
diperoleh koefisien determinasi earnings management yang dimoderasi oleh
good corporate governance terhadap nilai perusahaan seperti disajikan pada tabel
dibaawah ini :
Tabel 4.18
Koefisien Determinasi Pengaruh Earnings Management yang dimoderasi oleh
Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,583a ,339 ,276 2,31581 1,662
a. Predictors: (Constant), EM.INST, INST, EM
b. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Unisba.Repository.ac.id
119
Berdasarkan data pada tabel 4.18 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,339 atau 33,9%, artinya earnings management
yang dimoderasi oleh good corporate governance memberikan pengaruh sebesar
33,9% terhadap nilai perusahaan, sedangkan sisanya yaitu 66,1% merupakan
pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
4.3.4 Pengaruh Earnings Management (EM) Terhadap Kinerja Keunangan
(ROA) Tanpa Variabel Moderating
Hipotesis pertama yang akan diuji adalah pengaruh earnings management
terhadap kinerja keuangan tanpa melibatkan variabel moderating. Adapun langkah
pengujian statistik dilakukan sebagai berikut:
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan menggunakan software IBM
SPSS Statistics 20, diperoleh hasil regresi earnings management terhadap nilai
perusahaan seperti disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.19
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Earnings Management Terhadap
Kinerja Keuangan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,105 ,028 3,741 ,001
EM ,892 ,436 ,335 2,045 ,049
a. Dependent Variable: ROA
Unisba.Repository.ac.id
120
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari perhitungan regresi yang diperoleh, maka dapat dibentuk persamaan
regresi linier sebagai berikut :
Y1 = 0,105 + 0,892 X
Dimana :
Y1 = Kinerja Keuangan
X = Earnings management
Pada persamaan diatas dapat dilihat koefisien dari earnings management
bertanda positif sebesar 0,892, artinya peningkatan indeks manajemen laba
sebesar 1 diprediksi akan meningkatkan kinerja keuangan yang diproksi melalui
return on assets sebesar 0,892 persen. Kemudian nilai konstanta sebesar 0,105
persen merupakan rata-rata return on assets apabila indeks earnings management
sama dengan nol.
b. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan
antara earnings management dengan kinerja keuangan. Berdasarkan hasil
pengolahan menggunakan program software IBM SPSS Statistics 20 diperoleh
koefisien korelasi antara earnings management dengan kinerja keuangan seperti
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.20
Korelasi Antara Earnings Management Dengan Kinerja Keuangan
Correlations
ROA EM
Pearson
Correlation
ROA 1,000 ,335
EM ,335 1,000
Unisba.Repository.ac.id
121
Sig. (2-tailed) ROA . ,049
EM ,049 .
N ROA 35 35
EM 35 35
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan nilai koefisien korelasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
korelasi antara earnings management dangan kinerja keuangan sebesar 0,335 dan
masuk dalam kategori lemah atau rendah. Arah hubungan positif antara earnings
management dengan kinerja keuangan menujukkan bahwa earnings management
yang makin tinggi cenderung diikuti dengan peningkatan kinerja keuangan.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan dari earnings management terhadap kinerja keuangan
tanpa dimoderasi good corporate governance dengan hipotesis statistik sebagai
berikut:
H0 : 1 = 0 : Earnings management tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa
Efek Indonesia.
Ha : 1≠ 0 : Earnings management berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa
Efek Indonesia.
Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t. Nilai tabel
yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,035 yang
diperoleh dari tabel t pada = 0.05 dan derajat bebas 33 untuk pengujian dua
arah. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat
Unisba.Repository.ac.id
122
dilihat pada tabel 4.19 dimana diperoleh nilai thitung variabel earnings management
(EM) sebesar 2,045 dengan nilai signifikansi sebesar 0,049.
Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
Jika thitung> ttabel, atau thitung< -ttabel maka H0 ditolak (signifikan)
Jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan)
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung >
ttabel (2,045 > 2,035), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk
menolak Ho sehingga Ha diterima yang berarti earnings management secara
parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Secara visual daerah
penerimaan dan penolakan H0 dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.8
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji Pengaruh
(Earnings management Terhadap Kinerja keuangan)
Pada gambar 4.8 dapat dilihat thitung sebesar 2,045 jatuh pada daerah
penolakan Ho, artinya earnings management tanpa dimoderasi good corporate
governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor
farmasi di Bursa Efek Indonesia.
d. Koefisien Determinasi
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
0 t 0,025;33 = 2,035 - t 0,025;33 = - 2,035 t hitung = 2,045
Unisba.Repository.ac.id
123
Setelah diuji dan terbukti bahwa earnings management berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan, selanjutnya dihitung koefisien determinasi
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh earnings management terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
koefisien determinasi earnings management terhadap kinerja keuangan
perusahaan seperti disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.21
Koefisien Determinasi Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,335a ,112 ,086 ,11278 2,380
a. Predictors: (Constant), EM
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan data pada tabel 4.21 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,112 atau 11,2%, artinya earnings management
memberikan pengaruh sebesar 11,2% terhadap kinerja keuangan perusahaan,
sedangkan sisanya yaitu 88,8% merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti.
