29 BAB III TAREKAT RIFAIYAH DI BANTEN DI BAWAH KEPEMIMPINAN KH. AHMAD NATAWIJAYA KUSUMA A. Proses Masuknya Tarekat Rifaiyah Di Banten Banten yang terletak dibagian paling barat pulau Jawa pada awalnya adalah suatu pelabuhan dagang yang berada dibawah pengawasan kerajaan sunda pajajaran. Ramainya perdagangan di kota banten dan meningkatnya hubungan pelayaran antara Banten dengan kota-kota lainnya di Nusantara,maupun luar negeri mengakibatkan bertambahnya pula kegiatan penyebaran islam. Para pedagang ini selain bekerja sebagai para pedagang juga merangkap sebagai mubaligh yang menyiarkan agama Islam. 1 Para ahli sejarah berpendapat bahwa Islam di Nusantara di sebarluaskan melalui jalan damai dengan menggunakan tiga metode yaitu disebarkan oleh para pedagang Muslim, disebarkan oleh para juru dakwah dan para wali khusus dari India dan Arab untuk mengislamkan penduduk dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keimanan mereka, dan disebarkan dengan kekuatan untuk berperang mmelawan pemerintahan yang afir. Sejak masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia terjadi melalui proses yang sangat panjang serta terjadi dengan menggunakan saluran-saluran Islamisasi yang beragam seperti, Tasawuf dan Tarekat. Tasawuf dan Tarekat menjadi media Islamisasi, para Sufi, da’I, dan 1 Ratna Suminar, Tarekat Kadiriah di Pesantren Cibuntu Pandeglang Jawa Barat-Skripsi ( Jakarta: Universitas Indonesia, 1987), p.27-28
23
Embed
BAB III TAREKAT RIFAIYAH DI BANTEN DI BAWAH ...repository.uinbanten.ac.id/2005/6/BAB III aas.pdfdengan permainan debus, dari amalan-amalan dan wiridan yang digunakan oleh para pemain
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
29
BAB III
TAREKAT RIFAIYAH DI BANTEN DI BAWAH
KEPEMIMPINAN KH. AHMAD NATAWIJAYA KUSUMA
A. Proses Masuknya Tarekat Rifaiyah Di Banten
Banten yang terletak dibagian paling barat pulau Jawa pada
awalnya adalah suatu pelabuhan dagang yang berada dibawah
pengawasan kerajaan sunda pajajaran. Ramainya perdagangan di kota
banten dan meningkatnya hubungan pelayaran antara Banten dengan
kota-kota lainnya di Nusantara,maupun luar negeri mengakibatkan
bertambahnya pula kegiatan penyebaran islam. Para pedagang ini selain
bekerja sebagai para pedagang juga merangkap sebagai mubaligh yang
menyiarkan agama Islam.1
Para ahli sejarah berpendapat bahwa Islam di Nusantara di
sebarluaskan melalui jalan damai dengan menggunakan tiga metode
yaitu disebarkan oleh para pedagang Muslim, disebarkan oleh para juru
dakwah dan para wali khusus dari India dan Arab untuk mengislamkan
penduduk dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keimanan mereka,
dan disebarkan dengan kekuatan untuk berperang mmelawan
pemerintahan yang afir.
Sejak masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia terjadi
melalui proses yang sangat panjang serta terjadi dengan menggunakan
saluran-saluran Islamisasi yang beragam seperti, Tasawuf dan Tarekat.
Tasawuf dan Tarekat menjadi media Islamisasi, para Sufi, da’I, dan
1 Ratna Suminar, Tarekat Kadiriah di Pesantren Cibuntu Pandeglang Jawa
Barat-Skripsi ( Jakarta: Universitas Indonesia, 1987), p.27-28
30
ulama datang bersamaan dengan para pedagang. Para ulama dan sufi
kemudian ada yang diangkat menjadi penasihat atau pejabat agama
dikerajaan. Lahir tokoh-tokoh sufi di Nusantara diantaranya, Syaikh
Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniri, Abdul
Rauf Singkel.2
Kawasan muslim Nusantara yang terletak dipinggiram dunia
Islam mempresntasikan salah satu bagian dunia Islam yang paling
sedikit mengalami arabisasi, kondisi ini pula yang terjadi di Negara
muslim Asia Tenggara dan salah satu masuknya tarekat di Banten
dipengaruhi oleh proses Islamisasi yang berlangsung secara Berangsur-
angsur.
