Top Banner
102 BAB IV AIN NI AIN DALAM PERSPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN AIN NI AIN SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK INTERNAL ANTARDESA DI KEI BESAR DALAM PERSPEKTIF KONSELING PERDAMAIAN Mengacu pada temuan hasil penelitian maka dalam bab ini akan membahas secara khusus ain ni ain dalam perspektif konseling multikultural serta ain ni ain sebagai resolusi konflik internal antardesa di Kei Besar dalam perspektif konseling perdamaian. A. AIN NI AIN DALAM PERSPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL Proses konseling berlangsung dalam relasi antara konselor dengan klien. Dalam pemahaman sosio-kultur, baik konselor maupun klien memiliki latar belakang sosial dan kultur yang berbeda. untuk itu sangat penting bagi konselor agar dapat memahami lebih dulu konteks sosio-kultur klien. Konteks kultur masyarakat Kei Besar dalam satu hukum adat yakni Larvul Ngabal yang menjadi falsafah dasar dari ain ni ain. Sebab didalamnya termuat aturan-aturan, hukum-hukum, serta norma- norma yang dibuat dan disepakati bersama untuk dapat mengatur hidup individu maupun kelompok dalam berelasi. Larvul Ngabal berfungsi untuk memelihara dan mengembangkan sikap solidaritas dalam kehidupan masyarakat adat Kei Besar. Falsafah dasar ini kemudian lebih dimaknai dalam ain ni ain. Aktivitas sosial masyarakat Kei Besar dapat dipahami dalam ain ni ain yakni melalui pelaksanaan tradisi maren dan yelim. Menurut Mcleod, konseling bukan hanya proses
32

BAB IV AIN NI AIN DALAM PERSPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN AIN NI AIN … · 2017. 12. 18. · Cerita tentang kehidupan leluhur yang menghasilkan ain ni ain berdampak positif

Jan 26, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 102

    BAB IV

    AIN NI AIN DALAM PERSPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL

    DAN

    AIN NI AIN SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK INTERNAL ANTARDESA DI

    KEI BESAR DALAM PERSPEKTIF KONSELING PERDAMAIAN

    Mengacu pada temuan hasil penelitian maka dalam bab ini akan membahas

    secara khusus ain ni ain dalam perspektif konseling multikultural serta ain ni ain

    sebagai resolusi konflik internal antardesa di Kei Besar dalam perspektif konseling

    perdamaian.

    A. AIN NI AIN DALAM PERSPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL

    Proses konseling berlangsung dalam relasi antara konselor dengan klien.

    Dalam pemahaman sosio-kultur, baik konselor maupun klien memiliki latar belakang

    sosial dan kultur yang berbeda. untuk itu sangat penting bagi konselor agar dapat

    memahami lebih dulu konteks sosio-kultur klien. Konteks kultur masyarakat Kei

    Besar dalam satu hukum adat yakni Larvul Ngabal yang menjadi falsafah dasar dari

    ain ni ain. Sebab didalamnya termuat aturan-aturan, hukum-hukum, serta norma-

    norma yang dibuat dan disepakati bersama untuk dapat mengatur hidup individu

    maupun kelompok dalam berelasi. Larvul Ngabal berfungsi untuk memelihara dan

    mengembangkan sikap solidaritas dalam kehidupan masyarakat adat Kei Besar.

    Falsafah dasar ini kemudian lebih dimaknai dalam ain ni ain. Aktivitas sosial

    masyarakat Kei Besar dapat dipahami dalam ain ni ain yakni melalui pelaksanaan

    tradisi maren dan yelim. Menurut Mcleod, konseling bukan hanya proses

  • 103

    pembelajaran individu tetapi juga merupakan aktivitas sosial yang memiliki makna

    sosial serta kemampuan untuk beradaptasi dengan institusi sosial.1 Dengan demikian

    proses konseling merupakan proses pembelajaran individu, aktivitas sosial, serta

    kemampuan untuk beradaptasi dengan institusi sosial, dalam kaitannya dengan

    konteks Kei Besar maka proses memahami masyarakat Kei Besar yakni memahami

    kulturnya, aktivitas sosial yang ada didalamnya, serta Larvul Ngabal sebagai institusi

    sosialnya dapat menghasilkan pendekatan konseling sesuai dengan konteks sosio-

    kulturnya. Berdasarkan pemahaman ini maka ada beberapa hal yang perlu dipahami

    dan dikaji secara mendalam agar dapat menghasilkan proses konseling yang sesuai

    dengan konteks masyarakat adat Kei Besar, yakni pelaksanaan ain ni ain dalam hidup

    masyarakat Kei Besar terwujud dalam tradisi maren dan yelim, pemaknaan ain ni ain

    berada pada tiga paradigma yakni: ain ni ain sebagai genealogis, ain ni ain sebagai

    ikatan persaudaraan dalam ratschaap, dan ain ni ain sebagai kontrak sosial.

    1. Pelaksanaan Ain Ni Ain

    Pelaksanaan ain ni ain dalam masyarakat adat Kei Besar dapat dilihat dalam

    tradisi maren dan yelim. Kedua tradisi ini biasanya dilakukan dalam situasi dukacita

    maupun sukacita. Tradisi maren dan yelim merupakan sikap solidaritas masyarakat

    Kei Besar yang terwujud dalam sikap bekerja sama, tolong-menolong serta

    memberikan sumbangan material maupun sumbangan pemikiran bagi berlangsungnya

    kehidupan sosial masyarakat Kei Besar dalam bingkai ain ni ain. tradisi ini dilakukan

    berdasarkan pemahaman satu rasa yang termuat dalam ain ni ain.

    1 John Mcleod, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: Kencana,2010), 8-13.

  • 104

    Pemahaman satu rasa atau memiliki rasa yang sama dapat dimengerti dalam

    tindakan saling tolong-menolong dan saling bekerja sama. Tindakan ini dilakukan

    oleh satu individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lain yang sedang

    berada dalam situasi sukacita maupun dukacita. Pemahaman satu rasa ain ni ain

    dalam tradisi maren dan yelim merupakan potensi sosial yang dimiliki masyarakat

    Kei Besar. Potensi sosial yang termuat dalam tindakan sosial masyarakat Kei Besar

    mengarahkan mereka pada kemampuan untuk memahami kondisi atau perasaan orang

    lain dan dapat memberikan perlakuan atau tindakan yang sesuai dengan harapan

    orang lain. Pemahaman satu rasa dalam perspektif konseling disebut sebagai empati.

    Menurut Engel, empati merupakan perasaan yang mendalam untuk memahami dunia

    orang lain. Seseorang harus memasuki dunia perasaan orang lain tanpa harus

    meninggalkan perasaannya. Dalam hal ini seseorang harus masuk ke dalam perasaan

    orang lain untuk memberikan penilaian dan memahaminya dalam persepsi orang

    tersebut. Empati memungkinkan orang bukan hanya dapat mengenal, memahami, dan

    merasakan orang lain dalam masalahnya, serta seperasaan dengan mereka.2 Individu

    atau kelompok yang melaksanakan tradisi maren dan yelim merupakan individu yang

    sedang berempati terhadap sesamanya. Proses empati dalam tradisi maren dan yelim

    dapat dijelaskan seperti berikut masyarakat Kei Besar melalui maren dan yelim

    mereka dapat merasakan dan menghayati perasaan dan pengalaman orang lain yang

    berada dalam situasi duka maupun suka misalnya dalam situasi duka, jika ada salah

    satu anggota masyarakat sedang mengalami kedukaan maka masyarakat yang lain

    2 J. D. Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,

    2016), 49-60

  • 105

    akan menunjukan rasa duka mereka dengan memberikan penguatan serta bantuan

    tenaga dan materi untuk mengurusi segala keperluan berkaitan dengan acara duka.