Unisba.Repository.ac.id
124
4.3.5 Pengaruh Good Corporate Governance (INST) Terhadap Kinerja
Keuangan (ROA)
Hipotesis kedua yang akan diuji adalah pengaruh good corporate
governance terhadap kinerja keuangan. Adapun langkah pengujian statistik
dilakukan sebagai berikut
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan menggunakan software IBM
SPSS Statistics 20, diperoleh hasil regresi good corporate governance terhadap
kinerja keuangan seperti disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.22
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Good corporate governance
Terhadap Kinerja Keuangan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,288 ,045 6,438 ,000
INST -,211 ,062 -,510 -3,410 ,002
a. Dependent Variable: ROA
Dari perhitungan regresi yang diperoleh, maka dapat dibentuk persamaan
regresi linier sebagai berikut :
Y1 = 0,288 - 0,211 Z
Dimana :
Y1 = Kinerja Keuangan
Z = Good corporate governance
Unisba.Repository.ac.id
125
Pada persamaan diatas dapat dilihat koefisien dari good corporate
governance (INST) bertanda negatif sebesar 0,211, artinya peningkatan
kepemilikan institusional sebesar 1 persen diprediksi akan menurunkan kinerja
keuangan yang diproksi melalui return on assets sebesar 0,211 persen. Kemudian
nilai konstanta sebesar 0,288 merupakan rata-rata return on assets apabila
kepemilikan institusional sama dengan nol.
b. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan
antara good corporate governance dengan kinerja keuangan. Berdasarkan hasil
pengolahan menggunakan program software IBM SPSS Statistics 20 diperoleh
koefisien korelasi antara good corporate governance dengan kinerja keuangan
seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.23
Korelasi Antara Good Corporate Governance Dengan Kinerja Keuangan
Correlations
ROA INST
Pearson Correlation ROA 1,000 -,510
INST -,510 1,000
Sig. (2-tailed) ROA . ,002
INST ,002 .
N ROA 35 35
INST 35 35
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan nilai koefisien korelasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
korelasi antara good corporate governance dangan kinerja keuangan sebesar -
0,510 dan masuk dalam kategori moderat atau cukup kuat. Arah hubungan negatif
antara good corporate governance dengan kinerja keuangan menujukkan bahwa
Unisba.Repository.ac.id
126
kepemilikian institusional yang makin tinggi cenderung diikuti dengan penurunan
kinerja keuangan.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan dari good corporate governance terhadap kinerja
keuangan dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : 2 = 0 : Good corporate governance tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor farmasi di
Bursa Efek Indonesia.
Ha : 2≠ 0 : Good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa
Efek Indonesia.
Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t. Nilai tabel
yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,035 yang
diperoleh dari tabel t pada = 0.05 dan derajat bebas 33 untuk pengujian dua
arah. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat
dilihat pada tabel 4.22 dimana diperoleh nilai thitung variabel good corporate
governance (INST) sebesar -3,410 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002.
Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
Jika thitung> ttabel, atau thitung< -ttabel maka H0 ditolak (signifikan)
Jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan)
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah adalah
thitung ≤ -ttabel (-3,410 < -2,035), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan
untuk menolak Ho sehingga Ha diterima yang berarti good corporate governance
Unisba.Repository.ac.id
127
secara parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Secara visual
daerah penerimaan dan penolakan H0 dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.9
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji Pengaruh
(Good corporate governance Terhadap Kinerja keuangan)
Pada gambar 4.7 dapat dilihat thitung sebesar -3,410 jatuh pada daerah
penolakan Ho, artinya good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.
d. Koefisien Determinasi
Setelah diuji dan terbukti bahwa good corporate governance berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan, selanjutnya dihitung koefisien determinasi
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh good corporate governance terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
koefisien determinasi good corporate governance terhadap kinerja keuangan
perusahaan seperti disajikan pada tabel dibaawah ini:
Tabel 4.24
Koefisien Determinasi Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
0 t 0,025;33 = 2,035 - t 0,025;33 = - 2,035 t hitung = -3,410
Unisba.Repository.ac.id
128
1 ,510a ,261 ,238 ,10294 2,847
a. Predictors: (Constant), INST
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan data pada tabel 4.18 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,261 atau 26,1%, artinya good corporate
governance memberikan pengaruh sebesar 26,1% terhadap kinerja keuangan
perusahaan, sedangkan sisanya yaitu 73,9% merupakan pengaruh faktor-faktor
lain yang tidak diteliti.
