88 BAB IV DAMPAK PINDAD SETELAH MENJADI PERSEROAN TERBATAS HINGGA MASUK KE DALAM BUMNIS 1983-1986 A. Dampak Ekonomi Pindad setelah menjadi Persero 1. Penggurangan Anggaran Belanja Pertahanan Untuk Pertumbuhan Ekonomi Anggaran Belanja Pemerintah yang semula banyak dikeluarkan untuk pembelian alutsista maupun senjata untuk keperluan Pertahanan dapat dikurangi akibat industri yang menjadi perseroan seperti PT. Pindad yang sudah harus dapat meng-alokasikan anggarannya sendiri. Seperti dalam tujuan PT. Pindad yaitu Melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan khususnya dalam bidang industri peralatan militer, industri manufktur, energi dan transportasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas. 1 PT. Pindad yang masuk ke dalam anggaran belanja pertahanan dan keamanan mendapat porsi yang cukup besar karena personil Angkatan Darat merupakan mayoritas dari seluruh kekuatan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dengan pengurangan anggaran belanja untuk pertahanan Pemerintah Indonesia dapat fokus dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang diterapkan melalui Repelita. Pengurangan anggaran Belanja dalam bidan Pertahanan dan Keamanan dapat dilihat dari tabel 1. 1 Sutarto., Prabu Kresna di Pindad , (Bandung : PT. Pindad, 2006), hlm. 41.
62
Embed
BAB IV DAMPAK PINDAD SETELAH MENJADI PERSEROAN … · diproyeksikan dalam Repelita IV. Selama 4 tahun pelaksanaan Repelita IV, anggaran pembangunan Hankam baik dalam jumlahnya maupun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
88
BAB IV
DAMPAK PINDAD SETELAH MENJADI PERSEROAN
TERBATAS HINGGA MASUK KE DALAM BUMNIS 1983-1986
A. Dampak Ekonomi Pindad setelah menjadi Persero
1. Penggurangan Anggaran Belanja Pertahanan Untuk
Pertumbuhan Ekonomi
Anggaran Belanja Pemerintah yang semula banyak dikeluarkan untuk
pembelian alutsista maupun senjata untuk keperluan Pertahanan dapat dikurangi
akibat industri yang menjadi perseroan seperti PT. Pindad yang sudah harus dapat
meng-alokasikan anggarannya sendiri. Seperti dalam tujuan PT. Pindad yaitu
Melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan program pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan khususnya dalam
bidang industri peralatan militer, industri manufktur, energi dan transportasi
dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas.1
PT. Pindad yang masuk ke dalam anggaran belanja pertahanan dan
keamanan mendapat porsi yang cukup besar karena personil Angkatan Darat
merupakan mayoritas dari seluruh kekuatan Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia. Dengan pengurangan anggaran belanja untuk pertahanan Pemerintah
Indonesia dapat fokus dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang diterapkan
melalui Repelita. Pengurangan anggaran Belanja dalam bidan Pertahanan dan
Keamanan dapat dilihat dari tabel 1.
1 Sutarto., Prabu Kresna di Pindad , (Bandung : PT. Pindad, 2006), hlm. 41.
89
TABEL 1 :
ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG HANKAM
DIPROYEKSIKAN DALAM REPELITA IV YANG
DIANGGARKAN DALAM APBN 1984/1988.
(dalam milyar rupiah)
No Tahum
Anggaran
Anggaran
HANKAM
APBN *)
Anggaran
Pembangunan
APBN *)
Anggaran
HANKAM
PELITA
IV
Presentase
anggaran
HANKAM
dalam
APBN
1 1984/1985 451 6543,2 697,8 7,10%
2 1985/1986 395 6349,8 - 6,20%
3 1986/1987 305,7 4788,3 - 6,28%
4 1987/1988 150 3337,7 - 4,49%
*) Tidak termasuk Nilai Rupiah murni bantuan proyek/Teknis, Kredit Ekspor dan
Obligasi.
Sumber: Data dari : 1) Repelita IV Buku I.
2) Nota Keuangan dan RAPBN 1986/1987.
3) Nota Keuangan dan RAPBN 1987/1988.
Dari tabel tersebut nampak bahwa anggaran pembangunan Hankam dalam APBN
pada tahun pertama Pelita IV, 64,63 % dari anggaran pembangunan Hankam yang
diproyeksikan dalam Repelita IV. Selama 4 tahun pelaksanaan Repelita IV,
anggaran pembangunan Hankam baik dalam jumlahnya maupun dalam APBN
presentasenya makin menurun. Keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan
Hankam sebagai konsumen utama hasil industri Hankam untuk mendorong
pengembangan industri Hankam.2
Dengan pengurangan anggaran, industri Hankam dituntut untuk dapat
berkembang melalui anggaran dari masing-masing industri. Pindad sebagai
2 Ibid., hlm. 76.
90
contoh karena menjadi perusahaan dengan nama PT. Pindad maka harus
mendapat keuntungan dari setiap produksinya untuk dapat berkembang secara
mandiri. Kemampuan PT. Pindad dalam kemandirian secara ekonomi sehinga
tidak harus mendapatkan anggaran besar dari pemerintah menimbulkan dampak
positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional, dimana anggaran bisa dialokasikan
kepada pertumbuhan ekonomi nasional di bidang lainnya, seperti infrastruktur
maupun industri non-pertahanan keamanan.