    Disamping itu empati dalam kultur masyarakat Kei Besar berarti kemampuan untuk

    mendeteksi perbedaan sudut pandang dalam diri orang lain, misalnya dalam maren

    untuk membangun rumah. Setiap masyarakat yang sudah dibagi berdasarkan

    kemampuannya akan ada dalam pembicaraan berkaitan dengan sudut padang masing-

    masing sesuai dengan kemampuannya akan tetapi perbedaan sudut pandang maupun

    kemampuan dapat dipakai dan disatukan untuk dapat menyelesaikan bangunan

    tersebut. Jadi pelaksanaan ain ni ain didalam tradisi maren dan yelim dapat dipahami

    sebagai pemahaman satu rasa yang disebut empati dalam dunia konseling. Empati

    merupakan potensi yang termuat dalam ain ni ain.

    2. Ain Ni Ain sebagai Genealogis

    Ain ni ain sebagai genealogis merupakan pemahaman yang dapat ditemukan

    dalam asal-usul ain ni ain. Asal-usul ain ni ain diketahui melalui carita rakyat

    masyarakat Kei Besar dan bukan melalui dokumen tertulis. Asal-usul ain ni ain

    memberikan satu kesadaran bahwa masyarakat Kei Besar secara keseluruhan hidup

    dalam satu kesatuan. Cerita tentang kehidupan leluhur yang menghasilkan ain ni ain

    berdampak positif bagi kelangsungan hidup masyarakat Kei Besar. Mereka dapat

    mempertahankan keturunan serta mempertahankan hidup yang bersatu. Dalam

    perspektif konseling asal-usul ain ni ain dapat dilihat dalam aspek kultur eksternal

    yakni pola hubungan darah. Pola hubungan darah menggambarkan hubungan mana

  • 106

    yang peting atau dekat dengan satu individu,3 dalam konteks masyarakat Kei Besar

    pola hubungan darah yang dekat atau penting adalah hubungan perkawinan. Ain ni

    ain lahir dan terbentuk dalam hubungan perkawinan sambung darah. Perkawinan

    sambung darah dilakukan agar dapat mempertahankan keturunan. Sehingga hubungan

    perkawinan darah dapat menyatukan masyarakat Kei Besar serta dapat digunakan

    juga dalam mengatasi satu permasalahan.

    Asal-usul ain ni ain dapat dijelaskan dalam pola hubungan darah yang dilakukan

    oleh masyarakat adat Kei Besar. Pola hubungan darah dalam konteks masyarakat adat

    Kei Besar terbentuk dalam hubungan perkawinan darah. Dalam pola hubungan darah

    masyarakat Kei Besar saling terikat dan membentuk kelompoknya. Untuk itu pola

    hubungan darah atau hubungan perkawinan darah menjadi dasar terbentuknya

    pemahaman ain ni ain sebagai genealogis yakni pembentukan kelompok masyarakat

    berdasarkan persamaan darah dan keturunan.

    Penjelasan mengenai asal-usul ain ni ain dapat dipahami dalam makna hubungan

    persaudaraan. Makna ini berarti bahwa masyarakat adat Kei Besar terbentuk dalam

    pola hubungan darah yakni berasal dari satu garis keturunan yang sama. Secara

    sosiologis, hubungan persaudaraan dalam ain ni ain menjelaskan realitas hidup

    masyarakat adat Kei Besar yang bersatu, saling menguatkan, dan tidak dapat dilepas-

    pisahkan. Masyarakat Kei Besar memiliki daya rekat yang kuat dalam menjalin relasi

    bermasyarakat. Makna ini memberikan kekuatan dalam menjalin hubungan antara

    individu, antara individu dengan kelompok, maupun antar kelompok. dengan

    3 Mcleod, Pengantar Konseling, 283.

  • 107

    demikian ikatan genealogis merupakan dasar untuk membentuk hubungan

    persaudaraan dalam konteks hidup masyarakat Kei Besar.

    3. Ain ni ain sebagai Ikatan Persaudaraan dalam Ratschaap

    Ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan dalam ratschaap yakni ikatan

    persaudaraan dalam beberapa wilayah adat atau ratschaap yang terbetuk dari

    perkawinan dari beberapa desa dengan rastchaap yang berbeda. Misalnya dalam satu

    desa terdapat beberapa marga yang sama dengan desa yang lain dari rastchaap yang

    berbeda. Pemahaman ini dapat mewujudkan kerukunan kekeluargaan dalam wilayah

    adat atau ratschaap yang ada di Kei Besar. Ikatan ini juga terbentuk dari pola

    hubungan darah akan tetapi bukan berasal dari satu garis keturunan. Misalnya

    hubungan perkawinan antara orang dengan marga A, berasal dari desa A, dan

    ratschaap A dengan orang dari marga B, berasal dari desa B, dan ratschaap B.

    Hubungan perkawinan ini menghasil persamaan marga yang terdapat pada wilayah

    adat yang berbeda. Untuk itu ikatan ini merupakan salah satu kekuatan dalam

    membentuk relasi yang rukun dalam realitas masyarakat Kei Besar.

    Kekuatan dari ikatan persaudaraan dalam ratschaap dapat digunakan pada saat

    terjadi konflik antara dua ratchaap atau dua wilayah adat yang berbeda. Makna ini

    difungsikan sebagai pendorong kesadaran masyarakat yang berkonflik tentang

    hubungan kekeluargaan yang telah terbentuk dari hubungan perkawinan antara kedua

    rastkap tersebut. Kesadaran yang muncul adalah bahwa mereka seharusnya hidup

    rukun sebab mereka memiliki pola hubungan darah oleh karena hubungan

  • 108

    perkawinan kedua ratschaap tersebut. Langkah yang diambil oleh tokoh adat dalam

    mengatasi konflik antara kedua ratschaap tersebut adalah dengan menjelaskan

    kembali pola hubungan darah antara kedua ratschaap tersebut. Dengan demikian

    konflik yang terjadi dapat diatasi dan kerukunan dapat terwujud dalam hubungan

    keluarga antar ratskap yang berkonflik. Jadi ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan

    dalam ratschaap merupakan kekuatan untuk mewujudkan kerukunan kekeluargaan

    antara beberapa wilayah adat atau ratschaap.

    Pemahaman mengenai ikatan persaudaraan dalam satu wilayah adat juga dapat

    dipahami dalam sistem kasta masyarakat Kei Besar. Dalam pembagian wilayah adat

    terdapat pembagian sistem kasta yang sudah ditetapkan oleh leluhur. Dalam hal ini

    Ain ni ain dipahami sebagai tindakan untuk menghormati kakak dan melindungi adik

    merupakan salah satu ajaran yang diberikan leluhur kepada penerusnya. Ajaran ini

    diberikan dalam bentuk klasifikasi masyarakat yang disebut sistem kasta melmel,

    renren, dan iriri. Sistem kasta yang ada di Kei Besar dibuat bukan dibentuk dengan

    maksud memilah masyarakat akan tetapi sistem kasta ini dibuat agar masyarakat

    dapat saling menghargai dan melindungi dalam hubungan kakak-adik. Melmel

    sebagai kakak bertugas untuk melindungi adik yakni renren dan iriri. Ain ni ain

    sebagai suatu ikatan persaudaraan tentunya memiliki posisi kakak dan juga adik,

    dalam ain ni ain kedua posisi ini dan tugasnya diberikan penekanan yang tegas.

    Diberikan penekanan yang tegas sebab memiliki fungsi untuk keteraturan hidup

    masyarakat adat Kei Besar. Selain itu makna ini diberikan penekanan tegas oleh

    karena carita dibalik terbentuknya sistem kasta di Kei Besar yakni mengenai tindakan

  • 109

    baik melmel yang menebus renren dan iriri dari kesalahan yang dibuat. Dengan

    menghargai dan melindungi dalam hubungan kakak-adik maka masyarakat Kei Besar

    sedang menjalankan keinginan leluhur serta dapat terhidar dari bencana bahkan

    kematian.

    Aspek kultur yang muncul dalam makna ini yakni konstruksi moral dan konsep

    waktu. Konstruksi moral dalam kultur tradisional sangat ditentukan oleh takdir.4 Jika

    dijelaskan dalam konteks adat ain ni ain masyarakat Kei Besar maka takdir dapat

    dimengerti sebagai bencana yang akan diterima jika masyarakat Kei Besar tidak

    menjalankan tugasnya sesuai dengan posisinya dalam sistem kasta tersebut. Sebab

    sistem kasta yang dipahami dalam ain ni ain adalah keselarasan tugas antara kasta

    melmel terhadap renren dan iriri serta antara renren dan iriri terhadap melmel.

