Top Banner
77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini tercantum dalam BAB I yakni untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol, untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa pada kelas eksperimen dan kontrol, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan investigatif, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat selama pembelajaran dilaksanakan. Berikut ini penjelasan mengenai hal-hal tersebut. A. Hasil Penelitian Terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data hasil pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas eksperimen dan kontrol. Sementara data kualitatif diperoleh dari hasil observasi siswa, angket dan catatan lapangan. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007. Berikut ini pemaparan mengenai hal tersebut. 1. Analisis Data Kuantitatif a. Analisis Data Pretes Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir kreatif matematis di kelas eksperimen dan kontrol, maka dilakukan pretes. Pretes dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015 di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jumlah siswa kelas eksperimen terdiri dari 40 orang dan kelas kontrol 40 orang hadir semua. Adapun prosedur pelaksanaan pretes dilakukan setelah perizinan ke pihak sekolah untuk kelas kontrol dan eksperimen pada tanggal 5 Mei 2015. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang terdiri dari 15 butir soal
63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

Jan 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

77

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian

ini tercantum dalam BAB I yakni untuk mengetahui peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol, untuk

mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara

siswa pada kelas eksperimen dan kontrol, untuk mengetahui respon siswa terhadap

pembelajaran matematika dengan pendekatan investigatif, serta untuk mengetahui

faktor pendukung dan penghambat selama pembelajaran dilaksanakan. Berikut ini

penjelasan mengenai hal-hal tersebut.

A. Hasil Penelitian

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data

kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data hasil pretes dan postes

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas eksperimen dan kontrol.

Sementara data kualitatif diperoleh dari hasil observasi siswa, angket dan catatan

lapangan. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program SPSS

16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007. Berikut ini pemaparan mengenai hal

tersebut.

1. Analisis Data Kuantitatif

a. Analisis Data Pretes

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir kreatif matematis

di kelas eksperimen dan kontrol, maka dilakukan pretes. Pretes dilakukan pada

tanggal 11 Mei 2015 di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jumlah siswa kelas

eksperimen terdiri dari 40 orang dan kelas kontrol 40 orang hadir semua. Adapun

prosedur pelaksanaan pretes dilakukan setelah perizinan ke pihak sekolah untuk kelas

kontrol dan eksperimen pada tanggal 5 Mei 2015. Instrumen yang digunakan berupa

tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang terdiri dari 15 butir soal

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

78

yang telah diujicobakan. Adapun hasil pretes kelas eksperimen dapat dilihat pada

Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen

No. Kode Siswa Nilai Pretes

1. Siswa 1 20,89

2. Siswa 2 13,33

3. Siswa 3 15,56

4. Siswa 4 9,78

5. Siswa 5 8,89

6. Siswa 6 28,44

7. Siswa 7 22,67

8. Siswa 8 19,11

9. Siswa 9 10,67

10. Siswa 10 16,89

11. Siswa 11 18,67

12. Siswa 12 0,00

13. Siswa 13 21,33

14. Siswa 14 23,11

15. Siswa 15 0,00

16. Siswa 16 13,78

17. Siswa 17 10,67

18. Siswa 18 33,78

19. Siswa 19 6,67

20. Siswa 20 24,44

21. Siswa 21 6,67

22. Siswa 22 29,33

23. Siswa 23 19,56

24. Siswa 24 24,44

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

79

No. Kode Siswa Nilai Pretes

25. Siswa 25 33,78

26. Siswa 26 36,44

27. Siswa 27 10,67

28. Siswa 28 0,00

29. Siswa 29 14,67

30. Siswa 30 26,67

31. Siswa 31 25,78

32. Siswa 32 10,67

33. Siswa 33 29,33

34. Siswa 34 5,78

35. Siswa 35 9,78

36. Siswa 36 23,56

37. Siswa 37 22,22

38. Siswa 38 28,89

39. Siswa 39 0,00

40. Siswa 40 8,44

Sedangkan data hasil pretes kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2

sebagai berikut.

Tabel 4.2

Data Hasil Pretes Kelas Kontrol

No. Kode Siswa Nilai Pretes

1. Siswa 1 5,78

2. Siswa 2 25,78

3. Siswa 3 19,56

4. Siswa 4 6,67

5. Siswa 5 11,11

6. Siswa 6 6,67

7. Siswa 7 6,67

8. Siswa 8 6,67

9. Siswa 9 20,00

10. Siswa 10 4,00

11. Siswa 11 35,56

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

80

No. Kode Siswa Nilai Pretes

12. Siswa 12 6,67

13. Siswa 13 10,67

14. Siswa 14 31,56

15. Siswa 15 31,56

16. Siswa 16 0,00

17. Siswa 17 16,44

18. Siswa 18 8,00

19. Siswa 19 7,56

20. Siswa 20 4,89

21. Siswa 21 13,33

22. Siswa 22 9,33

23. Siswa 23 8,89

24. Siswa 24 6,67

25. Siswa 25 6,67

26. Siswa 26 6,67

27. Siswa 27 16,00

28. Siswa 28 6,67

29. Siswa 29 6,67

30 Siswa 30 16,00

31. Siswa 31 0,00

32. Siswa 32 6,67

33. Siswa 33 16,00

34. Siswa 34 0,00

35. Siswa 35 6,67

36. Siswa 36 16,00

37. Siswa 37 0,00

38. Siswa 38 6,67

39 Siswa 39 0,00

40. Siswa 40 0,00

Data hasil pretes kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya diolah dengan

menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Window, untuk mengetahui nilai rata-

rata (mean) dari tiap kelas, nilai tertinggi, nilai terendah dan standar deviasi. Berikut

disajikan hasil tersebut pada Tabel 4.3.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

81

Tabel 4.3

Analisis Statistik Deskriptif Data Pretes

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Nilai pretes

eksperimen Mean 17.1333 1.58442

Std. Deviation 1.00208E1

Minimum .00

Maximum 36.44

Kontrol Mean 10.3669 1.39866

Std. Deviation 8.84593

Minimum .00

Maximum 35.56

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen

17,1333 dan rata-rata kelas kontrol 10,3669. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

berpikir kreatif matematis kelas eksperimen dan kontrol masih rendah. Sementara

untuk ketersebaran datanya, kelas eksperimen lebih tersebar dibandingkan kelas

kontrol. Hal ini terlihat dari simpangan baku kelas eksperimen yaitu 10,02081 dan

kelas kontrol 8,84593. Selain itu, skor maksimum dan minimun yang diperoleh kelas

eksperimen yaitu 36,44 dan 0. Sementara untuk kelas kontrol skor maksimum yaitu

35 dan skor minimumnya 0. Untuk lebih jelasnya, rata-rata pretes kelas eksperimen

dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

82

Gambar 4.1

Diagram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa nilai rata-rata pretes pada kelas eksperimen

dan kontrol berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa di kedua

kelas berbeda. Kelas eksperimen memiliki rata-rata pretes yang tinggi dibanding

kelas kontrol. Namun, hal tersebut belum cukup untuk menggambarkan signifikansi

perbandingan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara kelas eksperimen

dan kontrol. Oleh karena itu, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Namun sebelum

itu, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.

1) Analisis Uji Normalitas Data Pretes

Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing

sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun perumusan hipotesisnya

yaitu sebagai berikut.

H0: Data pretes berdistribusi normal

H1: Data pretes berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

83

untuk menghitung hasil uji normalitas ini dibantu dengan menggunakan software

SPSS 16.0 for Windows, dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4

Analisis Hasil Uji Normalitas Data Pretes

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok

Tests of Normality

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Nilai pretes Eksperimen .116 40 .194

Kontrol .212 40 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki P-

value (Sig.) 0,194. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.) kelas eksperimen lebih

dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data pretes kelas eksperimen

berdistribusi normal.

Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,000 pada

Tabel 4.4. Dengan demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga

H0 ditolak, artinya data pretes kelas kontrol berdistribusi tidak normal.

Salahsatu faktor yang menjadi alasan data pretes normal dan tidak normal

yaitu ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persebaran data kelas

eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.2 dan 4.3.

Gambar 4.2

Data Pretes Kelas Eksperimen yang Normal

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

84

Gambar 4.2 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan panjangnya

hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran

datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga data menjadi normal.

Gambar 4.3

Data Pretes Kelas Kontrol yang Tidak Normal

Grafik kurva pada Gambar 4.3 lebih condong ke kiri lebih panjang ke kanan.

Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan persebarannya lebih banyak di

sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal.

Berdasarkan uji normalitas tersebut, terdapat data yang tidak normal. Oleh

karena itu, tidak dilakukan uji homogenitas akan tetapi langsung diuji perbedaan dua

rata-ratanya dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Withney (Uji-U).

2) Analisis Uji Beda Rata-rata Data Pretes

Uji beda rata-rata dilakukan setelah melakukan uji normalitas dan uji

homogenitas. Namun pada penelitian ini hasil yang didapat pada pretes berdistribusi

tidak normal, sehingga langsung dilakukan uji beda rata-rata yaitu uji non parametrik.

Uji non parametrik yang digunakan yaitu Uji-U (Mann-Whitney). Uji ini dilakukan

untuk menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok yang salahsatunya tidak normal.

Perumusan hipotesis dalam pengujian ini yaitu sebagai berikut.

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

H1 = terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

85

Adapun kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih

atau sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

hasil uji normalitas dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows, dapat

dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4.5

Analisis Hasil Uji Mann-Whitney Nilai Pretes

Test Statisticsa

Nilai Pretes

Mann-Whitney U 462.500

Wilcoxon W 1282.500

Z -3.262

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Grouping Variable: Kelas

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui nilai signifikansinya (Sig.2-tailed)

yaitu 0,001. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 0,001 lebih kecil dari (taraf

signifikansi) α yaitu 0,05 sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan rata-

rata nilai pretes siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Dengan demikian,

kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kontrol terdapat perbedaan.

b. Analisis Data Postes

Data postes ini digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa setelah dilakukan perlakuan yang berbeda. Pada kelas

eksperimen diberikan perlakuan pendekatan investigatif sehingga postes bertujuan

untuk melihat kemampuan akhir siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan

pendekatan investigatif. Pada kelas kontrol diberikan perlakuan berupa pendekatan

konvensional sehingga postes bertujuan untuk melihat kemampuan akhir siswa

setelah diberikan pendekatan konvensional. Soal yang digunakan untuk postes

merupakan soal yang sama dengan soal yang digunakan saat pretes. Postes kelas

eksperimen dan kontrol dilaksanakan secara terpisah. Kelas eksperimen dilaksanakan

pada tanggal 25 Mei 2015 dengan jumlah 40 siswa. Adapun hasil postes kelas

eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

86

Tabel 4.6

Data Hasil Postes Kelas Eksperimen

No. Kode Siswa Nilai Postes

1. Siswa 1 68,00

2. Siswa 2 40,00

3. Siswa 3 42,67

4. Siswa 4 38,22

5. Siswa 5 41,78

6. Siswa 6 81,33

7. Siswa 7 63,56

8. Siswa 8 75,56

9. Siswa 9 54,67

10. Siswa 10 56,00

11. Siswa 11 75,56

12. Siswa 12 26,67

13. Siswa 13 90,67

14. Siswa 14 75,56

15. Siswa 15 17,78

16. Siswa 16 69,33

17. Siswa 17 30,22

18. Siswa 18 96,89

19. Siswa 19 35,11

20. Siswa 20 75,56

21. Siswa 21 23,11

22. Siswa 22 80,44

23. Siswa 23 74,67

24. Siswa 24 69,33

25. Siswa 25 95,11

26. Siswa 26 98,22

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

87

No. Kode Siswa Nilai Postes

27. Siswa 27 51,56

28. Siswa 28 19,56

29. Siswa 29 50,22

30. Siswa 30 89,33

31. Siswa 31 69,78

32. Siswa 32 57,78

33. Siswa 33 81,33

34. Siswa 34 23,11

35. Siswa 35 30,22

36. Siswa 36 70,67

37. Siswa 37 56,89

38. Siswa 38 86,67

39. Siswa 39 39,56

40. Siswa 40 48,00

Sedangkan postes kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2015.