4.3.6 Pengaruh Earnings Management (EM) Terhadap Nilai Perusahaan
(Tobin’s Q) Tanpa Variabel Moderating
Hipotesis ketiga yang akan diuji adalah pengaruh earnings management
terhadap nilai perusahaan tanpa melibatkan variabel moderating. Adapun langkah
pengujian statistik dilakukan sebagai berikut:
c. Analisis Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan software
IBM SPSS Statistics 20, diperoleh hasil regresi earnings management terhadap
nilai perusahaan seperti disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.25
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Earnings Management Terhadap
Nilai Perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) 1,922 ,657 2,925 ,006
EM 18,444 10,191 ,300 1,810 ,079
Unisba.Repository.ac.id
129
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari perhitungan regresi yang diperoleh, maka dapat dibentuk persamaan
regresi linier sebagai berikut :
Y2 = 1,922 + 18,444 X
Dimana :
Y2 = Nilai perusahaan
X = Earnings management
Pada persamaan diatas dapat dilihat koefisien dari earnings management
bertanda positif sebesar 18,444, artinya peningkatan indeks manajemen laba
sebesar 1 diprediksi akan meningkatkan nilai perusahaan yang diproksi melalui
Tobin’s Q sebesar 18,444 kali. Kemudian nilai konstanta sebesar 1,922 kali
merupakan rata-rata nilai perusahaan apabila indeks earnings management sama
dengan nol.
d. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan
antara earnings management dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil
pengolahan menggunakan program software IBM SPSS Statistics 20 diperoleh
koefisien korelasi antara earnings management dengan nilai perusahaan seperti
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.26
Korelasi Antara Earnings Management Dengan Nilai Perusahaan
Correlations
Tobins
Q
EM
Pearson Correlation TobinsQ 1,000 ,300
EM ,300 1,000
Unisba.Repository.ac.id
130
Sig. (2-tailed) TobinsQ . ,079
EM ,079 .
N TobinsQ 35 35
EM 35 35
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan nilai koefisien korelasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
korelasi antara earnings management dangan nilai perusahaan sebesar 0,300 dan
masuk dalam kategori lemah atau rendah. Arah hubungan positif antara earnings
management dengan nilai perusahaan menujukkan bahwa earnings management
yang makin tinggi cenderung diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan.
e. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan dari earnings management terhadap nilai perusahaan
tanpa dimoderasi good corporate governance dengan hipotesis statistik sebagai
berikut:
H0 : 1 = 0 : Earnings management tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek
Indonesia.
Ha : 1≠ 0 : Earnings management berpengaruh terhadap nilai
perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek
Indonesia.
Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t. Nilai tabel
yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,035 yang
diperoleh dari tabel t pada = 0.05 dan derajat bebas 33 untuk pengujian dua
Unisba.Repository.ac.id
131
arah. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat
dilihat pada tabel 4.25 dimana diperoleh nilai thitung variabel earnings management
(EM) sebesar 1,810 dengan nilai signifikansi sebesar 0,079.
Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
Jika thitung> ttabel, atau thitung< -ttabel maka H0 ditolak (signifikan)
Jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan)
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah adalah -
ttabel ≤ thitung ≤ ttabel (-2,035 ≤ 1,810 ≤ 2,035), sehingga pada tingkat kekeliruan 5%
diputuskan untuk menerima Ho sehingga Ha ditolak yang berarti earnings
management secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Secara
visual daerah penerimaan dan penolakan H0 dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.10
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji Pengaruh
(Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan)
Pada gambar 4.8 dapat dilihat thitung sebesar 1,810 jatuh pada daerah
penerimaan Ho, artinya earnings management tanpa dimoderasi good corporate
governance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur sektor
farmasi di Bursa Efek Indonesia.
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
0 t 0,025;33 = 2,035 - t 0,025;33 = - 2,035 t hitung = 1,810
Unisba.Repository.ac.id
132
4.2.6 Pengaruh Good Corporate Governance (INST) Terhadap Nilai
Perusahaan (Tobin’s Q)
Hipotesis keempat yang akan diuji adalah pengaruh good corporate
governance terhadap nilai perusahaan. Adapun langkah pengujian statistik
dilakukan sebagai berikut:
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan menggunakan software IBM
SPSS Statistics 20, diperoleh hasil regresi good corporate governance terhadap
nilai perusahaan seperti disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel 4.27
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,020 1,153 ,884 ,383
INST 2,666 1,594 ,280 1,673 ,104
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Dari perhitungan regresi yang diperoleh, maka dapat dibentuk persamaan
regresi linier sebagai berikut :
Y2 = 1,020 + 2,666 Z
Dimana :
Y2 = Nilai perusahaan
Z = Good corporate governance
Pada persamaan diatas dapat dilihat koefisien dari good corporate
governance (INST) bertanda positif sebesar 2,666, artinya peningkatan
kepemilikan institusional sebesar 1 diprediksi akan meningkatkan nilai
Unisba.Repository.ac.id
133
perusahaan yang diproksi melalui TobinsQ sebesar 2,666 kali. Kemudian nilai
konstanta sebesar 1,020 merupakan rata-rata nilai perusahaan apabila kepemilikan
institusional sama dengan nol.
b. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara
good corporate governance dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil
pengolahan menggunakan program software IBM SPSS Statistics 20 diperoleh
koefisien korelasi antara good corporate governance dengan nilai perusahaan
seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.28
Korelasi Antara Good Corporate Governance dengan Nilai Perusahaan
Correlations
TobinsQ INST
Pearson
Correlation
TobinsQ 1,000 ,280
INST ,280 1,000
Sig. (2-tailed) TobinsQ . ,104
INST ,104 .