    Selaras dalam tindakan saling menghormati dan melindungi.

    Konsep waktu merupakan salah satu elemen tempat cara hidup dan hubungan

    terbentuk.5 dalam pemahaman yang dibangun dalam kultur masyarakat adat Kei

    Besar yang bersifat kolektif didominasi oleh orientasi masa lalu, maksudnya adalah

    terdapat kesinambungan antara leluhur dengan mereka saat ini. Segala tindakan yang

    melanggar adat dipahami sebagai pelanggaran terhadap usaha leluhur untuk

    menghadirkan keteraturan melalui adat-istiadat masyarakat Kei Besar. Cara

    masyarakat Kei Besar dalam mempertahankan adat-istiadat merupakan wujud

    kesinambungan hubungan antara mereka dengan leluhur.

    4 Mcleod, Pengantar Konseling, 280. 5 Mcleod, Pengantar Konseling, 280.

  • 110

    4. Ain ni ain sebagai Kontrak Sosial

    Konteks hidup masyarakat adat Kei Besar saat ini bukan hanya terdiri dari

    penduduk asli akan tetapi ada pula penduduk dengan budaya yang lain atau

    pendatang. Hubungan antara penduduk asli dengan pendatang terjadi dalam

    hubungan perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang, ada pula pendatang

    yang sudah lama menetap karena pekerjaan (perawat, polisi, TNI, Guru, PNS, dll),

    selain itu ada pula pendatang yang karena ingin berdagang di Kei Besar. realitas yang

    telah disebutkan diatas menjelaskan bahwa dalam konteks hidup masyarakat Kei

    Besar terdapat ikatan hubungan sosial yang terbentuk antara masyarakat asli dan

    pendatang. Ikatan tersebut dapat dilihat sebagai ikatan yang terbentuk oleh karena

    adanya kontrak sosial. Kontrak sosial dalam konteks masyarakat adat Kei Besar

    merupakan ikatan yang yang terbentuk antara masyarakat asli dengan pendatang yang

    memiliki satu alasan yang kuat. Kontrak sosial tersebut dalam kultur ain ni ain dilihat

    sebagai ikatan persaudaraan dan terwujud dalam kebersamaan dalam menjalani

    hidup.

    Ikatan persaudaraan yang terbentuk dalam hidup masyarakat Kei Besar tidak

    hanya menjangkau masyarakat asli akan tetapi masyarakat pendatang dengan

    budayanya. Dengan memberikan ruang serta membangun relasi dengan masyarakat

    pendatang maka masyarakat Kei Besar sedang membentuk ikatan persaudaraan

    dengan masyarakat pendatang serta membentuk persaudaraan yang rukun dalam

    berelasi. Walaupun hidup dalam perbedaan budaya akan tetapi tidak dapat menutup

    kesempatan untuk tetap hidup rukun. Dalam makna ini terbentuk pemahaman diri

  • 111

    masyarakat adat Kei Besar bahwa saudara anda adalah diri anda sendiri, jika terjadi

    sesuatu pada mereka maka dengan kesadaran ikatan persaudaraan mereka yang

    berada dalam situasi duka maupun suka akan ditolong. Hal ini juga digunakan dalam

    menyelesaikan satu masalah yang terjadi. Masalah atau konflik dapat memecahbelah

    ikatan persaudaraan yang telah dibentuk sejak dulu. Sehingga dalam menanggapi

    masalah atau konflik maka makna ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan dipakai

    sebagai pendorong kesadaran bahwa konflik bukanlah hal yang diinginkan oleh

    semua masyarakat, melainkan rasa aman adalah hal yang diinginkan bersama. Jadi

    ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan dapat mendorong kesadaran diri masyarakat

    Kei Besar agar tetap mempertahankan hidup yang bersatu jika diperhadapkan dengan

    konflik serta ikatan persaudaran akan menghasil persaudaraan yang rukun walaupun

    masyarakat memiliki perbedaan.

    Ain ni ain sebagai kebersamaan dalam menjalani hidup menginterpretasikan cara

    memahami diri masyarakat Kei Besar. Diri dalam kaitan dengan kultur bukanlah

    sebagai suatu entitas yang berdiri sendiri dari hubungan dan konteks tempatnya

    diinterpretasi akan tetapi diri diciptakan kembali dalam interaksi dan konteks, dan

    hanya eksis di dalam dan melalui interaksi dan konteks. Memahami diri dalam

    penjelasan ini disebut sebagai memahami diri yang bersifat kolektif maksudnya

    adalah individu dapat dipahami dalam prilaku kolektif.6 Masyarakat Kei Besar hidup

    dalam bingkai prilaku kolektif, segala sesuatu yang dilakukan menampilkan prilaku

    kolektif masyarakat Kei Besar. Secara sosio-kultur, masyarakat Kei Besar hidup

    6 Landrine dalam Mcleod, Pengantar Konseling, 278.

  • 112

    dalam satu kesadaran bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi hidup. Mereka

    meyakini bahwa kebersamaan dalam menjalani hidup merupakan kewajiban dalam

    suatu ikatan persaudaraan. Dalam hal ini mereka akan selalu tolong-menolong dalam

    situasi sukacita maupun dukacita. Kebersamaan dalam menjalani hidup dilakukan

    berdasarkan makna dan nilai-nilai yang terkandung didalam kultur ain ni ain.

    Tindakan tolong-menolong dalam makna kebersamaan menjalani hidup yang

    termuat dalam ain ni ain memperlihatkan prilaku kolektif masyarakat adat Kei Besar.

    Prilaku kolektif juga nampak pada saat terjadi konflik internal antardesa maksudnya

    konflik internal antardesa yang terjadi di Kei Besar tidak dapat dilakukan oleh satu

    individu akan tetapi dilakukan secara kolektif. Untuk itu pendekatan yang dilakukan

    adalah pendekatan kolektif yang dilakukan oleh para tokoh adat, tokoh pemerintah,

    serta tokoh agama. Para tokoh masyarakat ini akan bekerja sama untuk menangani

    konflik yang terjadi. Bekerja sama dalam segala situasi merupakan ciri dari

    kebersamaan dalam menjalani hidup. Jadi kebersamaan menjalani hidup menjelaskan

    cara memahami diri masyarakat Kei Besar yakni mereka hidup dan dibentuk dalam

    tindakan kolektif untuk itu dalam segala situasi mereka akan selalu bekerja sama dan

    saling tolong menolong agar tetap mempertahankan ikatan persaudaraan yang rukun

    dalam konteks hidup masyarakat adat Kei Besar.

    B. AIN NI AIN SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK INTERNAL ANTARDESA

    DI KEI BESAR DALAM PERSPEKTIF KONSELING PERDAMAIAN

    Perdamaian merupakan salah satu kebutuhan manusia agar dapat hidup dalam

    suasana aman. Dalam membangun hidup yang aman maka manusia harus menjaga

  • 113

    hubungannya bersama dengan baik. Apabila relasi tersebut terganggu maka dapat

    mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dari satu individu, itu sebabnya konflik

    dapat terjadi serta mengganggu relasi sosial masyarakat. Untuk mengatasi konflik

    maka diperlukan tindakan serta cara berpikir yang akan digunakan dalam mengatasi

    konflik yang terjadi serta menghadirkan perdamaian. Berkaitan dengan menghadirkan

    perdamaian, konseling dalam praktiknya merupakan proses yang akan menghadirkan

    relasi atau hubungan yang harmonis sehingga orang dapat dimungkinkan dapat

    mengalami perdamaian dan kebahagiaan.7 Proses konseling berlangsung dalam dunia

    klien. dunia klien yang dimaksudkan adalah konteks kultur yang dimiliki klien.