Terbentuknya kelembagaan tarekat merupakan kelanjutan dari
para pengikut sufi .secara historis, sulit untuk menentukan kapan
organisasi tarekat muncul dan tarekat yang mana yang lebih dulu.
Menurut Hamka bahwa tarekat Thaifuroyah yang muncul pada abad IX
di Persia merupakan tarekat yang paling awal muncul sebagai sebuah
lembaga pengajaran tasawuf, tarekat ini dikaitkan dengan Abu Yazid
Al-Busthami yang berkembang luas di Persia terutama di Khurasan.
Proses masuknya Tarekat Rifaiyah di Banten sebenarnya di
bawa oleh para Ulama yang menimba ilmu agama yang kebanyakan
mendapat Ilmu dari luar wilayah banten. Karena orang terdahulu setiap
guru mengajarkan kepada muridnya dan biasanya ajaran itu di ikuti
oleh murid-muridnya, karena guru dijadikan sebagai panutan murid
2 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2010),p. 10-12
31
sehingga apapun yang dilakukan oleh guru maka akan ditiru seperti
tingkahlakunya dan pemikirannya.3
Di Banten sendiri terdapat beberapa tarekat yang berkembang
antara lain, Tarekat Naqsabandiyah, Qadiriyah, Sadziliyah, Samaniyah
dan Rifaiyah. Tarekat Rifaiyah pertama kali muncul dan berkembang di
wilayah Irak bagian Selatan, nama pendirinya adalah Syekh Abu Abas
Ahmad Ibnu Ar-Rifai. Kemudian tarekat ini berkembang di wilayah
seperti Mesir, Suriah, dan Indonesia, tarekat rifaiyah sendiri masuk ke
Indonesia dari salah seorang ulama yang berasal dari India yakni
Nuruddin Ar-Raniri. Nuruddin Ar-Raniri pertama kali menyebarkan ke
wilayah Aceh karena ia telah menjabat Syeikh Al-Islam atau Mufti di
kerajaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Tsani dan Sultan Shafiatu
Al-Din.4
Di Banten tarekat rifaiyah di perkirakan pertama kali masuk dan
berkembang di Banten pada Sultan Abu Al-Mufakhir Aliyudin (1777-
1802). Tarekat ini pertama kali menyebar dari kalangan istana dan elit
kota lalu menyebar ke kalangan penduduk yang luas bahkan sampai ke
kalangan masyarakat awam. Meski tarekat rifaiyah di Banten
perkembangannya tidak ada guru-guru terkemuka yang memberi
dorongan baru akan tetapi ada salah seorang Kiyai Abdul Jalil seorang
guru yang keturunan Banten yang bermukim di desa Cibaregbeg
3Wawancara pribadi dengan bpk. H.Rafiuddin, (Putera dari KH.Ahmad
Natawijaya ) Tanggerang, 26 September 2015
4 Sri, Mulyati, Memahami & Mengenal Tarekat-tarekat Muktabaroh di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005),P.15
32
Cianjur. Ia dikenal sebagai guru tarekat rifaiyah terakhir di Banten yang
di akui secara luas.5
Keberadaan tarekat Rifaiyah di Banten juga di dukung dengan
adanya naskah tentang Ratib Tarekat Rifaiyah. Dalam Naskah Ratib
Rifaiyah juga menyatakan bahwa beberapa orang penting memiliki
hubungannya dengan sejarah Tarekat Rifaiyah di Banten sebagai
berikut:
1. Nabi Muhamad SAW
2. Syeikh Ahmad Al-Kabir Al-Arifai
3. Syeikh Abdul Al-Qadir Al-Jaelani
4. Syeikh Syafiudin Ahmad Ibnu Alwani
5. Syeikh Ahmad Badowi Ar-Rifai
6. Syeikh Ibrahim Al-Ahmad Al- Dausuqi
7. Abu Bakar Ibnu Abdullah Aydarusi
8. Syeikh Maulana Hasanudin Ibnu Maulana Mahdum
9. Syeikh Musa
9. Sultan Muhamd Arifin Jaynul Asyiqin
10. Sultan Abu Mufakhir Muhamad Aliyudin.6
5 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, ( Bandung;
Mizan, 1995),p.271 6Naskah Ratib Rifaiyah A 218 A,p. 5-7
33
Tarekat Rifaiyah di Banten merupakan tarekat yang berkaitan
dengan permainan debus, dari amalan-amalan dan wiridan yang
digunakan oleh para pemain debus salah satunya di ambil dari tarekat
rifaiyah. pada abad ke-20 tepatnya pada tahun 1950-an tarekat ini mulai
melebarkan sayapnya di Banten walaupun tidak begitu terkenal seperti
tarekat Qadariyah Wa Naqsabandiyah yang banyak pengikutnya di
Banten dan lebih dominan dari tarekat lainnya, tarekat rifaiyah ini dapat
kita temui keberadaannya di Kota Tanggerang dengan Syeikh atau
Mursyid yang bernama KH. Ahmad Natawijaya Kusuma. Ia adalah
seorang ulama yang mengamalkan dan mengajarkan tarekat Rifaiyah.
