24 BAB IV GAMBARAN UMUM KESENIAN DRUMBLEK SALATIGA 4.1. Dinamika Kesenian Drumblek Drumband Blek atau yang biasa dikenal dengan Drumblek merupakan kesenian musik dari kota Salatiga yang memiliki kemiripan dengan permainan musik drumband, namun perbedaan permainan musik ini terletak pada penggunaan peralatannya, perkusi drumblek menggunakan peralatan yang lebih sederhana dari pada drumband, yaitu dengan menggunakan peralatan-peralatan dari barang bekas seperti tong bekas, blek (wadah bekas biskuit), kentongan, tong kecil, tong besar, dan cakram. Drumblek telah ada sejak tahun 1984, namun kesenian ini pertama kali dikenalkan didepan publik pada Tahun 1986 oleh warga Pancuran, untuk memperingati hari ulang tahun Republik Indonesia pada masa itu. Bermula pada tahun 1984, ketika beberapa anak-anak muda yang sedang berkumpul-kumpul di lapangan ping-pong, kemudian para pemuda mengambil alat seperti “Blek” atau kaleng bekas untuk dipukul-pukul mengiringi permainan gitar. Blek yang dipukul-pukul tersebut terdengar selaras dengan permainan gitar. Pada tahun 1986 ketika warga Pancuran ingin memberikan sebuah pertujunkan untuk memeriahkan HUT-RI ke 41, pada awalnya mereka ingin menampilkan suatu pertunjukan musik Marching Band atau drumband, namun karena mahalnya harga peralatan untuk bermain drumband, muncul satu ide dari salah seorang warga pancuran dengan membuat drumband menggunakan barang-barang bekas yang biasa mereka mainkan sebelumnya. “Dulu awalnya (kumpulan anak muda) dari do nunggu ping-pong, nunggu ping-pong itu terus do ngambil alat itu untuk ditutak-tutuk, dulu sama gitar.. sama apa lupa namanya.. kok iso nganu.. (selaras) gitu. Terus ada kegiatan (tujuhbelasan) itu terus cah-cah itu do.. yang anak muda itu langsung do ngambil barang bekas, mboh itu dari roti opo (kaleng), teko diambil ditutuk itu”. 1 (Dulu berawal (kumpulan anak 1 Wawancara dengan sesepuh drumblek pancuran, Bapak Budi Sutrisno, Pada 17 Oktober 2016 pukul 18.30 WIB, di kediamannya.
12
Embed
BAB IV GAMBARAN UMUM KESENIAN DRUMBLEK SALATIGArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14731/4/T1_352013024_BAB IV... · kesenian musik dari kota Salatiga yang memiliki kemiripan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
24
BAB IV
GAMBARAN UMUM KESENIAN DRUMBLEK SALATIGA
4.1. Dinamika Kesenian Drumblek
Drumband Blek atau yang biasa dikenal dengan Drumblek merupakan
kesenian musik dari kota Salatiga yang memiliki kemiripan dengan permainan
musik drumband, namun perbedaan permainan musik ini terletak pada
penggunaan peralatannya, perkusi drumblek menggunakan peralatan yang lebih
sederhana dari pada drumband, yaitu dengan menggunakan peralatan-peralatan
dari barang bekas seperti tong bekas, blek (wadah bekas biskuit), kentongan,
tong kecil, tong besar, dan cakram.
Drumblek telah ada sejak tahun 1984, namun kesenian ini pertama kali
dikenalkan didepan publik pada Tahun 1986 oleh warga Pancuran, untuk
memperingati hari ulang tahun Republik Indonesia pada masa itu. Bermula pada
tahun 1984, ketika beberapa anak-anak muda yang sedang berkumpul-kumpul di
lapangan ping-pong, kemudian para pemuda mengambil alat seperti “Blek” atau
kaleng bekas untuk dipukul-pukul mengiringi permainan gitar. Blek yang
dipukul-pukul tersebut terdengar selaras dengan permainan gitar. Pada tahun
1986 ketika warga Pancuran ingin memberikan sebuah pertujunkan untuk
memeriahkan HUT-RI ke 41, pada awalnya mereka ingin menampilkan suatu
pertunjukan musik Marching Band atau drumband, namun karena mahalnya
harga peralatan untuk bermain drumband, muncul satu ide dari salah seorang
warga pancuran dengan membuat drumband menggunakan barang-barang bekas
yang biasa mereka mainkan sebelumnya.