    Kultur yang dimiliki klien memiliki makna yang dapat ditemukan didalam nilai-nilai,

    norma-norma, tradisi-tradisi, dan lain-lain sehinggga pola makna dari kultur klien

    dapat digunakan dalam proses konseling agar dapat menghadirkan perdamaian yang

    diinginkan klien. Dengan demikian diperlukan kepakaan dalam memahami kultur

    klien agar dapat menghadirkan perdamaian.

    Kultur sangat berperan penting dalam mengatasi konflik internal yang terjadi

    dalam realitas hidup masyarakat Kei Besar. Ain ni ain sebagai falsafah hidup

    masyarakat Kei Besar memiliki makna, nilai-nilai, serta fungsi yang dapat digunakan

    sebagai instrumen agar dapat mengatasi konflik serta menghadirkan perdamaian. Pola

    makna dari kultur ain ni ain memiliki kerangka kerja rekonsiliasi yang dipakai oleh

    tokoh adat agar dapat mendamaikan pihak yang berkonflik. Langkah kerja

    rekonsiliasi ain ni ain yang dipakai memerlukan perspektif konseling didalamnya.

    Perspekrif konseling diperlukan agar dapat mempromosikan penyembuhan dan

    7 J. D. Engel, Konseling suatu Fungsi Pastoral, (Salatiga: Tisara Grafika, 2007), 1.

  • 114

    membangun perdamaian dalam wilayah konflik atau antara pihak yang berkonflik.

    Konseling perdamaian merupakan perspektif yang dipakai dan akan dikaitkan dengan

    kultur ain ni ain. Konseling perdamaian merupakan konseling yang bekerja untuk

    mempromosikan penyembuhan dan membangun perdamaian di wilayah yang

    terganggu oleh perang. Konseling perdamaian hadir untuk mengatasi konsekuensi

    dari perang yang terjadi yakni hilangnya nyawa, kurangnya kebutuhan dasar,

    kehilangan dukungan, gangguan sosial, gangguan edukasi, kekerasan fisik, trauma,

    tekanan emosional, dll.8 Berdasarkan pemahaman terhadap pola makna ain ni ain

    serta pemahaman mengenai konseling perdamaian maka dapat disimpulkan bahwa

    kedua pemahaman ini memiliki sasaran yang sama yakni menghadirkan perdamaian.

    Kedua pemahaman ini dalam proses mengerjakannya tidak dapat dilihat sebagai dua

    perspektif yang berdiri sendiri akan tetapi kedua persepktif ini dikerjakan secara

    bersamaan, yakni pada saat langkah kerja rekonsiliasi ain ni ain dilakukan maka pada

    saat yang sama konseling perdamaian dikerjakan.

    Konseling perdamaian yang digunakan dalam konteks masyarakat adat Kei Besar

    merupakan konseling yang bekerja untuk mengatasi konflik internal antar desa yang

    terjadi di Kei Besar. Konflik internal antar desa dalam konteks hidup masyarakat Kei

    Besar merupakan bagian dari konflik komunal. Konflik komunal dalam konteks

    masyarakat Kei Besar dipahami sebagai konflik antar kelompok yang ada dalam

    masyarakat. Untuk itu konseling perdamaian dalam konteks masyarakat Kei Besar

    8 Jeannie R. Annan, dkk, “ Counseling For Peace In The Midst Of War: Counselors From

    Northern Uganda Share Their Views”, International Journal for the Advancement of Counselling, Vol. 25, No. 4, December 2003, 235.

  • 115

    dapat digunakan untuk mengatasi konflik komunal. Pendekatan konseling

    perdamaian bersifat komunal sekaligus dapat menyentuh individu.

    Ain ni ain sebagai kultur yang digunakan dalam menangani konflik dan

    menghadirkan perdamaian memiliki beberapa fungsi yang dapat digunakan sebagai

    instrumen penyelesaian konflik internal di Kei Besar sekaligus menghadirkan

    perdamaian. Fungsi-fungsi tersebut digunakan agar dapat mengatasi masalah-masalah

    yang muncul pada saat terjadi konflik internal. Fungsi ain ni ain dalam mengatasi

    konflik ditemukan dalam nilai-nilai yang termuat dalam ain ni ain, dalam hal ini

    kelima nilai yang ditemukan dalam ain ni ain menjabarkan beberapa fungsi-fungsi

    yang dipakai untuk menghadirkan perdamaian. Beberapa fungsi ain ni ain yang

    ditemukan sesuai dengan fungsi konseling perdamaian. Fungsi konseling perdamaian

    antara lain memberikan keterampilan hidup yang diperlukan yaitu keterampilan untuk

    menghasilkan pendapat dan kemampuan komunikasi, memulihkan hubungan,

    mendorong tanggung jawab, dan menghadirkan toleransi diantara anggota

    masyarakat.9 Penekanan fungsi ain ni ain dan konseling perdamaian pada

    kesembuhan individu dan dukungan komunitas. Maksudnya adalah Individu atau

    kelompok yang berkonflik diberdayakan secara sadar untuk mengambil keputusan,

    bukan untuk bereaksi dan melanjutkan siklus kekerasan yang mereka lakukan. Dalam

    pemahaman diatas mengenai ain ni ain (makna, nilai, dan fungsi) serta konseling

    perdamaian dikembangkan untuk mengembangkan sebuah prosedur konseling

    perdamaian berbasis budaya yang memungkinkan orang berkonflik dapat

    9 Jeannie R. Annan, dkk, “ Counseling For Peace In The Midst Of War: Counselors From

    Northern Uganda Share Their Views”, International Journal for the Advancement of Counselling, Vol. 25, No. 4, December 2003, 239.

  • 116

    menyelesaikan masalah-masalah psikologis yang dialami dan masalah-masalah yang

    menjadi sumber penyebab konflik.

    Fungsi Ain Ni Ain sebagai Konseling Perdamaian

    Berdasarkan pemahaman terhadap pola makna ain ni ain dan konseling

    perdamaian maka ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai fungsi konseling

    perdamaian ain ni ain dalam mengatasi konflik serta menghadirkan perdamaian,

    yaitu:

    1. Penyelesaian konflik dan Memberi Rasa Aman

    Konflik internal yang terjadi di dalam realitas hidup mayarakat Kei Besar

    mengakibatkan hilangnya kesadaran untuk hidup dalam suasana damai. Hilangnya

    kesadaran berdamaian dapat berdampak buruk terhadap kehidupan individu maupun

    kelompok. masyarakat dapat saling membenci bahkan membunuh akhirnya tindakan

    ini berujung pada perpecahan dalam hidup masyarakat adat Kei Besar. Perpecahan

    yang terjadi sebagai akibat dari konflik internal dapat menghancurkan keseimbangan

    hidup yang dimiliki masyarakat adat Kei Besar. Diperlukan kepekaan terhadap

    realitas ini maka diperlukan langkah-langkah kerja yang dapat digunakan untuk

    menangani konflik yang terjadi. Pola makna dan nilai yang termuat dalam ain ni ain

    dapat digunakan untuk dapat menangani konflik internal yang terjadi. Ain ni ain

    berfungsi sebagai penyelesaian konflik internal dalam realitas masyarakat Kei Besar

    merupakan langkah-langkah logis yang digunakan untuk mengatasi konflik yang

    terjadi. langkah-langkah penyelesaian konflik ini dimulai dengan prakarsa damai

  • 117

    yakni inisiatif untuk menghadirkan perdamaian. langkah awal ini dilakukan oleh

    tokoh adat sebagai pemmbawa inisiatif berdamai. Langkah ini difungsikan agar dapat

    meredakan konflik yang sedang terjadi. Fungsi ain ni ain untuk menyelesaikan

    konflik dengan langkah prakarsa damai dilakukan oleh tokoh adat dalam rangka

    mempersiapkan langkah selanjutnya yang akan dipakai dalam proses penyelesaian

    konflik.

    Fungsi kedua yang digunakan dalam mengatasi masalah perpecahan adalah

    memberikan rasa aman. Fungsi ini menjadi penting dalam membangun situasi damai.

    Memberikan rasa aman dalam situasi konflik merupakan tindakan pemisahan pihak

    yang berkonflik yang dilakukan melalui intervensi militer (TNI dan Kepolisian).

