33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas V SDN Kutowinangun 12 lebih bergantung pada bahan ajar cetak dan metode ceramah. Sehingga siswa cenderung pasif dan hanya menyalin apa yang sudah ditulis guru di papan tulis. Siswa kelas V di SD tersebut mengatakan bahwa mereka jarang melakukan percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa. Berikut ini adalah data hasil belajar IPA pada pra Siklus yang diambil dari data hasil ulangan akhir semester I : Tabel 4.1 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal (Pra Siklus) No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase 1 Tuntas 20 58% 2 Tidak Tuntas 14 42% Jumlah 34 100% Nilai rata-rata 67.1 Untuk lebih jelasnya, perbandingan persentase jumlah siswa kelas V yang tuntas dan tidak tuntas dalam pembelajaran IPA pada Pra Siklus dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
21
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal
Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui
bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas V SDN Kutowinangun 12
lebih bergantung pada bahan ajar cetak dan metode ceramah. Sehingga siswa
cenderung pasif dan hanya menyalin apa yang sudah ditulis guru di papan tulis.
Siswa kelas V di SD tersebut mengatakan bahwa mereka jarang melakukan
percobaan-percobaan IPA.
Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa.
Berikut ini adalah data hasil belajar IPA pada pra Siklus yang diambil dari data
hasil ulangan akhir semester I :
Tabel 4.1
Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal (Pra Siklus)
No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase
1 Tuntas 20 58%
2 Tidak Tuntas 14 42%
Jumlah 34 100%
Nilai rata-rata 67.1
Untuk lebih jelasnya, perbandingan persentase jumlah siswa kelas V yang
tuntas dan tidak tuntas dalam pembelajaran IPA pada Pra Siklus dapat dilihat pada
diagram di bawah ini :
34
Gambar 4.1
Diagram Persentase Tingkat Ketuntasan Siswa pada Pra Siklus
Dari tabel dan diagram di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah dari
jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas dalam pembelajaran IPA. Dari 34 siswa
hanya 20 siswa atau 58% dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas dari KKM
(65). Sisanya sebanyak14 siswa atau 42% dari jumlah keseluruhan siswa tidak
tuntas KKM (65). Untuk itu peneliti melakukan tindakan upaya peningkatan hasil
belajar IPA dan memperbaiki sikap siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum Tipe VAK.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kutowinangun 12 Salatiga. Subyek
dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kutowinangun 12 yang terdiri dari
34 siswa dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan dari bulan
Januari akhir sampai pertengahan bulan Maret 2014. Ada dua Siklus dalam
penelitian ini yang tiap Siklusnya terdiri dari tiga kali pertemuan dengan rincian
dua kali pertemuan untuk pembahasan materi dan satu kali pertemuan untuk tes
evaluasi. Dalam tiap Siklusnya, ada empat tahap penelitian yakni perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
4.2.1 Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan Siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2014, pertemuan
58%
42%
Hasil Belajar Pra Siklus
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
35
kedua pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2014, dan pertemuan ketiga pada hari
Selasa tanggal 4 Maret 2014. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2
jam pelajaran ( 2x35 menit) dengan kompetensi dasar menjelaskan pesawat
sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah.
a. Perencanaan
Hasil refleksi dari kondisi Pra Siklus merupakan acuan untuk
merencanakan tindakan yang akan dilakukan di Siklus I. Dalam tahap
perencanaan ini peneliti:
a) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Memahami hubungan
antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya..”
b) Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan SK dan KD yaitu
tentang “Pesawat Sederhana.”
c) Membuat Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan model
pembelajaran Quantum Tipe VAK (Visual Auditori Kinestetik).
d) Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan.
e) Menyusun kisi-kisi soal untuk Siklus I.
f) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
g) Membuat soal untuk evaluasi akhir Siklus I.
h) Membuat pedoman observasi sistematik bagi keterampilan peneliti
dan siswa selama pelaksanaan Siklus.
b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2014
dan fokus pada pengertian pesawat sederhana dan tuas atau pengungkit.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a) Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa
sudah berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing.