N TobinsQ 35 35
INST 35 35
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 20
Berdasarkan nilai koefisien korelasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
korelasi antara good corporate governance dangan nilai perusahaan sebesar 0,280
dan masuk dalam kategori lemah atau rendah. Arah hubungan positif antara good
corporate governance dengan nilai perusahaan menujukkan bahwa kepemilikian
institusional yang makin tinggi cenderung diikuti dengan peningkatan nilai
perusahaan.
c. Pengujian Hipotesis
Unisba.Repository.ac.id
134
Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh
yang signifikan dari good corporate governance terhadap nilai perusahaan dengan
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : 2 = 0 : Good corporate governance tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek
Indonesia.
Ha : 2≠ 0 : Good corporate governance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa
Efek Indonesia.
Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t. Nilai tabel
yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,035 yang
diperoleh dari tabel t pada = 0.05 dan derajat bebas 33 untuk pengujian dua
arah. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat
dilihat pada tabel 4.27 dimana diperoleh nilai thitung variabel good corporate
governance (INST) sebesar 1,673 dengan nilai signifikansi sebesar 0,104.
Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
Jika thitung> ttabel, atau thitung< -ttabel maka H0 ditolak (signifikan)
Jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah -ttabel ≤
thitung ≤ ttabel (-2,035 ≤ 1,673 ≤ 2,035), sehingga pada tingkat kekeliruan 5%
diputuskan untuk menerima Ho sehingga Ha ditolak yang berarti good corporate
governance secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Secara
visual daerah penerimaan dan penolakan H0 dapat digambarkan sebagai berikut.
Unisba.Repository.ac.id
135
Gambar 4.11
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji Pengaruh
(Good corporate governance Terhadap Nilai perusahaan
Pada gambar 4.9 dapat dilihat thitung sebesar 1,673 jatuh pada daerah
penerimaan Ho, artinya good corporate governance tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan manufaktur sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.
4.4 Pembahasan
Pada pembahasan tentang pengujian hipotesis, telah dilakukan enam
pengujian hipotesis, dan selanjutnya dari hasil pengujian hipotesis akan dilakukan
pembahasan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif terhadap
masalah penelitian.
4.4.1 Pengaruh Earnings Managament Terhadap Kinerja Keuanagan
Perusahaan (ROA) Tanpa Variabel Moderasi
Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya
(sub bab 4.3.4), hipotesis pengaruh earnings management terhadap kinerja
keuangan perusahaan menyatakan diterima. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Satya (2013) yang menyatakan bahwa ROA (Return on Assets) berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Hasil tersebut memberikan bukti bahwa apabila
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho
0 t 0,025;33 = 2,035 - t 0,025;33 = - 2,035 t hitung = 1,673
Unisba.Repository.ac.id
136
kinerja perusahaan buruk pihak manajemen akan melakukan tindakan manajemen
laba dengan cara menaikkan laba akuntansinya, begitu pula sebaliknya bila
perusahaan berkinerja baik pihak manajemen akan melakukan tindakan
manajemen laba dengan cara menurunkan laba akuntansinya (Suyudi, 2009).
Namun bertentangan dengan penelitian Theresia (2005) yang mengemukakan
bahwa descretionary accrual yang terjadi dalam perusahaan sampel rata-rata
negatif (nilai mean negatif). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sebagaian
besar melakukan manajemen laba melalui income decreasing. Hal ini diduga
dilakukan untuk kepentingan penghindaran pajak. Ujiyantho (2007) juga
berpendapat bahwa variabel discretionary accruals tidak berpengaruh signifikan
terhadap cash flow return on assets. Sehingga hipotesis manajemen laba
berpengaruh terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini ditolak. Lemahnya
pengaruh tersebut dapat dikatakan bahwa cash flow return on assets merupakan
salah satu pengukuran kinerja perusahaan dalam kategori cash flow measures
yang dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda
terhadap suatu transaksi. Cash flow menunjukkan hasil yang dananya telah
diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai
yang benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004 dalam
Ujiyantho 2007:16).
Dalam penelitian ini, berdasarkan pada tabel 4.4 dan tabel 4.6 menunjukan
bahwa dari 7 responden perusahaan yang ada hanya terdapat 3 perusahaan yang
mengalami pergerakan yang tidak searah yaitu perusahaan Darya Varia, Kimia
Farma, dan Taisho Pharmaceutical Indonesia sedangkan perusahaan yang lainnya
Unisba.Repository.ac.id
137
sebanyak 4 perusahaan mengalami pergerakan searah seperti yang diuraikan pada
penjelasan dibawah ini :
1. PT. Indofarma (Persero) Tbk
Pada perusahaan Indofarma (Persero) Tbk hasil sesuai dengan kaidah
keuangan , karena pada tahun 2010 - 2012 terjadi kesamaan arah, dimana
earnings management dan kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan
yang signifikan. Sedangkan pada tahun 2012 – 2014 terjadi pergerakan yang
searah menurun. Hal ini disebabkan perubahan cash flow from operation yang
dihasilkan oleh perusahaan mempengaruhi kondisi earnings management dan
perubahan laba bersih mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
2. PT. Kalbe Farma Tbk
Pada perusahaan Kalbe Farma Tbk, hasil sesuai dengan kaidah keuangan.