    Pemisahan pihak yang berkonflik dapat memberikan rasa aman bagi tokoh adat agar

    dapat melakukan fungsinya dalam mengatasi konflik. Selain itu pemisahan pihak

    yang berkonflik dapat memberikan rasa kepada masyarakat lain yang sedang merasa

    panik, takut, resah, dll terhadap konflik yang terjadi. untuk itu fungsi memberikan

    rasa aman melalui intervensi militer dapat memberikan peluang bagi tokoh adat agar

    dapat melakukan tanggungjawabnya dalam rangka mendamaikan pihak yang

    berkonflik.

    Kedua fungsi ini dilakukan oleh tokoh adat (wisbad) sebagai representatif

    masyarakat. Didalam fungsi ini sesungguhnya tokoh adat sedang melakukan tugasnya

    untuk mendampingi pihak yang sedang berkonflik sekaligus masyarakat secara

    keseluruhan. Tokoh Wisbad (tokoh adat) akan menjalankan tugasnya yakni

    mendampingi pihak yang berkonflik bersama dengan tokoh agama serta tokoh

  • 118

    pemerintah dalam hal ini aparat keamanan (Kepolisian dan TNI). Fungsi ini

    digunakan agar dapat membangun kembali hubungan yang harmonis dalam

    masyarakat. Maksudnya adalah masyarakat adat Kei Besar menjadi lebih mampu

    membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna. Kedua fungsi ini akan

    mengarahkan masyarakat Kei Besar agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang

    termuat di dalam ain ni ain. Nilai yang dipakai oleh tokoh adat dalam penggunaan

    fungsi ini adalah nilai it fa dukung did vavean (nilai persatuan dan kesatuan) artinya

    hidup harus tetap ada dalam satu kesatuan bukan perpecahan. Pemahaman ini

    diberikan kepada pihak yang berkonflik maupun pada masyarakat secara keseluruhan

    agar dapat memiliki pemahaman bahwa mereka ada dalam satu kesatuan. Fungsi ini

    mengarahkan pemikiran dan tindakan masyarakat Kei Besar bahwa ain ni ain

    mengajarkan mereka agar hidup dalam kesatuan bukan hidup dalam konflik dan

    perpecahan.

    2. Keinganan Berdamai

    Ain ni ain berfungsi sebagai keinginan berdamai merupakan kesadaran yang

    mendorong masyarakat Kei Besar agar dapat menemukan kedamaian dalam situasi

    konflik yang dihadapi. Fungsi ini dikerjakan dalam kerangka pikir ain ni ain sebagai

    kultur yang sangat berperan penting dalam membentuk kesadaran berdamai dalam

    diri individu maupun kelompok. Dalam hal ini fungsi keinginan berdamai akan

    digunakan oleh tokoh adat agar dapat mengbentuk kesadaran damai dalam tindakan

    dan pikiran masyarakat Kei Besar yang sedang berkonflik. Membentuk kesadaran

    berdamaian dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman dan pendapat yang

  • 119

    dapat merubah pola pikir masyarakat yang berkonflik yakni dengan menyadarkan

    mereka bahwa dalam mengatasi satu permasalahan bukan dengan konflik. Sebab

    konflik hanya akan membawa dampak negatif bagi kelangsungan hidup masyarakat

    Kei Besar. Selain itu ain ni ain dapat memberikan pemahaman bahwa masyarakat Kei

    Besar yang sedang berkonflik seharusnya menyadari bahwa tindakan itu hanya dapat

    menyakiti saudara mereka sendiri sebab ain ni ain adalah ikatan persaudaraan yang

    erat.

    Fungsi keinginan berdamai dapat mengarahkan pemikiran masyarakat Kei Besar

    kepada potensi atau kekuatan yang dimiliki sekaligus mengarahkan pemahaman

    mereka terhadap kelemahan yang harus diatasi secara bersama. Agar dapat

    mengarahkan pemahaman masyarakat maka diakan pertemuan tokoh adat, dalam

    pertemuan ini mereka akan membahas konflik yang terjadi serta cara atau solusi yang

    akan digunakan untuk menangani konflik tersebut. Pertemuan tokoh adat yang

    dilakukan untuk mengatasi masalah permusuhan yang terjadi sebagai akibat konflik

    internal. pertemuan tokoh adat untuk membahas konflik yang terjadi merupakan

    wujud tanggungjawab para tokoh adat agar dapat memulihkan kemabali kehidupan

    masyarakat Kei Besar. Dalam fungsi ini tokoh adat sedang melakukan eksplorasi

    konflik yang terwujud dalam eksplorasi pikiran terhadap masalah yang terjadi.

    Eksplorasi pikiran merupakan tindakah menggali ide-ide serta pendapat yang akan

    digunakan untuk mengatasi konlik yang terjadi yang dilakukan oleh tokoh adat. selain

    itu eksplorasi pikiran juga berupa pengambilan solusi berdasarkan pendapat yang

    diberikan.

  • 120

    Para tokoh adat adalah representatif dari masyarakat adat Kei Besar untuk itu

    kepada mereka diberikan tanggung jawab penuh oleh adat agar dapat menghadirkan

    perdamaian dalam konteks hidup masyarakat Kei Besar. Untuk itu mereka akan

    bertindak sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka. Dalam hal

    ini mereka harus bersikap adil dalam menangani konflik yang terjadi. Dalam fungsi

    keinginan berdamai diperlukan nilai it var sak memad maren yelim. Nilai ini menjadi

    pijakan bersama para tokoh adat dan masyarakat agar dapat mengetahui potensi atau

    kekuatan serta kelemahan yang dimiliki sehingga mereka dapat memiliki kesadaran

    atau keinginan untuk berdamai.

    3. Kontrol sosial

    Ain ni ain berfungsi sebagai instrument kontrol sosial masyarakat adat Kei Besar.

    Fungsi ini menjelaskan proses membimbing kelompok masyarakat sekaligus

    individu. Masyarakat adat Kei Besar diarahkan agar dapat membuat pilihan moralnya

    yakni masyarakat yang sedang berkonflik diberikan kesempatan agar dapat

    mengambil keputusan yang benar dalam mengatasi konflik. Pihak yang berkonflik

    dibimbing agar dapat memecahkan masalah yang terjadi sebab bagi tokoh adat

    sebagai orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di tanah adat

    Kei Besar, pihak yang berkonflik perlu dibimbing oleh karena mereka tidak dapat

    memecahkan masalah mereka sendiri. Tokoh adat akan mendatangi pihak yang

    berkonflik agar dapat mengetahui inti permasalahan dan setelah itu akan mencari

    solusi terbaik dalam mengatasi konflik. Selain itu tokoh adat akan memberikan

    pendapat serta pemahaman yang baik kepada pihak yang berkonflik sebab dengan

  • 121

    memberikan pemahaman yang baik maka secara langsung tokoh adat sedang

    melakukan fungsi kontrol sosial terhadap pihak yang berkonflik.

    Ain ni ain akan menolong tokoh adat dalam proses membimbing untuk dapat

    menentukan keputusan yang benar oleh pihak yang berkonflik. Dalam pemahaman ini

    pihak yang berkonflik diberikan kemampuan agar dapat memahami dan mengontrol

    tingkah laku yakni berkaitan dengan mengontrol atau mengendalikan kemarahan.

    Fungsi kontrol sosial ini bukan hanya berlaku bagi pihak yang berkonflik akan tetapi

    dilakukan juga kepada masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat akan diberikan

    pendampingan dan pemikiran positif agar tidak terprovokasi dengan perkataan atau

    tindakan yang dapat menimbulkan konflik. Tindakan mengontrol masyarakat akan

    terus dilakukan oleh tokoh adat hingga tercapai kestabilan hidup dalam setiap relasi

    sosial masyarakat Kei Besar.