“Dulu awalnya (kumpulan anak muda) dari do nunggu ping-pong,
nunggu ping-pong itu terus do ngambil alat itu untuk ditutak-tutuk, dulu
sama gitar.. sama apa lupa namanya.. kok iso nganu.. (selaras) gitu.
Terus ada kegiatan (tujuhbelasan) itu terus cah-cah itu do.. yang anak
muda itu langsung do ngambil barang bekas, mboh itu dari roti opo
(kaleng), teko diambil ditutuk itu”.1 (Dulu berawal (kumpulan anak
1 Wawancara dengan sesepuh drumblek pancuran, Bapak Budi Sutrisno, Pada 17 Oktober 2016
pukul 18.30 WIB, di kediamannya.
25
muda) dari menunggu permainan ping-pong, menunggu permainan ping-
pong itu terus mereka saling mengambil alat itu untuk dipukul-pukul,
dulu mainnya sama gitar.. sama apa lupa namanya saya.. kemudian kok
bisa terdengar selaras gitu. Terus waktu ada kegiatan Tujuhbelasan itu
anak-anak saling.. anak-anak muda itu langsung mengambil barang bekas,
entah itu kaleng dari wadah roti apa, mereka ambil lalu mereka pukul itu).
Tidak disangka permainan drumband dari barang-barang bekas tersebut
mendapat perhatian luas dari masyarakat kota Salatiga, permainan perkusi dari
barang bekas tersebut terus berkembang dan menyebar hingga saat ini dan telah
menjadi salah satu ikon kesenian kota Salatiga. Kesenian ini dikenal dengan
sebutan “Drumband Blek” atau biasa disebut “Drumblek”.
Seiring dengan berjalannya waktu kesenian ini begitu banyak
mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Maka
dari itu dibutuhkan kerjasama yang baik dari pelaku kesenian ini,
pemerintah yang menaungi maupun masyarakat penikmat kesenian
ini. 2
Hampir di seluruh wilayah RW di kota Salatiga telah mempunyai
kelompok drumblek masing-masing, bahkan higga keluar dari wilayah kota
Salatiga seperti di Banyubiru, Ampel, Suruh, Ambarawa, Solo, Semarang dan
beberapa kota lainnya.
4.2. Anggota Kesenian Kelompok Drumblek
Dalam permainan kesenian drumblek, personil atau anggota kelompok
drumblek menjadi poin penting dalam permainan kesenian tersebut, semakin
banyak jumlah anggota pemain drumblek, maka semakin memungkinkan bagi
permainan drumblek menjadi lebih baik dan ramai, dikarenakan inti dari drumblek
adalah kemeriahan dari aspek permainan alat musik, tarian, dan juga kostum yang
digunakan, sehingga anggota dari kelompok drumblek menjadi hal utama yang
2 Mukaddimah Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADART) Paguyuban Drumblek Salatiga
26
perlu dikoordinir dengan baik, sehingga memunculkan harmonisasi keramaian
tersebut.
