BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Leuhur orang bali yang akan di utarakan adalah terbatas pada orang-orang bali sebagai pewaris nilai-nilai yang di turunkan. Jadi mereka adalah penduduk bali yang beragama hindu, yang meyakini dan melaksanakan ajaran agama leluhurnya. Dewasa ini para pewaris nilai-nilai yang di turunkan oleh leluhur orng bali, telah berkelompok dalam dalam kesatuan ikatan keturunan keluarga (clan) ng di sebut pungkusan, soroh atau wangsa. Nama pungkusan, soroh atau wangsa inilah yang memberikan petunjuk , siapa nama leluhur mereka dan siapa yang menurunkannya. Menurut sumber babad, usana, prasasti, bencangah dan lain-lainnya, leluhur orang bali di kaitkan dengan nama orang- orang besar dan suci dari kerajaan-kerajaan di jawa, seperti medang kamulan, kadiri, singasari, dan terakhir majapahit, sepanjang masi bisa di telusuri. Lebih dari pada itu, lalu di kaitkan dengan dewa, bahkan dengan sang pencipta ( dewa brahma atau hyang pasupati). Kalangan intelektual non bali, sangat meragukan akan kebenaran asal usul seperti di sebutkan dalam babad. Mereka berpendaapat adanya pengkaitan leluhur orang bali dengan nama- nama besar dan suci pada kerajaan di jawa, hanya mengacu pada
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Leuhur orang bali yang akan di utarakan adalah terbatas pada orang-orang bali
sebagai pewaris nilai-nilai yang di turunkan. Jadi mereka adalah penduduk bali yang
beragama hindu, yang meyakini dan melaksanakan ajaran agama leluhurnya.
Dewasa ini para pewaris nilai-nilai yang di turunkan oleh leluhur orng bali, telah
berkelompok dalam dalam kesatuan ikatan keturunan keluarga (clan) ng di sebut pungkusan,
soroh atau wangsa.
Nama pungkusan, soroh atau wangsa inilah yang memberikan petunjuk , siapa nama
leluhur mereka dan siapa yang menurunkannya.
Menurut sumber babad, usana, prasasti, bencangah dan lain-lainnya, leluhur orang
bali di kaitkan dengan nama orang-orang besar dan suci dari kerajaan-kerajaan di jawa,
seperti medang kamulan, kadiri, singasari, dan terakhir majapahit, sepanjang masi bisa di
telusuri. Lebih dari pada itu, lalu di kaitkan dengan dewa, bahkan dengan sang pencipta
( dewa brahma atau hyang pasupati).
Kalangan intelektual non bali, sangat meragukan akan kebenaran asal usul seperti di
sebutkan dalam babad. Mereka berpendaapat adanya pengkaitan leluhur orang bali dengan
nama-nama besar dan suci pada kerajaan di jawa, hanya mengacu pada hubungan sejarah
kebudayaaan. Dimanan kebudayaan bali itu berasal dari tanah jawa. Bahkan sampe juga ada
usaha-usaha penelitian tehadap darah orang bali, kemudian di cocokan dengan darah orang
jawa. Hasilnya konon tidak ada kesamaan, tentu saja dan dapat di maklumi, karena orang bali
yang leluhurnya dari jawa tidak pernah manjaga kemurnian darahnya, selama kurun waktu
seribu sampai lima ratus yang silam.
Orang bali dari kalangan bawah, sampai kalangan menengah dan termasuk yang
intelektual sekalipun, masih tetap berkeyakinan, bahwa leluhur mereka memang berasal dari
jawa, kecuali orang-orang bali mula. Orang-orang bali mula ini, menurut sejarah kebudayaan,
mereka berasal dari Tonkin (kochin china).
Untuk membuktikan kebenaran, bahwa sebagian leluhur orang bali memang berasal
dari jawa, adalah tentang penggunaan bahasa jawa kuno yang sangat dominan dalam bahasa
bali, khususnya bahasa bali alus singgih (asi) hamper semua bahasa bali alus singgih tersebut
berasal dari kata-kata jawa kuno. Sebagai keturunan orang utama (elit) yang berasal dari jawa
tempo dulu, disamping sebagai pewaris tata nilai, juga menurunkan bakat dan naluri orang
bali, kendati pun tidak seluruhnya, setidak tidaknya sebagian besar memiliki bakat dan naluri
priyayi. Hal inilah yang menyebabkan orang bali tidak mau bekerja kasar, menjadi kuli kasar,
seperti manggali tanah, menguras WC dan lain-lainya. Sampai-sampai untuk menangani
pekerjaan ini terpaksa di datangkan pekerja dari luar bali.
Orang bali lebih memilih menjadi orang petani mandiri di daerah transmigrasi, di
bandingkan menjadi kuli kasar, apalagi jenis pekerjaan hina di bali. Inilah bakat dan naluri
yang di warisi dari leluhurnya. Hasilnya dimana-mana transmigrasi bali berhasil, asal kondisi
geografis mendukungnya.
Demikian juga ketangguhan orang bali dalam mempertahankan kebudayaan , dari
pengaruh kebudayaan asing. Kebudayaab bali masih tetap tegar, kendati pun badai
westernisasi dan era globalisasi melanda pulau bali.