    Kontrol sosial Ain ni ain dalam kehidupan masyarakat Kei Besar dilakukan

    berdasarkan sikap solidaritas. Sikap solidaritas yang termuat dalam ain ni ain dapat

    mempertahankan makna yang termuat dalam Larvul Ngabal sebab didalamnya

    mengandung kekuatan yang membawa kebahagiaan bagi kelangsungan hidup

    masyarakat Kei Besar. Memiliki sikap solidaritas berarti memiliki sikap kepedulian

    terhadap orang lain. Sikap solidaritas atau kepedulian mendorong masyarakat adat

    Kei Besar agar dapat menangani konflik internal yang terjadi, sikap solidaritas dapat

    dimulai dengan mengetahui akar permasalahan atau penyebab konflik.

  • 122

    Tokoh adat akan selalu berupaya dengan sabar agar dapat menemukan akar

    pemasalahan atau penyebab konflik internal yang terjadi serta dapat menemukan

    solusi yang tepat agar dapat mengatasi masalah yang terjadi. Dalam proses

    menemukan solusi, tokoh adat tetap dapat bekerja untuk dapat mengumpulkan

    pemikiran-pemikiran yang positif dari masyarakat yang lain atau bahkan pemerintah

    dan tokoh agama sehingga pemikiran positif dapat dipertimbangkan oleh tokoh adat,

    kemudian pemikiran tersebut akan disampaikan kepada pihak yang berkonflik agar

    dapat menentukan sikapnya dalam menghadapi konflik internal yang terjadi. Proses

    ini dilakukan dalam jangka waktu yang panjang oleh karena pihak yang berkonflik

    diberikan ruang serta pemilihan waktu yang tepat agar dapat bertemu dengan pihak

    yang berkonflik. Melalui penjelasan di atas tentang fungsi memiliki sikap solidaritas

    dalam ain ni ain maka dapat disimpulkan bahwa memiliki sikap solidaritas dalam ain

    ni ain merupakan sikap kepedulian terhadap masyarakat yang sedang berkonflik

    maupun masyarakat yang lain agar dapat mewujudkan perdamaian.

    Langkah yang dipakai dalam fungsi ini adalah mengetahui penyebab konflik.

    Langkah ini akan dilakukan oleh tokoh adat yakni dengan mendatangi dan berbicara

    dengan pihak yang sedang berkonflik. Dalam langkah ini tokoh adat sedang

    melakukan fungsi sikap solidaritasnya yakni dengan menunjukan kepeduliannya

    terhadap pihak yang berkonflik agar dapat mengetahui penyebab konflik. Dalam hal

    ini tokoh adat sedang menunjukan sikap empatinya kepada pihak yang berkonflik.

    Sikap empati dapat dilakukan dengan cara meyakinkan pihak yang berkonflik bahwa

    kehadiran mereka bukan untuk menghakimi akan tetapi untuk menolong mereka agar

  • 123

    dapat menyelesaikan konflik yang terjadi. Dalam proses ini tokoh adat sedang

    membangun rasa percaya masyarakat kepada tokoh adat. Sebab tokoh adat sedang

    melalukan tugasnya agar tetap memelihara ain ni ain serta melakukan nilai-nilai yang

    termuat didalamnya. Kepercayaan yang diberikan masyarakat akan menjadi kekuatan

    sekaligus peluang bagi tokoh adat agar dapat menyelesaikan konflik yang terjadi.

    Fungsi kontrol dalam ain ni ain dalam sikap solidaritas didasarkan pada nilai did

    fangnanan aen hob aen. Nilai ini mengajarkan masyarakat Kei Besar agar tetap saling

    menyayangi, saling peduli, dan saling tolong dalam menjalani hidup. Nilai ini

    mendorong tokoh adat sebagai representatif masyarakat untuk melakukan

    pendampingan kepada anggota masyarakat yang sedang berada dalam masalah

    perpecahan, permusuhan, serta ketidakpedulian agar dapat mengalami pemulihan

    serta dapat saling berdamai.

    4. Membangun komunikasi

    Fungsi membangun komunikasi dalam ain ni ain merupakan cara berinteraksi

    masyarakat Kei Besar dalam menghadapi berbagai masalah dengan tujuan yang

    diharapkan. Fungsi ini berlangsung dalam segala situasi yang dihadapi oleh

    masyarakat Kei Besar. Membangun komunikasi dilakukan agar dapat

    mempertahankan kehidupan masyarakat Kei Besar yang rukun dan harmonis. Selain

    itu fungsi ini digunakan pada saat terjadi konflik, maksudnya ada usaha dari tokoh

    adat agar dapat membangun komunikasi dengan pihak yang berkonflik, masyarakat

    lain, pemerintah, dan tokoh agama. Komunikasi juga dibangun antara masyarakat

    dengan para leluhurnya serta Tuhan yang disembah (Duad).

  • 124

    Fungsi membangun komunikasi pada saat terjadi konflik dapat mengarahkan

    sikap masyarakat Kei Besar kedalam pemulihan relasi yang rusak. Dalam hal ini

    fungsi membangun komunikasi digunakan untuk mengatasi masalah rusaknya

    hubungan sosial yang terjadi akibat konflik internal yang terjadi. Dalam hal ini

    konflik internal dipahami sebagai tindakan yang dapat menghilangkan keutuhan

    hidup atau situasi damai yang diinginkan bersama. Konflik internal telah merusak

    hubungan yang dibentuk oleh ain ni ain. Selain itu konflik dapat merusak kekuatan

    dari landasan ain ni ain yakni Larvul Ngabal. Konflik dapat merusak semua

    hubungan antara aspek-aspek kehidupan yakni hubungan individu dengan individu

    menjadi rusak, hubungan individu dengan kelompok menjadi rusak, hubungan

    kelompok dengan kelompok menjadi rusak, serta hubungan antara leluhur dan atau

    Duad juga menjadi rusak.

    Dalam menghadapi masalah rusaknya hubungan, tokoh adat sebagai tokoh

    yang berperan aktif dalam proses ini akan berupaya keras dalam mengatasi rusaknya

    hubungan sosial sehingga dapat menwujudkan pemulihan relasi tersebut. Tokoh adat

    akan kembali memberikan pemahaman bahwa konflik merupakan tindakan merusak

    keutuhan masyarakat Kei Besar. Ain ni ain menjadi solusi yang dipakai agar dapat

    mengutuhkan kembali relasi yang rusak akibat konflik. Tokoh adat akan berusaha

    menyadarkan masyarakat Kei Besar sehingga mereka dapat mengontrol kehidupan

    dengan tetap memelihara relasi sosial yang terbentuk sejak dulu. Sehubungan dengan

    fungsi ini maka penting untuk dipahami bahwa upaya memberikan kesadaran maka

    upaya yang dilakukan adalah dengan membangun komunikasi dengan pihak yang

    berkonflik agar dapat mendorong mereka untuk memperbaiki hubungan mereka.

  • 125

    Tokoh adat juga menjalin kumunikasi dengan masyarakat lain, tokoh pemerintah, dan

    tokoh agama agar dapat menemukan pemikiran yang positif dalam mengatasi konflik

    yang terjadi.

    Langkah terakhir yang dipakai adalah sidang adat, merupakan langkah yang

    digunakan agar dapat menyelesaikan konflik yang terjadi. Langkah ini dapat

    dilakukan setelah beberapa langkah yang lain dikerjakan. Dalam langkah ini pihak

    yang berkonflik akan saling bertemu dan berbicara dan saling mengakui kesalahan

    serta dapat berdamai kembali. Langkah ini melalui fungsi membangun komunikasi

    mendorong masyarakat agar dapat menyelesaikan konflik yang terjadi serta

    mewujudkan perdamaian sebagai tujuan bersama. Setelah kedua belah pihak

    berdamai maka proses yang terakhir pun akan dilakukan yakni pengambilan sumpah

    adat dihadapan para leluhur serta dihadapan Duad. Bagian ini menjadi penting sebab

    pengambilan sumpah adat maka masyarakat yang berkonflik maupun masyarakat

    yang lain berjanji atau berkomitmen tidak akan melakukan tindakan merusak atau

    konflik dan akan selalu menghadirkan situasi damai. Dengan menghadirkan situasi

    damai maka sesungguhnya masyarakat Kei Besar sedang memberikan rasa hormatnya

    terhadap Duad dan para leluhur yang telah memberikan dan membentuk adat-istiadat

    yang mendatangkan kebaikan dalam setiap aspek hidup masyarakat Kei Besar. Nilai

    yang menjadi dasar dalam langkah dan fungsi ini adalah nilai tavlur nit it sob duad

    yang berarti penghormatan kepada para leluhur dan Tuhan yang disembah.