B. Mursyid Tarekat Rifaiyah di Banten
KH. Ahmad Natawijaya Kusuma lahir di Cipari kecamatan
Cikupa yang sekarang mejadi kecamatan Panongan Tanggerang, tidak
diketahii jelas tanggal kelahiran beliau., namun sekitar tahun 1910
masyarakat yang lebih mengenal beliau dengan sebutan Abah Mualim
lantaran melihat ketinggian ke ilmuannya dan kealimannya. KH.
Ahmad Natawijaya Kusuma adalah tokoh ulama yang sifatnya tegas
dan bijaksana, banyak dari tokoh dan masyarakat Cipari dan Gebang
yang berguru kepada KH. Ahmad Natawijaya Kusuma.
KH. Ahmad Natawijaya adalah putera dari pasangan
Natawijaya dan ibu Saribah atau yang akrab di sapa sebagai ibu Ibong.
Jika melihat garis keturunan ayah dari KH.Ahmad Natawijaya ialah
berasal dari kalngan penting di Sukabumi, beliau masih keturunan
ningrat. Namun beliau tidak pernah mau disebut sebagai keturunan
darah biru beliau lebih senang hidup sebagai orang biasa. Dari
34
Sukabumi ayah dari KH.Ahmad Natawijaya Kusuma pergi melarikan
diri ke Tanggerang karena beliau pada saat itu ikut melawan Kolonial
Belanda.
Natawijaya dan ibu Saribah menikah di kampung Cipari
kecamatan panongan Tanggerang dan dari hasil perkawinannya beliau
dikaruniai dua putera dan satu puteri dan KH. Ahmad Natawijaya
merupakan putera ke tiga dari tiga bersaudara yaitu:
1. M.Nuh
2. Ny Nuriyah
3. KH. Ahmad Natawijaya7
Natawijaya bersama isterinya membina ketiga anaknya agar
menjadi anak yang sholeh, dan dari ketiganya KH. Ahmad Natawijaya
Kusuma yang paling menonjol rasa ingin tahunya tentang agama, oleh
karena itu Natawijaya ayahnya sangat serius membimbing KH.Ahmad
Natawijaya lantaran diketahui kelak bakal menjadi orang besar.Tetapi
cita-cita untuk membimbing sampai anak-anaknya dewasa tidak
kesampaian karena Natawijaya meninggal di Mekkah pada saat
menunaikan ibadah haji dan pada saat itu pula anak-anaknya masih
kecil seperti KH.Ahmad natawijaya baru berusia 11 tahun.
Saat ayahnya meninggal KH.Ahmad Natawijaya di bawa ke
Jakarta oleh bibinya ibu Titi, untuk menuntut Ilmu. Kemudian setelah
7Wawancara pribadi dengan bpk. H.Rafiuddin, ( Putera dari KH.Ahmad
Natawijaya ) Tanggerang, 26 September 2015
35
menyelesaikan sekolah umum beliau ikut kakanya ibu Nuriyah ke
Bandung dan di sana ia masuk ke pondok pesantren pimpinan KH.
Ahmad Bakri bin Tubagus Sida bin Tubagus Arsyad di Sempur keraton
Purwakarta, dan di Ci Lilin Bnadung. Beliau termasuk salah satu murid
yang cerdas dan cepat menerima berbagai peelajaran dari gurunya.
Usai menuntut ilmu di Bandung KH.Ahmad Natawijaya
Kusuma kembali ke Cipari kampung kelahirannyauntuk meneruskan
jejak ayanya membina dan mengajar di masyarakat. Di Cipari pula
beliau menikah dengan ibu Ruminah sebagi isteri pertamanya, dan dari
hasil pernikahannya beliau dikarunia empat orang putera dan puteri:
1.KH.Wawang Zaini
2.H. Endang Juanda
3. H. Rafiudin
4. Hj. Siti Hamidah
Selama di Cipari KH.Ahmad Natawijaya Kusuma yang di bantu
oleh keluarga yang terus mengembangkan Islam dengan sistem
pengajian terbuka, dengan metode pengajaran yang menyentuh hati
banyak masyarakat yang berminat menghadiri pengajian yang
dipusatkan dirumahnya di Cipari yang sekarang menjadi pondok
pesantren Alhidayah. Murid-muridnya tidak hanya berasal dari
Tanggerang tapi ada juga yang datang dari luar Tanggerang seperti dari
Jakarta dan Serang.