Kebalian orang bali masih tetap terpelihara, di tengah hiruk pikuknya pergaulan
internasional. Di daerah resort tourisme seperti kuta, senur, nusa dua dan lain-lainya ternyata
aktifitas pemuda bali dalam bidang adat dan agamanya, masih tetap berjalan sebagai mana
mestinya.
Bali memang sudah maju sedah modern dan sudah memiliki pendapatan per kapita
tertinggi di Indonesia, akan tetapi masih tetap dalam kerangka kepribadian bangsa dengan
corak kekhususan bali. Dan orng bali adalah keturunan orang-orang teguh, orang besar dan
suci di jaman dahulu.
Sekarang orang bali telah bangga memperlihatkan jati dirinya, di tengah-tengah
pergaulan nasional dan internasional. Bangga sebagai orang bali, yang merupakan bagian dari
bangsa Indonesia, yang ber-bhineka tunggal ika
1.2 Rumusan masalah
Pokok bahasan yang akan saya sampaikan diantaranya :
1. Filsafat leluhur orang bali tertua ?
2. .
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Filsafat leluhur orang bali tertua.
2. .
1.4 Metode Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini dan untuk mendapatkan data sebagai materi
pembahasan. Dilakukan dengan memilah data literatur yang berkaitan dengan pokok
pembahasan dan materi yang akan di bahas.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari pembuatan laporan ini :
1. Untuk mengetahui filsafat tentang orang bali tertua (bali mula) dan leluhurnya,
yang dilihat dari sejarah awal sampai saat ini.
2. Mampu memberikan informasi dan pengetahuan lebih kepada pembaca
tentang filsafat leluhur orang bali.
BAB II
pembahasan
2.1 Leluhur orang bali tertua (bali mula)
Manusia tertua yang mendiami pulau bali adalah manusia pendukung kapak genggam.
Hal ini di buktikan dengan penemuan DR.R.P.soejono berupa jenis-jenis kapak genggara,
kapak perimpas, kapak genggam, serut dan sebagainya pada tahun 1961 di desa sembiran,
singaraja dan di tepi sebelah timur dan tenggara danau batur, kintamani.
Di jawa timur yaitu di pacitan, jenis kapak genggam, yaitu alat serupa kapak tetapi
tidak bertangkai di temukan oleh von koeningswald dalam tahun 1935. Penyelidikan yang
dengan teliti sekali menujukan bahwa kapak genggan ini berasal dari lapisan trinil, jadi pada
pleistocen tengah. Dengan demikian di perkirakan pendukung dari kebudayaan kapak
genggam pacitan itu adalah manusia pithecanthropus erectus. Hal ini tidak di sangsikan
kebenaranya, telah di bandingkan penemuan-penemuan dekat peking (tiongkok) pada goa-
goa di choukoutien, sejumlah fosil manusia, yang bole dikatakan serupa dengan
pithecantropus erectus yang kemudian fisil ini di beri nama sinanthropus pekinesis, yang
sekaligus dalam penemuan ini di ketemukan alat-alat pacitan. (Drs. Soekmono
1973,32)dengan adanya persamaan alat-alat yang di kemukakan di bali dengan yang di
pacitan, terdapatlah suatu kemungkinan, bahwa alat-alat bantu dari sembiran dan trunyandi
ciptakan oleh manusia pithecantropus erectus atau jenis keturunanya, pendukung kebudayaan
kapak genggam dari jaman pleistocen adalah satu juta tahun debelum masehi, ketika bali,
jawa dan Sumatra masih bergabung dengan daratan asia, wilayahnya di sebut dataran sunda
Apakah mereka langsung menurunkan orang bali sekarang? Tentu tidak.
Kemungkinan mereka punah atau sisanya membaur dengan penduduk , dari massa berikutnya
Manusia selanjutnya yang mendiami pulau bali, adalah manusia yang hidup di goa-
goa. Berdasarkan pengaliannya DR.R.P.soejono pada tahun 1961 di daerah pebukitankapur di
pecatu badung, yaitu di goa salunding, di ketemukan alat- alat dari tulang dan kulit-kulit
kerang sisa makanan. Alat-alat ini berupa tiga buah alat tusuk , alat-alat dari tulang adalah
merupakan jenis kebudayaan peninggalan massa mesolithicum yang di sebut abris sous
roche. Pendukung kebudayaan alat-alat dari tulang ini adalah bangsa papua melanesoid, yang
pada mulanya mendiami daerah Tonkin, yang mempunyai penyebaran yang sangat luas sekali
di daerah selatan, india belakang, Indonesia sampai pulau-pulau di lautan teduh. (DR.
Soekmono,1973,44).
Jadi jenis manusia papua melanesoid adalah penduduk bali dari massa yang ke dua.
Apakah ini juga merupakan leluhur orang bali sekrang ? murni ? kemungkinan tidak.kalau ia
membaur dengan penduduk masa berikutnya, bisa jadi kemungkinan.
Masa berikutnya, datanglah manusia ras baru lagi, ras baru ini telah mencapai tingkat
kehidupan yang lebih baik, yakni bercocok tanam. Peninggalan-peninggalan berupa alat-alat
batu yang telah di haluskan, di ketemukan bersebar hamper di seluruh bali misalnya di