Adapun data hasil postes kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Data Hasil Postes Kelas Kontrol

No. Kode Siswa Nilai Postes

1. Siswa 1 60,00

2. Siswa 2 45,33

3. Siswa 3 44,44

4. Siswa 4 46,22

5. Siswa 5 48,44

6. Siswa 6 28,00

7. Siswa 7 51,56

8. Siswa 8 80,89

9. Siswa 9 49,78

10. Siswa 10 28,00

11. Siswa 11 93,78

12. Siswa 12 70,22

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

88

No. Kode Siswa Nilai Postes

13. Siswa 13 51,56

14. Siswa 14 89,78

15. Siswa 15 79,11

16. Siswa 16 88,00

17. Siswa 17 49,78

18. Siswa 18 30,22

19. Siswa 19 64,00

20. Siswa 20 46,22

21. Siswa 21 60,00

22. Siswa 22 40,89

23. Siswa 23 45,33

24. Siswa 24 43,56

25. Siswa 25 42,22

26. Siswa 26 48,44

27. Siswa 27 60,00

28. Siswa 28 19,56

29. Siswa 29 34,67

30. Siswa 30 57,78

31. Siswa 31 23,11

32. Siswa 32 33,33

33. Siswa 33 32,89

34. Siswa 34 25,78

35. Siswa 35 34,67

36. Siswa 36 51,56

37. Siswa 37 34,67

38. Siswa 38 23,11

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

89

No. Kode Siswa Nilai Postes

39. Siswa 39 34,67

40. Siswa 40 17,78

Data hasil postes kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya diolah dengan

menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Window, untuk mengetahui nilai rata-

rata (mean) dari tiap kelas, nilai tertinggi, nilai terendah dan standar deviasi. Berikut

disajikan hasil tersebut pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Analisis Statistik Deskriptif Data Postes

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Descriptives

Kelas Statistic

Std. Error

Nilai Postes Eksperimen Mean 58.7250 3.72345

Std. Deviation 2.35492E1

Minimum 17.00

Maximum 98.00

Kontrol Mean 47.3000 3.06870

Std. Deviation 1.94082E1

Minimum 17.00

Maximum 93.00

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen

58,7250 dan rata-rata kelas kontrol 47,3000. Sementara untuk ketersebaran datanya,

kelas eksperimen lebih tersebar dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari

simpangan baku kelas eksperimen yaitu 23,54921 dan kelas kontrol 19,40821. Selain

itu, skor maksimum dan minimun yang diperoleh kelas eksperimen yaitu 98,00 dan

17,00. Sementara untuk kelas kontrol skor maksimum yaitu 93,00 dan skor

minimumnya 17,00. Untuk lebih jelasnya, rata-rata postes kelas eksperimen dan

kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

90

Gambar 4.4

Diagram Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa nilai rata-rata postes pada kelas eksperimen

dan kontrol berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akhir siswa setelah

diberikan perlakuan di kedua kelas tersebut berbeda. Namun, hal tersebut belum

cukup untuk menggambarkan signifikansi perbandingan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Oleh karena itu, dilakukan uji

perbedaan dua rata-rata pada hasil postes seperti halnya pretes. Namun sebelum itu,

dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.

Selanjutnya, dilakukan analisis dengan menggunakan bantuan program

software SPSS v.16 for Windows. Adapun penjelasan mengenai analisis data pada

masing-masing kelompok adalah sebagai berikut ini.

1) Analisis Uji Normalitas Data Postes

Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing

sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun perumusan hipotesisnya

yaitu sebagai berikut.

H0: Data postes berdistribusi normal

H1: Data postes berdistribusi tidak normal

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

91

Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

hasil uji normalitas dibantu dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows,

dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut.

Tabel 4.9

Analisis Hasil Uji Normalitas Data Postes

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok

Tests of Normality

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Nilai Postes Eksperimen .128 40 .096

Kontrol .149 40 .025

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki P-

value (Sig.) 0,096. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.) kelas eksperimen lebih

dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data postes kelas eksperimen

berdistribusi normal.

Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,025 pada

Tabel 4.4. Dengan demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga

H0 ditolak, artinya data postes kelas kontrol berdistribusi tidak normal.

Salahsatu faktor yang menjadi data postes normal dan tidak normal yaitu

ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persebaran data kelas

eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.5 dan 4.6.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

92

Gambar 4.5

Data Postes Kelas Eksperimen yang Normal

Gambar 4.5 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan panjangnya

hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran

datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga data menjadi normal.

Gambar 4.6

Data Postes Kelas Kontrol yang Tidak Normal

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

93

Grafik kurva pada Gambar 4.6 lebih condong ke kiri lebih panjang ke kanan.

Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan persebarannya lebih banyak di

sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal.

Berdasarkan uji normalitas tersebut, terdapat data yang tidak normal. Oleh

karena itu, tidak dilakukan uji homogenitas akan tetapi langsung diuji perbedaan dua

rata-ratanya dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Withney (Uji-U).

2) Analisis Uji Beda Rata-rata Data Postes

Uji beda rata-rata dilakukan setelah melakukan uji normalitas dan uji

homogenitas. Namun pada penelitian ini hasil yang didapat pada pretes berdistribusi

tidak normal, sehingga langsung dilakukan uji beda rata-rata yaitu uji non parametrik.

Uji non parametrik yang digunakan yaitu Uji-U (Mann-Whitney). Uji ini dilakukan

untuk menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok yang salahsatunya tidak normal.

Perumusan hipotesis dalam pengujian ini yaitu sebagai berikut.

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

H1 = terdapat perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

Adapun kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih

atau sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

hasil uji normalitas dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows, dapat

dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut.

Tabel 4.10

Analisis Hasil Uji Mann-Whitney Nilai Postes

Test Statisticsa

Nilai Postes

Mann-Whitney U 571.000

Wilcoxon W 1391.000

Z -2.204

Asymp. Sig. (2-tailed) .027

a. Grouping Variable: Kelas

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui nilai signifikansinya (Sig.2-tailed)

yaitu 0,027. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 0,027 lebih kecil dari (taraf

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

94

signifikansi) α yaitu 0,05 sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan rata-

rata nilai postes siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Dengan demikian,

kemampuan akhir siswa pada kelas eksperimen dan kontrol terdapat perbedaan.

3) Analisis Uji N Gain Data Pretes dan Postes

Uji gain normal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas peningkatan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Uji gain dilakukan jika kemampuan

awal siswa berbeda. Untuk mengetahui data gain normal pada setiap siswa dari

masing-masing kelompok (eksperimen dan kontrol) dilakukan perhitungan gain

normal. Adapun cara menghitung gain yang ternormalisasi yaitu sebagai berikut

(Maulana, 2006, hlm. 57).

=

Perhitungan gain normal ini dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel for

Windows 2007. Adapun hasil uji gain normal pada kelompok eksperimen dapat

dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Analisis Hasil Uji N Gain Data Pretes dan Postes

Kelas Eksperimen

No. Kode

Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi

1 Siswa 1 20,89 68,00 0,596 Sedang

2 Siswa 2 13,33 40,00 0,308 Sedang

3 Siswa 3 15,56 42,67 0,321 Sedang

4 Siswa 4 9,78 38,22 0,315 Sedang

5 Siswa 5 8,89 41,78 0,361 Sedang

6 Siswa 6 28,44 81,33 0,739 Tinggi

7 Siswa 7 22,67 63,56 0,529 Sedang

8 Siswa 8 19,11 75,56 0,698 Sedang

9 Siswa 9 10,67 54,67 0,493 Sedang

10 Siswa 10 16,89 56,00 0,471 Sedang

11 Siswa 11 18,67 75,56 0,699 Sedang

12 Siswa 12 0,00 26,67 0,267 Rendah

13 Siswa 13 21,33 90,67 0,881 Tinggi

14 Siswa 14 23,11 75,56 0,682 Sedang

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

95

No. Kode

Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi

15 Siswa 15 0,00 17,78 0,178 Rendah

16 Siswa 16 13,78 69,33 0,644 Sedang

17 Siswa 17 10,67 26,22 0,174 Rendah

18 Siswa 18 33,78 96,89 0,953 Tinggi

19 Siswa 19 6,67 35,11 0,305 Sedang

20 Siswa 20 24,44 75,56 0,676 Sedang

21 Siswa 21 6,67 23,11 0,176 Rendah

22 Siswa 22 29,33 80,44 0,723 Tinggi

23 Siswa 23 19,56 74,67 0,685 Sedang

24 Siswa 24 24,44 69,33 0,594 Sedang

25 Siswa 25 33,78 95,11 0,926 Tinggi

26 Siswa 26 36,44 98,22 0,972 Tinggi

27 Siswa 27 10,67 51,56 0,458 Sedang

28 Siswa 28 0,00 19,56 0,196 Rendah

29 Siswa 29 14,67 50,22 0,417 Sedang

30 Siswa 30 26,67 89,33 0,855 Tinggi

31 Siswa 31 25,78 69,78 0,593 Sedang

32 Siswa 32 10,67 57,78 0,527 Sedang

33 Siswa 33 29,33 81,33 0,736 Tinggi

34 Siswa 34 5,78 23,11 0,184 Rendah

35 Siswa 35 9,78 30,22 0,227 Rendah

36 Siswa 36 23,56 70,67 0,616 Sedang

37 Siswa 37 22,22 56,89 0,446 Sedang

38 Siswa 38 28,89 86,67 0,813 Tinggi

39 Siswa 39 0,00 39,56 0,396 Rendah

40 Siswa 40 8,44 48,00 0,432 Sedang

Jumlah 685,33 2366,67 21,26

Rata-rata 17,13 59,17 0,53 Sedang

Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa, hanya 9 siswa yang

mengalami peningkatan yang tergolong tinggi, 8 siswa yang tergolong rendah, dan

sisanya mengalami peningkatan sedang sebanyak 33 siswa. Secara keseluruhan

peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas eksperimen

tergolong ke dalam kategori sedang.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

96

Adapun hasil uji gain normal pada kelompok kontrol dapat dilihat pada

Tabel 4.12.

Tabel 4.12

Analisis Hasil Uji N Gain Data Pretes dan Postes

Kelas Kontrol

No. Kode

Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi

1 Siswa 1 5,78 60,00 0,575 Sedang

2 Siswa 2 0 45,333 0,453 Sedang

3 Siswa 3 8,00 44,44 0,396 Sedang

4 Siswa 4 6,67 46,22 0,424 Sedang

5 Siswa 5 11,11 48,44 0,42 Sedang

6 Siswa 6 6,67 28,00 0,229 Rendah

7 Siswa 7 6,67 51,56 0,481 Sedang

8 Siswa 8 6,67 80,89 0,795 Tinggi

9 Siswa 9 20,00 49,78 0,372 Sedang

10 Siswa 10 4,00 28,00 0,25 Rendah

11 Siswa 11 35,56 93,78 0,903 Tinggi

12 Siswa 12 6,67 70,22 0,681 Sedang

13 Siswa 13 10,67 51,56 0,458 Sedang

14 Siswa 14 31,56 89,78 0,851 Tinggi

15 Siswa 15 25,78 79,11 0,719 Tinggi

16 Siswa 16 31,56 88,00 0,825 Tinggi

17 Siswa 17 16,44 49,78 0,399 Sedang

18 Siswa 18 19,56 30,22 0,133 Rendah

19 Siswa 19 7,56 64,00 0,611 Sedang

20 Siswa 20 4,89 46,22 0,435 Sedang

21 Siswa 21 13,33 60,00 0,538 Sedang

22 Siswa 22 9,33 40,89 0,348 Sedang

23 Siswa 23 8,89 45,33 0,4 Sedang

24 Siswa 24 6,67 43,56 0,395 Sedang

25 Siswa 25 6,67 42,22 0,381 Sedang

26 Siswa 26 6,67 48,44 0,448 Sedang

27 Siswa 27 16,00 60,00 0,524 Sedang

28 Siswa 28 6,67 19,56 0,138 Rendah

29 Siswa 29 6,67 34,67 0,3 Rendah

30 Siswa 30 16,00 57,78 0,497 Sedang

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

97

No. Kode

Siswa Pretes Postes Gain Klasifikasi

31 Siswa 31 0,00 23,11 0,231 Rendah

32 Siswa 32 6,67 33,33 0,286 Rendah

33 Siswa 33 6,67 32,89 0,281 Rendah

34 Siswa 34 0,00 25,78 0,258 Rendah

35 Siswa 35 6,67 34,67 0,3 Rendah

36 Siswa 36 16,00 51,56 0,423 Sedang

37 Siswa 37 0,00 34,67 0,347 Sedang

38 Siswa 38 6,67 23,11 0,176 Rendah

39 Siswa 39 0,00 34,67 0,347 Sedang

40 Siswa 40 0,00 17,78 0,178 Rendah

Jumlah 405,33 1909,3 17,20

Rata-rata 10,13 47,73 0,43 Sedang

Dari Tebel 4.12 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa, hanya terdapat 5 siswa

mengalami peningkatan yang tinggi, 23 siswa mengalami peningkatan tingkat

sedang, sedangkan 12 siswa mengalami peningkatan tingkat rendah. Tidak jauh

berbeda dengan kelas eksperimen, di kelas kontrol secara keseluruhan sama-sama

mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis yang tergolong ke

dalam peningkatan sedang.

Untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan siswa pada kedua

kelompok agar lebih jelas dapat dilihat dari skor terendah, skor tertinggi, rataan skor,

dan standar deviasi pada masing-masing kelompok yang terlihat pada Tabel 4.13

dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel for Windows 2007.

Tabel 4.13

Statistik Deskriptif Gain pada Kedua Kelompok

Kelas N Mean Std.

