Top Banner
76 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Petikan Putusan Nomor 1361 K/Pid.Sus/2012 Berdasarkan pemeriksaan perkara pidana khusus dalam tingkat kasasi Mahkamah Agung telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa : H. Untung Sarono Wiyono Sukarno, SH. Bahwa terdakwa berada di luar tahanan dan pernah ditahan sejak tanggal 12 Juli 2011 sampai dengan tanggal 30 Maret 2012 ; Dalam hal ini berdasarkan petikan putusan diatas bahwa Mahkamah Agung telah membacakan putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Nomor 78/Pid.sus/2011/PN-TIPIKOR-Smg., tanggal 21 Maret 2012, membaca akta permohonan kasasi yang diajukan oleh Jaksa/ Penuntut Umum Nomor: 06/Kasasi/Akta.Pid.Sus/2012/PN.Tipikor.Smg.,
33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS...76 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Petikan Putusan Nomor 1361 K/Pid.Sus/2012 Berdasarkan pemeriksaan perkara

Feb 10, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 76

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Petikan Putusan Nomor 1361 K/Pid.Sus/2012

    Berdasarkan pemeriksaan perkara pidana khusus

    dalam tingkat kasasi Mahkamah Agung telah

    memutuskan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :

    H. Untung Sarono Wiyono Sukarno, SH. Bahwa

    terdakwa berada di luar tahanan dan pernah ditahan sejak

    tanggal 12 Juli 2011 sampai dengan tanggal 30 Maret

    2012 ;

    Dalam hal ini berdasarkan petikan putusan diatas

    bahwa Mahkamah Agung telah membacakan putusan

    Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Nomor

    78/Pid.sus/2011/PN-TIPIKOR-Smg., tanggal 21 Maret

    2012, membaca akta permohonan kasasi yang diajukan

    oleh Jaksa/ Penuntut Umum Nomor:

    06/Kasasi/Akta.Pid.Sus/2012/PN.Tipikor.Smg.,

  • 77

    Jo. Nomor : 78/Pid.Sus/2011/PN.Tipikor.Smg., tanggal

    29 Maret 2012 dan Membaca surat-surat yang

    bersangkutan

    Berdasarkan Putusan tersebut yaitu dengan

    memperhatikan Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU Nomor

    31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah

    dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009,

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, Undang-Undang

    Nomor 14 Tahun, Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan

    kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009

    serta peraturan perundang-undangan lain yang

    bersangkutan.

    Bahwa dengan memperhatikan Pasal diatas maka

    Mahkamah agung mengabulkan permohonan kasasi dari

    Pemohon Kasasi : Jaksa/ Penuntut Umum pada

    Kejaksaan Negeri Sregan tersebut dan membatalkan

    putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang

    Nomor : 78/Pid.sus/2011/PN-TIPIKOR-Smg., tanggal 21

    Maret 2012.

  • 78

    Dengan demikia Hakim menjatuhkan pidana terhadap

    terdakwa yaitu sebagai berikut:

    1. Menyatakan bahwa Terdakwa H. Untung

    Sarono Wiyono Sukarno, Sh telah terbukti

    secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

    tindak pidana “Korupsi secara bersama-sama” ;

    2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh

    karena itu dengan pidana penjara selama 7

    (tujuh) tahun dan denda sebesar Rp

    200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan

    ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar,

    maka diganti dengan pidana kurungan selama 6

    (enam) bulan ;

    3. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa untuk

    membayar uang pengganti sebesar Rp

    10.50.445.352,- (sepuluh milyar lima ratus satu

    juta empat ratus empat puluh lima ribu tiga ratus

    lima puluh dua rupiah) dengan ketentuan apabila

    Terdakwa tidak membayar uang pengganti dalam

  • 79

    waktu 1 (satu) bulan sejak putusan Pengadilan

    berkekuatan hukum tetap, maka harta bendanya

    dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk

    menutupi uang pengganti tersebut, dan dalam hal

    Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang

    mencukupi untuk membayar uang pengganti,

    maka Terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 4

    (empat) tahun ;

    4. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani

    oleh Terdakwa sebelum putusan ini mempunyai

    kekuatan hukum tetap akan dikurangkan

    seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

    2. Tuntutan Sanksi Uang Pengganti oleh JPU

    Berkaitan dengan uang pengganti kerugian negara

    dalam perkara korupsi dapat merujuk pada Pasal 18

    Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999.1 Berdasarkan

    Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

    1 Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi.Jakarta:

    Solusi Publishing.Hlm.22.