Suatu kelompok drumblek terdiri dari beberapa anggota yang bertugas
untuk memainkan alat, memimpin ketukan, dan menjadi penari. Jumlah standar
pemain drumblek dalam sebuah kelompok drumblek yang biasanya diikuti sekitar
50-60 orang, namun berbeda dengan drumblek Pancuran3, dalam sekali mengikuti
kegiatan terdapat 250-300 orang, sesuai pernyataan mas Suwarno berikut ini:
“Kalau untuk Gempar sendiri, Gempar sendiri semua.. semua warga
Pancuran itu yang mau ikut dari remaja, anak-anak sampai bapak-bapak itu
sampai ibu-ibu, itu pokoknya putra-putri semua ikut gitu.. kadang keluar itu
bisa sampai 250-300 (orang). kalau yang sekarang yang lainnya gempar itu
paling banyak, mentok 50-60 personil.” 4
Kelompok drumblek dari Pancuran memang berbeda dengan kelompok
drumblek dari daerah lain, karena drumblek Pancuran atau yang dikenal dengan
Gempar (Generasi Pemuda Pancuran) melibatkan seluruh warga dalam satu RW
untuk bermain drumblek. Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat pak Budi
dalam wawancara berikut :
“Ya memang kita gini, ee.. Pancuran itu dibandingkan dengan yang lain
itu berbeda, kalau kami itu bentuknya kolosal.. banyak. Kadang-kadang
kalau kita (tampil) itu sekitar 300 (orang) itu.. luarnya itu, kalau yang lain
kan hanya sekedar anu mas.. kalau kita kan memang dari anu.. semua
umur, sampai anak kecil pun bisa ikut.”5
4.3. Peralatan dan Fungsi alat dalam kesenian Drumblek
Pembagian pemain dari anggota kelompok drumblek memiliki tugas untuk
memainkan peralatan, yang menghasilkan keharmonisan suara dari alat yang
dimainkan. Terdapat beberapa peralatan yang digunakan dalam permainan
3 Drumblek pancuran yang dikenal sebagai pencetus drumblek memang mempunyai
pengorganisasian sendiri sebelum terbentuknya PDS 4 Wawancara dengan pelatih drumblek Pancuran, Mas Suwarno pada 3 Mei 2017 pukul 11.17
WIB di kantor Disbudpar Salatiga. 5 Wawancara dengan sesepuh drumblek pancuran, Bapak Budi Sutrisno, Pada 17 Oktober 2016
pukul 18.30 WIB, di kediamannya.
27
perkusi drumblek, peralatan yang biasa digunakan antara lain terdapat alat dari
bambu atau biasa disebut kentongan, merupakan pengaplikasian dari cowbell,
kemudian terdapat tong besar yang berfungsi sebagai bass atau drumnya, tong
plastik kecil merupakan pengaplikasian dari conga (perkusi dari latin), dan
instrumen utama dalam perkusi ini adalah blek atau kaleng bekas wadah bikuit,
berfungsi sebagai snare (senar drum). Selain itu terdapat beberapa peralatan
yang digunakan sebagai melodi, yaitu bellyra dan glockenspiel, namun
belakangan ini banyak grup-grup drumblek yang menambahkan drum. Hal
tersebut seperti yang dijelaskan dalam wawancara dengan mas Warno berikut
ini:
“Peralatan yang digunakan itu kan pertama ee.. pastinya blek, blek
itu kaleng-kaleng bekas.. ya kaleng lah, kaleng terus sama tong-tong
plastik besar dan kecil sama bambu, bambu itu buat kentongan itu. Untuk
alat masing-masing instrumen itu kan pengaplikasian dari beberapa alat
konvensional yang sudah ada, semacam tong besar itu pengaplikasian dari
bass atau drumnya, terus untuk tong kecilnya, tong yang kecil itu tong
plastik kecil itu pengaplikasian dari conga, alat-alat conga perkusi latin..
terus bleknya sendiri buat snare, untuk kentongan pengaplikasian dari
conga.. aa bukan conga maaf, dari cowbell. Terus untuk alat melodisnya,
perkusi melodisnya bellyra sama glockenspiel”.6
Komposisi pemain drumblek sebelum tahun 2000-an lebih banyak
menggunakan penari dari pada pemain instrumen musik, namun pada tahun
2005 oleh mas Warno, komposisi pemain drumblek tersebut dirubah dengan cara
mengurangi penari dan menambahkan pada pemain pada intrumen musik,
seperti yang dinyatakan oleh mas Warno dalam wawancara berikut ini:
“Kalau saya mulai ngajar itu, mulai apa istilahnya.. latihan disitu
bareng itu dari delapan.. ee.. ya 90-an lah, dari 90-an. Terus mulai bisa..
kalau dulu kan saya penari, kan dulu ada klothekan kan ada penarinya kan
gitu kan.. lebih banyak penarinya dari pada yang pegang instrumen, terus
tahun 2005 saya pulang dari Jakarta, mencoba merubah semua, merubah