Deviasi Tertinggi Terendah

Eksperimen 40 0,53 0,236 0,953 0,174

Kontrol 40 0,43 0,194 0,903 0,176

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa peningkatan kemampuan

berpikir matematis pada kedua kelas berbeda. Untuk siswa di kelas eksperimen yang

diberi perlakuan pendekatan investigatif mengalami peningkatan dengan rata-rata

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

98

gain = 0,53 yang tergolong pada peningkatan sedang, sedangkan untuk siswa di kelas

kontrol yang diberi pembelajaran konvensional mengalami peningkatan dengan rata-

rata gain sebesar 0,43 yang tergolong pada peningkatan sedang. Oleh karena itu,

antara kedua kelas memiliki selisih rata-rata gain sebesar 0,10.

Untuk melihat perlakuan di kelas mana yang lebih baik dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dilakukanlah uji normalitas, uji

homogenitas dan uji beda rata-rata N-gain yang diperoleh oleh kedua kelas. Berikut ini

hasil pengujian N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1) Analisis Uji Normalitas N-Gain

Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing

sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun perumusan hipotesisnya

yaitu sebagai berikut.

H0: Data gain berdistribusi normal

H1: Data gain berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun

hasil uji normalitas dibantu dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows,

dapat dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut.

Tabel 4.14

Analisis Hasil Uji Normalitas Data Gain

Tests of Normality

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Gain Eksperimen .089 40 .200*

Kontrol .143 40 .038

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki

P-value (Sig.) 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.) kelas eksperimen

lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, data gain kelas eksperimen

berdistribusi normal.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

99

Sementara untuk kelas kontrol, P-value (Sig.) menunjukkan 0,03. Dengan

demikian, P-value (Sig.) kelas kontrol kurang dari 0,05 sehingga H0 ditolak, artinya

data gain kelas kontrol berdistribusi tidak normal.

Salahsatu faktor yang menjadi data postes normal dan tidak normal yaitu

ketersebaran datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persebaran data kelas

eksperimen dan kontrol pada Gambar 4.7 dan 4.8.

Gambar 4.7

Data Gain Kelas Eksperimen yang Normal

Gambar 4.7 terlihat bahwa grafik kurva berada ditengah dan panjangnya

hampir sama di sebelah kiri dan kanan. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran

datanya lebih banyak berada di sekitar rata-ratanya, sehingga data menjadi normal.

Gambar 4.8

Data Gain Kelas Kontrol yang Tidak Normal

Grafik kurva pada Gambar 4.8 lebih condong ke kiri lebih panjang ke kanan.

Hal ini menunjukkan bahwa datanya lebih tersebar dan persebarannya lebih banyak di

sebelah kiri, sehingga data menjadi tidak normal. Berdasarkan uji normalitas tersebut,

terdapat data yang tidak normal. Oleh karena itu, tidak dilakukan uji homogenitas

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

100

akan tetapi langsung di uji perbedaan dua rata-ratanya dengan menggunakan uji non

parametrik yang akan di uji pada hipotesis 3.

2. Analisis Data Kualitatif

Pada bagian pendahuluan telah dipaparkan bahwa tujuan penelitian yang

dilakukan adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan investigatif dan untuk mengetahui faktor apa saja yang

mendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

investigatif. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan pengambilan data

melalui instrumen non tes diantaranya adalah lembar observasi kinerja guru, lembar

observasi aktivitas siswa, angket, dan catatan lapangan. Berikut ini merupakan

penjelasan mengenai analisis hasil pengambilan data dari instrumen tersebut.

a. Lembar Observasi Kinerja Guru

Peranan guru merupakan salahsatu faktor yang menentukan suksesnya

ketercapaian tujuan pembelajaran. Dari mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga

evaluasi. Dalam penelitian ini kinerja guru diukur melalui format observasi kinerja

guru baik pada saat merencanakan maupun saat melaksanakan pembelajaran di kelas

eksperimen dan di kelas kontrol. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi manipulasi

dalam perbandingan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok

tersebut. Untuk itu kinerja guru pada kedua kelompok seimbang dan adil. Observasi

kinerja guru dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer yang merupakan wali

kelas V di SDN Waringin I dan SDN Waringin IV.

Adapun dalam penelitian ini kinerja guru terbagi ke dalam dua bagian yakni

kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran.

Dari hasil observasi kinerja guru secara umum pada kedua kelompok tidak jauh

berbeda. Untuk hasil observasi kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran pada

kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

101

Tabel 4.15

Data Observasi Kinerja Guru

dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Eksperimen

No. Aspek yang Dinilai Pertemuan

1 2 3

1. Merumuskan tujuan pembelajaran 4 3 4

2. Memilih dan mengorganisasikan

materi, media, dan sumber belajar 4 4 4

3.

Merancang skenario kegiatan

pembelajaran dengan pendekatan

investigatif

4 4 4

4. Menyiapkan alat penilaian 4 4 4

5. Tampilan dokumen RPP 3 3 3

Jumlah 19 18 19

Presentase 95% 90% 95%

Tafsiran BS BS BS

Keterangan :

BS = Baik Sekali

Sedangkan hasil observasi kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran

pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16

Data Observasi Kinerja Guru

Dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol

No. Aspek yang Dinilai Pertemuan

1 2 3

1. Merumuskan tujuan pembelajaran 4 3 4

2. Memilih dan mengorganisasikan

materi, media dan sumber belajar 4 4 4

3. Merancang strategi/metode

pembelajaran 4 4 4

4. Menyiapkan alat penilaian 4 4 4

5. Tampilan dokumen RPP 3 3 3

Jumlah 19 18 19

Presentase 95% 90% 95%

Tafsiran BS BS BS

Keterangan :

BS = Baik Sekali

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

102

Berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 diperoleh data mengenai kinerja

guru dalam merencanakan pembelajaran. Kinerja guru dalam merencanakan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif maupun menggunakan

pendekatan konvensional sama-sama sudah mencapai 95%. Selain dari perencanaan

pembelajaran, kinerja guru juga dinilai dari dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas

eksperimen maupun di kelas kontrol. Adapun hasil observasi kinerja guru dalam

melaksanakan pembelajaran pada kelompok eksperimen dapat dilihat dari Tabel.17.

Tabel 4.17

Data Observasi Kinerja Guru

Dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Eksperimen

No. Aspek yang dinilai Pertemuan

1 2 3

A. Kegiatan Awal Pembelajaran

1. Guru melakukan apersepsi 3 4 4

2. Guru menyampaikan tujuan dan

langkah-langkah pembelajaran 4 3 4

B. Kegiatan Inti Pembelajaran

3. Kemampuan mengorganisasikan

kelas 4 3 4

4. Guru membimbing siswa pada

fase membaca masalah 4 4 4

5. Guru membimbing siswa pada

fase pemecahan masalah 4 4 4

6.

Guru membimbing siswa pada

fase menjawab dan

mengkomunikasikan masalah

3 4 3

7.

Guru melakukan diskusi dengan

membimbing siswa untuk

mengkomunikasikan jawabannya

yang didapat dalam diskusi

kelompok

4 4 4

8. Mobilitasi posisi mengajar 4 4 4

C. Kegiatan Akhir Pembelajaran

9. Guru menyimpulkan pembelajaran 4 4 4

10. Guru melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan 4 4 4

Jumlah 38 38 39

Presentase 95% 95% 97,5%

Tafsiran BS BS BS

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

103

Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan ke-1, ke-2,dan ke-3

di kelas eksperimen, kinerja guru di kelas tersebut pada pertemuan ke-1 mencapai

95% selama melaksanakan pembelajaran. Kekurangan kinerja guru pada pertemuan

ke-1 yaitu terletak pada aspek apersepsi dan guru membimbing siswa pada fase

menjawab dan mengkomunikasikan masalah. Dalam melakukan apersepsi guru

kurang menunjukan semangat sehingga menyebabkan siswa kurang bersemangat pula

pada awal pembelajaran. Kemudian pada fase membimbing siswa pada fase

menjawab dan mengkomunikasikan masalah, guru kurang mampu membingsing

siswa karena siswa yang di depan terganggu dengan suara gaduh dari siswa yang

lainnya. Kemudian kurangnya guru dalam memotivasi siswa sehingga menyebabkan

siswa sulit untuk mau mengkomunikasikan jawaban di depan kelas.

Kinerja guru di kelas eksperimen pada pertemuan ke-2 masih di 95% sama

seperti pertemuan ke-1. Namun kekurangan guru pada pertemuan ke-2 ini terletak

pada aspek menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran serta pada

aspek kemampuan mengorganisasikan kelas. Pada saat penyampaian tujuan

pembelajaran, guru tidak menyebutkan semua tujuan. Guru hanya menyebutkan dua

tujuan pembelajaran dari yang seharusnya empat tujuan pembelajaran. Sedangkan

pada aspek kemampuan mengorganisasikan kelas, guru kurang mampu

mengkondisikan kelas sehingga kondisi kelas menjadi ribut dan gaduh. Kondisi kelas

menjadi tidak karuan karena keaktifan siswa kurang terkontrol oleh guru pada saat

siswa berdiskusi menyelsaikan masalah yang harus ditemukan dalam pembelajaran.

Kinerja guru di kelas eksperimen pada pertemuan ke-3 mencapai angka

97,5%. Terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan ke-1 dan ke-2.

Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-3 ini terletak pada aspek membimbing

siswa pada fase menjawab dan mengkomunikasikan masalah. Kekurangan kinerja

pada saat membimbing siswa pada fase menjawab dan mengkomunikasikan masalah,

guru kurang mampu membingsing siswa karena siswa yang di depan terganggu

dengan suara gaduh dari siswa yang lainnya. Kemudian kurangnya guru dalam

memotivasi siswa sehingga menyebabkan siswa sulit untuk mau mengkomunikasikan

jawaban di depan kelas. Hal tersebut sama persis dengan yang terjadi pada pertemuan

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

104

ke-1. Namun pada pertemuan ke-3 guru sudah lebih mampu dalam membimbing

siswa, karena siswa lebih termotivasi untuk maju dan mempresentasikan atau

mengkomunikasikan hasil temuan siswa pada saat dilakukan diskusi dan kegiatan

investigatif.

Sedangkan hasil observasi kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran

pada kelompok kontrol dapat dilihat dari Tabel.18.

Tabel 4.18

Data Observasi Kinerja Guru

Dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol

No. Aspek yang dinilai Pertemuan

1 2 3

A. Kegiatan Awal Pembelajaran

1. Guru melakukan apersepsi 3 4 4

2. Guru menyampaikan tujuan dan

langkah-langkah pembelajaran 4 3 4

B. Kegiatan Inti Pembelajaran

3. Sikap guru dalam proses

pembelajaran 3 4 4

4. Mobilitas posisi mengajar 4 4 4

5. Penguasaan bahan ajar 4 4 4

6. Kegiatan belajar mengajar 4 4 4

7. Kemampuan mengorganisasikan

kelas 3 4 4

8. Kemampuan menggunakan media

pembelajaran 4 4 4

C. Kegiatan Akhir Pembelajaran

9. Guru menyimpulkan

pembelajaran 4 3 4

10.

Guru melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah

dilakukan

4 4 3

Jumlah 37 38 39

Presentase 92,5% 95% 97,5%

Tafsiran BS BS BS

Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan ke-1, ke-2,dan ke-3

di kelas kontrol, kinerja guru di kelas tersebut pada pertemuan ke-1 mencapai 92,5%

selama melaksanakan pembelajaran. Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-1

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

105

yaitu terletak pada aspek apersepsi, aspek sikap guru dalam proses pembelajaran, dan

aspek kemampuan mengorganisasikan kelas. Dalam melakukan apersepsi guru

kurang memberikan motivasi kepada siswa sehingga menyebabkan siswa kurang

termotivasi pula untuk memulai pembelajaran. Kemudian pada aspek sikap guru

dalam proses pembelajaran, sikap guru pada saat pembelajaran lebih sering berdiri di

depan kelas. Selanjutnya kekurangan guru pada aspek mengorganisasikan kelas, guru

dominan berada di sebalah kanan sehingga siswa yang ada pada bagian kirikurang

terkontrol dengan baik dan menyebabkan banyak siswa yang mengobrol.

Kinerja guru di kelas kontrol pada pertemuan ke-2 mencapai 95%.

Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-2 ini terletak pada aspek menyampaikan

tujuan dan langkah-langkah pembelajaran serta pada aspek kemampuan

mengorganisasikan kelas dan pada aspek menyimpulkan pembelajaran. Pada saat

penyampaian tujuan pembelajaran, guru tidak menyebutkan semua tujuan. Guru

hanya menyebutkan tiga tujuan pembelajaran dari yang seharusnya empat tujuan

pembelajaran. Selanjutnya pada aspek kemampuan menyimpulkan pembelajaran,

guru lupa tidak menyimpulkan pembelajaran, guru langsung merefleksi kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

Kinerja guru di kelas kontrol pada pertemuan ke-3 mencapai angka 97,5%.

Terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan ke-1 dan ke-2.

Kekurangan kinerja guru pada pertemuan ke-3 ini terletak pada aspek refleksi

terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Pada akhir pembelajaran guru tidak

melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Observasi aktivitas siswa dilakukan untuk melihat aktivitas siswa selama

pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Observasi aktivitas siswa

digunakan untuk melihat sejauh mana partisipasi, motivasi, kreativitas, dan kerjasama

siswa selama proses pembelajaran. Untuk kelas kontrol tidak mengobservasi aspek

kerjasama karena tidak terdapat kegiatan diskusi kelompok selama pembelajaran

konvensional. Kegiatan observasi ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.

Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan pengamatan

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

106

observer selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui aktivitas siswa

selama pembelajaran pada pertemuan pertaman di kelas eksperimen dapat dilihat dari

hasil observasi pada Tabel 4.19 berikut ini.

Tabel 4.19

Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

(Pertemuan I)

Eksperimen

ASPEK YANG DINILAI

Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi

4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

Jumlah 24 33 26 10 0 20 45 30 5 0 12 24 18 15 0 16 30 46 0 0

93 100 68 92

Presentase 58,125% 62,5% 43,12% 57,5%

Tafsiran Sedang Tinggi Sedang Sedang

Pada perteman pertama motivasi siswa untuk belajar matematika pada kelas

eksperimen terlihat sangat antusias sebagaimana terlihat dari presentase yang

tergolong tinggi hingga mencapai 62,5%. Hal ini berdampak pada suasana kelas yang

hidup, gaduh, dan penuh semangat pada saat pembelajaran berlangsung. Namun

gaduh yang terjadi di dalam kelas bukanlah gaduh yang tidak baik, melaikan gaduh

tersebut dikarenakan banyak siswa yang antusias dan mempunyai keberanian untuk

mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran yang sedang mereka ikuti. Hal ini

terlihat dari beberapa kelompok yang anggotanya terlihat berebut untuk

menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Tetapi, menanggapi pendapat teman pada

umumnya siswa masih tidak berani melakukan hal tersebut. Selanjutnya untuk aspek

partisipasi dan kerjasama yang ditunjukkan siswa untuk belajar matematika pada

kelas eksperimen terlihat sedang atau cukup baik. Persentase untuk aspek partisipasi

yaitu 57,5%. dan aspek kerjasama yaitu 58,125%. Kemudian untuk aspek kreativitas,

siswa-siswa terbilang cukup kreatif, hal tersebut terlihat pada saat mereka berdiskusi.

Presentse untuk aspek kreativitas yaitu 43,12%.

Sementara untuk mengetahui hasil observasi aktivitas siswa selama

pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

107

Tabel 4.20

Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

(Pertemuan I)

Kontrol

ASPEK YANG DINILAI

Motivasi Kreativitas Partisipasi

4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

Jumlah 8 30 6 15 0 0 15 10 15 0 0 15 18 15 0

59 40 48

Presentase 36,85% 25% 30%

Tafsiran Rendah Rendah Rendah

Berbeda dengan kelas eksperimen, suasana pembelajaran siswa di kelas

kontrol lebih terlihat sepi dan tenang, sehingga berdampak pada rendahnya aktivitas

siswa. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang tidak berani untuk mengajukan

pendapat, pertanyaan, maupun jawaban. Semua itu terlihat dari aspek partisipasi

siswa yang hanya mencapai 30% dan aspek motivasi siswa 36,85%. Kedua aspek ini

tergolong rendah. Padahal, guru terus memancing motivasi siswa untuk terlibat aktif

dalam pembelajaran. Sama halnya dengan kedua aspek tersebut, pada aspek kretivitas

di kelas kontrol masih tergolong rendah yakni hanya mencapai 25%. Hal ini terlihat

dari ketanggapan siswa terhadap masalah yang diberikan masih sangat kurang.

Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan kedua di kelas

eksperimen dapat dilihat dari hasil observasi pada Tabel 4.21 berikut ini.

Tabel 4.21

Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

(Pertemuan II)

Eksperimen

ASPEK YANG DINILAI

Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi

4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

Jumlah 20 36 36 4 0 40 30 30 5 0 16 30 28 10 0 16 36 40 4 0

96 105 84 96

Presentase 60% 65,63% 52,5% 60%

Tafsiran Sedang Tinggi Sedang Sedang

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

108

Pada pertemuan kedua motivasi siswa untuk belajar matematika pada kelas

eksperimen lebih meningkat dari pertemuan pertama dan masih dalam katagori tinggi,

yakni mencapai persentase 65,63%. Pada umumnya, motivasi siswa meningkat dan

siswa semakin terlihat semangat ketika setelah mengetahui bahwa mereka akan

melakukan penyelidikan kembali. Dengan motivasi yang semakin meningkat, suasana

kelas saat pembelajaran berlangsung tampak semakin hidup karena siswa banyak

yang berantusias untuk mengajukan pertanyaan, pendapat, dan menjawab pertanyaan.

Hal ini sesuai dengan hasil observasi aktivitas siswa yang meningkat pada aspek

partisipasi yang mencapai 60% dan termasuk ke dalam kriteria sedang serta pada

aspek kerjasama yang mencapai 60% dan termasuk ke dalam kriteria sedang.

Selanjutnya untuk aspek kreativitas pun mengalami peningkatan dengan presentase

hingga mencapai 52,5%. Hal tersebut terlihat dari cara mereka menggambarkan atau

menuangkan hasil penyelidikan mereka pada LKS.

Sementara untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan kedua di kelas

kontrol dapat dilihat dari hasil observasi pada tabel berikut ini.

Tabel 4.22

Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

(Pertemuan II)

Kontrol

ASPEK YANG DINILAI

Motivasi Kreativitas Partisipasi

4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

Jumlah 16 45 10 10 0 4 24 20 10 0 24 36 20 7 0

81 58 87

Presentase 50,63% 36,25% 54,37%

Tafsiran Sedang Rendah Sedang

Sama halnya dengan kelas eksperimen, aktivitas siswa di kelas kontrol pun

lebih hidup dibandingkan dengan pertemuan pertama. Hal ini disebabkan siswa-siswa

sudah mulai berani dalam mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, maupun

dalam mengajukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru. Ada beberapa siswa

yang sudah berani maju dan mengerjakan soaldi papan tulis tanpa ditunjuk oleh guru.

Hal ini terlihat dari aspek partisipasi yang meningkat daripada pertemuan pertama

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

109

yakni 54,37%. Hal ini berkaitan dengan aspek motivasi siswa yang meningkat

menjadi cukup baik dari yang tadinya rendah, yakni 50,63%. Aspek kreativitas siswa

pun mengalami peningkatan dengan persentase sebesar 36,25% walaupun masih

terbilang rendah. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran di kelas kontrol guru terus

memancing kreativitas siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan ketiga di kelas

eksperimen dapat dilihat dari hasil observasi pada tabel berikut ini.

Tabel 4.23

Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

(Pertemuan III)

Eksperimen

ASPEK YANG DINILAI

Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi

4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

Jumlah 40 36 36 0 0 24 45 38 0 0 20 36 36 5 0 16 48 40 0 0

113 107 97 104

Presentase 70% 66,87% 60,6% 65%

Tafsiran Tinggi Tinggi Sedang Tinggi

Pada pertemuan ketiga dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan

investigatif motivasi siswa untuk belajar matematika tergolong pada katagori tinggi

dan mengalami lagi peningkatan hingga mencapai 66,87%. Hal ini berdampak pada

aktivitas siswa yang semakin hidup saat pembelajaran berlangsung. Siswa semakin

banyak yang berantusias untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat dan

mengajukan jawaban. Hal ini terlihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada aspek

partisipasi yang meningkat dari pertemuan kedua sehingga tergolong tinggi dan

mencapai 65%. Banyak siswa yang ingin mengkomunikasikan hasil penemuan

mereka di depan kelas. Aspek kerjasama pun banyak mengalami peningkatan dan

mencapai 70%, tidak ada lagi siswa yang hanya duduk diam melihat teman yang lain.

Pada aspek kreativitas juga sama mengalami peningkatan menjadi 60,6%.

Sementara untuk mengetahui aktivitas siswa pada pertemuan ketiga di kelas

kontrol dapat dilihat dari hasil observasi pada Tabel 4.24.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

110

Tabel 4.24

Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

(Pertemuan III)

Kontrol

ASPEK YANG DINILAI

Motivasi Kreativitas Partisipasi

4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

Jumlah 16 45 16 8 0 12 24 20 10 0 24 36 20 7 0

85 66 87

Presentase 53,12% 41,25% 54,37%

Tafsiran Sedang Sedang Sedang

Pembelajaran matematika di kelas kontrol pada pertemuan ketiga ini tidak

mengalami peningkatan pada aspek partisipasi karena presentase masih sama dengan

pertemuan sebelumnya yaitu 54,37%. Selama pembelajaran berlangsung, siswa yang

aktif hanya siswa yang itu-itu saja, sementara siswa yang lainnya masih tetap tidak

berani untuk mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, maupun mengajukan

jawaban dan mengerjakan latihan soal di depan kelas. Sementara itu, pada aspek

motivasi persentase aktivitas siswa sama meningkat hingga mencapai 53,12% dan

masih tergolong sedang. Pada aspek kreativitaspun persentasenya mengalami sedikit

peningkatan yakni 41,25%, dan meningkat yang tadinya rendah menjadi sedang. Hal

tersebut mungkin disebabkan oleh semakin sulitnya materi pembelajaran sehingga

semangat siswa menurun walaupun terus diberi motivasi untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan hasil observasi aktivitas siswa di atas, dapat

disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada kelas eksperimen dalam aspek partisipasi,

motivasi, kreativitas, maupun kerjasama dari pertemuan pertama hingga pertemuan

ketiga terus mengalami peningkatan. Begitu pun pada kelas kontrol aspek motivasi,

kreativitas, dan partisipasi mengalami peningkatan dari pertemuan satu sammpai tiga.

Untuk lebih jelasnya, rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada kelas

eksperimen Tabel 4.25.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

111

Tabel 4.25

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen

ASPEK YANG DINILAI

Kerjasama Motivasi Kreativitas Partisipasi

P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3

Jumlah 94 96 113 100 105 107 68 84 97 92 96 104

Presentase (%) 58,75 60 70 62,5 65,63 66,87 43,12 52,5 60,6 57,5 60 65

Tafsiran S S T T T T S S S S S T

Keterangan:

P = Pertemuan

Adapun untuk rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.26

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol

ASPEK YANG DINILAI

Motivasi Kreativitas Partisipasi

P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3

Jumlah 59 81 85 40 58 66 48 87 87

Presentase (%) 36,85 50,63 53,12 25 36,25 41,25 30 54,37 54,37

Tafsiran R S S R R S R S S

Keterangan:

P = Pertemuan

c. Angket Siswa

Pada penelitian ini, angket digunakan untuk mengethaui sikap siswa

terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif dan

terhadap soal-soal kemampuan berpikir kreatif matematis. Angket diberikan kepada

siswa kelas eksperimen setelah tes akhir, artinya setelah semua pembelajaran

berlangsung, tepatnya pada tanggal 26 Mei 2015. Angket ini terdiri dari 20 nomor

dengan 11 nomor berupa pernyataan positif dan 9 nomor berupa pernyataan negatif.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

112

Masing-masing pernyataan berisi empat buah respon, yaitu berupa kata-kata SS

(sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Sebagai

keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor sebagai berikut.

1) Pertanyaan Positif :

SS (sangat setuju) = 5

S (setuju) = 4

TS (tidak setuju) = 2

STS (sangat tidak setuju) = 1

2) Pertanyaan Negatif :

SS (sangat setuju) = 1

S (setuju) = 2

TS (tidak setuju) = 4

STS (sangat tidak setuju) = 5

Jumlah angket terkumpul dan yang dianalisis adalah 40 angket. Analisis

angket untuk masing-masing siswa dapat pada Tabel 4.27 berikut ini.

