72 BAB IV BATUAN PIROKLASTIK 4.1 Pendahuluan 4.1.1 Tinjauan Materi Pada kuliah ini akan diuraikan mengenai pengertian batuan piroklastik, struktur dan tekstur, karakter fisik dan kimia serta klasifikasi dan jenis jenis batuan piroklastik. Selain itu akan dibahas tentang tipe erupsi gunungapi dan material material hasil dari proses pembentukan gunungapi. 4.1.2 Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan definsi/pengertian dari batuan piroklastik beserta proses proses pembentukannya, mengetahui jenis jenis erupsi gunungapi dan material yang dihasilkan, menggunakan klasifikasi untuk membedakan berbagai macam batuan piroklastik serta membedakan batuan piroklastik dengan batuan beku dan batuan sedimen. 4.2. Uraian Bahan Pembelajaran 4.2.1. Pengertian Piroklastik berasal dari bahasa yunani yaitu pyro yang berarti api (magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi), dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika. Batuan piroklastik sendiri diartikan sebagai batuan yang terbentuk akibat akumulasi dari material yang berasal dari hasil ledakan gunungapi yang bersifat eksplosif. Material material tersebut dapat berupa fragmen dari batuan dalam bentuk mineral, kristal ataupun gelas. Dibeberapa pustaka, batuan piroklastik banyak digolongkan kedalam batuan beku mengingat proses pembentukannya yang erat dengan proses magmatisme. Namun ada pustaka yang menggolongkan batuan piroklastik terutama yang telah mengalami proses sedimentasi kedalam batuan sedimen. Dalam buku ini,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
72
BAB IV
BATUAN PIROKLASTIK
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Tinjauan Materi
Pada kuliah ini akan diuraikan mengenai pengertian batuan piroklastik, struktur
dan tekstur, karakter fisik dan kimia serta klasifikasi dan jenis jenis batuan
piroklastik. Selain itu akan dibahas tentang tipe erupsi gunungapi dan material
material hasil dari proses pembentukan gunungapi.
4.1.2 Sasaran Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
definsi/pengertian dari batuan piroklastik beserta proses proses
pembentukannya, mengetahui jenis jenis erupsi gunungapi dan material yang
dihasilkan, menggunakan klasifikasi untuk membedakan berbagai macam batuan
piroklastik serta membedakan batuan piroklastik dengan batuan beku dan
batuan sedimen.
4.2. Uraian Bahan Pembelajaran
4.2.1. Pengertian
Piroklastik berasal dari bahasa yunani yaitu pyro yang berarti api (magma yang
dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi), dan
clast artinya fragmen, pecahan atau klastika. Batuan piroklastik sendiri diartikan
sebagai batuan yang terbentuk akibat akumulasi dari material yang berasal dari
hasil ledakan gunungapi yang bersifat eksplosif. Material material tersebut dapat
berupa fragmen dari batuan dalam bentuk mineral, kristal ataupun gelas.
Dibeberapa pustaka, batuan piroklastik banyak digolongkan kedalam batuan
beku mengingat proses pembentukannya yang erat dengan proses magmatisme.
Namun ada pustaka yang menggolongkan batuan piroklastik terutama yang
telah mengalami proses sedimentasi kedalam batuan sedimen. Dalam buku ini,
73
batuan piroklastik dikelompokkan secara khusus dan tidak digabung kedalam
pembahasan bab batuan beku ataupun bab batuan sedimen agar pembahasan
mengenai batuan ini lebih spesifik mengingat batuan ini merupakan batuan yang
mempunyai penyebaran yang sangat luas di Indonesia.
4.2.2 Lingkungan Tektonik Pembentukan Gunungapi
Proses pembentukan batuan piroklastik sangat erat kaitannya dengan proses
vulkanisme atau proses pembentukan gunungapi baik yang bersifat eksplosif
maupun efusif. Oleh karena itu, sebelum membahas lebih detail tentang batuan
piroklastik maka pemahaman umum tentang proses mengenai pembentukan dan
produk atau hasil yang dihasilkan oleh gunungapi sangat diperlukan.