  • 80

    Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu

    sebagai berikut: 2

    1. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak

    yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari

    tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik

    terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan,

    begitu pula dari barang-barang yang menggantikan

    barang-barang tersebut;

    2. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang

    diperoleh dari tindak pidana korupsi;

    3. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 tahun;

    4. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan

    tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh

    Pemerintah kepada terpidana.

    Ramelan mengungkapkan bahwa pembayaran uang

    pengganti dalam rangka penyelesaian keuangan Negara

    mengalami kendala, kendala tersebut yaitu.3

    1. Kasus korupsi dapat diungkapkan setelah berjalan dalam kurun waktu yang lama sehingga

    sulit untuk menelusuri uang atau harta kekayaan

    yang diperoleh dari korupsi.

    2. Dengan berbagai upaya pelaku korupsi telah menghabiskan uang hasil korupsi atau

    2Ermansjah Djaja. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta:Sinar Grafika.2010.hlm.148.

    3 Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi.Jakarta: Solusi Publishing Op.cit. Hlm 15

  • 81

    mempergunakan / mengalihkan dalam bentuk

    lain termasuk mengatasnamakan nama orang lain

    yang sulit terjangkau hukum.

    3. Dalam pembayaran pidana uang pengganti, si terpidana banyak yang tidak sanggup membayar.

    4. Adanya pihak ketiga yang menggugat pemerintah atas barang bukti yang disita dalam rangka

    pemenuhan pembayaran uang pengganti.

    Berdasarkan Petikan Putusan Nomor

    1361/K/Pid.Sus/2012, terpidana H.Untung Sarono Sukarno,

    SH di pidana membayar uang pengganti. Setelah Putusan

    mempunyai kekuatan hukum tetap maka JPU melakukan

    eksekusi.

    Pasal 18 ayat (2) yaitu “jika terpidana tidak membayar

    uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf

    b paling lama dalam 1 (satu) bulan sesudah putusan

    pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,

    maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan di lelang

    untuk menutupi uang pengganti tersebut”.

    Dalam Pasal 18 ayat (2) terdapat hambatan dalam

    pembayaran uang pengganti yaitu terdapat batas waktu

    dalam pembayaran uang pengganti yaitu paling lama 1 (satu)

    bulan. Jaksa Penuntut umum selaku eksekutor atau pelaksana

  • 82

    dari putusan pengadilan berdasarkan Pasal 270 KUHAP

    tidak memiliki kewenangan untuk memperpanjang batas

    waktu tersebut.4

    Dengan adanya batas waktu tersebut terpidana ternyata

    tidak melaksanakan pembayaran uang pengganti, maka Jaksa

    Penuntut Umum dapat menyita dan melelang harta benda

    terpidana. Penyitaan harta benda kepunyaan terdakwa atau

    terpidana tindak pidana korupsi dilakukan Jaksa Penuntut

    Umum tanpa harus meminta izin Ketua Pengadilan Negeri

    setempat.5

    Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) harta benda terpidana H.

    Untung Sarono Wiyono Sukarno, SH tidak mencukupi untuk

    membayar uang pengganti. Dalam hal ini bahwa berdasarkan

    alinea ke-8 penjelasan Undang-undang Nomor 31 Tahun

    1999 disebutkan: “Selain itu, Undang-undang ini memuat

    juga pidana penjara bagi pelaku tindak pidana Korupsi yang

    4 Ermansjah Djaja. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: sinar Grafika.

    Hlm152. 5 Ermansjah Djaja. Ibid.Hlm.153.

  • 83

    tidak dapat membayar pidana tambahan berupa uang

    pengganti kerugian negara.”6

    Berdasarkan penjelasan diatas bahwa secara implisit

    berkaitan dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 18 ayat

    (3) Undang-undang 31 Tahun 1999 merupakan lanjutan dari

    ketentuan yang diatur dalam Pasal 18 ayat (2) Undang-

    undang Nomor 31 tahun 1999.

    Dalam Pasal 18 ayat (3) bahwa apabila batas waktu 1

    (satu) bulan sesudah keputusan pengadilan memperoleh

    kekuatan hukum tetap maka dipidana penjara yang tidak

    melebihi ancaman pidana pokok. Berdasarkan Pasal 18 ayat

    (3) bahwa terpidana H.Untung Sarono Wiyono Sukarno, SH

    setelah harta bendanya disita dan dilelang, ternyata harta

    bendanya masih belum mencukupi untuk membayar uang

    pengganti, maka dipidana penjara.

    Dalam hal ini bahwa pidana penjara yang dijatuhkan

    kepada terpidana karena tidak mempunyai harta benda yang

    mencukupi untuk membayar uang pengganti. Dalam hal ini

    6 Himpunan Peraturan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Jakarta: CV Eko

    Jaya.Hlm.149.