Tabel 4.27

Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika

dengan Pendekatan Investigatif

No. Nama Siswa Skor

Perolehan

Rata-rata

Skor

1 Siswa 1 80 4

2 Siswa 2 83 4,15

3 Siswa 3 67 3,35

4 Siswa 4 70 3,5

5 Siswa 5 83 4,15

6 Siswa 6 90 4,5

7 Siswa 7 81 4,05

8 Siswa 8 89 4,45

9 Siswa 9 67 3,35

10 Siswa 10 64 3,2

11 Siswa 11 51 2,55

12 Siswa 12 70 3,5

13 Siswa 13 78 3,9

14 Siswa 14 90 4,5

15 Siswa 15 76 3,8

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

113

No. Nama Siswa Skor

Perolehan

Rata-rata

Skor

16 Siswa 16 80 4

17 Siswa 17 76 3,8

18 Siswa 18 90 4,5

19 Siswa 19 76 3,8

20 Siswa 20 89 4,45

21 Siswa 21 78 3,9

22 Siswa 22 89 4,45

23 Siswa 23 75 3,75

24 Siswa 24 88 4,4

25 Siswa 25 90 4,5

26 Siswa 26 100 5

27 Siswa 27 73 3,65

28 Siswa 28 87 4,35

29 Siswa 29 81 4,05

30 Siswa 30 90 4,5

31 Siswa 31 89 4,45

32 Siswa 32 86 4,3

33 Siswa 33 90 4,5

34 Siswa 34 88 4,4

35 Siswa 35 89 4,45

36 Siswa 36 99 4,95

37 Siswa 37 81 4,05

38 Siswa 38 86 4,3

39 Siswa 39 86 4,3

40 Siswa 40 65 3,25

Jumlah 3260 163

Rata-rata 81,5 4,075

Berdasarkan Tabel 4.27, dapat dilihat bahwa rata-rata dari respon siswa yaitu

4,075 yang menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan

investigatif mendapatkan respon yang positif dari siswa. Selain dapat mengetahui

respon setiap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan investigatif secara keseluruhan, dapat juga diketahui respon siswa

terhadap setiap indikator yang diajukan. Untuk mengetahui respon siswa terhadap

setiap indikator yang diajukan, berikut akan dipaparkan rekapitulasi hasil angket yang

diberikan berdasarkan indikatornya.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

114

Tabel 4.28

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 1

Indikator : Menunjukkan Minat terhadap Pembelajaran Matematika

No. Pertanyaan Jenis Respon

SS S TS STS

1. Belajar matematika sangat

menyenangkan. (+)

24 15 1 0

60% 37,5% 2,5% 0%

2. Matematika membuat saya bingung. (-) 1 15 17 7

2,5% 37,5% 42,5% 17,5%

5. Tugas matematika yang diberikan

membuat saya merasa tertarik. (+)

7 26 4 3

17,5% 65% 10% 7,5%

6. Saya merasa bosan dengan soal-soal

matematika. (-)

0 7 14 19

0% 17,5% 35% 47,5%

Berdasarkan Tabel 4.28 mengenai indikator minat terhadap pembelajaran

matematika, dapat diketahui bahwa pada pernyataan no.1, siswa yang memilih sangat

setuju bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat menyenangkan memiliki

persentase yang paling banyak dibanding respon yang lain yaitu sebesar 60% dan

yang memilih setuju 37,5% sedangkan yang memilih tidak setuju hanya 2,5%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyukai pelajaran matematika.

Untuk pernyataan no.2, siswa memilih setuju sebesar 37,5% dan 42,5% tidak

setuju mengenai pelajaran matematika yang membuat bingung. Hal ini menunjukkan

respon positif dan negatif siswa seimbang terhadap pelajaran matematika yang

membingungkan. Kondisi tersebut terjadi karena siswa yang senang matematika

terkadang merasa pusing dengan matematika dan harus berpikir dengan keras agar

dapat menyelesaikan masalah matematika.

Sementara pada pernyataan no.5 paling banyak 65% setuju dan 17,5%

sangat setuju memilih tertarik terhadap tugas matematika yang diberikan guru.

Kemudian sebanyak 10% siswa memilih tidak setuju. Hal ini menunjukkan adanya

respon positif terhadap tugas matematika yang diberikan guru.

Untuk pernyataan no.6, sebanyak 47,5% dan 35% siswa tidak merasa bosan

dengan soal-soal matematika yang diberikan guru dan hanya 17,5% siswa yang

merasa bosan dengan soal-soal matematika.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

115

Berdasarkan hasil dari keempat pernyataan tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa secara umum, di kelas eksperimen siswa memiliki respon positif

dan minat yang tinggi terhadap pelajaran matematika. Kondisi tersebut dapat

mendukung peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Indikator selanjutnya yaitu mengenai minat terhadap kegiatan dan suasana

pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan investigatif. Indikator ini

memuat 7 pernyataan yang terdiri dari 3 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.

Berikut rekapitulasi hasil angket indikator 2 dapat dilihat pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 2

Indikator : Menunjukkan minat terhadap suasana atau kegiatan pembelajaran.

No. Pertanyaan Jenis Respon

SS S TS STS

8. Saya merasa senang belajar matematika

dengan pendekatan investigatif. (+)

7 30 3 0

17,5% 75% 7,5% 0%

9.

Pembelajaran matematika dengan

pendekatan investigatif tidak ada

bedanya dengan pembelajaran

matematika biasa.

(-)

0 1 20 19

0% 2,5% 50% 47,5%

10. Saya kurang berpastisipasi pada saat

diskusi kelompok. (-)

0 1 23 16

0% 2,5% 57,5% 40%

11. Saya tidak suka belajar dengan

menggunakan LKS. (-)

0 1 20 19

0% 2,5% 50% 47,5%

12.

Saya dapat mengingat lebih lama

materi pelajaran matematika dengan

menemukan sendiri konsep yang

diajarkan.

(+) 10 22 8 0

25% 55% 20% 0%

13. Saya senang dengan penyelidikan dapat

menemukan konsep sendiri. (+)

7 33 0 0

17,5% 82,5% 0% 0%

14. Pembelajaran dengan investigatif

sangat membosankan. (-)

0 0 35 5

0% 0% 87,5% 12,5%

Dari Tabel 4.29 dapat diketahui bahwa pada pernyataan no.8, banyak siswa

yang memilih sangat setuju yaitu sebesar 17,5% dan setuju 75% merasa senang

belajar matematika dengan pendekatan investigatif. Sementara, siswa yang memilih

tidak setuju hanya 7,5% dan tidak ada yang memilih sangat tidak setuju. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

116

matematika dengan pendekatan investigatif. Kondisi tersebut juga diperkuat oleh

pernyataan no.14 yang memiliki persentase paling banyak pada respon tidak setuju

sebesar 87,5% dan sangat tidak setuju sebesar 12,5% mengenai pembelajaran

matematika dengan pendekatan investigatif membosankan. Tidak ada siswa yang

merespon bahwa pembelajaran matematika dengan investigatif sangat membosankan.

Selain itu, pada pernyataan no.9 mengenai pembelajaran matematika dengan

pendekatan investigatif tidak ada bedanya dengan pembelajaran matematika biasa

banyak siswa yang memilih tidak setuju sebesar 50% dan sangat tidak setuju 47,5%.

Sementara yang memilih setuju hanya sebesar 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa

hampir semua siswa menganggap bahwa pembelajaran dengan pendekatan

investigatif berbeda dengan pembelajaran yang biasa mereka terima.

Untuk pernyataan no. 10, siswa memilih 40% tidak setuju dan 57,5% sangat

tidak setuju bahwa siswa kurang berpastisipasi pada saat diskusi kelompok.

Sementara yang memilih kurang berpartisipasi hanya sebanyak 2,5%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa dengan investigatif dapat membuat siswa berpartisipasi aktif.

Sama halnya dengan pernyataan no. 11, siswa juga memilih 50% tidak setuju dan

47,5% sangat tidak setuju bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan

LKS. Sementara yang memilih kurang menyukai LKS hanya sebanyak 2,5%. Hal

tersebut juga menunjukkan bahwa dengan penggunaan LKS dalam investigatif

mendapatkan respon positif dari siswa.

Sementara untuk pernyataan no. 12, sebanyak 55% dan 25% siswa memilih

setuju dan sangat setuju dengan pembelajaran invistigatif dapat mengingat lebih lama

materi pelajaran matematika dengan menemukan sendiri konsep yang diajarkan dan

hanya 20% yang memilih tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa merespon positif bahwa mereka dapat mengingat lebih lama materi pelajaran

matematika. Selain itu diperkuat juga oleh pernyataan no. 13 yang memiliki

persentase paling banyak pada respon sangat setuju sebesar 17,5% dan sebesar 82,5%

setuju menemukan konsep sendiri melalui penyelidikan sangat menyenangkan. Tidak

ada siswa yang tidak senang terhadap kegiatan penyelidikan yang dilakukan selama

pembelajaran.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

117

Berdasarkan hasil dari ketujuh pernyataan tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa secara umum, di kelas eksperimen siswa memiliki respon positif

terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif.

Kondisi tersebut dapat mendukung peningkatan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa.

Selanjutnya, indikator mengenai kepercayaan diri dalam belajar matematika

dapat dilihat pada Tabel 4.30 berikut.

Tabel 4.30

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 3

Indikator : Menunjukkan kepercayaan diri dalam belajar matematika.

No. Pertanyaan Jenis Respon

SS S TS STS

4. Saya merasa senang menyelesaikan

tugas matematika. (+)

19 20 1 0

47,5% 50% 2,5% 0%

19. Saya merasa kesulitan untuk

mengerjakan soal-soal matematika. (-)

0 7 14 19

0% 17,5% 35% 47,5%

Tabel 4.30 menunjukkan bahwa pernyataan no.4 memiliki persentase paling

banyak pada respon setuju dan sangat setuju yaitu sebesar 50% dan 47,5%. Hal ini

menunjukkan bahwa hampir semua siswa memiliki kepercayaan diri dan senang

dalam menyelesaikan tugas matematika. Kondisi tersebut juga didukung oleh

pernyataan no.19, yang menunjukkan bahwa 47,5% siswa sangat tidak setuju dengan

pernyataan no.19 mengenai ketidakmampuan dalam mengerjakan soal matematika.

Dengan demikian, siswa merasa percaya diri dalam mengerjakan soal-soal

matematika yang sulit di kelas eksperimen. Kondisi tersebut dapat mendukung

peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Indikator 4 terdiri dari tiga pernyataan yang menunjukkan keberanian dalam

bertanya dan menjawab. Ketiga pernyataan tersebut terdiri dari 2 pernyataan positif

dan 1 pernyataan negatif. Berikut rekapitulasi hasil angket pada indikator 4 dapat

dilihat pada Tabel 4.31.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

118

Tabel 4.31

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 4

Indikator : Menunjukkan keberanian bertanya dan menjawab pertanyaan.

No. Pertanyaan Jenis Respon

SS S TS STS

16. Saya berani bertanya selama

pembelajaran matematika. (+)

7 24 8 1

17,5% 60% 20% 2,5%

17.

Saya merasa dihargai mendapat

kesempatan menjawab pertanyaan

guru/teman.

(+) 10 29 1 0

25% 72,5% 2,5% 0%

18. Saya merasa malu jika bertanya selama

pembelajaran. (-)

7 24 8 1

17,5% 60% 20% 2,5%

Berdasarkan Tabel 4.31 dapat dilihat bahwa pada pernyataan no.16,

sebanyak 60% memilih setuju dan 17,5% memilih sangat setuju. Hal ini

menunjukkan sebagian besar siswa berani bertanya selama pembelajaran. Kondisi

tersebut juga terlihat dari persentase jawaban pada pernyataan no.18 yang

menunjukkan 60% tidak setuju bahwa ketika bertanya merasa malu. Selain itu, siswa

juga merasa dihargai ketika menjawab pertanyaan dari guru. Ha ini terlihat pada

pernyataan no.17 yang memiliki persentase paling banyak dalam memilih respon

setuju yaitu 72,5%. Kondisi tersebut sesuai dengan proses pembelajaran yang

menunjukkan siswa aktif bertanya dan menjawab selama pembelajaran.

Dengan demikian, siswa memiliki keberanian dalam bertanya dan menjawab

selama pembelajaran matematika di kelas eksperimen. Melalui kegiatan tanya-jawab

tersebut, siswa dapat dilatih kemampuan berpikir kreatif matematisnya sehingga

terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis.

Indikator terakhir yaitu menunjukkan pemahaman konsep. Indikator ini

terdiri dari 4 pernyataan. Keempat pernyataan tersebut terdiri dari 2 pernyataan

positif dan 2 pernyataan negatif. Berikut Berikut rekapitulasi hasil angket pada

indikator 4 dapat dilihat pada Tabel 4.32.

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

119

Tabel 4.32

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 5

Indikator : Menunjukkan pemahaman terhadap konsep.

No. Pertanyaan Jenis Respon

SS S TS STS

3. Saya dapat menyelesaikan soal

matematika yang sulit. (+)

7 24 8 1

17,5% 60% 20% 2,5%

7. Saya tidak bisa menyelesaikan soal-soal

matematika yang sulit. (-)

1 7 16 16

2,5% 17,5% 40% 40%

15. Cara guru menyampaikan lebih mudah

dipahami. (+)

28 9 3 0

70% 22,5% 7,5% 0%

20. Saya merasa matematika bermanfaat

bagi kehidupan. (+)

8 30 2 0

20% 75% 5% 0%

Tabel 4.32 menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep matematika

yang diajarkan. Pernyataan no.3 banyak siswa yang memilih setuju sebesar 60% dan

sangat setuju 33,3% jika siswa mampu menyelesaikan soal matematika yang sulit.