Proses pembentukan gunungapi mempunyai kesamaan dengan proses
pembentukan magma yang telah dijelaskan pada bab selanjutnya. Seperti
diketahui bahwa proses pembentukan gunungapi sangat berkaitan dengan
dinamika lempeng sehingga penyebaran gunungapi selalu berasosiasi dengan
batas batas lempeng seperti yang diperlihatkan gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1. Pembentukan gunungapi hubungannya dengan batas lempeng
Proses pembentukan gunungapi dapat dibedakan dari kedudukan tektonik
lempengnya, yaitu:
1. Zona divergen atau pemekaran
74
Pada daerah batas lempeng divergen, magma naik keatas permukaan dan keluar
melalui celah pada zona zona lemah dan kemudian membentuk punggungan
punggungan ditengah samudera. Pemekaran ini menghasilkan sifat magma
berupa mafik hingga ultramafik. Sifat magma yang cenderung basa dikarenakan
mantel dari lempeng samudera sendiribersifat basa hingga ultrabasa. Tipe batuan
yang dihasilkan bersifat basa. Pada kerak kontinen juga dapat terjadi proses
pemekaran dan menghasilkan tipe batuan dengan sifat batuan dengan sifat basa
sama dengan magma yang keluar dari pemekaran kerak samudera. Contoh dari
gunungapi ini yaitu gunungapi yang dijumpai ditengah samudera.
Gambar 4.2. Pembentukan gunungapi yang berasosiasi dengan batas lempeng
divergen.
2. Batas lempeng konvergen
Batas lempeng konvergen adalah batas lempeng dimana terjadi penunjaman
salah satu lempeng kebawah lempeng yang lain. Umumnya lempeng samudera
menyusup dibawah lempeng samudera mempunyai berat jenis yang lebih besar
dari pada berat jenis lempeng benua. Daerah ini dapat menghasilkan sifat magma
yang beragam mulai dari asam hingga basa. Variasi sifat magma ini dipengaruhi
dari besar sudut penunjaman terutama proses tumbukan lempeng samudera
dengan lempeng benua. Semakin kecil sudut penunjaman maka akan
75
menghasilkan magma yang bersifat asam sementara semakin besar sudut
penunjaman maka akan menghasilkan magma yang bersifat basa. Contoh dari
gunungapi ini adalah gunungapi yang ada di Pegunungan Andes, Amerika
Selatan.
Gambar 4.3 Pembentukan gunungapi yang berasosiasi dengan batas lempeng
konvergen.
3. Hot spot (Intraplate volcanism)
Pembentukan gunungapi dari aktifitas hot spot dikarenakan adanya terobosan
magma dari atmosfer menuju ke lithosfer dan pada bagian bawah kerak lithosfer
magma ini melewati celah yang mempunyai kedudukan lateral. Komposisi
magma bila keluar di lempeng samudera akan bersifat basa, hal ini sama dengan
produk magma yang keluar dari pemekaran lempeng samudera, bila magma
keluar di kontinen maka sangat berpotensial menjadi magma yang bersifat sama.
76
Pembentukan gunungapi daerah ini berbeda dengan proses pemebntukan
daerah subduksi dan pemekaran, karena daerah ini mempunyai pusat magma
yang tetap. Contoh dari gunungapi yang terbentuk dari proses ini adalah
gunungapi Hawaii seperti gambar 4.4.
Gambar 4.4. Pembentukan gunungapi pada daerah intraplate
4.2.3. Erupsi dan Hasil letusan gunungapi
4.2.3.1 Erupsi Gunung Api
Erupsi gunung api terjadi ketika larutan magma yang bercampur dengan batuan
yang masih dalam wujud cair, debu, dan uap muncul keatas permukaan melalui
suatu saluran yang disebut dengan vent. Proses ini terjadi disebabkan adanya
perpindahan energi dari bagian dapur magma menuju ke arah permukaan akibat
adanya tekanan. Sifat erupsi gunung api dapat terjadi karena adanya tekanan dari
dalam bumi yang cukup besar sehingga mampu mengalahkan tekanan beban
diatasnya. Berdasarkan sumber kejadiannya, erupsi vulkanik dapat dibedakan:
1. Erupsi piroklastik
Erupsi piroklastik adalah erupsi yang terjadi akibat kegiatan magma itu akibat
adanya pemisahan gas (degassing) dari fase magma dan naiknya tekanan ruang
magma hingga melebihi tekanan beban sumbat gunungapi hingga menyebabkan
terjadinya ledakan/erupsi.