    Penghormatan yang dilakukan adalah dengan menjaga perdamaian yang telah

    terwujud dan memelihara relasi sosial dalam hidup bermasyarakat.

  • 126

    5. Menjalin Kerjasama dan Perdamaian

    Fungsi menjalin kerjasama dalam ain ni ain merupakan perilaku masyarakat

    yang diwujudkan dalam tindakan saling tolong-menolong dan gotong-royong dalam

    menyelesaikan satu masalah. Menjalin kerjasama dalam ain ni ain dilakukan dalam

    kesadaran bahwa dalam menyelesaikan atau mengatasi satu masalah mereka tidak

    dapat bekerja sendiri akan tetapi bekerja secara bersama dengan menggunakan segala

    kemampuan untuk menyelesaikan atau mengatasi satu masalah. Dalam fungsi ini

    masyarakat Kei Besar sedang memperlihatkan realitas hidup bahwa manusia adalah

    makhluk sosial artinya satu individu tadak dapat hidup sendiri akan tetapi hidup

    bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan.

    Langkah yang dipakai dalam menjalin kerjasama dalam konteks masyarakat Kei

    Besar yakni penyatuan pihak yang berkonflik. Dalam langkah ini masyarkat yang

    berkonflik dipersatukan dan memiliki komitmen yang sama yakni menjaga kestabilan

    hidup dan dapat menghindari faktor penyebab yang dapat menghadirkan konflik.

    Untuk itu diperlukan kerjasama yang terbentuk antara kedua pihak serta seluruh

    masyarakat agar tetap mempertahankan kestabilan dan kesatuan hidup.

    Fungsi perdamaian ain ni ain merupakan fungsi pusat sebab fungsi ini

    merupakan tujuan utama dalam konseling perdamaian berbasis budaya. Dalam fungsi

    perdamaian, masyarakat mengalami pemulihan dalam segala aspek hidup yakni fisik,

    mental, sosial, dan juga spiritual. Untuk itu masyarakat yang telah mengalami

    pemulihan hidup dapat membantu individu atau kelompok membuat perubahan kecil

  • 127

    terhadap prilaku merusak, yakni dengan mengispirasi diri mereka agar dapat memiliki

    kepedulian terhadap orang lain serta dapat membangun kerja sama dalam setiap

    situasi. Fungsi menghadirkan perdamaian mendorong masyarakat agar dapat

    memberdayaan diri. Pemberdayaan diri mengarah pada pembentukan inisiatif dari

    diri agar dapat merubah dan memperbaiki situasi yang sedang terjadi. Fungsi ini

    dapat terwujud jika masyarakat yakni kelompok maupun individu berpartisipasi

    didalam tindakan pemberdayaan diri.

    Kedua fungsi ini dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap nilai wusin

    aliman koit tabab merupakan nilai ain ni ain yang mendorong masyarakat agar tetap

    menjaga keseimbangan hidup dalam berelasi. Keseimbangan hidup dalam situasi

    kedamaian yang terlahir dari ain ni ain bermuara pada integritas sosial serta

    kesadaran sosial. Maksudnya masyarakat Kei Besar hidup dalam satu kesatuan serta

    bertanggungjawab untuk menghadirkan perdamaian dalam hidup bermasyarakat.

    Langkah-Langkah Rekonsiliasi Ain Ni Ain

    Konflik merupakan realitas yang harus dihadapi serta diatasi dengan

    menggunakan berbagai cara. Dalam realitas kehidupan masyarakat adat Kei Besar

    konflik memang tak dapat dihindari oleh karena masyarakat Kei Besar memiliki pola

    hubungan yang unik yakni masyarakat Kei Besar memiliki dinamika hidup. Mereka

    harus berhadapan dengan konflik akan tetapi mereka juga harus berusaha mencari

    solusi serta menyelesaikan konflik yang terjadi. Konflik 1999 menjadi bukti bahwa

    masyarakat Kei secara keseluruhan dapat menyelesaikan konflik tersebut dengan

  • 128

    damai. Konflik 1999 memperlihatkan realitas bahwa perdamaian masih didapatkan

    jika ada usaha kreatif dari semua pihak atau tokoh masyarakat. Untuk menghadirkan

    perdamaian maka masyarakat melalui tokoh masyarakat yang disebut tiga batu

    tungku secara kreatif mengubah konflik yang terjadi. Maksudnya tokoh masyarakat

    menghadirkan perdamaian dengan cara melakukan kerja rekonsiliasi yang akhirnya

    mengubah kekerasan yang terjadi selama konflik menjadi perdamaian. Kerja

    rekonsiliasi yang dikerjakan oleh para tokoh masyarakat untuk menghadirkan

    perdamaian tanpa kekerasan tetapi dengan melakukan pendekatan terhadap seluruh

    masyarakat Kei, serta menemukan pemikiran-pemikiran baik mengenai konflik.

    Pemikiran baik tersebut berguna untuk menghadirkan perdamaian. penjelasan ini

    sejajar dengan pemikiran Galtung mengenai perdamaian. Galtung mengartikan

    perdamaian dalam dua defenisi yakni pertama, perdamaian adalah tidak adanya atau

    pengurangan kekerasan dalam bentuk apapun. Kedua, perdamaian merupakan tanpa

    kekerasan dan secara kreatif mentransformasi konflik. Kedua definisi ini berlaku

    kerja perdamaian yakni bekerja untuk mengurangi kekerasan dengan cara damai serta

    studi perdamaian untuk kondisi kerja perdamaian.10

    Kedua defenisi tentang perdamaian nampak dalam konteks masyarakat Kei

    pada saat terjadi konflik 1999. Definisi pertama berorientasi pada kekerasan dimana

    perdamaian menjadi negasinya. Sedangkan definisi kedua berorientasi pada konflik

    dimana perdamaian merupakan konteks konflik yang terungkap tanpa kekerasan dan

    kreatif. Untuk mengetahui tentang perdamaian kita harus tahu tentang konflik dan

    10 Johan Galtung, Peace by Peaceful Means: Peace and Conflict, Development, and

    Civilization (London and New Dehli: Sage Publication,1996), 9

  • 129

    bagaimana konflik bisa diubah, baik tanpa kekerasan dan diubah secara kreatif.11

    Dengan demikian masyarakat Kei melalui kerja tokoh masyarakat perdamaian dapat

    diwujudkan. Perdamaian yang terjadi oleh karena tidak adanya kekerasan dalam

    segala bentuk maupun konflik yang berlangsung dengan cara yang konstruktif.

    Perdamaian ada di dalam interaksi masyarakat Kei tanpa kekerasan serta dapat

    mengelola konflik mereka (konflik 1999) secara positif.

    Kerangka kerja rekonsiliasi bertujuan untuk menghadirkan perdamaian dan

    menghilangkan sikap destruktif masyarakat Kei Besar dalam konflik. Kerangka kerja

    yang terbangun menghadirkan sikap saling menghargai, menyingkirkan perasaan

    sakit hati, dendam, antara pihak yang berkonflik. Proses rekonsiliasi yang diusahakan

    oleh pihak penengah bukan terjadi dalam waktu yang relatif singkat akan tetapi dalam

    jangka waktu yang diperlukan hingga konflik yang terjadi benar-benar terselesaikan.