Kemudian guru memimpin doa sebelum memulai pelajaran.
36
Sebelum memasuki materi pesawat sederhana, guru mengingatkan
tentang materi yang mereka pelajari sebelumnya tentang magnet.
Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, guru bertanya
“Bagaimanakah cara memindahkan buku di meja ini? Bagaimana
jika kita ingin memindahkan barang yang jauh lebih berat ? apa
alat yang kita gunakan ?”. Kegiatan awal diakhiri dengan
penyampaian tujuan dan indikator pembelajaran pada hari itu.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti diawali dengan siswa menyebutkan alat-alat
di sekitar mereka yang dapat meringankan pekerjaan. Kemudian
siswa membaca materi tentang pesawat sederhana dan salah satu
jenisnya yaitu tuas / pengungkit. Setelah itu guru memberikan
penjelasan singkat tentang materi tersebut. Kegiatan ini merupakan
representasi dari kegiatan Auditori.
Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan tentang tugas
kelompok yang harus siswa lakukan. Kemudian siswa duduk
berkelompok dan melakukan percobaan tentang pengungkit.
Mereka harus menggolongkan alat-alat menjadi tuas / pengungkit
golongan pertama, kedua, dan ketiga kemudian menuliskan hasil
percobaan pada lembar hasil pengamatan. Kegiatan ini merupakan
representasi dari kegiatan visual dan kinestetik yaitu melihat dan
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan materi secara
langsung.
c) Kegiatan Penutup
Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan
pertama dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan.
Kesulitan apa saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari
pelajaran hari itu, dan apa yang ingin mereka lakukan pada
pembelajaran selanjutnya. Setelah itu siswa membereskan
peralatan-peralatan percobaan dan pergi beristirahat.
37
2) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 27 Februari
2014 dan fokus pada jenis-jenis pesawat sederhana yaitu bidang
miring, katrol, dan roda berporos. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan meliputi:
a) Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa
sudah berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing.
Kemudian guru memimpin doa sebelum memulai pelajaran.
Setelah itu, guru mengingatkan siswa tentang materi yang mereka
pelajari sebelumnya. Kegiatan awal pada pertemuan kedua diakhiri
dengan penyampaian tujuan dan indikator pembelajaran pada hari
itu.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, siswa membaca materi tentang jenis-
jenis pesawat sederhana kemudian berdiskusi dengan teman
sebangku tentang contoh-contoh alat yang ada di sekitar mereka
yang menggunakan prinsip bidang miring, katrol, dan roda
berporos (auditori).
Kemudian, siswa duduk berkelompok dan melakukan
kegiatan pengklasifikasian alat-alat di sekitar mereka berdasarkan
jenisnya yaitu bidang miring, katrol, dan roda berporos. Mereka
harus mengamati alat-alat tersebut, kemudian memotong gambar
alat yang telah disediakan dan menempelkannya pada kolom-
kolom yang sesuai (visual dan kinestetik). Setelah itu, siswa secara
bergantian maju dan menempelkan gambar alat-alat di sekitar
mereka sesuai dengan jenisnya di papan tulis.
c) Penutup
Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan
pertama dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan.
Kesulitan apa saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari
38
pelajaran hari itu, dan apa yang ingin mereka lakukan pada
pembelajaran selanjutnya. Setelah itu siswa membereskan
peralatan-peralatan percobaan. Sebelum siswa beristirahat, guru
menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan
diadakan evaluasi untuk materi pesawat sederhana. Untuk itu siswa
diminta untuk belajar dan mengulang kembali apa yang telah
mereka pelajari di materi tersebut.