36
Sebagai seorang ulama beliau tidak mengajarkan Islam atau
mengamalkan ilmunya di Cipari, beliau menyiarkan dakwahnya
hingga kedaerah lain seperti di Kampung Gebang Jati Uwung yang
sekarang menjadi kecamatan Priuk Kota Tanggerang. KH.Ahmad
Natawijaya mengajak dan memimpin pengajian di masjid-masjid
sekitar kedatangannya disambut hangat oleh para tokoh dan masyarakat
gebang. Di Kampung Gebang ini pula beliau menikahi gadis asli
Gebang yang bernama Siti Saroh sebagai isteri ke dua dan dari hasil
pernikahannya beliau dikarunia enam orang putera dan puteri
diantaranya:
1. H. Aif Syarifudin
2. H. Iik Zaenal Asikin
3. Hj. Ummu Halimah
4. H.Zaenal Sholihin
5. Khusnul Khotimah
6. Ahmad kabiru Rifai
Dan isteri ketiga KH. Ahmad Natawijaya Bernama Hj.
Rohmani, asli dari Desa Cukanggalih Panongan. Dan dari
pernikahannya beliau dikarunia tiga orang putera dan puteri:
1. Fahmi
2. Fakhrudin
3. Hayatun Nufus
37
KH. Ahmad Natawijaya adalah sosok ulama yang dikenal
Tawadhu dan penyabar. Beliau tidak senang menampakan
kelebihannya beliau hidup sangat sederhana walaupun beliau seorang
tokoh ulama yang sangat di hormati tetapi beliau tidak segan untuk
terjun langsung bersama masyarakat melakukan kegiatan seperti kerja
bakti dan membangun jalan desa.8
KH. Ahmad Natawijaya Kusuma adalah pengamal setia dari
Tarekat Rifaiyah dan tidak hanya mengamalkan tetapi beliau juga
memberikan pengajaran tentang Tarekat Rifaiyah tetapi hanya pada
waktu tertentu tidak dilakukan setiap hari pengajarannya.selain dari itu
beliau juga mengajarkan Tasawuf/tarekat rifaiyah,Ushul Fiqih dan
Fiqih. Selain mengajar dan berdakwah beliau juga ikut serta dalam
organisasi HIMTAS ( Hinpunan Tenaga Spiritual).9
Abah Mualim sebutan dari KH. Ahmad Natawijaya Kusuma
sebelum mengamalkan ajaran Tarekat Rifaiyah awalnya beliau
mengamalkan Ilmu Asror dengan guruya bernama Abah Emed
Lengkong karena Ilmu Asror ini Adalah Ilmu yang cukup Sulit untuk
diamalkan dan sulit diterima oleh Masyarakat pada saat itu. Abah
mualim pada saat itu sekitar tahun 1960-an diajak oleh Ki Fadhil
sebagai temannya untuk dikenalkan ke pada Mursyid tarekat abah
Asnawi (Babakan Bogor), kemudian beliau di baiat oleh Mursyid
8Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Saroh (Istri dari KH. Ahmad
Natawijaya Kusuma), pada tanggal 20 September 2016, Waktu 10:26 S/d Selesai 9Abdul Malik, Jejak Ulama Banten, (Serang: Biro Humas dan Protokol Setda
Provinsi Banten, 2011),p.176
38
Tarekat. Dan akhirnya beliau mengamalkan tarekat rifaiyah lalu
mengajarkannya.10
Sebenarnya tidak semua tarekat mendirikan pesantren hal ini yang
menyebabkan perkembangan Tarekat Rifaiyah di Banten tidak seperti
Tarekat lainnya, jadi Tarekat Rifaiyah tidak mendirikan pesantren
khusus tetapi jika ada yang ingin belajar silahkan datang kepada
gurunya. Seperti KH. Ahmad Natawijaya Kusuma, beliau tidak
mendirikan pesantren tetapi hanya mengajar disetiap Majlis.11
KH.Ahamad Natawijaya Kusuma mengajarkan ilmu tarekat
Rifaiyah kepada muridnya, salah satu muridnya yang di Baiat ialah ki
fi’i. Karena pada saat itu KH. Ahmad Natawijaya Kusuma tinggal di
dua tempat di Kp. Gebang dan di Cipari, karena beliau lebih banyak
tinggal di Kp. Gebang jadi beliau mengijazah Ki Fi’i sebagai mursyid
tarekat untuk di Kp. Cipari. Namun pada tahun 1973 KH.Ahmad
Natawijaya Kusuma wafat ajaran ini tidak lagi di kembangkan seperti
anak-anak dari KH. Ahmad Natawijaya Kusuma yang tidak
meneruskan ajaran ini karena tidak ada yang di baiat oleh beliau.
