33 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Setting Penelitian Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Sidorejo Lor terletak di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dengan batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan. Secara keseluruhan mencapai luas wilayah 16.427 km 2 , terdiri dari Kelurahan Sidorejo Lor 2.716 km 2 , Kelurahan Salatiga 2.020 km 2 , Kelurahan Blotongan 4.238 km 2 , Kelurahan Pulutan 2.371 km 2 , Kelurahan Bugel 2.944 km 2 , dan Kelurahan Kauman Kidul 1.958 km 2 . Puskemas Sidorejo Lor berdiri pada tanggal 25 April 1976. Pada awalnya Puskesmas Sidorejo Lor mempunyai wilayah kerja di 4 kelurahan, yaitu Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Salatiga, Kelurahan Kutowinangun, dan Kelurahan Nggendongan, serta memliki bebarapa layanan kesehatan jejaring, Antara lain Balai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Setting Penelitian
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Sidorejo Lor
terletak di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dengan batas wilayah
sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Pabelan dan Kecamatan Tuntang, sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran,
dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan
Kecamatan Getasan. Secara keseluruhan mencapai luas wilayah
16.427 km2, terdiri dari Kelurahan Sidorejo Lor 2.716 km2, Kelurahan
Salatiga 2.020 km2, Kelurahan Blotongan 4.238 km2, Kelurahan
Pulutan 2.371 km2, Kelurahan Bugel 2.944 km2, dan Kelurahan
Kauman Kidul 1.958 km2.
Puskemas Sidorejo Lor berdiri pada tanggal 25 April 1976.
Pada awalnya Puskesmas Sidorejo Lor mempunyai wilayah kerja di
4 kelurahan, yaitu Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Salatiga,
Kelurahan Kutowinangun, dan Kelurahan Nggendongan, serta
memliki bebarapa layanan kesehatan jejaring, Antara lain Balai
34
Pengobatan Jetis, BKIA, BP Mata, dan Balai Pengobatan Nyai
Kopek.
Pada tahun 1985, puskesmas Sidorejo Lor mengalami
pengembangan, baik secara fisik, dengan rehabilitasi bangunan
Puskesmas, maupun penambahan layanan jejaring, antara lain
Pustu Banyu Putih, Pustu Domas, Pustu Ngentak, dan Pudstu
Blotongan.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 2006, yaitu dengan
penambahan bangunan Puskesmas bagian belakang menjadi 2
lantai, serta penambahan Pustu Pulutan, Pustu Kauman Kidul, dan
Pustu Bugel. Selain penambahan bangunan, pada tahun ini juga ada
penambahan program unggulan Puskesmas, yaitu dengan
dibukanya layanan pemeriksaan IMS dan HIV/ AIDS di Puskesmas
Sidorejo Lor.
Pada tahun 2011, bangunan depan Puskesmas mengalami
perkembangan dengan rehabilitasi gedung utama menjadi 2 lantai.
Pada tahun ini pula, Puskesmas Sidorejo Lor juga dipercaya oleh
Kementerian Kesehatan untuk menjadi layanan IPWL (Institusi
Penerima Wajib Lapor).
a. Visi
Puskesmas Sidorejo Lor mempunyai visi yang merupakan
penjabaran dari visi kementrian Kesehatan RI dan juga visi
35
pembangunan Kota Salatiga yaitu “ Terwujudnya Masyarakat
Kecamatan Sidorejo Sehat dan Mandiri ”
b. Misi
Sebagai penjabaran dari visi yang telah ditetapkan, maka
Puskesmas Sidorejo Lor dalam menjalankan tugasnya harus selalu
mengutamakan kepentingan pelayanan kepada masyarakat.
Pelaksanaan pelayanan harus direncanakan secara efektif dan
efisien dan didukung oleh SDM yang bermutu. Untuk mencapai visi
yang telah ditetapkan maka ditetapkan misi sebagai berikut :
Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu
Meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat untuk
hidup sehat
Menjalin kerja sama lintas sektoral yang harmonis
c. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Puskesmas Sidorejo Lor adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kota Salatiga yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan
Sidorejo. Sebagai unit pelaksana teknis, puskesmas melaksanakan
sebagian tugas Dinas Kesehatan Kota Salatiga
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128
tahun 2004, Puskesmas memiliki fungsi yang penting dalam
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional.
Fungsi penting tersebut antara lain:
36
Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan. Dalam hal ini
puskesmas berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia
usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan
pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas harus
aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya serta mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan
pemulihan.
Puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat.
Dalam hal ini puskesmas berupayaagar perorangan terutama
pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan.
Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan strata
pertama. Dalam hal ini puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan dalam bentuk pelayanan
37
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
4.2 Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 1 Agustus –
30 Agustus 2016. Sebelum melakukan melakukan penelitian, peneliti
melakukan pengurusan surat ijin di Fakultas guna mendapatkan ijin
untuk melakukan penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan
pengurusan surat ijin diKepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat Daerah. Kemudian, peneliti bertemu dan
menjelaskan tujuan penelitian kepada dr. Benita selaku Kepala
Puskesmas Sidorejo Lor Salatiga. Setelah mendapatkan ijin dari
Kepala Puskesmas, peneliti langsung bertemu dan diberi
pengarahan dari pengurus rahabilitasi. Setelah itu peneliti langsung
melihat jadwal untuk bertemu dengan pasien ini dikarenakan
beberapa pasien mendapat penghargaan atas perlakuan baik,
keteraturan minum obat dalam menjalani rehabilitasi sehingga bisa
membawa pulang obat sesuai dengan dosis masing-masing 1
diminum di puskesmas didepan perawat dan yang 3 dibawa pulang.
Setelah pasien meminum obat dan sambil menunggu obat yang
dibawa pulang peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan
meminta waktu 10 – 15 menit untuk melakukan wawancara. Peneliti
melakukan observasi dan wawancara agar data yang didapatkan
lengkap dan bisa digunakan dalam penelitian.
38
4.3 Gambaran Umum Riset Partisipan
Tabel 4.3 Gambaran Umum Riset Partisipan
No Nama L/P Pendidikan Agama Pekerjaan
orang tua
Hobi Umur Pekerjaan
1 Tn. Y L STM Islam Pensiunan
PNS
Mancing 39
tahun
Karyawan swasta
2 Tn. A L SMA Kristen Menjaga rumah
orang
Otomotif 35
tahun
Montir bengkel
3 Tn. C L D1
perhotelan
Islam Guru SD Nonton 23
tahun
Pelayan Hotel
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa kriteria riset partisipan yang peneliti
ambil adalah para pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi di
Puskesmas Sidorejo Lor Salatiga. Pengguna narkoba yang masuk di
Puskesmas Sidorejo Lor berjumlah 5 orang, semuanya berjenis kelamin
laki-laki. Setelah melakukan beberapa pertimbangan seperti, kesulitan
dalam membuat kontrak waktu karena harus mengantar anak ke sekolah
dan tidak menemukan data yang benar sehingga peneliti memilih 3 orang
untuk menjadi riset pasrtisipan. Usia ketiga riset partisipan yang masuk di
Puskesmas Sidorejo Lor yakni, Tn.Y 39 tahun, Tn.A 35 tahun dan Tn.C 23
tahun. Tn.Y berkerja sebagai karyawan Swasta, Tn.A montir bengkel dan
Tn.C sebagai Waiter disalah satu hotel di Salatiga.
Ketiga riset partisipan memiliki latar belakang pendidikan yang
berbeda-beda, Tn.Y lulusan dari sekolah Teknik Mesin (STM), Tn.A lulusan
39
Sekolah Menengah Atas (SMA), sedangkan Tn.C lulusan D1 Perhotelan.
Latar belakang pekerjaan orang tua Tn.Y adalah sebagai pensiunan PNS,
Tn.A menjaga rumah orang dan Tn.C sebagai Guru SD. Data umum
partisipan secara lengkap dapat dilihat di tabel bawah ini :
4.4 Profil Riset Partisipan yang direhabilitasi
No Nama L/P Jenis Narkoba
yang dipakai
Latar belakang
pemakaian
Lama di
rehabilitasi
hingga sekarang
1 Tn. Y L Putaw Teman
dilingkungan
rumah
1 tahun
2 Tn. A L Putaw Teman main 1 tahun
3 Tn. C L Putaw Teman main 1 tahun
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa ketiga riset partisipan menggunakan narkoba
jenis putaw. Hingga saat ini ketiga riset partisipan sudah menjalani
rehabilitasi selama 1 tahun.
40
4.5 Hasil dan Pembahasan
Metadon merupakan golongan narkotika yang cara kerjanya
sama dengan putaw, tetapi perbedaannya metadon itu legal dan masa
kerjanya lebih lama (20 – 22 jam). Metadon fungsinya bukan untuk
menghentikan ketergantungan putaw, tetapi tujuan utama dari metadon ini
ialah untuk mengurangi efek buruk dari penggunaan jarum suntik berganti-
gantian. Karena putaw biasanya dipakai menggunakan jarum suntik
berganti-ganti tiap pengguna sehingga timbul efek buruknya yaitu penyakit
HIV.
Metadon harus diberikan dalam bentuk cair dan diencerkan
dengan air dan larutan sirup. Pasien harus hadir setiap hari, metadon akan
diberikan oleh perawat atau dokter yang bertugas. Pasien harus menelan
metadon tersebut didepan perawat atau dokter yang bertugas. Setelah itu
pasien harus menandatangani buku yang tersedia, sebagai bukti bahwa
pasien sudah menerima dosis metadon hari itu.
41
4.5.1 Kasus Tn.Y
Tabel 4.5.1 Data Observasi Pemberian Dosis Tn.Y
Awal mengikuti program rehabilitasi di Puskesmas Sidorejo Lor,
Tn.Y mengikuti layanan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dan
menjalani beberapa tes darah untuk memastikan jenis narkoba yang