Dipertegas pula dengan pernyataan no. 7 dengan presentse tidak setuju dan sangat

tidak setuju sama-sama sebesar 40%, siswa merasa percaya diri mereka mampu

mengerjakan soal-soal matematika yang sulit.

Selain itu, ditambah dengan cara guru dalam menyampaikan materi yang

mudah dipahami. Hal ini terlihat dari respon siswa pada pernyataan no.15 yaitu

paling banyak memilih sangat setuju 70% dan setuju 22,5%. Sementara untuk

pernyataan no. 20 mendapatkan presentase yang tinggi yaitu setuju 75% dengan

pembelajaran investigatif siswa menyadari bahwa matematika sangat berguna bagi

kehidupan.

Berdasarkan hasil uraian keempat pernyataan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar siswa memiliki respon positif terhadap pemahaman konsep

luas permukaan dan volume pada kubus dan balok.

Secara keseluruhan hasil angket dari indikator 1 sampai 5 di kelas

eksperimen, siswa memiliki respon positif sebesar 81,5% terhadap pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

120

d. Catatan Lapangan

Penggunaan catatan lapangan dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor

penghambat dan pendukung pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan investigatif. Catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang

tak terduga terjadi saat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif

berlangsung. Hal-hal yang tak terduga ini bisa menjadi faktor pendukung dan

penghambat dalam pelaksanaan penelitian ini. Adapun hasil catatan lapangan setiap

pertemuan pada kelompok eksperimen akan diuraikan sebagai berikut.

1) Pertemuan Ke-1

Pada pertemuan pertama, pembelajaran berjalan dengan baik hanya saja saat

pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang belum mengerti dengan apa

yang harus dilakukan pada saat diskusi berlangsung, padahal sebelumnya guru sudah

menjelaskan secara rinci apa yang harus mereka lakukan. Hal tersebut menyebabkan

siswa meminta guru beberapa kali untuk bergabung secara fisik dengan kelompoknya

dan terjadi banyaknya pertanyaan yang dilontarkan siswa. Hal tersebut membuat

banyak waktu yang terbuang.

Konsentrasi siswa juga terganggu dengan datangnya kepala sekolah ke

dalam kelas untuk menginformasikan mengenai jalan santai yang akan dilakukan. Hal

tersebut membuat suasa pembelajaran yang sudah mulai tenang menjadi gaduh

kembali. Siswa juga dibuat bingung dengan gaya bicara guru yang terlalu cepat

ritmenya, hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang meminta guru mengulang

apa yang baru saja dibicarakan.

2) Pertemuan Ke-2

Pada pertemuan kedua, siswa terlihat mulai tenang, dan mengerti dengan

tugasnya dalam melakukan diskusi kelompok. Namun guru masih tetap menjelaskan

langkah-langkah pembelajaran secara rinci untuk memastikan siswa sudah benar-

benar mengerti. Sejalan dengan hal tersebut, siswa terlihat semakin antusias dalam

melaksanakan pembelajaran. Semakin banyak siswa yang berani mengemukakan

pendapat dan berebut untuk ke depan kelas. Selain itu, pada saat menyimpulkan

pembelajaran, siswa banyak yang menyampaikan pendapatnya hingga saat guru

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

121

meminta salah seorang siswa untuk menyimpulkan pembelajaran banyak siswa yang

mengacungkan tangannya untuk diberi kesempatan dalam menyimpulkan

pembelajaran. Wali kelas pun menuturkan bahwa guru sudah tidak terlalu cepat

dalam menjelaskan sehingga lebih dimengerti siswa.

3) Pertemuan Ke-3

Pada pertemuan ketiga ini atau pada pertemuan yang terakhir ini siswa sudah

terbiasa dengan pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan investigatif,

siswa sudah mengerti apa saja yang harus dilakukan saat diskusi kelompok maupun

diskusi kelas. Siswa terlihat sangat termotivasi dengan pembelajaran yang dilakukan

sehingga semakin banyak siswa berantusias untuk mengajukan pendapatnya dalam

diskusi kelompok dan diskusi kelas. Pada saat diskusi kelas akan dimulai, beberapa

siswa terlihat berebut untuk menjadi perwakilan kelompok. Wali kelas mengatakan

bahwa hal ini merupakan hal yang jarang terjadi di kelas tersebut. Namun walaupun

demikian masih tetap ada beberapa siswa yang masih malu-malu dan tetap diam tidak

mau memberikan pendaptanya bahkan untuk melontarkan pertanyaan pun tidak

pernah.

B. Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 1

Bunyi hipotesis no.1 adalah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan

volume dari kubus dan balok. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan

kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas kontrol dapat dilakukan dengan uji

hipotesis. Adapun rumusan hipotesisnya yaitu sebagai berikut.

H0 : Pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan volume dari

kubus dan balok secara signifikan.

H1 : Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa SD pada materi materi luas permukaan dan volume dari

kubus dan balok secara signifikan.

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

122

Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Pada uji

hipotesis ini, akan dibandingkan hasil pretes dan postes kelompok kontrol untuk

mengetahui adanya peningkatan atau tidak.

Setelah diketahui bahwa pada Tabel 4.4 dan 4.9 data pretes dan postes

memiliki distribusi yang tidak normal, maka langsung dilakukan uji beda rata-rata.

Uji beda rata-rata dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara antara data

pretes dan postes pada kelas kontrol. Uji yang digunakan yaitu uji non-parametrik

Wilcoxon untuk sampel terikat. Adapun hasil uji hipotesis 1 dengan menggunakan

software SPSS 16.0 for Windows, dapat dilihat pada Tabel 4.33 sebagai berikut.

Tabel 4.33

Analisis Uji Hipotesis Rumusan Masalah I

Postes Kontrol -

Pretes_Kontrol

Z -5.511a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dari Tabel 4.33 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata

data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf

signifikan α = 0,005 didapatkan nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000 kurang dari

0,05. Karena uji hipotesis yang diuji hanya satu arah, maka untuk mendapatkan P-

value (Sig. 1-tailed), nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000 dibagi dua, sehingga

hasilnya 0,000. Karena P-value (Sig. 1-tailed) yang didapat adalah 0,000 kurang dari

0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok

secara signifikan.

Untuk melihat seberapa besar pengaruh pembelajaran konvensional terhadap

peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dapat diketahui dengan

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

123

mencari koefisien determinasi (KD). Namun sebelumnya harus diketahui dulu

koefesien korelasinya. Koefisien korelasi ini dihasilkan dari nilai pretes dan postes

kelas kontrol dengan menggunakan uji spearman’s dengan bantuan software SPSS

16.0 for Windows. Adapun koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.34

Analisis Koefisen Korelasi Kelas Kontrol

Correlations

Pretes_Kontrol Postes_Kontrol

Spearman's rho Pretes_Kontrol Correlation Coefficient 1.000 .614**

Sig. (1-tailed) . .000

N 40 40

Postes_Kontrol Correlation Coefficient .614** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari Tabel 4.34 dapat dilihat hasil yang didapat bahwa korelasi bernilai

positif yaitu 0,614 dengan signifikansi 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pembelajaran konvensional sangat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa.

Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan KD, dengan rumus sebagai berikut.

(Maulana, 2008c)

KD = r2

x 100% = 0,6142 x 100% = 37,69%

Dengan demikian dapat dilihat bahwa pembelajaran konvensional

memberikan sumbangan pengaruh terhadap keberhasilan peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa dengan presentase sebesar 37,69%. Sementara itu,

pengaruh sebesar 62,31% disebabkan oleh faktor-faktor lainnya.

2. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 2

Bunyi hipotesis no.2 adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan investigatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa SD pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

124

Setelah diketahui bahwa pada Tabel 4.4 dan 4.9 data pretes dan postes

memiliki distribusi yang normal, maka selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata. Uji

beda rata-rata yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata dari Paired Samples Test

karena data pretes dan postes pada kelompok eksperimen berdistribusi normal tetapi

berada pada kelompok variansi yang tidak homogen. Adapun uji hipotesisnya adalah

sebagai berikut.

H0 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif tidak dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada materi

luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara signifikan.

H1 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada materi

materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara signifikan.

Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima jika nilai signifikansi lebih atau

sama dengan 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Perhitungan

uji perbedaan rata-rata dari Paired Samples Test ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan software SPSS 16.0 for Windows. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel

4.35 di bawah ini.

Tabel 4.35

Analisis Uji Hipotesis Rumusan Masalah II

Paired Differences

T Df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pretes_Eksperimen -

Postes_Eksperimen -4.21250E1 14.98236 2.36892 -46.91659 -37.33341 -17.782 39 .000

Dari Tabel 4.35 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata

data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji Paired Samples Test

dengan taraf signifikan α = 0,005 didapatkan nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000

kurang dari 0,05. Karena uji hipotesis yang diuji hanya satu arah, maka untuk

mendapatkan P-value (Sig. 1-tailed), nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000 dibagi dua,

sehingga hasilnya 0,000. Karena P-value (Sig. 1-tailed) yang didapat adalah 0,000

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

125

kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

investigatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD

pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara signifikan.

Untuk melihat seberapa besar pengaruh pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan investigatif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa, dapat diketahui dengan mencari koefisien determinasi (KD). Namun

sebelumnya harus diketahui dulu koefesien korelasinya. Koefisien korelasi ini

dihasilkan dari nilai pretes dan postes kelas eksperimen dengan menggunakan paired

samples test dengan bantuan software SPSS 16.0 for Windows. Adapun koefisien

korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.36

Analisis Koefisen Korelasi Kelas Eksperimen

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pretes_Eksperimen & Postes_Eksperimen

40 .915 .000

Dari Tabel 4.36 dapat dilihat hasil yang didapat bahwa korelasi bernilai

positif yaitu 0,915 dengan signifikansi 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif sangat berpengaruh

positif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Selanjutnya yaitu dilakukan perhitungan KD, dengan rumus sebagai berikut.

(Maulana, 2008c)

KD = r2

x 100% = 0,9152 x 100% = 83,73%

Dengan demikian dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan investigatif memberikan sumbangan pengaruh terhadap keberhasilan

peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan presentase sebesar

83,73%. Sementara itu, pengaruh sebesar 16,27% disebabkan oleh faktor-faktor

lainnya.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

126

3. Uji Hipotesis Rumusan Masalah No. 3

Bunyi hipotesis no.3 adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan investigatif lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

Berdasarkan uji hipotesis 1 dan 2, dapat diketahui bahwa pembelajaran yang

menggunakan pendekatan investigatif dan konvensional sama-sama memberikan

pengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa,

selanjutnya dilakukan analisis perbedaan kemampuan siswa antara kelompok

eksperimen dengan kontrol. Hal ini untuk mengetahui apakah pembelajaran luas

permukaan dan volume pada kubus dan balok dengan menggunakan pendekatan

investigatif lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional secara

signifikan dengan tujuan penelitian yang tercantum pada bagian pendahuluan.

Adapun rumusan hipotesisnya yaitu sebagai berikut.

H0 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif

tidak lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

H1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif

lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima, jika P-value (Sig. 1-tailed) ≥ 0,05

dan H0 ditolak jika P-value (Sig. 1-tailed) 0,05. Pada uji hipotesis ini, akan

dibandingkan hasil postes kelompok eksperimen dan kontrol untuk mengetahui

adanya perbedaan peningkatan atau tidak.

Analisi uji hipotesis 3 ini dilakukan terhadap nilai gain normal yang didapat

dari kelas eksperimen dan kontrol. Setelah didapat data gain normal dari masing-

masing kelompok, selanjutnya dilakukan analisis uji hipotesis 3 dengan melakukan

uji perbedaan rata-rata dari Independent Samples Test. Pehitungan ini dilakukan

menggunakan uji-t dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for Windows.

Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.37 berikut ini.

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

127

Tabel 4.37

Analisis Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Gain Equal variances not assumed 2.100 75.253 .039 .101400 .048278 .005230 .197570

Berdasarkan Tabel 4.37, perbedaan rata-rata postes kelas eksperimen dan

kontrol berbeda. Hal ini terlihat dari P-value (Sig.2-tailed) yang diasumsikan varians

tidak homogen yaitu 0,039. Namun karena yang diujinya satu arah, maka 0,039

dibagi dua sehingga menjadi P-value (Sig.1-tailed) = 0,0195. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa P-value (Sig.1-tailed) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.

Oleh karena itu, H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan rata-rata peningkatan

kelas eksperimen dan kontrol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif lebih baik secara signifikan

daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

C. Pembahasan

1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis di Kelas Kontrol

Pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan dengan pembelajaran secara

konvensional selama tiga pertemuan dengan alokasi waktu 3×35 menit, yaitu pada

tanggal 13 Mei 2015, 15 Mei 2015, dan 16 Mei 2015. Pada bagian ini akan

membahas mengenai peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan

pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Rata-rata nilai pretes kemampuan

berpikir kreatif matematis 40 siswa di kelas kontrol ialah 10,36 dari nilai total 100.