77
2. Erupsi hidrovulkanik
Erupsi hidrovulkanik adalah erupsi yang terjadi akibat adanya interaksi antara
magma dan air bawah tanah mauoun air permukaan. Dalam hal ini ada beberapa
syarat agar adanya kontak antara air dengan magma tersebut menghasilkan
letusan, yaitu :
a. Proses Superheating yaitu adanya proses pemanasan air oleh magma atau
sumber panas lain seperti aliran lava, aliran piroklastik dan sebagainya.
Superheating menyebabkan pondidihan air yang menghasilkan penguapan
total di seluruh bagian air yang terpanaskan. Penguapan ini disertai ekepansi
gelombang gas, sehingga tekanan gas naik dengan cepat. Hasil akhir dari
rangkaian proses ini adalah kenaikan tekanan yang dapat menimbulkan
ledakan sebagai reaksi keseluruhan sistem untuk mencapai kesetimbangan.
b. Lapisan Penahan. Proses superheating akan menghasilkan tekanan tinggi bila
kenalkan suhu berada pada kondisi isovolume. Kondisi semacam ini bisa
dicapai bila air berada pada tempat dengan volume ruang yang konstan. Di
alam tempat tersebut terjadi bila air berada dalam lapisan porous
impermeabel. Bila tekanan yang dihasilkan melampaui besamya tekanan
litostatis lapisan penahan maka akan terjadi letusan.
c. Perbandingan Air dengan Magma.
Timbulnya larutan hidrovulkanik dikontrol oleh perbandingan air dan magma
yang berpengaruh pada jumlah pemanasan dan derajat fragmentasi yang
dihasilkan oleh peralihan energi. Jika perbandingan air dengan magma terlalu
besar menyebabkan superheating tidak berlangsung sempurna sehingga
hanya diperoleh energi yang kecil.
4.2.3.2 Material hasil erupsi gunungapi
Secara umum material atau produk dari erupsi gunungapi bisa dibedakan atas:
a. Gas Volkanik
Gas volkanik terbentuk pada waktu erupsi gas dikeluarkan dalam jumlah
besar dengan gaya yang kuat. Gas-gas tersebut dihasilkan oleh proses
degassing sebelum terjadi erupsi.
78
b. Aliran Lava
Lava adalah magma yang keluar dari permukaan bumi. Tingkat keenceran
lava akan mempengaruhi morfologi dari aliran lava yang dibentuknya. Lava
dengan viskositas rendah akan meleleh dengan pelamparan luas tapi tidak
tebal. Sedang lava yang agak kental maka pemekarannya berjalan lambat
dengan penyebaran tidak begitu luas tapi sangat tebal. Lava kental akan
membentuk morfologi "volcanic dome" yaitu penimbunan ke atas dari celah
ke sisi tebing. Dan jika magmanya sangat kental akan membentuk "plug
dome".
4.2.4 Tipe erupsi gunungapi
Masing masing gunungapi mempunyai tipe letusan yang khas yang disesuaikan
dengan kondisi fisika dan kimia gunungapi tersebut. Erupsi bisa terbentuk secara
efusif ataupun secara eksplosif. Ada beberapa klasifikasi yang digunakan untuk
membedakan tipe erupsi gunungapi, beberapa diantaranya dinamakan
berdasarkan tempat gunungapi tersebut berada dan beberapa lainnya
dinamakan berdasarkan bentuk hasil letusan yang dihasilkan.
4.2.4.1 Erupsi Hawaiian Tipe erupsi Hawian terbentuk oleh larutan magma yang bersifat basaltik yang
terlempar ke udara dari sebuah saluran (vent) pada bagian puncak atau lereng
sebuah gunungapi. Semburan api tersebut bisa berlangsung dalam waktu
beberapa jam sampai dengan hitungan hari. Terkadang semburan api akan
membentuk suatu kenampakan menyerupai air mancur akibat semburan yang
terjadi berkali kali.