Pada tahun 2010 sampai 2013 terjadi pergerakan searah, dimana peningkatan
earnings management berpengaruh terhadap peningkatan kinerja keuangan
(ROA). Meskipun pada tahun 2013 ke 2014 terjadi sedikit keberlawanan arah
namun tidak menganggu data secara keseluruhan. Hal ini disebabkan perubahan
cash flow from operation mempengaruhi kondisi earnings management, dan
perubahan laba bersih yang dihasilkan perusahaan mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan.
3. PT. Merck Tbk
Pada perusahaan Merck Tbk hasil sesuai dengan kaidah keuangan,
dimana pada tahun 2010 – 2014 menunjukan pergerakan yang searah, meskipun
tingkat kenaikan dan penurunan antara earnings management dan kinerja
Unisba.Repository.ac.id
138
keuangan (ROA) berbeda. Hal ini disebabkan perubahan cash flow from operation
yang mempengaruhi kondisi earnings management, dan perubahan total aktiva
serta laba bersih yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (ROA).
4. PT. Pyridam Farma Tbk
Pada perusahaan Pyridam Farma Tbk, hasil sesuai dengan kaidah
keuangan. Pada tahun 2010 – 2012 terjadi pergerakan searah, dimana earnings
management meningkat, kinerja keuangan perusahaan (ROA) meningkat,
begitupun sebaliknya. Namun, pada tahun 2012 – 2014 terjadi pergerakan yang
yang tidak searah. Meskipun demikian, tingkat keberlawanan arah tersebut tidak
menganggu data secara keseluruhan sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pada
perusahaan Pyridam Farma Tbk sesuai dengan kaidah keuangan. Hal ini
disebabkan perubahan cash flow from operation dan net income yang
mempengaruhi kondisi earnings management, dan laba bersih yang
mempengaruhi kinerja keuangan (ROA).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa earnings
management berbanding lurus dengan kinerja keuangan perusahaan, sehingga
earnings managemet memiliki koefisien bertanda positif yang artinya earnings
management yang makin tinggi cenderung diikuti dengan peningkatan kinerja
keuangan perusahaan. Dengan demikian, dengan adanya kinerja keuangan yang
tinggi maka akan dapat lebih mudah minat para investor untuk berinvestasi.
Adapun penyebab pergerakan earnings management, sebagian besar
disebabkan oleh pergerakan cash flow from operation. Peningkatan besar / kecil
nya cash flow from operation dipengaruhi oleh jumlah book tax differences,
Unisba.Repository.ac.id
139
dimana jika perusahaan menyajikan laba akrual yang tinggi, artinya praktek
earning management yang besar, sedangkan apabila laba yang disajikan lebih
rendah, maka perusahaan terjadi penurunan praktek earnings management guna
penghindaran pajak/ meminimisasi pembayaran pajak. Bagi perusahaan yang
menyajikan aset dan laba yang relatif tidak terlalu besar akan menarik para
investor ketika cash flow yang dihasilkan tinggi. Maka dari itu, dengan penyajian
cash flow perusahaan yang tinggi, dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang
baik. Selain itu, fluktuasi kinerja keuangan perusahaan setiap tahunnya
disebabkan oleh perolehan laba bersih yang tidak stabil, dimana ketika mengalami
krisis financial global akan mempengaruhi proyeksi laba bersih menjadi menurun.
4.4.2 Pengaruh Good Corporate Governance (INST) Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan (ROA)
Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya
(sub bab 4.3.5), hipotesis pengaruh good corporate governance (INST) terhadap
kinerja keuangan perusahaan (ROA) diterima. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Murwaningsari (2009) penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan
institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur
dengan Tobin’s Q. Didukung juga oleh penelitian Chantrataragul (2007) dalam
Puspitasari dan Ermawati (2010) ; Rosyada (2012) yang menunjukan bahwa
semakin tinggi kepemilikan institutional berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Berdasarkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 menunjukan
bahwa dari responden perusahaan yang ada hanya terdapat 4 perusahaan yang
mengalami pergerakan yang searah yaitu perusahaan Kimia Farma (Persero) Tbk,
Unisba.Repository.ac.id
140
Kalbe Farma Tbk, Merck Tbk, dan Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk,
sedangkan perusahaan yang lainnya sebanyak 3 perusahaan mengalami
pergerakan yang tidak searah seperti yang diuraikan pada penjelasan dibawah ini:
1. PT. Darya Varia Laboratorium Tbk
Pada perusahaan Darya Varia Laboratorium Tbk hasil tidak sesuai dengan
kaidah keuangan, karena terjadi pergerakan arah yang berbeda. Pada tahun 2011 –
2014 tidak terjadi perubahan pada good corporate governance (INST) artinya
pegerakannya stabil. Pada tahun 2011 ke 2012 kinerja keuangan perusahaan
(ROA) mengalami kenaikan yang signifikan, tetapi pada tahun 2012 – 2014
mengalami penurunan yang sangat besar dan material. Hal ini disebabkan
perubahan laba bersih yang dihasilkan perusahaan setiap tahunnya mempengaruhi
kondisi kinerjakeuangan perusahaan (ROA).