Berdasarkan hal tersebut tanpa diberikan perlakuan, siswa kelas kontrol telah

memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis sebesar 10,36%. Perlakuan yang

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

128

diberikan pada kelas kontrol ialah pembelajaran konvensional. Pembelajaran

konvensional yang digunakan di kelas ini ialah metode ceramah.

a. Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama, pembelajaran di kelas kontrol diawali dengan

menyampaikan materi volume kubus dan balok. Pada kegiatan awal, guru

mengondisikan siswa agar siap belajar dengan cara memimpin kegiatan berdoa dan

mengabsen siswa sambil menghafal nama-nama siswa. Setelah itu guru memberikan

motivasi kepada siswa agar semangat belajar. Siswa memahami materi volume ini

melalui penjelasan guru. Guru menjelaskan volume kubus dan balok dengan

menggunakan media kubus satuan. Selai itu, guru juga memberikan contoh soal

mengenai volume. Setelah menjelaskan materi dan memberikan contohnya, guru

bertanya kepada masing-masing siswa tentang rumus volume kubus dan balok. Dari

siswa-siswa yang ditanya ada beberapa siswa yang bisa menjawab dan ada juga yang

tidak bisa menjawab. Kemudian guru memberikan latihan soal kepada siswa, siswa

mengerjakannya sendiri.

Pada dasarnya kemampuan siswa berbeda sehingga dalam penyelesaian soal-

soal latihan pun ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Setelah itu guru meminta

siswa untuk mengerjakannya kembali di papan tulis. Ada satu siswa bernama Elnisa

Dwi Nur Nazmi mengacungkan tangan dan ingin mengerjakan soal yang telah

diberikan di depan kelas. Siswa tersebut menjawab soal dengan tepat sekali.

Kemudian disusul oleh siswa yang lain untuk maju dan mengerjakan soal, karena

mereka merasa termotivasi oleh Elnisa yang dapat menjawab soal dan mendapat

apresiasi dari guru, siswa tersebut adalah Fadhlan dan Fuji. Setelah pembelajaran

selesai guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, merefleksi pembelajaran, dan

siswa diberi pekerjaan rumah (PR) oleh guru.

b. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan

pembelajaran pada pertemuan pertama, hanya saja materi yang diajarkan berbeda

dengan sebelumnya. Materi yang dipelajari adalah luas permukaan dari kubus dan

balok. Jika pada pertemuan pertama guru menggunakan media kubus satuan, maka

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

129

pada pertemuan kedua ini guru menggunakan media kubus dan balok yang terbuat

dari karton.

Pada kegiatan awal, guru mengondisikan siswa agar siap belajar dengan cara

memimpin kegiatan berdoa dan mengabsen siswa sambil menghafal nama-nama

siswa. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar semangat belajar.

Siswa memahami materi luas permukaan ini melalui penjelasan guru. Guru

menjelaskan luas permukaan kubus dan balok dengan menggunakan media karton.

Selai itu, guru juga memberikan contoh soal mengenai luas permukaan. Setelah

menjelaskan materi dan memberikan contohnya, guru bertanya kepada masing-

masing siswa tentang rumus luas permukaan kubus dan balok. Dari siswa-siswa yang

ditanya ada beberapa siswa yang bisa menjawab dan ada juga yang tidak bisa

menjawab. Kemudian guru memberikan latihan soal kepada siswa, siswa

mengerjakannya sendiri. Pada dasarnya kemampuan siswa berbeda sehingga dalam

penyelesaian soal-soal latihan pun ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Setelah

itu guru meminta siswa untuk mengerjakannya kembali di papan tulis. Pada

pertemuan kedua ini mulai banyak siswa yang berani bertanya dan berani untuk

mengerjakan soal di papan tulis, sehingga pembelajaran pada pertemuan kedua ini

lebih hidup dibandngkan dengan pembelajaran pada pertemuan pertama. Setelah

pembelajaran selesai guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, merefleksi

pembelajaran, dan siswa diberi pekerjaan rumah (PR) oleh guru.

c. Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga atau pertemuan terakhir, pembelajaran yang

dilakukan pun hampir sama dengan pembelajaran pertama dan kedua, hanya saja

materi yang diajarkan berbeda. Materi yang dipelajari pada pertemuan ketiga ini

adalah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume

dari kubus dan balok. Materi ini adalah materi lanjutan dari pertemuan pertama dan

kedua.

Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, pada kegiatan awal guru

mengondisikan siswa agar siap belajar dengan cara memimpin kegiatan berdoa dan

mengabsen siswa sambil menghafal nama-nama siswa. Setelah itu guru memberikan

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

130

motivasi kepada siswa agar semangat belajar. Siswa memahami materi volume ini

melalui penjelasan guru. Guru menjelaskan pemecahan masalah yang berkaitan

dengan volume dan luas permukaan kubus dan balok melalui sebuah soal cerita..

Setelah menjelaskan materi dan memberikan contohnya, guru bertanya kepada

masing-masing siswa tentang apa yang harus dilakukan jika akan menyelesaikan soal

cerita. Dari siswa-siswa yang ditanya ada beberapa siswa yang bisa menjawab dan

ada juga yang tidak bisa menjawab. Ada beberapa siswa yang belum mampu

memahami soal cerita soal cerita yang diberikan. Kemudian guru memberikan latihan

soal kepada siswa, siswa mengerjakannya sendiri. Pada dasarnya kemampuan siswa

berbeda sehingga dalam penyelesaian soal-soal latihan pun ada yang cepat dan ada

pula yang lambat. Setelah itu guru meminta siswa untuk mengerjakannya kembali di

papan tulis. Pada pertemuan ketiga ini siswa mulai bingung karena dihadapkan

dengan soal-soal cerita yang mengharuskan mereka berpikir lebih keras lagi. Namun

hal tersebut tidak mengurangi keaktifan mereka dalam bertanya maupun menjawab.

Setelah pembelajaran selesai guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, merefleksi

pembelajaran, dan siswa diberi pekerjaan rumah (PR) oleh guru.

Siswa kelas kontrol yang telah mengikuti pembelajaran luas permukaan dan

volume kubus dan balok dengan pembelajaran konvensional diberikan postes untuk

meilihat adanya peningkatan atau tidak. Kelas kontrol mengalami peningkatan dari

sisi nilai rata-rata kelas yang tadinya 10,36 menjadi 47,3. Nilai rata-rata kelas kontrol

yang meningkat dapat diikuti dengan meningkatnya kemampuan berpikir kreatif

matematis kelas ini secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata gain di

kelas kontrol yaitu 0,43. Selain itu, dibuktikan juga dengan hasil uji perbedaan rata-

rata dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf signifikansi two tailed

didapatkan nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000. Dan nilai P-value (Sig. 1-tailed)

yang didapat nilainya lebih kecil dari α = 0,05 dengan nilai 0,000. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD pada materi luas permukaan dan

volume dari kubus dan balok secara signifikan.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

131

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis di Kelas Eksperimen

Pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan

pendekatan investigatif selama tiga pertemuan dengan alokasi waktu 3×35 menit,

yaitu pada tanggal 13 Mei 2015, 15 Mei 2015, dan 16 Mei 2015. Pada bagian ini akan

membahas mengenai peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan investigatif di kelas eksperimen. Rata-

rata nilai pretes kemampuan berpikir kreatif matematis 40 siswa di kelas kontrol ialah

17,13 dari nilai total 100. Berdasarkan hal tersebut tanpa diberikan perlakuan, siswa

kelas eksperimen telah memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis sebesar

17,13%.

a. Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama, pembelajaran di kelas eksperimen diawali dengan

menyampaikan materi volume kubus dan balok. Pada kegiatan awal, guru

mengondisikan siswa agar siap belajar dengan cara memimpin kegiatan berdoa dan

mengabsen siswa sambil menghafal nama-nama siswa. Setelah itu guru memberikan

motivasi kepada siswa agar semangat belajar. Dengan kegiatan investigatif yang

dilakukan oleh siswa pada saat diskusi kelompok, siswa mampu memahami sendiri

materi volume kubus dan balok. Adapun investigatif yang dimaksud adalah

melakukan penyelidikan terhadap rumus volume kubus dan balok yang telah

disiapkan oleh guru, dan mencatat hal-hal apa saja yang ditemukan pada saat

penyelidikan dilakukan. Sesuai dengan pendapat Dobson (dalam Safitri, 2013)

menyatakan bahwa investigasi merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan pemahaman siswa melalui

berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Kegiatan

investigatif ini sesuai dengan dengan teori belajar Bruner (dalam Maulana, 2008a),

ada tiga tahapan yang harus dilewati siswa dalam proses belajar matematika, yaitu

tahap enaktif (enactive), tahap ikonik (iconic), dan tahap simbolik (symbolic). Yang

didalamnya terdapat tahap-tahap memanipulasi benda-benda konkret dan dalam

penelitian ini disebut dengan kegiatan penyelidikan.

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

132

Teori belajar Bruner tersebut sesuai dengan teori belajar Jean Piaget

(Maulana, 2008a) yang menyatakan bahwa usia anak sekolah dasar berada pada tahap

operasional konkret yang mana pada tahap ini siswa mengembangkan konsep melalui

penggunaan benda-benda konkret untuk mengetahui hubungan dan berbagai model

ide yang bersifat abstrak. Pada tahap ini pula anak sudah mampu berpikir logis,

namun masih perlu benda-benda konkret untuk menjembatani pemahaman mereka

dalam berpikir logis. Oleh karena itu, siswa harus telibat langsung dalam proses

memanipulasi benda-benda konkret.

Dalam pendekatan investigatif siswa akan mengalami tiga fase. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Setiawan (2006) yang menyatakan bahwa pada saat

melakukan kegiatan investigatif secara berkelompok siswa akan mengalami tiga fase

yaitu fase membaca masalah, fase memecahkan masalah, dan fase

mengkomunikasikan jawaban. Karena kegiatan investigatif ini adalah hal yang baru

bagi siswa, pada fase membaca masalah siswa sudah mulai kebingungan dengan apa

yang harus dilakukannya, sehingga hal tersebut membuat kelas menjadi ramai dan

dihujani oleh pertanyaan dari setiap kelompok. Pada fase memecahkan masalah siswa

mulai mengerti dengan apa yang harus dilakukan, karena guru sudah berulang kali

menjelaskan apa yang harus mereka lakukan. Siswa juga dituntut untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis mereka pada saat

memecahkan masalah. Sesuai dengan pendapat Munandar (1992) yang

mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk membuat

suatu kombinasi baru berdasarkan informasi yang ada dan menemukan banyak

kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang menekankan pada kuantitas,

ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Sementara pada fase mengkomunikasikan

jawaban, siswa masih malu-malu dan tidak percaya diri dengan hasil

penyelidikannya. Tetapi setelah guru memberikan motivasi akhirnya siswa bisa

menyampaikan jawaban dari hasil penyelidikannya. Setelah pembelajaran selesai

guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, merefleksi pembelajaran, dan siswa

diberi PR oleh guru.

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

133

b. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan

pembelajaran pada pertemuan pertama, hanya saja materi yang diajarkan berbeda

dengan sebelumnya. Materi yang dipelajari adalah luas permukaan dari kubus dan

balok.

Pada kegiatan awal, guru mengondisikan siswa agar siap belajar dengan cara

memimpin kegiatan berdoa dan mengabsen siswa sambil menghafal nama-nama

siswa. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar semangat belajar.

Dengan kegiatan investigatif yang dilakukan oleh siswa pada saat diskusi kelompok,

siswa mampu memahami sendiri materi volume kubus dan balok. Adapun investigatif

yang dimaksud adalah melakukan penyelidikan terhadap rumus luas permukaan

kubus dan balok yang telah disiapkan oleh guru, dan mencatat hal-hal apa saja yang

ditemukan pada saat penyelidikan dilakukan.

Pada pertemuan kedua ini siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan

investigatif, siswa mulai paham apa yang harus dilakukan pada saat fase membaca

masalah, fase memecahkan masalah, dan fase mengkomunikasikan jawaban. Siswa

diberikan LKS dan mulai membaca masalah, siswa kemudian mendiskusikan apa

yang harus dilakukan. Siswa tampak antusias ketika akan membongkar karton.

Mereka berebut untuk bisa menggunting karton. Kemudian siswa membaca masalah

yang diberikan dalam LKS, siswa mulai memecahkan masalah tersebut dan

menuliskan hal-hal yang mereka temukan dalam LKS.

Pada kegiatan investigatif kali ini siswa akan mengotak-atik karton yang

berbentuk kubus dan balok. Siswa memnbongkar karton satu persatu hingga

membentuk jaring-jaring. Mereka akan menghasilkan berbagai macam jaring-jaring

sesuai dengan kreativitas mereka. Hal tersebut sesuai dengan Safitri (2013) yang

mengemukakan bahwa pendekatan investigatif yaitu pendekatan pembelajaran yang

dimulai dengan proses penyelidikan yang dilakukan siswa, selanjutnya siswa tersebut

mengomunikasikan hasil perolehannya, dan dapat membandingkannya dengan

perolehan temannya, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih

hasil.

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

134

Seperti halnya pertemuan pertama, kegiatan investigatif pada pertemuan

kedua ini juga ini sesuai dengan dengan teori belajar Bruner (dalam Maulana, 2008a),

ada tiga tahapan yang harus dilewati siswa dalam proses belajar matematika, yaitu

tahap enaktif (enactive), tahap ikonik (iconic), dan tahap simbolik (symbolic). Pada

tahap enaktif siswa terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) benda-

benda konkret, siswa membongkar karton dan membentuk jaring-jaring. Pada tahap

ikonik siswa sudah mulai menggunakan gambar, siswa menggambarkan jaring-jaring

mereka pada lembar kerja siswa (LKS) dan mewarnainya. Sedangkan pada tahap

simbolik, siswa sudah mampu menggunakan simbol yang bersifat abstrak, pada tahap

ini siswa mulai menuliskan rumus luas permukaan dalam bentuk simbol matematika.

Teori belajar Bruner tersebut sesuai dengan teori belajar Jean Piaget

(Maulana, 2008a) yang menyatakan bahwa usia anak sekolah dasar berada pada tahap

operasional konkret yang mana pada tahap ini siswa mengembangkan konsep melalui

penggunaan benda-benda konkret untuk mengetahui hubungan dan berbagai model

ide yang bersifat abstrak. Pada tahap ini pula anak sudah mampu berpikir logis,

namun masih perlu benda-benda konkret untuk menjembatani pemahaman mereka

dalam berpikir logis. Oleh karena itu, siswa harus telibat langsung dalam proses

memanipulasi benda-benda konkret.

Dalam pendekatan investigatif yang telah dipaparkan, siswa mengalami tiga

fase. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setiawan (2006) yang menyatakan bahwa

pada saat melakukan kegiatan investigatif secara berkelompok siswa akan mengalami

tiga fase yaitu fase membaca masalah, fase memecahkan masalah, dan fase

mengkomunikasikan jawaban. Karena kegiatan investigatif ini adalah hal yang baru

bagi siswa, pada fase membaca masalah siswa sudah mulai kebingungan dengan apa

yang harus dilakukannya, sehingga hal tersebut membuat kelas menjadi ramai dan

dihujani oleh pertanyaan dari setiap kelompok. Pada fase memecahkan masalah siswa

mulai mengerti dengan apa yang harus dilakukan, karena guru sudah berulang kali

menjelaskan apa yang harus mereka lakukan. Siswa juga dituntut untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis mereka pada saat

memecahkan masalah. Dari hasil membongkar karton, terdapat berbagai macam

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

135

bentuk jaring-jaring kubus dan balok. Hat tersebut menunjukkan bahwa siswa

memiliki kreativitas yang tinggi. Sesuai dengan pendapat Munandar (1992) yang

menyebutkan ciri-ciri orang yang bepikir kreatif matematis yaitu memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi, tertarik terhadap tugas-tugas yang menantang, berani mengambil

resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin

mencari pengalaman-pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain.

Sementara pada fase mengkomunikasikan jawaban, pada pertemuan kedua

ini siswa sudah mulai berani untuk mengemukakan pendapatnya. Setelah

pembelajaran selesai guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, merefleksi

pembelajaran, dan siswa diberi PR oleh guru.

c. Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga atau pertemuan terakhir, pembelajaran yang

dilakukan pun hampir sama dengan pembelajaran pertama dan kedua, hanya saja

materi yang diajarkan berbeda. Materi yang dipelajari pada pertemuan ketiga ini

adalah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume

dari kubus dan balok. Materi ini adalah materi lanjutan dari pertemuan pertama dan

kedua.

Pada pertemuan ketiga ini siswa sudah terbiasa dengan kegiatan investigatif,

siswa mulai paham apa yang harus dilakukan pada saat fase membaca masalah, fase

memecahkan masalah, dan fase mengkomunikasikan jawaban. Siswa mengotak-atik

kembali media yang diberikan guru pada tiap kelompok. Hampir sama dengan

pembelajaran sebelumnya, tiap kelompok diberikan karton yang berbentuk kubus dan

balok. Seperti biasa siswa diminta untuk membongkarnya. Setelah itu siswa harus

mengisi soal yang ada di LKS. Pada awalnya siswa cukup kebingungan degan soal

cerita yang ada dalam LKS. Namun dengan bimbingan guru, siswa mampu

menyelesaikan soal demi soal.

Pada saat jalannya diskusi banyak siswa yang ingin menunjukkan bahwa

dirinya mampu menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa terus memnaggil guru

untuk menghampiri kelompoknya dan melihat apa yang telah mereka kerjakan.

Terjadi peningkatan kembali daripada pertemuan pertama dan kedua, pada pertemuan

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

136

ketiga ini siswa lebih percaya diri untuk menyampaikan hasil penyelidikan mereka di

depan kelas dan dihadapan teman-temannya yang lain. Setelah pembelajaran selesai

guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, merefleksi pembelajaran, dan siswa

diberi PR oleh guru.

Siswa kelas eksperimen yang telah mengikuti pembelajaran luas permukaan

dan volume kubus dan balok dengan menerapkan pendekatan investigatif diberikan

postes untuk meilihat adanya peningkatan atau tidak. Kelas eksperimen mengalami

peningkatan dari sisi nilai rata-rata kelas yang tadinya 17,13 menjadi 58,72. Nilai

rata-rata kelas eksperimen yang meningkat dapat diikuti dengan meningkatnya

kemampuan berpikir kreatif matematis kelas ini secara signifikan. Hal ini dibuktikan

dengan nilai rata-rata gain di kelas kontrol yaitu 0,53.

Selain itu, dibuktikan juga dengan hasil uji perbedaan rata-rata dengan

menggunakan uji Paired Samples Test dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan

nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000. Dan nilai P-value (Sig. 1-tailed) yang didapat

nilainya lebih kecil dari α = 0,05 dengan nilai 0,000. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

investigatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD

pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok secara signifikan.

3. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Eksperimen dan Siswa Kelas Kontrol

Pembelajaran luas permukaan dan volume kubus dan balok dengan

pembelajaran yang konvensional maupun pembelajaran yang menerapkan pendekatan

investigatif sama-sama dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa dengan baik, tetapi walaupun demikian pendekatan investigatif terbukti lebih

baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis secara signifikan.

Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif

matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan investigatif.

Hal tersebut terlihat juga dari perolehan gain normal, di kelas eksperimen

dari 40 siswa, 9 siswa yang mengalami peningkatan yang tergolong tinggi, 8 siswa

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

137

yang tergolong rendah, dan sisanya mengalami peningkatan sedang sebanyak 33

siswa. Sedangkan di kelas kontrol dari 40 siswa, hanya terdapat 5 siswa mengalami

peningkatan yang tinggi, 23 siswa mengalami peningkatan tingkat sedang, sedangkan

12 siswa mengalami peningkatan tingkat rendah.

Selain itu dari hasil perhitungan yang telah diuraikan dan dapat dilihat pada

Tabel 4.36 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,039. Dan nilai P-value (Sig. 1-

tailed) yang didapat nilainya lebih kecil dari α = 0,05 dengan nilai 0,0195. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa P-value (Sig.1-tailed) lebih kecil dari taraf signifikansi

0,05. Oleh karena itu, H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan rata-rata

peningkatan kelas eksperimen dan kontrol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigatif lebih baik

secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Perbedaan peningkatan tersebut dikarenakan dalam pembelajaran luas

permukaan dan volume kubus dan balok dengan menerapkan pendekatan investigatif,

siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis mereka

pada saat mereka melakukan kegiatan investigasi atau penyelidikan. Siswa dilatih

untuk kreatif dalam membaca masalah dari berbagai sudut pandang serta dilatih untuk

kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Setiawan (2006) yang menyatakan bahwa pada saat melakukan kegiatan investigatif

secara berkelompok siswa akan mengalami tiga fase yaitu fase membaca masalah,

fase memecahkan masalah, dan fase mengkomunikasikan jawaban. Dari ketiga fase

tersebut, pada fase pertama dan kedua siswa dilatih untuk mempunyai kreativitas

yang tinggi, sehingga pembelajaran luas permukaan dan volume kubus dan balok

dengan pendekatan investigatf dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

matematis dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

4. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan

Pendekatan Investigatif

Secara umum respon siswa terhadap pembelajaran matematika tentang luas

permukaan dan volume dari kubus dan balok dengan pendekatan investigatif ialah

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

138

positif. Pembelajaran dengan pendekatan investigatif pada kelas eksperimen direspon

baik oleh siswa. Siswa merasa senang belajar matematika dengan pendekatan

investigatif. Hal tersebut karena pembelajaran investigatif dalam proses

pembelajarannya menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan

aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri

materi pembelajaran. Tidak seperti pembelajaran konvensional yang menempatkan

siswa sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

Dalam pembelajaran investigatif siswa didorong untuk aktif membangun

pengetahuannya sendiri sehingga terhindar dari pembelajaran yang monoton. Siswa

di kelas eksperimen sangat antusias dalam proses pembelajaran. Hal tersebut

didukung dengan rata-rata skor pernyataan angket siswa secara keseluruhan adalah

4,075 atau sekitar 81,5% siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran

luas permukaan dan volume kubus dan balok dengan pendekatan investigatif.

5. Faktor-faktor yang Mendukung Terlaksananya Proses Pembelajaran

dengan Menggunakan Pendekatan Investigatif

Faktor pendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan pendekatan

investigatif yakni kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas

eksperimen dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa,

sehingga dapat memicu partisipasi yang aktif dan motivasi belajar siswa yang cukup

tinggi. Selain itu pembelajaran di kelas eksperimen dapat menjadikan pembelajaran

yang bermakna serta dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, karena

siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Hal tersebut merupakan sebagian dari

faktor yang mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.

Selain itu, perencanaan pembelajaran yang baik juga telah disiapkan

sebelumnya sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang baik pula dan

menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Selain dari faktor guru, siswa-siswa

yang merespon baik terhadap pembelajaran pun menjadi faktor pendukung

keberhasilan suatu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigatif.

Siswa-siswa dapat merespon baik pembelajaran matematika dengan menggunakan

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.upi.edu/19630/6/s_pgsd_kelas_1103684_chapter4.pdf · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Pengolahan data kuantitatif dilakukan

139

pendekatan investigatif ini dikarenakan pembelajarannya sesuai dengan karakteristik

siswa yang masih berada pada tahap operasional konkret.

Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Jean Piaget (Maulana, 2008a) yang

menyatakan bahwa usia anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret

yang mana pada tahap ini siswa mengembangkan konsep melalui penggunaan benda-

benda konkret untuk mengetahui hubungan dan berbagai model ide yang bersifat

abstrak. Dengan kegiatan penyelidikan pada pendekatan investigatif, siswa terlibat

aktif dalam pembelajaran sehingga siswa merasa tertantang, kreatif, dan tidak cepat

bosan. Hal tersebut juga sesuai dengan salahsatu karakteristik pendekatan investigatif

yang diungkapkan oleh Edmmond & Knight (dalam Lidinillah, 2009b), yang

menyatakan bahwa salahsatu karakteristik pendekatan investigatif adalah Self-

discovery, artinya siswa dilatih untuk menemukan sendiri pengetahuan yang baru

bagi dirinya meskipun hal tersebut tidak terlepas dari bantuan guru. Pada aspek ini

guru hanya sebagai fasilitator, artinya guru tidak membantu secara penuh. Kegiatan

ini lebih menekankan siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya dan kemampuan

proses matematiknya melalui kegiatan penyelidikan. Siswa juga didorong untuk

mengasah kemampuan berpikir keatif matematisnya, sehingga siswa lebih tertantang

dari pembelajaran yang biasa mereka dapatkan.

Selain terdapat faktor pendukung dalam pembelajaran investigatif, terdapat

pula faktor penghambat dari pendekatan investigatif. Adapun faktor penghambat

selama pembelajaran dengan menerapkan pendekatan investigatif adalah sebagai

berikut.

a. Suasana pembelajaran yang kurang kondusif, karena suara gaduh dari siswa-

siswa. Ketika ada siswa yang bertanya, siswa yang lain ikut bertanya. Mereka

berebut untuk bertanya terlebih dahulu. Siswa melakukan protes kepada gurunya

ketika siswa tidak ditunjuk pertama, karena siswa merasa guru telah pilih kasih.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, ada beberapa

siswa yang masih saja mengobrol, lari kesana kemari mencari perhatian dan

mengganggu teman yang lain pada saat diskusi berlangsung.