3) Pertemuan Ketiga
Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 4 Maret 2014 dan
fokus pada tes evaluasi Siklus I tentang pesawat sederhana. Jumlah soal
yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda yang valid dan reliabel
dari 20 soal yang telah dibuat. Serta 5 soal essay. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan meliputi:
a) Kegiatan Awal
Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa telah
memasuki ruang kelas dan menempati tempat duduk masing-
masing. Kemudian guru membagikan soal evaluasi dan
menyampaikan peraturan selama tes evaluasi berlangsung.
b) Kegiatan Inti
Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi sintaks
model pembelajaran Quantum Tipe VAK tidak nampak dalam
proses belajar mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa
mengerjakan soal ulangan selama 40 menit.
c) Penutup
Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengoreksi hasil tes
siswa yang dilakukan oleh siswa dan guru. Mereka menukarkan
pekerjaan mereka dengan teman sebangkunya dan mengoreksi
bersama-sama. Kemudian siswa mengumpulkan lembar tes dan
pergi beristirahat.
39
Berikut ini adalah hasil belajar IPA kelas V pada Siklus I.
Ketuntasan hasil belajar IPA pada Siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA kelas V pada Siklus I
No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase
1 Tuntas 22 65%
2 Tidak Tuntas 12 35%
Jumlah 34 100%
Nilai rata-rata 74.6
Dari data tabel 4.4 di atas dapat diketahui dari jumlah 34
siswa kelas V, yang tuntas dalam belajar dengan mendapat nilai di
atas KKM (65) sebanyak 22 siswa, sedangkan sisanya sebanyak 12
siswa masih belum tuntas.
Sedangkan perbandingan hasil belajar IPA pada pra Siklus
dan Siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
pada Pra Siklus dan Siklus I
Pra Siklus Siklus I
Tuntas 20 22
Tidak Tuntas 14 12
Persentase Ketuntasan 58% 65%
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa. Meskipun tingkat ketuntasan siswa
belum mencapai 85%, tingkat ketuntasan siswa mengalami sedikit
peningkatan yakni sebesar 7%, dari 58% menjadi 65%.
Untuk data yang lebih lengkap tentang peningkatan hasil
belajar siswa dari tahap pra Siklus ke Siklus I berikut disajikan
diagram peningkatan hasil belajar IPA pada Siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Tipe VAK.
40
Gambar 4.2
Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus
I
c. Pengamatan Hasil Tindakan
Dalam tahap ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran yang
dilakukan siswa dan guru.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Seperti pengelolaan waktu yang kurang efisien. Sehingga tidak ada
waktu bagi siswa untuk melaporkan hasil percobaan di depan kelas.
Selain itu, siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan. Namun
pada saat siswa melakukan percobaan, banyak siswa yang berteriak
memanggil guru untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini dikarenakan
instruksi yang diberikan guru sebelum percobaan dilakukan kurang
jelas.
Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh
observer diperoleh data aktivitas siswa sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
TUNTAS TIDAK TUNTAS PERSENTASEKETUNTASAN
20
14
58%
22
12
65%
PRA SIKLUS
SIKLUS 1
41
Tabel 4.4
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama
Siklus I
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
aktivitas dalam
pembelajaran
Siswa 41 52 78,8% Baik (B) Berhasil
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa
adalah 41 dari skor maksimal 52. Jika dinyatakan dalam bentuk persen
adalah 78,8%. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan,
aktivitas siswa masuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram di bawah ini :
Gambar 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, siswa melakukan percobaan dengan tertib.
Ketika ingin bertanya, mereka mengacungkan tangan dan menunggu
guru untuk datang membantu.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil
Sangat Baik
(SB)
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
85-100% 65-84% 55-64% 0-54%
78.80%
42
Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh
observer diperoleh data keterampilan guru/peneliti dan aktivitas siswa
sebagai berikut:
Tabel 4. 5
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus
I
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
Aktivitas dalam
Pembelajaran
Siswa 47 52 90,4% Sangat Baik
(SB) Berhasil
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa
adalah 47 dari skor maksimal 52, jika dinyatakan dalam bentuk persen
adalah 90,4%. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan,
aktivitas siswa masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas siswa dapat dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I