Hanya Muridnya Ki Fi’i yang sudah mendapat Ijazah langsung dari
10
Wawancara pribadi dengan Bapak Madyani ( Menantu dari bapak Fi’I
murid KH. Ahmad Natawijaya Kusuma), pada tanggal 20 September 2016, Waktu
16:30 S/d Selesai. 11
Wawancara pribadi dengan Bapak H.Derajat Muhtadi,ST ( Cucu dari KH.
Ahmad Natawijaya Kusuma), pada tanggal 20 September 2016, Waktu 14:30 S/d
Selesai.
39
KH.Ahmad Natawijaya kemudian menjadi mursyid, tetapi setelah
beliau wafatpun tarekat ini tidak ada yang mengembangkan lagi.12
Silsilah adalah nisbah hubungan guru terdahulu sambung
menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi Muhamad
SAW. Silsilah tarekat yang tidak sampai kepada Nabi Muhamad SAW,
maka sebuah tarekat itu terputus atau palsu. Dengan demikian silsilah
akan menjadi tolak ukur sebuah tarekat itu dianggap sah (Mu’tabarah).
Adapun Silsilah Tarekat Rifaiyah yang diamalkan oleh KH.
Ahmad Natawijaya Kusuma sebagai berikut:
1. Sayidina Husein
2. Zainal Abidin
3. Al-Imama Muhamad Baqir
4. Jafar Sidik
5. Muhamad Naqib
6. Isa Naqib
7. Muhajir
8. Sahid Muhamad
9. Saahid Marbat
10. Sahid Alwi
12
Wawancara pribadi dengan Bapak H.Derajat Muhtadi,ST ( Cucu dari KH.
Ahmad Natawijaya Kusuma), pada tanggal 20 September 2016, Waktu 14:30 S/d
Selesai.
40
11. Ahmad Abdul Malik
12. Ahmad Syah Jalaludin
13. Abdullah Ujmat Tuhon
14. Zamaludin Ahmad Husein
15. Ali Nuruddin
16. Raja Ahmad Abdullah
17. Sarif Hidayatullah
18. Sultan Hasanudin
19. Sultan Ahmad Jaya Karta
20. Pangeran Papak
21. Uyut Sake
22. Ki Sanwani
23. Ki Astari
24. Umar Rancalang
25. KH. Ahmad Natawijaya Kusuma13
13
Wawancara pribadi dengan Bapak Madyani ( Menantu dari bapak Fi’I
murid KH. Ahmad Natawijaya Kusuma), pada tanggal 20 September 2016, Waktu
16:30 S/d Selesai.