2. Produksi Senjata Pindad Untuk Mengurangi Impor dan
Menambah Ekspor Senjata Pemerintah
Pembangunan pabrik dan peningkatan kapasitas produksi merupakan
upaya dibidang Hankam sejak dari awal Pelita IV telah dilakukan. Karena
pembangunan industri Hankam memerlukan investasi yang besar,
perkembangannya masih sangat tergantung dari perkembangan penerimaan
pemerintah dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Disamping itu perluasan
kapasitas produksi masih tergantung dari luasnya pemasaran baik didalam
maupun diluar negeri. Dengan peningkatan produksi PT. Pindad untuk memenuhi
kebutuhan Departemen Hankam, penggunaan senjata PT. Pindad dalam TNI AD
merupakan hal yang wajib untuk mengurangi ketergantungan ekspor.
PT. Pindad sudah berhasil memproduksi berbagai jenis dan jumlah senjata
semenjak terlahir kembali sebagai Persero. PT. Pindad memproduksi senjata
sesuai dengan kebutuhan dan pesanan dari TNI. Beberapa jenis dan jumlah senjata
yang telah diproduksi PT Pindad dari 1983 hingga 2006 dapat dilihat dari tabel 2.
91
Dengan produksi senjata yang semakin meningkat PT Pindad secara bertahap
dapat memenuhi kebutuhan senjata TNI maupun Polisi.
TABEL 2 :
Jenis dan Jumlah senjata yang telah diproduksi PT Pindad periode 1983-2006
No Jenis Senjata Jumlah
1 SS1-V1 87.700
2 SS1-V1 MARINIZE/SS1-M1 7.579
3 SS1-V2 7.400
4 SS1-V3 23.665
5 SS1-V5 3.306
6 SS1-RAIDER/SS1-R1 7.620
7 SPG 5.355
8 PISTOL P2DA/P2 5.355
9 PISTOL P1 3.800
10 SNIPER 207
11 SM-2/GPMG 38
12 MORTIR 60 KOM 71
13 MORTIR 60 LR 78
14 MORTIR 81 MM 40
15 REV R-1 4"/R1-V2 41.550
16 REV R-2 2"/R1-V1 1.500
17 SABHARA/SB-V1 6.226
18 PM JAGAWANA/PM1A1 JAGAWANA 4.000
19 REV R1 GAS/RG1-V1 806
20 SS2-V1 HB 50
21 SS2-V2 HB 40
22 SS2-V4 HB 65
23 MERIAM ME-25/MOUNTING 25
24 SAR 1 2.300
25 PISTOL P3 767
26 SHOTGUN 1.071
27 MOUNTING SMB CIS 241
28 SPG-1A (GL-M203) 5.355
29 MODIFIKASI SMB (QCB) 64
30 SS1-V1 POLISI 3.000
31 SILENCER 700
Sumber: Buku Prabu Kresna di Pindad
92
Produksi PT. Pindad yang semakin meningkat membuat penurunan dalam
meng-impor berbagai jenis senjata untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan.
Dengan pengurangan impor belanja alutsista maupun senjata Pemerintah
Indonesia bisa lebih fokus untuk perkembangan ekonomi. Upaya meningkatkan
percepatan pertumbuhan ekonomi, penguasaan dan pengembangan teknologi dan
industri yang canggih oleh industri Senjata serta kemampuannya untuk
mendukung dan menyebarluaskan penggunaan teknologi maju pada industri
nasional lainnya serta kemampuan industri Senjata untuk mengeksport hasil-hasil
produksinya, akan turut mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Serta turut
mendorong pengembangan eksport non-migas.