    Konteks ini sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Galtung mengenai

    rekonsiliasi, yaitu bentuk akomodasi dari pihak yang bertikai untuk saling

    menghargai dan tidak saling membenci terhadap pihak lawan. Pemahaman ini

    menyatakan bahwa rekonsiliasi sebagai bagian dari resolusi konflik merupakan

    tahapan perdamaian yang akan memakan waktu yang cukup panjang untuk

    menyelesaikan konflik yang terjadi. Sebab rekonsiliasi merupakan proses mengejar

    suatu perdamaian dengan menyelesaikan akar permasalahan dan mengampuni, serta

    dapat memperoleh kondisi yang rukun (kembali rukun).12 Proses rekonsiliasi yang

    ditemukan dalam konteks masyarakat Kei Besar merupakan bentuk akomodasi dari

    11 Johan Galtung, Peace by Peace Means…, 9.

    12 Johan Galtung, Rekonsiliasi Konflik, ( Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), 67.

  • 130

    pihak yang berkonflik bersama dengan pihak penengah yakni tokoh adat Di Kei

    Besar (sesuai dengan pembagian wilayah adat) yang dikerjakan bersama dengan

    pihak pemerintah termasuk pihak militer (Kepolisian dan TNI) serta tokoh agama.

    Proses rekonsiliasi yang dilakukan oleh tokoh adat bersama dengan tokoh

    agama dan tokoh pemerintah dilaksanakan dalam tujuh langkah kerja yakni a)

    prakarsa damai; b) pemisahan pihak berkonflik; c) eksplorasi konflik: pelaksanaan

    rapat oleh wisbad; d) solidaritas sosial: mengetahui penyebab konflik; e) komitmen

    sosial: sidang adat; f) integritas sosial; g) kesadaran sosial. Setiap langkah kerja

    rekonsiliasi dikerjakan dan diselesaikan membutuhkan waktu yang relatif panjang,

    sebab langkah rekonsiliasi bukan pekerjaan yang mudah akan tetapi membutuhkan

    waktu dan kerjasama yang baik dari semua pihak (pemerintah daerah, pemerintah

    adat, serta tokoh agama). Dalam langkah kerja rekonsilasi yang dipakai untuk

    menghadirkan perdamaian ditemukan bahwa tokoh masyarakat lebih dulu

    menghadirkan perdamaian negatif. Setelah perdamaian negatif dikerjakan maka

    selanjutnya tokoh masyarakat akan menghadirikan perdamaian positif.

    Langkah kerja rekonsiliasi yang disebutkan diatas dapat dijelaskan sebagai

    berikut: langkah kedua, yakni pemisahan pihak berkonflik merupakan proses yang

    disebut sebagai perdamaian negatif yakni sebagai tidak adanya kekerasan atau tidak

    adanya perang.13 Perdamaian negatif memerlukan kontrol pemerintah terhadap

    konflik yang terjadi yakni dengan melakukan pengamanan dan perlindungan oleh

    13Temesgen Tilahun, “Johan Galtung’s Concept of Positive and Negative Peace in the

    Contemporary Ethiopia: an Appraisal,” International Journal of Political Sciences and Development. Vol 3 No 6, ISSN: 2360-784X (2015): 251.

  • 131

    aparat keamanan di wilayah-wilayah perbatasan konflik.14 Pemisahan ini kemudian

    memberikan kesempatan kepada tokoh adat agar dapat melakukan tugas atau langkah

    kerja ketiga dan keempat yakni melaksanakan rapat dikalangan wisbad serta mencari

    penyebab konflik. Proses ini biasanya dilakukan setiap kali terjadi konflik di Kei

    Besar. Selanjutnya langkah kelima, keenam, dan ketujuh merupakan langkah yang

    bertujuan untuk menghadirkan perdamaian positif sebab dalam langkah ini masyarkat

    yang berkonflik dipertemukan dalam satu ruang yang sama. Dalam langkah ini terjadi

    interaksi mendalam warga yang masyarakat agar dapat menghadirkan perdamaian

    atau integrasi sosial.15

    Ketujuh langkah yang dilakukan untuk menghadirkan perdamaian dapat

    diklasifikasi dalam tiga pendekatan yang dikemukakan oleh Galtung. Dalam proses

    rekonsliasi yang dilakukan masyarakat Kei Besar memperlihat proses peacekeeping,

    peacemaking, dan peacebuilding.

    Peacekeeping dapat ditemukan dalam langkah kedua sebab langkah ini

    memperlihatkan proses penjagaan pihak yang berkonflik lewat intervensi militer.16 Di

    mana terdapat penjagaan ketat oleh aparat keamanan di setiap wilayah yang sedang

    berkonflik. Intervensi militer menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang

    netral untuk itu kedua pihak yang berkonflik dijaga dan diawasi tanpa melakukan

    kekerasan terhadap masyarakat, akan tetapi melakukan tindakan peringatan agar

    mereka jangan melewati batas yang sudah ditentukan oleh aparat militer (kepolisian

    14 Galtung dalam Izak Lattu, Planting the Seed of Peace, 190-191. 15 Galtung dalam Izak Lattu, Planting the Seed of Peace, 191. 16 Johan Galtung, Peace, war and defense: essays in peace research; Vol. 2, (Ejlers:

    Copenhagen, 1976), 282.

  • 132

    dan TNI). Walaupun peacekeeping menghadirkan perdamaian negatif akan tetapi

    peacekeeping memberikan peluang bagi pihak penengah agar dapat melakukan tugas

    yakni menemui pihak yang berkonflik serta menemukan penyebab konflik.

    Proses dalam langkah satu, tiga, empat, dan lima memperlihatkan pendekatan

    peacemaking merupakan proses mempertemukan atau merekonsiliasi pihak yang

    berkonflik melalui mediasi, negosiasi, dan arbitrasi pimpinan.17 Arbitrasi pada level

    elit atau pimpinan yakni para tokoh adat akan saling bertemu, membahas konflik

    yang terjadi, bagaimana cara mendamaikan pihak yang berkonflik, mencari pemikiran

    ain ni ain dalam masyarakat. Selain itu para tokoh adat juga akan membangun

    komunikasi dengan pihak pemerintah serta berkomunikasi dengan tokoh agama agar

    dapat menemukan solusi. Kemudian mediasi yang dilakukan oleh para tokoh adat

    agar dapat menolong pihak yang berkonflik untuk mencapai penyelesaian atau

    perdamaian. Proses ini juga terjadi negosiasi yakni penyelesaian konflik secara damai

    melalui perundingan antara pihak yang berkonflik.

    Pedekatan yang terakhir yakni peacebuilding dapat terlihat dalam keenam

    langkah proses rekonsiliasi sebab keenam langkah dilakukan untuk menghadirkan

    perdamaian positif. Perdamaian positif dapat terjadi dan membutuhkan waktu yang

    relatif panjang sebab peacebuilding tidak hanya berhenti pada saat dilakukan

    tindakan pencegahan agar tidak lagi terjadi konflik akan tetapi seluruh proses

    rekonsiliasi merupakan strategi yang ada dalam pendekatan peacebuilding. Sebab

    17 Yulius Hermawan, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan

    Metodologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 93.

  • 133

    pendekatan ini mencakup kerja-kerja yang luas dan komprehensif baik pada saat

    konflik berlangsung maupun pasca konflik.18 Langkah enam dan tujuh merupakan

    langkah yang dilakukan oleh tokoh masyarakat untuk menghadirkan perdamaian

    dalam konteks hidup masyarakat Kei Besar.

    Rangkuman

    Berdasarkan uraian analisis di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

    a. Landasan filosofis dari ain ni ain sebagai konseling perdamaian adalah hukum

    adat Larvul Ngabal.

    b. Ain ni ain dalam pelaksanaanya yakni dalam tradisi maren dan yelim, ain ni ain

    sebagai genealogis, ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan ratschaap, ain ni ain

    sebagai kontrak sosial menghasilkan nilai-nilai spiritual.

    c. Ain ni ain sebagai konseling perdamaian berbasis budaya merupakan pendekatan

    konseling yang menggunakan kultur masyarakat Kei Besar yakni ain ni ain serta

    langkah-langkah rekonsiliasinya yang bekerja untuk mempromosikan

    penyembuhan dan membangun perdamaian di wilayah yang terganggu oleh

    konflik.

    18 Alekius Jemadu, Analisis konflik Internal dari Perspektif Hubungan Internasional, dalam

    buku Transformasi dalam studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi, Yulius Hermawan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 93.