2. PT. Indofarma (Persero) Tbk
Pada perusahaan Indofarma (Persero) Tbk hasil tidak sesuai dengan kaidah
keuangan. Pada tahun 2011 – 2014 tidak terjadi perubahan terhadap good
corporate governance (INST) artinya pergerakannya stabil, sedangkan untuk
kinerja keuangan perusahaan (ROA) terjadi perubahan, khususnya pada tahun
2013 – 2014 kinerja keuangan perusahaan (ROA) mengalami penurunan yang
sangat besar. Hal ini disebabkan perubahan laba bersih yang dihasilkan
perusahaan pada tahun 2013 ke 2014 sangat kecil, sehingga mempengaruhi
kondisi inerja keuangan perusahaan (ROA).
3. PT. Pyridam Farma Tbk
Unisba.Repository.ac.id
141
Pada perusahaan Pyridam Farma Tbk hasil tidak sesuai dengan kaidah
keuangan, karena terjadi pergerakan tidak searah antara good corporate
governance (INST) dan kinerja keuangan perusahaan (ROA). Pada tahun 2011 –
2014 good corporate governance (INST) tidal mengalami perubahan artinya
pergerakannya stabil, sedangkan kinerja keuangan perusahaan (ROA) mengalami
pergerakan yang berbeda setiap tahunnya, khususnya pada tahun 2013 – 2014
terjadi penurunan kinerja keuangan perusahaan (ROA) yang sangat besar. Hal ini
disebabkan perubahan laba bersih dan perubahan total aktiva yang mempengaruhi
kondisi kinerja keuangan perusahaan (ROA).
Berdasarkan hasil uraian diatas, sebagian besar perusahaan kondisinya
sesuai dengan kaidah keuagan, dimana apabila good corporate governance
meningkat maka akan menurunkan kinerja keuangan. Proksi dari good corporate
governance ini adalah kepemilikan institutional. Dilihat dari hasil analisis peneliti
kepemilikan institutional ini dikategorikan cukup kuat, namun sebagian besar
tidak mempengaruhi pergerakan kinerja keuangan, artinya besarnya kepemilikan
perusahaan oleh institusi cenderung hanya menitipkan dana saja sehingga tidak
berpengaruh terhadap pergerakan kinerja keuangan. Hal ini juga disebabkan
karena pemilik mayoritas institusi ikut dalam pengendalian perusahaan sehingga
pemilik cenderung bertindak untuk lebih mementingkan kepentingan mereka
sendiri meskipun dengan mengorbankan kepentingan pemilik minoritas. Menurut
Modigliani adanya asimetri informasi antara pihak pemegang saham dengan
manajer menyebabkan manajer selaku pengelola perusahaan akan bisa
mengendalikan perusahaan karena memiliki informasi lebih mengenai perusahaan
Unisba.Repository.ac.id
142
dibandingkan pemegang saham. Sehingga adanya kepemilikan institusi tidak
menjamin monitoring kinerja manajer dapat berjalan efektif. Dilihat dari
rendahnya pengaruh kepemilkan institutional menyebbakan proses monitoring
terhadap manajer tidak efektif sehingga berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
4.4.3 Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan (Tobin’s
Q) Tanpa Variabel Moderasi
Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya
(sub bab 4.3.6), hipotesis pengaruh earnings management terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q) menyatakan ditolak. Hal ini bertentangan dengan
penelitian dengan hasil peneitian Darwis (2012) yang menyatakan meskipun
manajemen laba akan meningkatkan nilai perusahaan pada periode tertentu,
namun sebenarnya manajemen laba akan menurunkan nilai perusahaan di masa
yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. Perbedaan ini juga sejalan dengan penelitian
Fauzi (2012) yang menyatakan bahwa earning management berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan pada tabel 4.4, dan tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 7
responden perusahaan yang ada hanya terdapat 3 perusahaan yang mengalami
pergerakan yang tidak searah yaitu perusahaan Darya Varia Laboratorium Tbk,
Kimia Farma (Persero) Tbk, dan Merck Tbk, sedangkan perusahaan yang lainnya
Unisba.Repository.ac.id
143
sebanyak 4 perusahaan mengalami pergerakan yang searah seperti yang diuraikan
pada penjelasan dibawah ini :
1. PT. Indofarma (Persero) Tbk
Pada perusahaan Indofarma (Persero) Tbk hasil tidak sesuai dengan kaidah
keuangan. Pada tahun 2010 - 2012 terjadi kesamaan arah, dimana earning
management dan nilai perusahaan (Tobin’s Q) mengalami kenaikan dan
penurunan yang signifikan secara bersamaan, sedangkan pada tahun 2013 – 2014
terjadi pergerakan tidak searah, dimana perbedaan arah antara earning
management dan nilai perusahaan (Tobin’s Q) terlihat sangat drastis. Hal ini
disebabkan perubahan cash flow from operation dan net income yang
mempengaruhi kondisi earnings management, serta perubahan total utang dan
persediaan yang mempengaruhi kondisi nilai perusahaan (Tobin’s Q).
2. PT. Kalbe Farma Tbk
Pada perusahaan Kalbe Farma Tbk hasil tidak sesuai dengan kaidah
keuangan. Pada tahun 2010 – 2014 terjadi pergerakan yang searah , dimana pada
saat earnings management dan nilai perusahaan (Tobin’s Q) mengalami kenaikan
dan penurunan yang cukup besar secara bersama, dan sebaliknya. Hal ini
disebabkan perubahan cash flow from operation yang mempengaruhi earnings
management dan perubahan total utang yang mempengaruhi nilai perusahaan
(Tobin’s Q).
3. PT. Pyridam Farma Tbk
Pada perusahaan Pyridam Farma Tbk, hasil tidak sesuai dengan kaidah
keuangan. Pada tahun 2010 – 2014 terjadi pergerakan yang searah, dimana
Unisba.Repository.ac.id
144
earnings managemet dan nilai perusahaan (Tobin’s Q) mengalami kenaikan dan
penurunan secara drastis secara bersama. Hal ini disebabkan perubahan cash flow
from operation yangmempengaruhi kondisi earnings management, dan perubahan
total utang yang mempengaruhi kondisi nilai perusahaan (Tobin’s Q).
4. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
Pada perusahaan Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, hasil tidak sesuai
dengan kaidah keuangan. Pada tahun 2010 - 2011 terjadi ketidaksamaan arah,
dimana earning management mengalami sedikit kenaikan, sedangkan nilai
perusahaan (Tobin’s Q) mengalami penurunan secara drastis. Namun, Pada tahun
2011 – 2014 terjadi kesamaan arah, dimana earnings management dan nilai
perusahaan (Tobin’s Q) mengalami peningkatan dan penurunan yang signifikan
secara bersamaan. Hal ini disebabkan perubahan cash flow from operation yang
mempengaruhi kondisi earnings management, dan perubahan total utang serta
perubahan persediaan yang mempengaruhi nilai perusahaan (Tobin’s Q).
Berdasarkan uraian diatas, sebagian besar praktek earnings management
disebabkan oleh pergerakan cash flow from operation yang dihasilkan oleh
perusahaan. Cash flow from operation dipengaruhi oleh oleh jumlah book tax
differences, dimana jika perusahaan menyajikan laba akrual yang tinggi, artinya
praktek earning management yang besar, begitupun sebaliknya. Sedangkan untuk
kondisi Tobin’s Q disebabkan oleh pergerakan total utang, dimana besar kecil
total utang ini dipengaruhi oleh besarnya aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Apabila suatu perusahaan memiliki aset tetap yang cukup tinggi, artinya mampu
menghasilkan dana lebih, selain itu akan memiliki biaya depresiasi yang tinggi
Unisba.Repository.ac.id
145
pula yang dapat digunakan sebagai pengurang pajak, dan laba yang dihasilkan
yang tinggi, sehingga total hutang perusahaan menjadi rendah.
4.4.4 Pengaruh Good Corporate Governance (INST) Terhadap Nilai
Perusahaan (Tobin’s Q)
Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya
(sub bab 4.3.7), hipotesis pengaruh good corporate governance terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q) menyatakan ditolak. Hal ini konsisten dengan penelitian
Lulus dan Sugeng (2013) mengemukakan bahwa hasil penelitian mendapatkan
bahwa variabel corporate governance tidak kesuluruhan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Namun berbeda dengan hasil penelitian Siswantaya
(2007) berpendapat bahwa tingginya tingkat pengendalian oleh pihak eksternal ini
dianggap dapat mengurangi tindakan-tindakan manipulatif yang dilakukan
manajerial perusahaan, sehingga dapat diasumsikan bahwa kepemilikan
institusional memiliki pengaruh yang negatif terhadap manajemen laba.
Dalam penelitian ini, berdasarkan pada tabel 4.3 dan tabel 4.5
menunjukan bahwa dari 7 responden perusahaan yang ada, semua menunjukan
hasil yang tidak sesuai dengan kaidah keuangan, artinya semua mengalami
pergerakan yang berlawanan arah, seperti yang akan diuraikan pada penjelasan
dibawah ini :
1. PT. Darya Varia Laboratorium Tbk
Pada perusahaan Darya Varia Laboratorium Tbk, hasil tidak sesuai
dengan kaidah keuangan karena terjadi pergerakan yang tidak searah. Pada tahun
Unisba.Repository.ac.id
146
2011 – 2014 good corporate governance (INST) tidak mengalami pergeraan
setiap tahunnya artinya stabil, sedangkan nilai perusahaan (Tobin’s Q) mengalami
perubahan yang signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 ke 2013 nilai
perusahaan mengalami peningkatan yang sangat drastis, tetapi pada tahun 2013 –
2014 mengalami penurunan yang tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan
pergerakan total utang yang dimiliki perusahaan sehingga mempengaruhi kondisi
nilai perusahaan (Tobin’s Q).
2. PT. Indofarma (Persero) Tbk
Pada perusahaan Indofarma (Persero) Tbk, hasil tidak sesuai dengan
kaidah keuangan karena terjadi perbedaan arah yang signifikan antara good
corporate governance (INST) dengan nilai perusahaan (Tobin’s Q) . Pada saat
good corporate governance (INST) tidak mengalami perubahan setiap tahunya
artinya pergerakannya stabil, tetapi nilai perusahaann (Tobin’s Q) mengalami
pergerakan yang berbeda setiap tahun khususnya pada tahun 2013 – 2014 terjadi
peningkatan secara drastis. Hal ini disebabkan peningkatan total utang yang
dimiliki peusahaan dari tahun 2013 – 2014, sehingga mempengaruhi kondisi nilai
perusahaan (Tobin’s Q).
3. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
Pada perusahaan Kimia Farma (Persero) Tbk hasil tidak sesuai dengan
kaidah keuangan. Pada tahun 2011 – 2014 good corporate governance (INST)
tidak mengalami perubahan artinya pergerakannya stabil setiap tahun, sedangkan
nilai perusahaan (Tobin’s Q) mengalami kenaikan yang suginifikan setiap
tahunnya, terkecuali pada tahun 2012 – 2013 terjadi sedikit penurunan yang tidak
Unisba.Repository.ac.id
147
terlalu besar. Hal ini disebabkan pergerakan total utang yang dimiliki perusahaan
setiap tahunnya, sehingga mempengaruhi kondisi nilai perusahaan (Tobin’s Q).
4. PT. Kalbe Farma Tbk
Pada perusahaan Kalbe Farma Tbk hasilnya tidak sesuai dengan kaidah
keuangan, karena terjadi ketidaksamaan arah. Pada saat good corporate
governance (INST) tidak mengalami pergerakan artinya stabil, tetapi nilai
perusahaan (Tobin’s Q) mengalami perubahan setiap tahunnya. Pada tahun 2011
ke 2012 terjadi sedikit penurunan nilai perusahaan (Tobin’s Q), sedangkan pada
tahun 2012 – 2014 terjadi peningkatan nilai perusahaan (Tobin’s Q) yang setiap
tahunnya makin besar kenaikannya. Hal ini disebabkan pergerakan total utang
dan pergerakan total persediaan perusahaan yang mempengaruhi nilai perusahaan
(Tobin’s Q).
5. PT. Merck Tbk
Pada perusahaan Merck Tbk hasilnya tidak sesuai dengan kaidah
keuangan, karena terjadi ketidaksamaan arah. Pada tahun 2011 – 2012 good
corporate governance (INST) mengalami sedikit penurunan, sedangkan nilai
perusahaan (Tobin’s Q) mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2012 ke
2014 terjadi kesamaan arah, dimana good corporate governance (INST)
mengalami penurunan yang tidak terlalu besar, sedangkan nilai perusahaan
(Tobin’s Q) mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini disebabkan perubahan
total utang dan persediaan yang mempengaruhi kondisi nilai perusahaan setiap
tahunnya.
6. PT. Pyridam Farma Tbk
Unisba.Repository.ac.id
148
Pada perusahaan Pyridam Farma Tbk hasilnya tidak sesuai dengan kaidah
keuangan, karena terjadi ketidaksamaan arah. Pada saat good corporate
governance (INST) tidak mengalami perubahan setiap tahunya artinya
pergerakannya stabil, tetapi nilai perusahaann (Tobin’s Q) mengalami pergerakan
yang berbeda setiap tahunnya. Pada tahun 2011 ke 2012 dan tahun 2013 ke 2014
nilai perusahaan mengalami penurunan yang tidak terlalu besar, sedangkan pada
tahun 2012 ke 2013 terjadi kenaikan yang signifikan. Hal ini disebabkan
pergerakan total utang dan total persediaan yang mempengaruhi kondisi nilai
perusahaan (Tobin’s Q).
7. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
Pada perusahaan Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk hasilnya tidak
sesuai dengan kaidah keuangan, karena terjadi ketidaksamaan arah. Pada saat
good corporate governance (INST) mengalami sedikit penurunan yang tidak
terlalu merubah setiap tahunya, tetapi nilai perusahaann (Tobin’s Q) mengalami
pergerakan yang berbeda setiap tahunnya. Pada tahun 2011 ke 2012 dan tahun
2013 ke 2014 nilai perusahaan mengalami penurunan yang drastis, sedangkan
pada tahun 2012 ke 2013 terjadi kenaikan yang signifikan. Hal ini disebabkan
pergerakan total utang dan total persediaan yang mempengaruhi kondisi nilai
perusahaan (Tobin’s Q).
Seperti penjelasan di atas, jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar
Good Corporate Governance (INST) maka akan menurunkan nilai perusahaan
atau sebaliknya, dimana good corporate governance yang proksikan oleh
kepemilikan institutional menurun maka nilai perusahaan meningkat.
Unisba.Repository.ac.id
149
Pengaruh good corporate governance yang tinggi seharusnya dapat
meningkatkan nilai perusahaan, tetapi dalam penelitian ini good corporate
governance tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan investor
institusional bukan pemilik mayoritas sehingga tidak mampu memonitor kinerja
manajer secara baik. Keberadaan institusional justru menurunkan kepercayaan
publik terhadap perusahaan. Akibatnya pasar saham mereaksi negatif berupa
turunnya volume perdagangan saham dan harga saham, sehingga menurunkan
nilai perusahaan. Selain itu, pergerakan nilai perusahaan disebabkan perubahan
total utang, Kemampuan perusahaan mengelola hutang merupakan salah satu
penarik minat investor. Dengan demikian, peningkatan hutang akan meningkatkan
nilai perusahaan, namun pada titik tertentu akan menurunkan nilai perusahaan.