PT. Pindad dalam produksinya sudah menjelaskan bahwa akan
membangun dan menerapkan sistem manajemen mutu sesuai standar penilaian
internasional. Melakukan pembaharuan berkelanjutan dalam perancangan
produksi, proses produksi, pengendalian mutu dan teknik memproses data setiap
langkah produksi. PT. Pindad dapat memenuhi rasio kualitas, harga yang paling
optimal serta memprioritaskan fungsi dan kehandalan.3 Maka dalam setiap
produksinya PT Pindad sudah menggunakan Quality Control (Kontrol Kualitas)
untuk standarisasi setiap senjata yang di produksi. PT Pindad memberikan
konsultasi teknik ke pelanggan mengenai pemilihan produk yang tepat dan sesuai
dengan kebutuhan sesungguhnya secara khusus. Memberikan pelayanan purna
jual cepat dan efisien, guna menjamin fungsi produk secara maksimal.4
Industri senjata PT. Pindad mengalami perkembangan yang signifikan
bukan hanya pengurangan senjata impor, namun Industri senjata juga mampu
3 Ibid., hlm 42.
4 Ibid.
93
untuk meng-ekspor produksi senjata pertama Indonesia yang dikenal dengan SS1
(Senapan Serbu Satu). Senjata SS1-V1 pernah diekspor ke beberapa negara lain
seperti :
a) Pada tanggal 12 November 1991 dikirim ke Timur Tengah, Militer Uni
Emirat Arab untuk di coba sebanyak 32 pucuk.
b) Pada tanggal 30 Oktober 1992 Proyek Salatiga dikirim sebanyak 1.000
pucuk SS1-V1 ke Kamboja.
c) Pada tanggal 18 Desember 1992 Proyek Cikajang dikirim sebanyak 1.000
pucuk ke Kamboja.
d) Pada tanggal 12 November 1998 Proyek Nagreg dikirim sebanyak 1.400
pucuk SS1-V1 ke Nigeria.
e) Pada tanggal 24 April 1998 Proyek Nagreg dikirim sebanyak 285 pucuk
SS1-V1 ke Nigeria.
f) Pada tanggal 31 Januari 1999 Proyek Nagreg dikirim sebanyak 1.100
pucuk SS1-V1 ke Nigeria.
g) Pada bulan Februari 1999 Proyek Nagreg dikirim sebanyak 250 pucuk SS1
ke Nigeria.
h) Tanggal 19 Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober 1999 Proyek
Danared dikirim ke ASC USA berupa komponen SS1-V1.5
3. Perluasan Lapangan Kerja Untuk Pegawai Negeri
PT. Pindad turut berperan dalam perluasan lapangan kerja untuk kalangan
sipil pemerintahan. Dalam mempercepat pertumbuhan lapangan kerja, karena ciri
industri Hankam pada dasarnya padat modal, sulit diharapkan untuk dapat
5 Ibid., hlm 56.
94
memberikan lapangan kerja yang luas didalam industri Hankam itu sendiri. Tetapi
melalui kebutuhan bahan baku, sarana dan prasarana produksi maupun sarana
prasarana pendistribusian hasil-hasil produksi serta kebutuhan lainnya, yang
dikerjakan oleh kontraktor atau oleh industri lainnya secara berantai, akan
menumbuhkan lapangan kerja yang cukup banyak. Dengan pemenuhan kebutuhan
bahan baku untuk kebutuhan produksi senjata maka dibutuhkan tenaga kerja
ekstra dari Pegawai Negeri Sipil. Penambahan tenaga kerja berdampak positif
dalam pertumbuhan ekonomi nasional untuk mengurangi jumlah pengangguran.
Gambar 3.
Dirut Pindad Brigjen TNI-AD Ing Tb. A. Zoehri menyaksikan penanda-tangan
naskah sumpah Pegawai Negeri
Repro : Buku Catur Windu Perindustrian TNI AD
Sumber : Disjarah AD Tahun 1982
Pegawai PT Pindad semenjak sebagai persero melalui Keputusan Presiden
RI No. 59 tahun 1983, sejak 29 April 1983 Pindad (Perindustrian Angkatan Darat)
telah beralih status menjadi Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis
(BUMNIS) sudah banyak masuk dari kalangan sipil pemerintahan. Tenaga kerja
PT. Pindad dapat terpenuhi dari setiap Sekolah Teknik Mesin di Bandung (STM)
95
maupun dari Akademi Industri Logam (AIL) yang ditarik Pindad untuk masuk
sebagai pegawai setelah disekolahkan secara gratis karena biaya pendidikan
ditanggung oleh Ikatan Keluaga Besar Pindad (Igasar Pindad).6
B. Dampak Sosial Pindad Setelah Menjadi Persero
1. Berdirinya Yayasan Sadhana Bhakti
Pembinaan sumber daya manusia terutama ditujukan untuk meningkatkan
semangat dan gairah kerja para karyawan dengan cara meningkatkan
kesejahteraannya. Dari tahun ke tahun dan secara bertahap langkah usaha
pembinaan kesejahteraan para karyawan dilakukan dengan sistem bina tunggal
kesejahteraan, di mana diharapkan dapat tercipta suatu kondisi sejahtera atas dasar
prinsip kekeluargaan, keadilan dan persamaan hak dan kewajiban dalam
kebersamaan.7
Pada tahun 1958 telah dibentuk Koperasi Fungsionil Pabalad yang
meliputi : Koperasi Konsumsi, Koperasi Karya, Koperasi Pertanian & Perikanan