  • 84

    bahwa pidana penjara tersebut tidak boleh melebihi ancaman

    maksimum pidana penjara dari ketentuan tentang tindak

    pidana korupsi yang telah dilakukan oleh terpidana.7

    Pembayaran uang pengganti selain diatur dalam

    Undang-undang Tipikor juga diatur dalam Surat Edaran

    Jaksa Agung yang mana telah dibahas dalam Bab II. Dalam

    hal ini bahwa terjadi delematika tersendiri dalam Surat

    Edaran Jaksa Agung tersebut. Surat Edaran Nomor 4 Tahun

    1988 dikeluarkan berdasarkan Undang-undang Nomor 3

    Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

    Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 pada dasarnya tidak

    digunakan instrumen perdata untuk menggembalikan

    kerugian keuangan negara. Berdasarkan Surat Edaran Jaksa

    Agung tersebut bahwa eksekusi dalam pidana pembayaran

    uang pengganti yaitu apabila harta benda terpidana sudah

    7 Ermansjah Djaja. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: sinar Grafika.

    Hlm155.

  • 85

    tidak mencukupi lagi, sisanya dapat ditagih oleh kejaksaan

    pada lain kesempatan. 8

    Berdasarkan Penelitian yang diperoleh Penulis bahwa

    dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

    Pemberantasan Korupsi mengungkapkan bahwa dalam Pasal

    32, Pasal 33, dan Pasal 34 dan Pasal 38 C Undang-undang

    Nomor 20 Tahun 2001 dengan tegas menyatakan

    menngunakan instrumen perdata.9

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

    tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, belum

    mampu mengupayakan pembayaran uang pengganti, maka

    dikeluarkan Surat Edaran Jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009 tentang tata cara penyelesaian denda dan

    uang pengganti dalam perkara tindak pidana korupsi.

    Berdasarkan Surat Edaran Agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009 dalam penyelesaian uang pengganti poin

    1 (satu) tersebut menyebutkan bahwa pembayaran uang

    8Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi.Jakarta:

    Solusi Publishing. Hlm .44. 9 Efi Laila Kholis.Ibid. Hlm. 44.

  • 86

    pengganti tidak bisa dialihkan ke datun dan tidak bisa

    diangsur. Dalam hal in terpidana H.Untung Sarono Wiyono

    Sukarno, SH tidak bisa membayar uang pengganti , maka

    pembayaran uang pengganti tidak bisa dialihkan ke datun

    atau tidak bisa di angsur.

    Penyelesaiaan uang pengganti poin 2 (dua)

    mengungkapkan bahwa apabila terpidana akan membayar

    uang pengganti sebelum hukuman pokok selesai

    dilaksanakan, maka dapat diterima selanjutnya berita acara

    pelaksanaan pidana penjara subsidair uang pengganti

    dibatalkan. Berdasarkan poin 2 tersebut perlu adanya peran

    serta JPU dalam melakukan pendekatan terhadap terpidana.

    Namun dalam Surat Edara jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009 nomor 6 (enam) menyatakan bahwa

    dapat dilakukan gugatan perdata berdasarkan Pasal 1365

    KUHP perdata. Meskipun mempunyai kelemahan yaitu jaksa

    pengacara negara dalam gugatan perdata memerlukan surat

    kuasa khusus, namun pihak yang dirugikan tidak

  • 87

    memberikan surat kuasa khusus. Oleh karena itu jaksa

    pengacara negara tidak dapat melakukan gugatan.

    Dengan demikian Jaksa Agung mengeluarkan Surat

    Edaran Nomor B-1113/F/Fd.1/05/2010, tanggal 18 mei 2010

    juga mengungkapkan bahwa .10

    “Penanganan perkara tindak

    pidana korupsi diprioritaskan pada pengungkapan perkara

    yang bersifat big fish (berskala besar, dilihat dari pelaku dan/

    atau nilai kerugian keuangan negara) dan still going on

    (tindak pidana korupsi yang dilakukan terus menerus atau

    berkelanjutan),11

    agar dalam penegakan hukum

    mengedepankan rasa keadilan masyarakat, khususnya bagi

    masyarakat yang dengan kesadarannya telah mengembalikan

    kerugian keuangan negara (restoratif justice), terutama

    terkait perkara tindak pidana korupsi yang nilai kerugian

    keuangan negara relatif kecil perlu dipertimbangkan untuk

    tidak ditindaklanjuti, kecuali yang bersifat still going on.”