41
C. Wirid dan Amalan Tarekat Rifaiyah
Tiap tarekat mamiliki ajaran, amalan dan dzikir tertentu ,
simbol-simbol kelembagaannya, tata tertibnya, upacara-upacara lainnya
yang membedakan satu tarekat dengan tarekat lainnya. Adapun ajaran
dari Tarekat Rifaiyah adalah sebagai berikut:
1. Keanggotaan
Ajaran keanggotaan adalah sebuah ajaran Tarekat
Rifaiyah untuk jamaah atau pengikut Tarekat Rifaiyah.sebelum di
Bai’at menjadi anggota Tarekat Rifaiyah setiap orang atau kelompok
harus bisa menyelesaikan ujian yang diberikan oleh Guru, seperti ujian
yang bersifat fisik, mental dan batin. Ketiga ujian itu dilaksanakan
dalam waktu yang bersamaan dengan melakukan puasa selama tiga hari
sampai 40 hari.Selama menjalankan puasa biasanya para pengikut
rifaiyah mempunyai persyaratan tertentu seperti tidak boleh bertemu
dengan perempuan dan ketika berbuka puasa hanya di perbolehkan
memakan nasi putih, dengan diberi sedikit garam dan beberapa cabe
rawit.14
Selama menjalankan puasa, seorang murid juga diwajibkan
untuk mandi setiap malam hari dan membersihkan diri dari perbuatan
dosa.Setelah mandi tidak di perbolehkan tidur. Ia harus melaksanakan
beberapa kewajiban yang lain antara lain:
a. Shalat Istikharah
14
Yanti Susilawati, Analisa Pengaruh Tarekat Rifaiyah Terhadap
Keagamaan di Banten Abad Ke-19, ( Jakarta: Skripsi; Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah , 2015),p.41
42
b. Membaca istigfar
c. Membaca sholawat kepada Nabi Muhamad SAW, 100 kali
d. Membaca dzikir 100 kali
e. Membaca Al-Qur’an surat al-Fatihah,dan surat al-Ikhlas sebanyak
100 kali serta membaca surat al-Falaq dan Surat Annas masing-
masing satu kali.15
Wirid berasal dari kata bahasa Arab, Wird atau Aurod.Wirid
merupakan do’a-do’a pendek atau formula-formula untuk memuja
tuhan dan memuji Nabi Muhamad SAW.dan membacanya dalam
hitungan tertentu pada waktu-waktu yang telah ditentukan dan
dipercayai akan memperoleh keajaiban atau paling tidak secara
psikologis akan mendatangkan manfaat.
Kata wirid sangat akrab dalam Tarekat, setiap tarekat memiliki
wirid tersendiri yang berbeda dengan tarekat yang lainnya. Bahkan
masih dalam satu tarekat pun dijumpai banyak perbedaan wirid yang
dipakai oleh murid-muridnya, hal ini disebabkan seorang murid dapat
saja diberi wirid khusus untuk dirinya sendiri oleh Syaikhnya untuk
diamalakan secara rahasia (diam-diam) dan tidak boleh diberitahukan
kepada orang lain, Tetapi banyak pula murid yang mengamalkan wirid
yang telah diterbitkan dan beredar luas di masyarakat16
.
Setiap tarekat memiliki wirid tertentu sesuai dengan tradisinya
masing-masing, namun dari sekian banyak ragam jenis wirid
15
Yanti Susilawati, Analisa Pengaruh Tarekat Rifaiyah . . .p.42 16
Mohamad Hudaeri, Islam; Tantangan Modernitas dan Kearifan Budaya
Lokal Banten, (Serang; FUD Press, 2009),p.254
43
nampaknya yang paling banyak diggemari dan diamalkan oleh
beberapa tarekat ada tiga macam lafadz wirid yaitu wirid Istighfar,wirid
shalawat dan wirid Dzikir.17
Wirid yang telah diberikan oleh seorang
guru diamalkan oleh para murid dengan tidak pernah bertanya tentag
makna teks tersebut, tetapi sang guru biasanya hanya memberi tahu
fungsi atau kegunaan dari wirid tersebut apabila diamalkan dengan
sungguh-sungguh.18
Dalam tradisi tarekat pembacaan wirid bukanlah sesuatu yang
wajib diamalkan, akan tetapi hanya bersifat anjuran. Yang wajib
diamalkan dan menjadi keharusan dalam tradisi tarekat adalah dzikir
.dzikir ialah berulang-ulang menyebut nama Allah atau mengucapkan
kalimah La Ilaha Illallah tujuannya adalah untuk mencapai kesadaran
akan tuhan yang lebih langsung dan permanen. Bentuk lainnya berupa
dzikir vokal yang diucapkan secara teratur oleh kaum Rifa’iyah dalam
zawiyah mereka. Dalam beberapa cabang Rifa’iyah, para pengikut
mengucapkan berbagai doa dan selalu melafalkan nama-nama Allah
(Asma’ul Husna). Misalnya, Allah, Hu (Dia), Hayy (Yang Hidup),
Haqq (Yang Nyata), Qayyum (Yang Mandiri), Rahman (Yang
Pengasih), Rahim (Yang Penyayang), dan lainnya.19
Oleh karena itu, setiap tarekat memiliki amalan dzikir dan
wirid, sebagai amalan pokok yang harus dilaksanakan setiap
anggotanya. Wirid dan dzikir antara satu dengan tarekat lainnya
memiliki berbeda-beda. Dalam hal ini Taraekat Rifaiyah mempunyai
17
Rivay Siregar, TASAWUF: Dari Sufisme Klasik ke Neo- Sufisme, ,(Jakarta: