Top Banner
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Di bawah ini akan dipaparkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah, dan guru tentang kemampuan guru mengelola kelas berbasis PAKEM di SDN 3 Sinombayuga Kecamatan Posigadan Kebupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai berikut : 1. Kemampuan Guru Mendesain Kelas a. Metode Pembelajaran Yang Digunakan Suatu proses pembelajaran pastilah dimulai dengan adanya input, kemudian proses pembelajaran, dan yang terakhir adalah output. Siswa merupakan input atau masukan dalam proses pembelajaran . Tugas siswa adalah belajar dan juga dituntut perannya dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik apabila siswa mengalami perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada rencana pembelajaran. Guru memiliki tugas mengajar, serta memiliki peran dalam pembelajaran. Guru dalam mengajar dituntut melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran menggunakan metode-metode yang mendukung pencapaian tujuan. Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran 32
34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Jul 07, 2019

Download

Documents

ngonguyet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Di bawah ini akan dipaparkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

kepala sekolah, dan guru tentang kemampuan guru mengelola kelas berbasis

PAKEM di SDN 3 Sinombayuga Kecamatan Posigadan Kebupaten Bolaang

Mongondow Selatan sebagai berikut :

1. Kemampuan Guru Mendesain Kelas

a. Metode Pembelajaran Yang Digunakan

Suatu proses pembelajaran pastilah dimulai dengan adanya input,

kemudian proses pembelajaran, dan yang terakhir adalah output. Siswa

merupakan input atau masukan dalam proses pembelajaran . Tugas siswa adalah

belajar dan juga dituntut perannya dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang

baik apabila siswa mengalami perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

pada rencana pembelajaran. Guru memiliki tugas mengajar, serta memiliki peran

dalam pembelajaran. Guru dalam mengajar dituntut melaksanakan pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran menggunakan metode-metode yang

mendukung pencapaian tujuan. Metode pembelajaran atau strategi mengajar

adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum.

Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran

ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi

kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode

pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran

32

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

(instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam

proses belajar itu sendiri.

Metode pembelajaran yang digunakan di SDN 3 Sinombayuga masih

terbatas pada metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi. Hal ini

sebagaimana pemaparan bapak kepala sekolah yang berhubungan dengan hal di

atas yakni :

Metode Pembelajaran yang kami terapkan disekolah masih terbatas pada

metode ceramah, dsikusi, Tanya jawab dan demonstrasi. (1.1/W/KS/08-

04-13)

Pemaparan kepala sekolah di telusuri lagi degan mewawancarai guru kelas

lima. dia menuturkan bahwa :

Dalam proses pembelajaran kami sudah mulai mengarah ke PAKEM,

metode yang guru-guru disekolah ini sering terapkan adalah metode

ceramah, diskusi, dan metode demonstrasi, tapi yang sering di pakai

adalah metode ceramah. (1.1/W/GK5/08-04-13)

Dari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

jawaban yang lebih mendalam, untuk itu peneliti mewawancarai guru kelas

empat, beliau menuturkan bahwa:

Dalam proses pembelajaran saya sudah mulai menerapkan metode

pembelajaran jigsaw, ceramah dan diskusi. (1.1/W/GK4/21-05-13)

Dari berbagai informasi yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa

metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran di SDN 3

Sinombayuga masih terbatas pada metode ceramah, diskusi, tanya jawab,

demonstrasi, dan ada beberapa guru yang suda mulai menerapkan metode jigsaw.

33

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

b. Mendorong Siswa Mengembangkan Tingkah Lakunya Sesuai Dengan

Tujuan Pembelajaran Berbasis PAKEM

Guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam usaha

menciptakan kondisi dinamis dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan

tercapai apabila guru mempunyai rasa optimis selama pembelajaran berlangsung.

Asumsi yang mendasari argumentasi ini ialah guru merupakan penggerak utama

dalam pembelajaran. Keberhasilan dalam pembelajaran terletak pada guru dalam

melaksanakan misinya. Karena guru merupakan salah satu faktor penunjang untuk

memperoleh keberhasilan dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu guru harus

mampu mendorong siswa supaya aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian

besar kemungkinan minat dan aktifitas belajar siswa semakin meningkat. Dalam

pembelajaran guru bertindak sebagai motivator yang selalu berusaha mendorong

siswa supaya tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran aktif secara

fisik maupun psikis dalam pembelajaran, demikian pula siswa dapat memperoleh

materi pelajaran secara mendalam, dengan kata lain siswa akan memperoleh hasil

belajar yang baik. Pengetahuan yang dikuasai secara mendalam yang diharapkan

dari siswa akan terwujud apabila dalam pembelajaran siswa aktif atas usaha

sendiri dalam mencerna pelajaran yang diterimanya dari guru.

Dalam mendorong siswa mengembangkan tingkahlakunya sesuai dengan

pembelajaran PAKEM, guru di SDN 3 Sinombayuga memberikan dorongan

kepada siswa yang kurang mampu untuk terus belajar. Hal tersebut di atas

dibuktikan dengan pemaparan kepala sekolah yaitu:

34

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Saya mendorong tingkahlaku siswa dengan memberikan motivasi atau

dorongan kepada siswa. Siswa yang kurang mampu diberikan dorongan

untuk terus belajar dengan cara diberi semangat. (1.2/W/KS/08-04-13)

Pemaparan kepala sekolah di atas di telusuri lagi dengan mewawancarai

guru, beliau menjelaskan bahwa :

Tingkah laku siswa berbeda-beda, kemudian guru tidak mampu

mengontrol tingkah laku mereka. Guru hanya memberikan materi sampai

selesai tanpa memperhatikan tingkah laku siswa, sehingga tujuan

pembelajaran tidak dapat dicapai secara maksimal. (1.2/W/GSBK/17-05-

13)

Merasa kurang yakin dengan jawaban guru di atas, peneliti

mewawawancarai guru agama, belia menjelaskan bahwa :

guru-guru disini kurang mampu mengembangkan tingkah laku siswa agar

sesuai dengan pembelajaran pakem, ini terbukti ketika guru mengjar, guru

hannya cermah sampai materi habis, siswa tidak ada yang berani bersuara.

(1.2/W/GMTA/22-04-13)

Dari data yang dijabarkan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa guru

kurang mampu mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai dengan

tujuan pembelajaran berbasis PAKEM, beberapa guru hanya menggunakan

metode ceramah dan menghabiskan materi dan tidak memberikan motivasi kepada

siswa agar mengembangkan tingkahlakunya dan berperan aktif dalam

pembelajaran.

c. Mengendalikan Siswa dan Sarana Pembelajaran Dalam Suasana

Yang Menyenangkan Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan sarana belajar merupakan

pembelajaran yang mengidentikkan sarana sebagai salah satu sumber belajar.

Terkait dengan hal tersebut, sarana digunakan sebagai sumber inspirasi dan

motivator dalam meningkatkan pemahaman pserta didik. dalam hal ini, sarana

35

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

merupakan faktor pendorong yang menjadi penentu dalam meningkatkan

pemahaman peserta didik dalam setiap pembelajaran.

Dalam menggunakan sarana sebagai sumber belajar, guru-guru di SDN 3

Sinombayuga memanfaatkannya dengan berbagai cara, hal dibuktikan dengan

penjelasan kepala sekolah bahwa:

Dalam menggunakan sarana sebagai sumber belajar kami mengadakan

gambar-gambar yang ada hubungannya dengan mata pelajaran dan

gambar-gambar tersebut di atur sedemikian rupa di dalam ruang kelas

(1.3/W/KS/08-04-13)

Pemaparan kepala sekolah di atas ditelusuri lagi dengan bertanya pada

guru kelas lima, beliau menjelaskan bahwa:

Sarana dan prasarana di sekolah kami masih sangat minim, sehingga

terkadang kami hannya memanfaatkan gambar-gambar yang ada

hubungannya dengan mata pelajaran yang ada di dalam kelas atau

menggunakan alam sekitar sekolah jika itu ada hubungannya dengan mata

pelajaran (1.3/W/GK5/08-04-13)

Merasa kurang puas dengan pemaparan di atas, peneliti meneruska

penelitian dengan mewawancarai guru matapelajaran agama, beliau menuturkan

bahwa :

Biasanya kami hannya menggunakan gambar-gambar sebagai sarana

belajar, itu pun kalau ada hubungannya dengan mata pelajaran, untuk mata

pelajaran IPA kami menggunakan alat yang seadanya yang disediakan

oleh sekolah (1.3/W/GMTA/22-04-13)

Dari hasil wawancara yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa guru-guru di SDN 3 Sinombayuga masih sulit dalam

mengendalikan sarana dan prasarana sebagai sumber belajar siswa, para guru

hannya menggunakan gambar-gambar yang ditempel di dalam kelas yang ada

36

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

hubunganya dengan mata pelajaran dan sesekali menggunakan alam sekitar

sekolah sebagai media pembelajaran yang menyenangkan.

2. Kemampuan Guru Mengorganisasikan Kelas

a. Penataan Lingkungan Fisik Kelas Brbasis PAKEM

Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan munculnya

perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan unsur penting

dalam pengelolaan kelas. Penataan kelas mempengaruhi keterlibatan dan

partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus sejalan dengan tujuan

pembelajaran. Wahana lingkungan fisik akan mempengaruhi peserta didik baik

secara langsung maupun melalui perilaku guru, atau melalui tugas-tugas

terstruktur yang diberikan guru kepada peserta didik.

Penataan lingkungan fisik kelas di SDN 3 Sinombayuga selalu mengacu

pada kebutuhan siswa di kelas, hal ini sesuai dengan pemaparan kepala sekolah

dalam wawancara yang dilakukan diruang kerjanya yaitu :

Dalam penataan lingkungan fisik kelas kami selalu menata kelas sesuai

dengan tingkatan kelas siswa dan kebutuhan mata pelajaran di tingkatan

kelas, misalanya di kelas 1 kami menata kelas dengan menempel gambar-

gambar yang ada hubangannya dengan baca tulis dan berhitung agar siswa

lebih mudah memahami belajar baca tulis dan menghitung (2.1/W/KS/08-

04-13)

Pemaparan kepala sekolah di atas juga di telusuri lagi dengan bertanya

kepada guru wali kelas 1, beliau menjelaskan bahwa :

saya menata lingkungan fisik kelas saya menjadi menarik, sehingga siswa-

siswa saya tidak merasa bosan lama-lama di dalam kelas, disamping itu

juga temapat duduk di kelas diatur tidak terlalu berdekatan untuk mecegah

keributan di dalam kelas (2.1/W/GK4/21-05-13)

37

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Pemaparan guru kelas satu di atas dirasa belum cukup oleh peneliti, oleh

karena itu peneliti meneruskan penelitian dengan bertanya kepada guru laiinya,

beliau menambahkan bahwa :

Dalam menata lingkungan fisik kelas saya selalu memperhatikan

Kenyamanan siswa dalam belajar, barang-barang yang tidak diperlukan

saya kelauarkan dari kelas, adapun barang-barang yang diperlukan saya

atur sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau oleh siswa dan mudah

dipindah-pindahkan saat digunakan (2.1/W/GSBK/17-05-13)

Dari hasil wawancara yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa dalam penataan lingkungan kelas, guru-guru di SDN 3

Sinombayuga menata kelas dengan memperhatikan kenyamanan siswa dalam

belajar, mudah dijangkau oleh siswa, mudah dipindah-pindahkan, kelas dibuat

menarik agar siswa betah di dalam kelas, pengaturan tempat duduk diatur tidak

terlalu berdekatan, dan meletakkan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan materi

belajar di tingkatan kelas siswa.

b. Pengelompokan Peserta Didik Berbasis PAKEM

Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas

pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga

mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik

melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara

perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran

pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda. Perbedaan antar peserta

didik dan intra peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda

terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual demikian

dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan

38

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal

dapat dikurangi. Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari

pengajaran sistem klasikal dan sistem individual. Alasan pengelompokan peserta

didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus

bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu

dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak

mengganggu peserta didik yang lambat dan sebaliknya (peserta didik yang lambat

tidak mengganggu yang cepat), maka perlu dilakukan pengelompokan peserta

didik.

Pengelompokkan siswa di kelas di SDN 3 Sinombayuga, siswa

dikelompokkan berdasarakan tingkat kecerdasan siswa, penjelasan di atas sesuai

degan pernytaan kepala sekolah, beliau menjelaskan bahwa :

Guru melakukan pengelompokan dengan cara siswa dikelompokkan

berdasarkan tingkat kemampuan, yang pintar kelompok sendiri, yang

kurang pintar kelompok sendiri juga sehingga mudah mengontrol dan

menilai kelompok yang kurang. (2.2/W/KS/08-04-13)

Pemaparan kepala sekolah di atas ditelusuri lagi dengan mewawancarai

guru kelas lima, beliau menjelaskan bahwa :

Dalam mengelompokan siswa biasanya saya bagi rata jumlahnya, biasanya

saya kelompokkan yang pintar saya sendirikan yang kurang pintar saya

sendirikian, biasanya juga saya acak agar siswa yang pintar bisa

membimbing yang kurang pintar. (2.2/W/GK5/08-04-13)

Pemaparan di atas dirasa masi kurang oleh peneliti, oleh karena itu peneliti

melanjutkan penelusuran dengan mewawancarai guru agama, beliau menjelaskan

bahwa:

Dalam mengelompokan siswa biasanya saya acak antara siswa yang suka

menganggu teman dengan siswa pendiam, siswa yang suka menganggu

39

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

teman tidak saya jadikan satu kelompok melainkan saya sebar di semua

kelompok, karena kalau mereka disatukan akan terjadi keributan dan

tujuan pembelajaran tidak akan tercapai (2.2/W/GMTA/22-04-13)

Dari hasil waancara yang berhasil dikumpulkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa dalam mengelompokan siswa, guru di SDN 3 Sinombayuga

mengelompookan siswa sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa, yang pintar

disendirikan, yang kurang pintar disendirikan agar mudah menilai dan mengontrol

siswa yang kurang, kemudian dikelompokan secara acak yakni yang pintar

dicampur dengan yang kurang pintar agar yang pintar dapat membimbing yang

kurang pintar, kemudian siswa dikelompokkan dengan cara menyebar siswa yang

nakal di semua kelompok agar tidak terjadi keributan di ruang kelas.

3. Kemampuan Guru Memberdayakan Peserta Didik

a. Kemampuan Guru Mengidentifikasi Potensi Akademik Siswa Melalui

PAKEM

Identifikasi adalah sebuah proses mengenali anak yangg memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa, sehingga diperlukan layanan berdiferensiasi agar

anak yang telah diidentifikasi dapat berkembang secara penuh sesuai potensi yang

dimilikinya. Identifikasi anak berbakat bertujuan untuk menemukan anak-anak

yang berbakat dan membantu mereka mengoptimalkan potensi unggulnya

sehingga dapat menjadi prestasi unggul. Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah

hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-anak berbakat di sekolah tidak

menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak di antara mereka berasal

dari golongan ekonomi rendah, mengalami masalah emosional yang

40

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

menyamarkan kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan

kemampuan bicara.

Di SDN 3 Sinombayuga guru-guru mengidentifikasi potensi akademik

siswa dengan cara memberi tugas pada siswa, hal tersebut sesuai dengan

penjelasan kepala sekolah bahwa:

Guru-guru dapat mengenal bakat siswa disaat proses belajar mengajar di

kelas, terutama pada mata pelajaran matematika. Ada beberapa orang yang

bisa mengerjakan tugas dengan benar, misalnya, memperoleh nilai 75.

artinya tingkat penguasaan siswa terhadap materi sangat bagus, dan itu

akan meningkatkan prestasi mereka dalam belajar sehingga pada semester

berikutnya akan leboh bagus lagi. Kami sebagai guru, tentu dapat

mengenal bakat siswa pada situasi belajar di dalam kelas maupun di luar

kelas atau disaat ujian semester. (3.1/W/KS/08-08-13)

Pemaparan wali kelas 5 di atas di telusiri lagi dengan mewawancarai guru

kelas empat, beliau menjelaskan bahwa :

Dalam mengidentifikasi kompetensi akademik siswa saya lakukan dengan

menilai pada tingkat kemampuan siswa yang bersifat kognitif, afektif, dan

psikomotorik. (3.1/W/GK4/21-05-13)

Merasa masih belum puas dengan wawancara di atas, peneliti meneruskan

penelusuran dengan mewawancarai guru lainnya, beliau menjelaskan bahwa :

Sebagai guru kita harus mampu mengidentifikasi potensi akademik siswa,

dalam mengidentifikasi potensi akaddemik siswa biasanya saya lakukan

dengan memeriksa hasil pkerjaan tugas yang saya berikan, kemudian saya

identifikasi dalam proses diskusi tanya jawab, biasanya yang memiliki

potensi di bidang mata pelajaran tertentu dia akan sering mengajukan

pertannyaan. (3.1/W/GSBK/17-05-13)

Dari informasi yang berhasil dikumpulkan di atas, peneliti berkesimpulan

bahwa dalam mengidentifikasi kompetensi akademik siswa, para guru di SDN 3

Sinombayuga mengidentifikasi dengan cara memberikan tugas kepada siswa,

kemudian menilai hasil kerja siswa. Hasil kerja siswa itulah yang menjadi alat

41

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

penilaian kompetensi akademik siswa. Cara lainnya adalah dengan menilai siswa

dalam proses diskusi, siswa yang sering bertanya pada pelajaran tertentu

merupakan siswa yang memiliki kompetensi akademik pada matapelajaran

tersebut.

b. Kemampuan Guru Mengenal dan Mengembangkan Bakat dan

Keterampilan Siswa Melalui PAKEM.

Bakat tidak sama dengan kecerdasan. Bakat lebih mengacu pada motorik

maupun keterampilan yang ditampilkan anak. Dengan kata lain, bakat bisa terlihat

oleh orang lain. Cara yang dilakukan adalah terus-menerus mengasah bakat

melalui latihan. Bakat tidak akan berkembang bila tak ada penguat, sehingga

kemudian hilang. Selain bakat, mereka juga mempunyai minat terhadap bidang

yang digeluti. Adanya minat juga akan menguatkan bakat tersebut. Sayangnya tak

semua bisa berjalan beriringan antara bakat dan minat. Ada anak berbakat yang

ternyata tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya. Bila ini terjadidiperlukan

dukungan lebih banyak dari guru di sekolah dan orangtua, agar bakat anak bisa

terasah secara optimal. Kalau tidak mendapat dukungan dari guru dan orangtua

atau dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang.

Bisa saja anak tersebut agak lambat untuk mengembangkan kemampuannya,

terutama ketika menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang tertentu.

Untuk mengenal dan mengembangkan bakat siswa, para guru

melakukannya dengan berbagai cara, hal tersebut sesuai dengan pemaparan kepala

sekolah, beliau menjelaskan bahwa :

Untuk mengenali bakat siswa untuk olahraga akan nampak pada mata

pelajaran PENJAS praktek, dari situ kami dapat mengenalai bakat siswa,

42

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

kemudian untuk mengembangkannya kami beri pelatihan khusus dan

dipersiapkan untuk mengikuti perlombaan yang diselengggatakan oleh

dinas pendidikan (3.2/W/KS/8-04-13)

Pemaparan kepala sekolah diatas di telusuri lagi degan mewawancarai

guru kelas lima, beliau menjelaskan bahwa :

Misalnya seorang siswa memiliki bakat dalam seni musik, bakat tersebut

ditindaklanjuti oleh guru, pada perlombaan guru menunjuk siswa tersebut

untuk mengikuti perlombaan antar sekolah. (3.2/W/GK5/8-04-13)

Pemaparan di atas dirasa belum cukup oleh peneliti, oleh karena itu

peneliti meneruskan penelusuran degan mewawancarai guru agama, beliu

menjelaskan bahwa :

Cara saya menindak lanjuti bakat siswa contohnya ada siswa yang punya

bakat dalam olah raga lalu saya menindaklanjutinya. Contohnya disetiap

sekolah diusulkan oleh dinas pendidikan untuk mengikuti berbagai macam

kegiatan olah raga di tingkat kecamatan, jadi siswa yang punya bakat

tersebut yang diikut sertakan pada kegiatan tersebut sehingga dapat

membawa nama seekolah. (3.2/W/GMTA/22-04-13)

Dari pemaparan data wawancara di atas, peneliti manyimpulkan bahwa

dalam mengenal bakat siswa, guru mengidentifikasi dari pelajaran PENJASKES

dan mata pelajaran kesenian. Untuk mengembangkan bakat siswa para guru

menindaklanjuti bakat tersebut dengan memberikan pelatihan khusus untuk diikut

sertakan pada berbagai kegiatan di tingkat kecamatan dan dapat membawa nama

sekolah.

c. Kemampuan Guru Melibatkan Siswa Dalam Pembelajaran

Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses perkembangan

berpikir, emosi, dan sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak

secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil keputusan. Namun

pembelajaran saat ini pun masih ada yang menggunakan metode belajar dimana

43

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

siswa menjadi pasif seperti pemberian tugas, dan guru mengajar secara monolog,

sehingga cenderung membosankan dan menghambat perkembangan aktivitas

siswa.

Para guru di SDN 3 sinombayuga melibatkan siswa dalam pembelajaran

dengan cara menyampaikan informasi secara barvariasi hal tersebut sesuai degan

penjelasan kepala sekolah, beliau menjelaskan bahwa:

Di sekolah saya untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dilkukan

dengan memberikan variasi pada setiap penyampaian materi, hal ini

dilakukan untuk menghindari kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran,

cara lain yang dilakukan guru-guru adalah dengan meminta partisipasi

siswa dalam proses pembelajaran, seperti diskusi dan tanya jawab.

(3.3/W/KS/08-04-13)

Pemaparan kepala sekolah di atas ditelusuri lagi degan mewawancarai

guru lainnya, beliau menjelaskan bahwa :

Untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dikelas seperti ada

siswa yang takut atau malu kepada guru tentu saja untuk mengatasinya

perlu dilakukan berbagai cara seperti mengajak siswa untuk berbicara atau

diberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas di papan tulis sehingga

siswa yang bersangkutan dapat berpartisipasi dalam pembelajaran.

(3.3/W/GSBK/17-05-13)

Setelah mewawancarai guru di atas, peneliti merasa perlu mewaanarai

guru kelas empat, beliau menjelaskan bahwa:

Untuk melibatkan siswa saya laukuan dengan memintanya maju kedepan

untuk menghafal atau menulis di papan tulis, biasanya jika tidak mau maju

kedepan saya mencoba untuk mengajaknya berbicara dan bertanya seputar

mata pelajaran. (3.3/W/GK4/21-05-13)

Dari beberapa wawancara yang dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa dalam melibatkan siswa, guru-guru di SDN 3 Sinombayuga

memberi variasi pada penyampaian materi untuk menghindari kebosanan pada

siswa dan memancing siswa untuk ikut terlibat dalam pembelajaran, cara

44

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

berikutnya adalah dengan cara mengajaknya berbicara dan memintanya untuk

mengerjakan tugas di papan tulis.

4. Kemampuan Guru Memonitoring Dan Evaluasi Kelas

a. Validitas Penilaian di Kelas

Terdapat dua aspek penting terkait dengan validitas, yaitu: Apa yang

diukur dan bagaimana mengukurnya dengan tepat. Secara tradisional, validitas

menekankan pada karakteristik tes, yang pada umumnya mementingkan kualitas

tes. Namun, pemikiran terbaru tentang pengukuran menekankan bahwa validitas

harus dikaitkan dengan kegunaannya dalam membuat skor dari sebuah tes.

Guru-guru di SDN 3 Sinombayuga menggunakan alat ukur yang sesuai

dengan kompetensi yang akan dicapai. Hal tersebut seusai dengan pemaparan

kepala sekolah, beliau menjelaskan bahwa :

Alat penilaian sebagai alat ukur kepada siswa tentang pembelajaran sudah

disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai tetapi masih ada

kendala dan kompetensi yang akan dicapai di sini sudah disesuaikan

dengan KKM, untuk itu kami selaku guru pengajar dapat menghasilkan

penilaian kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, atau

ujian semester. Alat ukur yang sering digunakan adalah tes objektif dalam

bentuk pilihan ganda, tes tertulis dan dalam bentuk uraian atau isian.

(4.1/W/KS/08-04-13)

Pemaparan di atas di telusuri lagi degan dengan mewawancarai guru kelas

lima, beliau menjelaskan bahwa :

Alat ukur yang kami berikan sudah sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai, buktinya hasil dari evaluasi sudah sesuai dengan kenyataan siswa

yang dievaluasi. (4.1/W/GK5/08-04-13)

setelah melakukan wawancara dengan guru kelas limma, peneliti merasa

perlu mewawancarai guru agama, beliau menjelaskan bahwa:

45

46

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Tentunya alat ukur harus valid dengan kompetensi yang akan dicapai,

karna jika tidak, maka hasil evaluasi tidak akan sesuai dengan kenyataan,

untuk itu kami selalu menyesuaikan soal-soal dengan kompetensi yang

akan dicapai. (4.1/W/GMTA/22-04-13)

Dari hasil wawancaara yang di paparkan di atas, penelliti menyimpulkan

bahwa alat ukur yang di gunakan oleh guru-guru di SDN 3 Sinombayuga sudah

sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, adapun alat ukur yang sering

digunakan adalah soal objektif, tes tertulis, dan dalam bentuk isian.

b. Reliabilitas Penilaian di Kelas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan

dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah,

perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Penilaian yang diterapkan di SDN 3 Sinombayuga sudah realiable dan

menjamin konsistensi, hal ini sesuai dengan pemaparan kepala sekolah, beliau

menjelaskan bahwa:

tentu saja tes yang kami berikan reliable dan menjamin konsistensi,

Karena kalau alat ukur sudah valid maka sudah tentu dia akan realiable.

(4.2/W/KS/08-04-13)

Pemaparan tersebut ditelusuri lagi dengan mewawancarai guru lainnya,

beliau menjelaskan bahwa:

Tes yang kami berikan bisa menjamin konsistensi karena sudah kami

sesuaiakan dengan tujuan pencapaian kompetensi (4.2/W/GSBK/17-04-

13)

47

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Setelah melakukan wawancara di atas, peneliti merasa perlu meneruskan

penelusuran dengan mewawancarai guru kelas empat, beliau menjelaskan bahwa:

Tes yang diberikan selalu menjamin konsistensi Karen jika dilakukan tes

ulang hasilnya selalu sama. (4.2/W/GK4/21-04-13)

Dari beberapa wawancara yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa tes yang diberikan di SDN 3 Sinombayuga sudah realiable

dan menjamin konsistensia, Karen jika dilakukan tes ulang hasilnya selalu sama

dan tidak mengalami perubahan.

B. Temuan Hasil Penelitian

1. Kemampuan Guru Mendesain Kelas

Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran di SDN

3 Sinombayuga masih terbatas pada metode ceramah, diskusi, tanya jawab,

demonstrasi, dan ada beberapa guru yang suda mulai menerapkan metode jigsaw.

Untuk mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan

pembelajaran berbasis PAKEM, guru kurang mampu mendorong siswa

mengembangkan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan pembelajaran berbasis

PAKEM, beberapa guru hanya menggunakan metode ceramah dan menghabiskan

materi dan tidak memberikan motivasi kepada siswa agar mengembangkan

tingkahlakunya dan berperan aktif dalam pembelajaran. Untuk mengendalikan

sarana pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran, menunjukan bahwa guru-guru di SDN 3 Sinombayuga masi sulit

dalam mengendalikan sarana dan prasarana sebagai sumber belajar siswa, para

guru hannya menggunakan gambar-gambar yang ditempel di dalam kelas yang

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi tanya jawab

Demonstrasi

ada hubunganya dengan mata pelajaran dan sesekali menggunakan alam sekitar

sekolah sebagai media pembelajaran yang menyenangkan.

Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran di SDN

3 Sinombayuga dapat dijelaskan dalam peta konsep di bawah ini :

Gambar : 4.1

2. Kemampuan Guru Mengorganisasikan Kelas

Hal yang dilakukan guru dalam penataan lingkungan kelas, guru-guru di

SDN 3 Sinombayuga menata kelas dengan memperhatikan kenyamanan siswa

dalam belajar, mudah dijangkau oleh siswa, mudah dipindah-pindahkan, kelas

dibuat menarik agar siswa betah di dalam kelas, pengaturan tempat duduk diatur

tidak terlalu berdekatan, dan meletakkan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan

materi belajar di tingkatan kelas siswa.

48

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Pengorganisasian kelas

Penataan Lingkungan

kelasPengelompokan

Siswa

Dalam mengelompokan siswa guru di SDN 3 Sinombayuga

mengelompookan siswa sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa, yang pintar

disendirikan, yang kurang pintar disendirikan agar mudah menilai dan mengontrol

siswa yang kurang, kemudian dikelompokan secara acak yakni yang pintar

dicampur dengan yang kurang pintar agar yang pintar dapat membimbing yang

kurang pintar, kemudian siswa dikelompokkan dengan cara menyebar siswa yang

nakal di semua kelompok agar tidak terjadi keributan di ruang kelas.

Deskripsi Kemampuan guru mengorganisasikan kelas dapat dijelaskan

dalam peta konsep :

Gambar : 4.2

3. Kemampuan Guru Memberdayakan Peserta Didik

Dalam mengidentifikasi kompetensi akademik siswa, para guru di SDN 3

Sinombayuga mengidentifikasi dengan cara memberikan tugas kepada siswa

49

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Memberdayakan Peserta didik

Mengidentifikasi Kompetensi

Akademik Siswa

Mengidentifikasi Bakat Siswa

kemudian menilai hasil kerja siswa. Hasil kerja siswa itulah yang menjadi alat

penilaian kompetensi akademik siswa. Cara lainnya adalah dengan menilai siswa

dalam proses diskusi, siswa yang sering bertanaya pada pelajaran tertentu

merupakan siswa yang memiliki kompetensi akademik pada matapelajaran

tersebut. Dalam mengenal bakat siswa , guru di SDN 3 Sinombayuga

mengidentifikasi dari pelajaran PENJASKES dan mata pelajaran kesenian. Untuk

mengembangkan bakat siswa para guru menindaklanjuti bakat tersebut dengan

memberikan pelatihan khusus untuk diikut sertakan pada berbagai kegiatan di

tingkat kecamatan dan dapat membawa nama sekolah. Dalam melibatkan siswa

guru-guru di SDN 3 Sinombayuga memberi variasi pada penyampaian materi

untuk menghindari kebosanan pada siswa dan memancing siswa untuk ikut

terlibat dalam pembelajaran, cara berikutnya adalah dengan cara mengajaknya

berbicara dan memintanya untuk mengerjakan tugas di papan tulis.

Deskripsi dalam memberdayakan peserta didik dapat dijelaskan dalam

peta konsep :

Gambar : 4.3

50

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Evaluasi

VAliditas Realiabelitas

4. Kemampuan Guru Memonitoring dan Evaluasi Kelas

Alat ukur yang di gunakan oleh guru-guru di SDN 3 Sinombayuga sudah

sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, adapun alat ukur yang sering

digunakan adalah soal objektif, tes tertulis, dan dalam bentuk isian. Adapun

realiebilitas tes, tes yang diberikan di SDN 3 Sinombayuga sudah realiable dan

menjamin konsistensi, Karena jika dilakukan tes ulang hasilnya selalu sama dan

tidak mengalami perubahan.

Deskripsi Metode evaluasi kelas dapat dijelaskan dalam peta konsep :

Gambar : 4.4

C. Pembahasan

Setelah di temukan temuan-temuan dari hasil wawancara tentang

kemampuan guru mengelola kelas berbasis PAKEM di SDN 3 Sinombayuga

kecamatan Posigadan kebupaten Bolaang Mongondow Selatan, temuan yang

51

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

dikemukakan pada bagian ini berdasarkan pada paparan data yang diperoleh

dilapangan dan dirumuskan berdasarkan interprestasi data.

1. Kemampuan Guru Mendesain Kelas

a. Metode Pembelajaran Yang Digunakan

Suatu proses pembelajaran pastilah dimulai dengan adanya input,

kemudian proses pembelajaran, dan yang terakhir adalah output. Siswa

merupakan input atau masukan dalam proses pembelajaran . Tugas siswa adalah

belajar dan juga dituntut perannya dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang

baik apabila siswa mengalami perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

pada rencana pembelajaran. Guru memiliki tugas mengajar, serta memiliki peran

dalam pembelajaran. Guru dalam mengajar dituntut melaksanakan pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran menggunakan metode-metode yang

mendukung pencapaian tujuan. Metode pembelajaran atau strategi mengajar

adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum.

Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran

ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi

kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode

pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran

(instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam

proses belajar itu sendiri. Adapun metode pembelajaran yang diterapkan dalam

proses pembelajaran di SDN 3 Sinombayuga masih terbatas pada metode

ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan ada beberapa guru yang sudah

mulai menerapkan metode jigsaw.

52

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan

pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish

(1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah,

guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.

Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk

digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk

penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut

sukar didapatkan. Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang

peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling

mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan

kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi

merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).

Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat

efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana

proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah

bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja

diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses.

Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan

sebagainya.

b. Mendorong Siswa Mengembangkan Tingkah Lakunya Sesuai Dengan

Tujuan Pembelajaran Berbasis PAKEM

53

54

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam usaha

menciptakan kondisi dinamis dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan

tercapai apabila guru mempunyai rasa optimis selama pembelajaran berlangsung.

Asumsi yang mendasari argumentasi ini ialah guru merupakan penggerak utama

dalam pembelajaran. Keberhasilan dalam pembelajaran terletak pada guru dalam

melaksanakan misinya. Karena guru merupakan salah satu faktor penunjang untuk

memperoleh keberhasilan dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu guru harus

mampu mendorong siswa supaya aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian

besar kemungkinan minat dan aktifitas belajar siswa semakin meningkat. Dalam

pembelajaran guru bertindak sebagai motivator yang selalu berusaha mendorong

siswa supaya tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran aktif secara

fisik maupun psikis dalam pembelajaran, demikian pula siswa dapat memperoleh

materi pelajaran secara mendalam, dengan kata lain siswa akan memperoleh hasil

belajar yang baik. Pengetahuan yang dikuasai secara mendalam yang diharapkan

dari siswa akan terwujud apabila dalam pembelajaran siswa aktif atas usaha

sendiri dalam mencerna pelajaran yang diterimanya dari guru. Dalam mendorong

siswa mengembangkan tingkahlakunya sesuai dengan pembelajaran PAKEM,

guru di SDN 3 Sinombayuga kurang mampu Mendorong Siswa Mengembangkan

Tingkah Lakunya Sesuai Dengan Tujuan Pembelajaran Berbasis PAKEM,

beberapa guru hanya menggunakan metode ceramah dan menghabiskan materi

dan tidak memberikan motivasi kepada siswa agar mengembangkan

tingkahlakunya dan berperan aktif dalam pembelajaran.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Menurut Sa’ud (2010:69) bahwa tujuan keterampilan mengelola kelas

adalah (1) mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan

pembelajaran, (2) Memabantu siswa menghentikan tingkah lakunya sesuai dengan

tujuan pembelajaran, (3) mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam

suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran,

(4) membina hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan

siswa dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.

c. Mengendalikan Siswa dan Sarana Pembelajaran Dalam Suasana

Yang Menyenangkan Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran dengan menggunakan sarana belajar merupakan

pembelajaran yang mengidentikkan sarana sebagai salah satu sumber belajar.

Terkait dengan hal tersebut, sarana digunakan sebagai sumber inspirasi dana

motivator dalam meningkatkan pemahaman pserta didik. dalam hal ini, sarana

merupakan factor pendorong yang menjadi penentu dalam meningkatkan

pemahaman peserta didik dalam setiap pembelajaran. Guru-guru di SDN 3

Sinombayuga masi sulit dalam mengendalikan sarana dan prasarana sebagai

sumber belajar siswa, para guru hannya menggunakan gambar-gambar yang

ditempel di dalam kelas yang ada hubunganya dengan mata pelajaran dan sesekali

menggunakan alam sekitar sekolah sebagai media pembelajaran yang

menyenangkan. Moch. Uzer Usman (1995) mengemukakan bahwa suatu kondisi

belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana

pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk

mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang

55

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang

efektif pula.

2. Kemampuan Guru Mengorganisasikan Kelas

a. Penataan Lingkungan Fisik Kelas Berbasis PAKEM

Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan munculnya

perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan unsur penting

dalam pengelolaan kelas. Penataan kelas mempengaruhi keterlibatan dan

partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus sejal dengan tujuan

pembelajaran. Wahana lingkungan fisik akan mempengaruhi peserta didik baik

secara langsung maupun melalui perilaku guru, atau melalui tugas-tugas

terstruktur yang diberikan guru kepada peserta didik. Dalam penataan lingkungan

kelas, guru-guru di SDN 3 Sinombayuga menata kelas dengan memperhatikan

kenyamanan siswa dalam belajar, mudah dijangkau oleh siswa, mudah dipindah-

pindahkan, kelas dibuat menarik agar siswa betah di dalam kelas, pengaturan

tempat duduk diatur tidak terlalu berdekatan, dan meletakkan perlengkapan sesuai

dengan kebutuhan materi belajar di tingkatan kelas siswa.

Menurut Loisell (dalam winataputra, 1998; 17-19) ketika menata

lingkungan fisik kelas ada beberapa hal-hal yang harus diperhatikan guru sebagai

berikut: 1) Visibility (Keleluasaan pandangan) Hal pertama yang harus

diperhatikan guru dalam menata lingkungan kelas adalah visibility artinya

penempatan dan penataan barang-barang dikelas tidak mengganggu pandangan

siswa, sehingga siswa lebih leluasa memperhatikan guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung. 2) Accessibility (Mudah dicapai/ mudah dijangkau)

56

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Barang-barang yang dibutuhkan siswa dalam proses pembelajaran hendaknya

diletakkan lebih dekat dengan siswa sehingga mudah dijangkau oleh siswa.

3) Fleksibilitas (Keluesan) Barang-barang yang ada didalam kelas hendaknya

mudah untuk ditata dan dipindah-pindah sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

4) Kenyamanan,dan selain menata ruang kelas sesuai dengan tujuan dan strategi

pembelajaran, guru juga dituntut untuk menata dan memberikan kenyamanan baik

bagi siswa maupun guru itu sendiri. Prinsip kenyamanan ini berkenaan dengan

temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas. 5) Keindahan. Dalam

menata ruang kelas, prinsip keindahan ini perlu diperhatikan. Prinsip ini

berkenaan dengan usaha guru menciptakan ruangan kelas yang menyenangkan

dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

b. Pengelompokan Peserta Didik Berbasis PAKEM

Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas

pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga

mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik

melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara

perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran

pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda. Perbedaan antar peserta

didik dan intra peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda

terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual demikian

dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan

dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal

dapat dikurangi. Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari

57

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

pengajaran sistem klasikal dan sistem individual. Alasan pengelompokan peserta

didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus

bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu

dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak

mengganggu peserta didik yang lambat dan sebaliknya (peserta didik yang lambat

tidak mengganggu yang cepat), maka perlu dilakukan pengelompokan peserta

didik. Dalam mengelompokan siswa, guru di SDN 3 Sinombayuga

mengelompokan siswa sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa, yang pintar

disendirikan, yang kurang pintar disendirikan agar mudah menilai dan mengontrol

siswa yang kurang, kemudian dikelompokan secara acak yakni yang pintar

dicampur dengan yang kurang pintar agar yang pintar dapat membimbing yang

kurang pintar, kemudian siswa dikelompokkan dengan cara menyebar siswa yang

nakal di semua kelompok agar tidak terjadi keributan di ruang kelas.

Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik

berdasarkan karakteristik-karakteristiknya” ( Ali Imron, 1995: 75). Karakteristik

demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama.

Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama.

Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah

pengklasifikasian (clasification). Tim Dosen AP (1989: 99) menyimpulkan

“Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan

proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai

tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan” . Sebagaimana disebutkan di

atas, bahwa pengelompokan bukan dimaksudkan untuk mengkotak-kotakkan

58

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

peserta didik, melainkan justru bermaksud membantu mereka agar dapat

berkembang seoptimal mungkin. Jika maksud pengelompokan demikian malah

tidak tercapai, maka peserta didik justru tidak perlu dikelompokan atau digolong-

golongkan. Dengan adanya pengelompokan peserta didik juga akan mudah

dikenali. Sebab, tidak jarang, peserta didik di dalam kelas, berada dalam keadaan

heterogen dan bukannya homogen. Tentu, heterogenitas demikian, seberapa dapat

diketahui tingkatannya sangat bergantung kemampuan diskriminan alat ukur yang

digunakan untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat kemampun membedakan

alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkat heterogenitas peserta

didik yang ada di sekolah.

3. Kemampuan Guru Memberdayakan Peserta Didik

a. Kemampuan Guru Mengidentifikasi Potensi Akademik Siswa Melalui

PAKEM

Identifikasi adalah sebuah proses mengenali anak yang memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa, sehingga diperlukan layanan berdiferensiasi agar

anak yang telah diidentifikasi dapat berkembang secara penuh sesuai potensi yang

dimilikinya. Identifikasi anak berbakat bertujuan untuk menemukan anak-anak

yang berbakat dan membantu mereka mengoptimalkan potensi unggulnya

sehingga dapat menjadi prestasi unggul. Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah

hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-anak berbakat di sekolah tidak

menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak di antara mereka berasal

dari golongan ekonomi rendah, mengalami masalah emosional yang

menyamarkan kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan

59

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

kemampuan bicara. Dalam mengidentifikasi kompetensi akademik siswa, para

guru di SDN 3 Sinombayuga mengidentifikasi dengan cara memberikan tugas

kepada siswa kemudian menilai hasil kerja siswa. Hasil kerja siswa itulah yang

menjadi alat penilaian kompetensi akademik siswa. Cara lainnya adalah dengan

menilai siswa dalam proses diskusi, siswa yang sering bertanaya pada pelajaran

tertentu merupakan siswa yang memiliki kompetensi akademik pada

matapelajaran tersebut.menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2004 :

20) bahwa bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik,

mekanik, berpikir abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat

seseorang secara vokasional dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan

minat kegiatan fisik. Minat profesional mencakup minat-minat keilmuan dan

sosial. Minat komersial adalah minat yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan bisnis. Minat fisik mencakup minat mekanik, minat kegiatan

luar, dan minat navigasi (kedirgantaraan/ penerbangan).

Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam

satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan

minat peserta didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat

menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan

bakat dan minat masing-masing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran

tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata

pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang

satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran yang lain.

60

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

b. Kemampuan Guru Mengenal dan Mengembangkan Bakat dan

Keterampilan Siswa Melalui PAKEM

Bakat tidak sama dengan kecerdasan. Bakat lebih mengacu pada motorik

maupun keterampilan yang ditampilkan anak. Dengan kata lain, bakat bisa terlihat

oleh orang lain. Cara yang dilakukan adalah terus-menerus mengasah bakat

melalui latihan. Bakat tidak akan berkembang bila tak ada penguat, sehingga

kemudian hilang. Selain bakat, mereka juga mempunyai minat terhadap bidang

yang digeluti. Adanya minat juga akan menguatkan bakat tersebut. Sayangnya tak

semua bisa berjalan beriringan antara bakat dan minat. Ada anak berbakat yang

ternyata tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya. Bila ini terjadidiperlukan

dukungan lebih banyak dari guru di sekolah dan orangtua, agar bakat anak bisa

terasah secara optimal. Kalau tidak mendapat dukungan dari guru dan orangtua

atau dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang.

Bisa saja anak tersebut agak lambat untuk mengembangkan kemampuannya,

terutama ketika menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang tertentu.

Dalam mengenal bakat siswa SDN 3 Sinombayuga, para guru mengidentifikasi

dari pelajaran PENJASKES dan mata pelajaran kesenian. Untuk mengembangkan

bakat siswa para guru menindaklanjuti bakat tersebut dengan memberikan

pelatihan khusus untuk diikut sertakan pada berbagai kegiatan di tingkat

kecamatan dan dapat membawa nama sekolah. Munandar dalam (Direktorat

Pendidikan Menengah Umum (2004 : 23) mengungkapkan ciri-ciri (indikator)

peserta didik berbakat sebagai berikut :

1. Indikator Intelektual/belajar

61

62

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

Mudah menangkap pelajaran, mudah mengingat kembali, memiliki

perbendaharaan kata yang luas, penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami

hubungan sebab akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan),

menguasai banyak bahan tentang macam-macam topic, senang dan sering

membaca, mampu mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara

lisan/tertulis dengan lancar dan jelas, mampu mengamati secara cermat, senang

mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi, cepat memecahkan soal, cepat

menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu

uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi cukup tinggi,

selalu sibuk menangani berbagai hal

2. Indikator kreativitas

Memiliki rasa ingin tahu yang besar, sering mengajukan pertanyaan yang

berbobot, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, mampu

menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu,

mempunyai/menghargai rasa keindahan, mempunyai pendapat sendiri dan dapat

mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain, memiliki rasa humor

tinggi, mempunyai daya imajinasi yang kuat, mampu mengajukan pemikiran,

gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil), dapat bekerja

sendiri, senang mencoba hal-hal baru, mampu mengembangkan atau merinci suatu

gagasan (kemampuan elaborasi)

c. Kemampuan Guru Melibatkan Siswa Dalam Pembelajaran

Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses perkembangan

berpikir, emosi, dan sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak

63

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil keputusan. Namun

pembelajaran saat ini pun masih ada yang menggunakan metode belajar dimana

siswa menjadi pasif seperti pemberian tugas, dan guru mengajar secara monolog,

sehingga cenderung membosankan dan menghambat perkembangan aktivitas

siswa. Dalam melibatkan siswa guru-guru di SDN 3 Sinombayuga memberi

variasi pada penyampaian materi untuk menghindari kebosanan pada siswa dan

memancing siswa untuk ikut terlibat dalam pembelajaran, cara berikutnya adalah

dengan cara mengajaknya berbicara dan memintanya untuk mengerjakan tugas di

papan tulis. Adanya para siswa menjadi tidak menyukai pelajaran salah satu

penyebabnya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh sebagian guru

masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Yaitu menggunakan

metode ceramah, menulis, dan mencatat yang monoton, searah, dan kurang

melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajran. Komitmen terhadap pembelajarn

yang melibatkan siswa secara aktif sifatnya hanya jangka pendek. Akibat bagi

siswa tidak banyak yang diingat dan sangat sedikit yang diterapkan.

4. Kemampuan Guru Memonitoring Dan Evaluasi Kelas

a. Validitas Penilaian di Kelas

Terdapat dua aspek penting terkait dengan validitas, yaitu: Apa yang

diukur dan bagaimana mengukurnya dengan tepat. Secara tradisional, validitas

menekankan pada karakteristik tes, yang pada umumnya mementingkan kualitas

tes. Namun, pemikiran terbaru tentang pengukuran menekankan bahwa validitas

harus dikaitkan dengan kegunaannya dalam membuat skor dari sebuah tes. Alat

ukur yang di gunakan oleh guru-guru di SDN 3 Sinombayuga sudah sesuai

63

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

dengan kompetensi yang akan dicapai, adapun alat ukur yang sering digunakan

adalah soal objektif, tes tertulis, dan dalam bentuk isian.

Anderson (2003:65) mengemukakan A test is valid if it measures what it

purpose to measure. Atau jika diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes

dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam

bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”

b. Reliabilitas Penilaian di Kelas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan

dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah,

perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Tes yang diberikan di SDN 3

Sinombayuga sudah realiable dan menjamin konsistensi, Karena jika dilakukan

tes ulang hasilnya selalu sama dan tidak mengalami perubahan. Menurut Sumiati

(2009 : 2009) Pelaksanaan evaluasi menempu tiga tahapan yaitu : 1) Tahapan

Persiapan meliputi, tujuan pembelajaran, menentukan ruang lingkup dan uruatan

materi pembelajaran berpedoman pada kisi-kisi yang dibuat, menuliskan butir-

butir soal, uji coba soal terlebih dahulu. 2) Tahap pelaksanaan, melaksanakan

evaluasi harus disesuaikan dengan maksud tertentu. Evaluasi formatif

dilaksanakan setiap kali selesai dilakukan pembelajaran terhadap satu unit

pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program, apakah

semester atau kelas terakhir. Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan

kebutuhan. 3) Tahap pemeriksaan. Penentuan dan pengolahan angka skor. Dalam

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2341/10/2013-1-86204-131409133-bab4-31072013071854.pdfDari pemaparan guru kelas lima di atas peneliti merasa perlu memperoleh

memeriksa pekerjaan hasil evaluasi seharusnya digunakan kunci jawaban, baik

dalam bentuk essay maupun tes objektif.

65