    10

    Kejaksaan Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung RI. Himpunan Tata Naskah dan Petunjuk Teknis Penyelesaiaan Perkara Tindak Pidana Khusus. 2010.Hlm.120-123.

    11 sesuai penjelasan Jaksa Agung RI saat RAKER dengan Komisi III DPR RI tanggal 5

    Mei 2010 dan pengarahan Presiden RI pada pembukaan Rakor MAHKUMJAPOL di Istana Negara tanggal 4 Mei 2010.

  • 88

    B. Analisis

    1. Kebijakan Formulasi Dalam Ketentuan Undang-undang Tipikor

    Berdasarkan dari hasil penelitian di atas yaitu

    kebijakan hukum dalam pengembalian kerugian keuangan

    negara berupa pembayaran uang pengganti oleh terpidana

    korupsi, maka penulis mengemukakan analisis sebagai

    berikut:

    Tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan

    negara atau perekonomian negara dan menghambat

    pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam

    rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

    berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.12

    Dalam hal ini bahwa akibat tindak pidana korupsi yang

    terjadi selama ini selain merugikan keuangan negara dan

    perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan

    12

    Ermansjah Djaja. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: sinar Grafika. Hlm.98-99.

  • 89

    kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut

    efiensi tinggi.

    Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang

    Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak

    pidana korupsi, bahwa kerugian keuangan negara belum

    bisa maksimal dilakukan. Dalam hal ini bahwa

    pengembalian kerugian negara dapat dilakukan melalui

    dua instrumen hukum yaitu instrumen pidana dan

    instrumen perdata.13

    Pengembalian kerugian negara melalui instrumen

    hukum pidana dapat merujuk pada Pasal 18 ayat (1), (2),

    dan (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999.

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

    pengembalian kerugian keuangan negara diupayakan

    melalui pidana tambahan. Dalam pidana tambahan

    tersebut menyebutkan adanya pembayaran uang pengganti

    yaitu terdapat dalam Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 18 ayat

    13

    Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi.Jakarta: Solusi Publishing.Hlm .44.

  • 90

    (3). Namun upaya tersebut belum mampu dalam

    mengupayakan pengembalian kerugian keuangan negara.

    Pengembalian kerugian keuangan negara melalui

    instrumen hukum perdata dapat merujuk pada Pasal 32

    ayat (2), Pasal 33, Pasal 34 Undang-undang Nomor 31

    tahun 1999 dan Pasal 38 C Undang-undang Nomor 20

    tahun 2001.14

    Dalam instrumen perdata tersebut jaksa

    melakukan gugatan perdata terhadap terpidana. Namun

    jaksa hanya bisa melakukan gugatan perdata tersebut yaitu

    berkenaan dengan:

    1. putusan bebas15; 2. tersangka meninggal dunia pada saat

    dilakukan penyidikan16

    ;

    3. terdakwa meninggal dunia pada saat dilakuakan pemeriksaan di sidang

    pengadilan17

    4. setelah putusan diketahui diduga dan patut diduga mempunyai harta benda.

    18

    Berdasarkan penjelasan di atas bahwa gugatan

    perdata hanya bisa dilakukan sesuai dengan ketentuan

    14

    Efi Laila Kholis. Ibid. 44. 15

    Lihat Pasal 32 ayat (2) Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 16

    Lihat Pasal 33 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 17

    Lihat Pasal 34 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 18

    Lihat Pasal 38 C Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001

  • 91

    diatas , selain ketentuan di atas gugatan perdata tidak bisa

    dilakukan. Oleh karena berdasarkan instrumen hukum

    pidana pengembalian kerugian keuangan negara berupa

    pembayaran uang pengangganti tidak bisa dilakukan

    secara maksimal.

    Berdasarkan hasil penelitian di Kejaksaan Negeri

    Sragen oleh Penulis antara lain: kasus korupsi terpidana

    H. Untung Sarono Wiyono Sukarno, SH. 19

    Dalam hal ini berdasarkan Putusan Nomor1361

    K/Pid.Sus/2012 menjatuhkan pidana terhadap H. Untung

    Sarono Wiyono Sukarno, SH dengan pidana penjara

    selama 7 (tujuh) tahun dan denda sebesar Rp

    200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan

    apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan

    pidana kurungan selama 6 (enam) bulan.

    Hakim juga menjatuhkan untuk membayar uang

    pengganti sebesar Rp 10.50.445.352,- (sepuluh milyar

    lima ratus satu juta empat ratus empat puluh lima ribu tiga

    ratus lima puluh dua rupiah) dan apabila terdakwa tidak

    19

    Penelitan di Kejaksaan Negeri Sragen

  • 92

    mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar

    uang pengganti, maka Terdakwa dijatuhi pidana penjara

    selama 4 (empat) tahun .

    Maka berdasarkan Pasal 18 ayat (2) bahwa “jika

    terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu

    1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah

    memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya

    dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang

    pengganti”. Namun berdasarkan Putusan diatas bahwa

    terpidana tidak membayar uang pengganti.

    Dalam Pasal 18 ayat (2) Undang-undang Nomor 31

    Tahun 1999 tersebut mempunyai hambatan yaitu jaksa

    selaku eksekutor hanya mempunyai waktu 1 (satu) bulan

    dalam mengupayakan pembayaran uang pengganti. Dalam

    waktu yang terlalu singkat tersebut jaksa kesulitan dalam

    mencari harta benda terpidana mengingat bahwa jaksa

    tidak melakukan penyitaan diawal penyidikan.

  • 93

    Maka JPU harus memanggil terpidana (formulir D1)

    untuk menanyakan apakah terpidana bersedia membayar

    uang atau akan menjalani pidana penjara dengan membuat

    surat pernyataan (D2).

    Dalam Pasal 18 ayat (3) juga menjadi penghambat

    pengembalian kerugian keuangan negara. Berdasarkan

    Pasal tersebut bahwa terpidana dapat memilih yaitu

    menjalani pidana penjara atau membayar uang pengganti.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis

    bahwa dalam kasus H. Untung Sarono Wiyono Sukarno,

    SH memilih untuk menjalani pidana penjara dari pada

    membayar uang pengganti.

    Perlu diketahui bahwa pengembalian kerugian

    keuangan negara kurang sesuai dengan jiwa Undang-

    undang Tipikor yaitu tindak pidana korupsi sangat

    merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

    dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus

  • 94

    diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan

    makmur. 20

    Berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009 tentang tata cara penyelesaian denda

    dan uang pengganti dalam perkara tindak pidana korupsi

    nomor 2 (dua) poin 1 (satu), bahwa pembayan uang

    pengganti tidak bisa diahkan ke DATUN dan tidak dapat

    diangsur. Dengan adanya surat edaran tersebut dapat

    dipahami bahwa apabila terpidana tidak mampu

    membayar secara otomatis terdakwa akan menjalani

    pidana penjara. Dalam hal ini diungkapkan juga dalam

    Surat Edara Jaksa Agung Nomor B-28/A/Ft.1/05/2009

    tanggal 11 Mei 2009.

    ”untuk memberikan rasa keadilan kepada terpidana

    yang membayar uang pengganti tetapi hanya sebagian

    (tidak penuh) dari pidana dalam putusan, maka didalam

    amar tuntutan supaya ditambah klausul: “apabila

    terdakwa/ terpidana membayar uang pengganti, maka

    jumlah uang pengganti yang dibayarkan tersebut akan

    diperhitungkan dengan lamanya pidana tambahan berupa

    20

    Ermansjah Djaja. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: sinar Grafika. Hlm100.

  • 95

    pidana penjara sebagai ganti dari kewajiban membayar

    uang pengganti”.

    Namun dalam hal ini bahwa berdasarkan Surat Edaran

    Jaksa Agung Nomor 020/A/J.A/04/2009 tentang tata cara

    penyelesaian denda dan uang pengganti dalam perkara

    tindak pidana korupsi nomor 2 (dua) poin 2(dua), bahwa

    apabila terpidana akan membayar uang pengganti sebelum

    hukuman pokok selesai dilaksanakan, maka dapat

    diterima selanjutnya berita acara pelaksanaan pidana

    penjara subsidair uang pengganti dibatalkan.

    Maka berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung

    020/A/J.A/04/2009 tentang tata cara penyelesaian denda

    dan uang pengganti dalam perkara tindak pidana korupsi

    lebih maju dari pada Undang-undang Nomor 31 Tahun

    1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.

    Namun dalam hal ini bahwa Surat Edara Jaksa Agung

    Nomor B-020/A/J.A/04/2009 tidak sesuai dengan nomor 6

    yaitu” apabila uang pengganti tidak dibayar, maka pihak

    yang dirugikan baik instansi Pemerintah, BUMN, BUMD

    maupun Badan Hukum lain yang mengelola keuangan

  • 96

    negara masih berhak untuk memiliki harta kekayaan

    dengan dasar Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum

    Pidana, yang menyebutkan:

    “tiap perbuatan yang melanggar hukum dan

    mengakibatkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan

    orang yang menimbulkan kerugian itu karena

    kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.” Dalam

    pelaksanaannya dapat memberi Surat kuasa khusus

    kepada kejaksaan Selaku Jaksa pengacara negara.

    Dalam hal ini bahwa pada saat Jaksa penuntut Umum

    melakukan eksekusi pembayaran uang pengganti terhadap

    terpidana kasus H. Untung Sarono Wiyono Sukarno, SH,

    mengalami kendala. Kendala yang dialami Jaksa

    Penuntut, yaitu sebagai berikut.21

    1. Terpidana sudah tidak memiliki harta benda

    ketika eksekusi dilakukan oleh JPU;

    2. Pada saat menyitaan harta benda yang belum

    diketahui keberadaannya (berdasarkan Pasal 18

    ayat (2)), karena pada saat penyidikan tidak

    21

    Wawancara JPU kejaksaan Negeri Sragen 1 Januari 2014

  • 97

    dilakukan pencarian aset dan penyitaan

    terhadap harta benda.

    3. Apabila dilakukan gugatan perdata sesuai Surat

    Edara Jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009, Jaksa pengacara negara

    kesulitan dalam memperoleh surat kuasa khusus

    dari pihak yang dirugikan.

    Namun dengan kendala diatas bahwa Jaksa

    melakukan pendekatan terhadap terpidana. Dalam hal ini

    bahwa setelah 6 (enam) tahun sebelum masa berakhirnya

    pidana pokok ternyata JPU menemukan aset terpidana.

    Dalam hal ini bahwa aset tersebut di duga hasil tindak

    pidana korupsi.

    Namun berdasarkan nomor 2 (dua) poin 2 (dua)

    dalam Surat Edaran Jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009 bahwa Apabila terpidana akan

    membayar uang pengganti sebelum hukuman pokok

    selesai dilaksanakan, maka dapat diterima selanjutnya

  • 98

    berita acara pelaksanaan pidana penjara subsidair uang

    pengganti dibatalkan.

    Berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung Agung

    Nomor B-020/A/J.A/04/2009 nomor 6 (enam) dapat

    dilakukan gugatan perdata sesuai dengan Pasal 1365

    KUHP Perdata. Maka dengan adanya Surat Edaran Jaksa

    Agung Nomor B-020/A/J.A/04/2009 tersebut mempunyai

    peluang adanya pengembalian kerugian keuangan negara

    oleh terpidana kasus korupsi.

    Namun dalam hal ini berdasarkan Pasal 18 ayat (1),

    Pasal (2), dan Pasal (3) Undang-Undang Nomor 31 tahun

    1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi dan

    Surat Edaran Jaksa Agung Nomor B-020/A/J.A/04/2009

    belum cukup dalam mengupayakan pengembalian

    kerugian keuangan negara. Berdasarkan penjelasan diatas

    Jaksa Penuntut Umum mengalami kendala. Dalam hal ini

    bahwa kendala yang dihadapi oleh penegak hukum yaitu

    sebagai berikut.

    1. Terpidana sudah tidak memiliki harta bendanya.

  • 99

    2. Waktu yang diberikan Undang-undang tidak

    cukup dalam pencarian harta benda terpidana,

    mengingat penyitaan harta benda tidak

    dilakukan pada saat penyidikan.

    3. Adanya pidana penjara apabila tidak bisa

    membayar uang pengganti, memberikan celah

    kepada terpidana untuk tidak membayar uang

    pengganti, sebagai salah satu upaya

    pengembalian kerugian keuangan negara.

    4. Jaksa pengacara negara mengalami kesulitan

    memperoleh surat kuasa khusus dari pihak yang

    dirugikan untuk melakukan gugatan perdata.

    2. Ide Dasar Pembaharuan Hukum Pidana Mengenai Kebijakan Hukum Dalam Sanksi Uang Pengganti

    Berdasarkan analisis diatas bahwa dengan adanya

    tahap formulasi maka pencegahan dan penanggulangan

    kejahatan bukan hanya tugas aparat penegak/ penerap

  • 100

    hukum, tetapi juga tugas aparat pembuat hukum.22

    Kesalahan / kelemahan kebijakan legislatif merupakan

    kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat upaya

    pencegahan dan penanggulangan kejahatan pada tahap

    aplikasi dan eksekusi.

    Pengembalian kerugian keuangan negara oleh

    terpidana kasus korupsi, yaitu dalam Pasal 18 Ayat (1),

    ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun

    1999 dan Surat edaran Jaksa Agung Nomor B-

    020/J.A/04/2009 belum cukup dalam mengupayakan

    pengembalian kerugian keuangan negara berupa

    pembayaran uang pengganti. Berdasarkan Undang-undang

    Tipikor yaitu sebagai berikut:

    1. Dalam Pasal 18 ayat (2) bahwa permasalahan

    yang dihadapi yaitu jaksa tidak mempunyai

    cukup waktu dalam pencarian harta benda

    terpidana, mengingat bahwa jaksa tidak

    melakukan penyitaan dalam penyidikan.

    22

    Barda nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan. Hlm.79.

  • 101

    2. Dalam Pasal 18 ayat (3) mengalami hambatan

    dalam pengembalian kerugian keuangan

    negara yaitu dalam Pasal ini memungkinkan

    terpidana tidak membayar uang pengganti

    melainkan menjalani pidana subsideir.

    Dalam Surat Edaran Jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/2009 juga mengupayakan pengembalian

    kerugian keuangan negara, namum dalam pembayaran

    uang pengganti juga mempunyai hambatan tersendiri.

    Hambatan yang dihadapi dalam pembayaran uang tidak

    dapat di alihkan ke datun apabila lewat dari waktu yang di

    tentukan Undang-undang Tipikor. Namun dalam hal ini

    bahwa apabila terpidana akan membayar uang pengganti

    sebelum hukuman pokok selesai dilaksanakan, maka

    dapat diterima selanjutnya berita acara pelaksanaan pidana

    penjara subsidair uang pengganti dibatalkan23

    .

    Berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009 diatas bahwa perlu adanya kesadaran

    23

    Surat Edaran jaksa Agung. Hlm.68.

  • 102

    terpidana dalam pengembalian kerugian keuangan negara

    dan perlu adanya peran serta Jaksa dalam pencarian aset.

    Surat Edaan jaksa agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009 diatas dalam penyelesaiaan uang

    pengganti poin 1 (satu) tidak sesui dengan nomor 6.

    Dalam hal ini bahwa berdasarkan Surat Edaan Jaksa

    Agung Nomor B-020/A/J.A/04/2009 yaitu dalam nomor)

    poin 1 (satu) “ pembayaran uang pengganti tidak bisa

    dialihkan ke DATUN dan tidak bisa diangsur”.

    Sedangkan Surat Edaan Jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A//04/2009 yaitu dalam nomor 6 (enam) bahwa

    “apabila uang pengganti tidak dibayar, maka pihak yang

    dirugikan baik instansi Pemerintah, BUMN, BUMD

    maupun Badan Hukum lain yang mengelola keuangan

    negara masih berhak untuk memiliki harta kekayaan

    dengan dasar Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum

    Pidana, yang menyebutkan”:

    “tiap perbuatan yang melanggar hukum dan

    mengakibatkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan

  • 103

    orang yang menimbulkan kerugian itu karena

    kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.”

    Berdasarkan Surat Edaan Jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/2009 yaitu dalam nomor 6 (enam) memberikan

    peluang baru dalam pengembalian kerugian keuangan

    negara berupa pembayaran uang pengganti yang timbul

    dari perbuatan korupsi. Namun dalam prakteknya

    mengalami kendala yaitu pihak yang dirugian baik

    instansi pemerintah, BUMN, BUMD jarang sekali

    memberikan surat kuasa khusus kepada kejaksaan selaku

    Jaksa Pengacara Negara yang mendasarkan pada Pasal

    1365 KUH Perdata. Oleh karena itu jaksa jarang

    melakuakn gugatan perdata.

    Selain itu kendala yang dihapi yaitu dalam proses

    perdata membutuhkan biaya yang tidak sedikit mulai

    proses pendaftaran gugatan di Pengadilan Negeri sampai

    persidangan dan biasanya perkara perdata terus melalui

    upaya banding, kasasi sampai dengan peninjauan

  • 104

    kembali.24

    Setelah perkara inkracht pun untuk

    mengajukan permohonan eksekusi juga membutuhkan

    biaya.

    Dalam hal ini bahwa gugatan perdata yang bisa

    dilakukan sesui dengan Pasal 32 ayat (2), Pasal 33

    Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, Pasal 34 dan

    Pasal 38 C Undang-undang Nomor 20 Tahun 200125

    selaindalam Pasal tersebut tidak bisa dilakukan gugatan

    perdata.

    Dalam Pasal 32 ayat (2) yaitu Putusan bebas dalam

    perkara tindak pidana korupsi tidak menghapuskan hak

    untuk menuntut kerugian terhadap keuangan negara”.

    Dalam Pasal 33 Undang-undang Nomor 31 Tahun

    1999 yaitu apabila terpidana meninggal dunia pada saat

    dilakukan penyidikan, sedangkan secara nyata telah ada

    kerugian keuangan negara, maka penyidik segera

    menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut

    kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada

    24

    Efi Laila Kholis.Ibid. Hlm. 49. 25

    Efi Laila Kholis.Ibid. Hlm. 44.

  • 105

    instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata

    terhadap ahli warisnya”.

    Berdasarkan dalam Pasal 34 Undang-undang Nomor

    31 tahun 1999 “dalam hal terdakwa meninggal dunia pada

    saat dilakukan pemeriksaan di sidang pengadilan,

    sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan

    negara, maka penuntut umum segera menyerahkan salinan

    berkas berita acara sidang tersebut kepada Jaksa

    Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang

    dirugi kan untuk dilakukan gugatan perdata terhadap ahli

    warisnya”.

    Berdasarkan Pasal 38 C Undang-undang Nomor 20

    Tahun 2001 yaitu “ apabila setelah putusan pengadilan

    telah memperoleh kekuatan hukum tetap, diketahui masih

    terdapat harta benta milik terpidana yang diduga atau

    patut diduga juga berasal dari tindak pidana korupsi yang

    belum dikenakan perampasan untuk negara sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 38 B ayat (2), maka negara dapat

  • 106

    melakukan gugatan perdata terhadap terpidana dan/atau

    ahli warisnya.

    Dengan demikian pada tanggal 18 mei 2010

    dikeluarkan lagi Surat Edara Jaksa Agung Nomor B-

    1113/F/Fd.1/05/2010 tentang prioritas dan pencapaian

    dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi, yang

    justru menjadi tidak jelas dalam penanganan korupsi yaitu

    pengembalian kerugian keuangan negara. Dalam Surat

    edara tersebut mengungkapkan bahwa diutamakan korupsi

    yang nilai kerugian keuangan negara besar. Oleh karena

    itu pengembalian kerugian negara menjadi tidak jelas.

    Dalam ketidak jelasan tersebut terletak dalam kata

    nilai kerugian keuangan negara yang relatif kecil. Kata

    nilai kerugian keuangan negara yang relatif kecil tersebut

    menjelaskan tidak adanya batasan nilai yang pasti dalam

    kerugian keuangan negara yang di anggap besar.

    Bertolak dari kajian tersebut maka Surat Edaran jaksa

    Agung Nomor B-020/A/J.A/04/2009 mempunyai celah

    dalam pengembalian kerugian keuangan negara berupa

  • 107

    pembayaran uang pengganti. Berdasarkan analisis diatas

    bahwa perlu adanya terobosan dalam pengembalian

    kerugian keuangan negara sesuai dengan jiwa

    pemberantasan tindak pidana korupsi. Dengan demikian

    perlu adanya pembaharuan hukum pidana dalam

    pembayaran uang pengganti mengingat tidak sesuai

    dengan semangat dalam pengembalian kerugian negaran

    dan memiskinkan para koruptor.

    Mengingat bahwa menurut tokoh ulitarian, Jeremy

    bentham pemidanaan harus bersifat spesifik untuk tiap

    kejahatan, dan besarnya pidana tidak boleh melebihi

    jumlah yang diperlukan untuk mencegah dilukannya

    penyerangan-penyeragan tertentu. Pemidanaan hanya

    dibenarkan jika dapat mencegah terjadinya tindak pidana

    yang lebih besar. Berdasarkan teori keadilan sosial,

    pengembalian keuangan negara pada hakekatnya adalah

    kewajiban moral yang merupakan salah satu kebijakan

    untuk bertindak dalam rangka mencapai kepentingan

    umum .

  • 108

    Dengan demian perlu dilakukan pembaharuan yaitu

    dalam tahap pelaksanaan putusan pengadilan. Tahap ini

    merupakan tahap akhir dari tahap penuntutan pidana.

    Dalam tahap ini ditentukan tentang kepastian hukum.26

    Dalam hal ini bahwa keberhasilan proses pengadilan dari

    penyidikan sampai dengan putusan pengadilan menjadi

    tidak berarti jika putusan tersebut tidak dilaksanakan.

    Eksekusi uang pengganti sangat penting dalam upaya

    pengembalian kerugian keuangan negara.

    Berdasarkan penelitian diatas Surat Edaran jaksa

    Agung Nomor B-020/A/J.A/04/2009 mempunyai peluang

    dalam pengembalian kerugian keuangan negara.

    Bersarkan Surat Edaran jaksa Agung Nomor B-

    020/A/J.A/04/2009 menjadi terobosan baru dalam

    pembaharuan hukum pidana korupsi. Oleh karena itu

    kerugian keuangan negara dapat dilaksanakan.

    26

    Efi Laila Kholis.Ibid. Hlm.43.