4.2.4.2 Erupsi Strombolian Tipe erupsi ini terjadi akibat adanya semburan lava dengan komposisi basal
sampai dengan basal andesitik dari mulut conduit atau saluran magma. Letusan
biasanya terjadi secara teratur maupun tidak dalam hitungan menit. Tipe letusan
ini dicirikan dengan letusan lava yang tinggi mencapai ratusan meter yang
disebabkan oleh akumulasi gas dalam jumlah yang banyak pada bagian dalam
dan leher mulut yang kemudian tertekan dan meletus ketika sampai pada mulut
gunungapi. Letusan ini menghasilkan lava dengan tekstur gelas dan scoria serta
lava bomb. Material hasil erupsi secara eksplosive ini dikatakan sebagai tephra.
Erupsi Strombolian berasal dari nama sebuah gunungapi yaitu Stromboli di Italia.
79
4.2.4.3 Erupsi Vulcanian Erupsi vulcanian merupakan tipe erupsi yang singkat namun sangat eksplosive
yang umumnya disusun oleh magma yang bersifat andesit, dacite atau rhyolite.
Letusan ini dihasilkan oleh adanya fragmentasi dan ledakan dari lava yang berada
pada saluran gunungapi atau juga bisa dihasilkan adanya runtuhan dari kubah
vulkanik. Erupsi vulkanian dapat menghasilkan sebuah ledakan yang sangat
hebat dimana material yang meledak dapat terlempar dengan kecepatan lebih
dari 350 meter/jam dan mencapai ketinggian sampai dengan beberapa kilometer
diudara. Erupsi ini menghasilkan tephra, awan debu dan awan panas yang
menggulung. Nama vulcanian diambil dari sebuah pulau di Italia gunungapi di
Italia, yaitu pulau Vulcano dimana dijumpai gunungapi dengan letusan seperti
yang dijelaskan diatas.
4.2.4.4 Erupsi Plinian Tipe erupsi gunungpai yang paling tinggi daya ledak dan paling luas cakupannya
adalah tipe erupsi Plinian. Letusan ini dihasilkan akibat adanya fragmentasi dari
magma dengan kandungan gas yang sangat tinggi dan biasanya berasosiasi
dengan magma yang bersifat viskos yaitu berkomposisi riolitik dan dasitik.Erupsi
ini akan menghasilkan energi ledakan yang sangat besar yang disertai dengan
terbentuknya kolom energi yang disusun oleh gas dan debu yang menjulang
mencapai ketinggian 50 km dan kecepatan yang sangat tinggi yaitu mencapai
ratusan meter per jam. Debu yang dihasilkan dari tipe letusan ini dpat
menjangkau jarak ratusan bahkan ribuan kilometer dari sumbernya. Kolom yang
dibentuk oleh erupsi ini biasanya akan berbentuk mushroom atau jamur yang
mirip dengan ledakan bom nuklir. Karena dahsyatnya ledakan yang ditimbulkann,
erupsi ini bisa menghancurkan bagian atas dari sebuah gunungapi. Seperti yang
terjadi pada gunungapi St Helen pada tahun 1980.
4.2.4.5 Erupsi Pelean Tipe erupsi ini sering juga disebut dengan Nuee Ardent yang berarti gumpalan
awan, terbentuk akibat adanya magma yang sangat kental yang biasanya
berkomposisi riolitik atau andesitik terlempar ke udara dan jatuh kembali lalu
membentuk sebuah gumpalan yang bercampur dengan material hasil erupsi
lainnya. Erupsi ini mempunyai karakteristik utama yaitu adanya kehadiran
gumpalan awan panas yang terdiri dari material piroklastik dan debu vulkanik
yang panas bergerak menjauh dari pusat erupsi. Selain itu tipe erupsi ini juga
dicirikan dengan adanya pembentukan kubah lava
80
Gambar 4.5. Macam macam tipe erupsi gunungapi (atas) dan klasifikasi
sederhana dari tipe erupsi berdasarkan jumlah gas, material padat dan cair yang
dikeluarkan.
81
4.2.5 Endapan Material Piroklastik Pada umumnya material piroklastik atau material hasil erupsi gunungapi dapat
dibagi menjadi tiga; yaitu endapan piroklastik jatuhan (pyroclastic fall), endapan
piroklastik aliran (pyroclastic flow) dan endapan piroklastik surge (pyroclastic
surge) (gambar 4.6).
Gambar 4.6. Tiga jenis endapan piroklastik yaitu fall atau jatuhan, flow atau aliran