55 BAB III PROFIL KONI KOTA CIREBON A. Profil KONI 1. Sejarah KONI Pada tahun 1938, ditengah keresahan terhadap diskriminasi penggunaan fasilitas olahraga, para pemuda Indonesia mendirikan Ikatan Sport Indonesia (ISI). Berbentuk federasi, ISI beranggotakan PSSI (Perserikatan Sepak Bola Indonesia), Pelti (Perserikatan Lawn Tenis Indonesia), dan Perserikatan Bola Keranjang Seluruh Indonesia (PBKSI). ISI adalah kelanjutan dari semangat perikatan sport Indonesia yang dikenal dengan sportbond yang berusaha menghimpun kekuatan seluruh insan yang secara umum belum mempunyai organisasi yang sah, dan sudah mulai ada komunikasi dengan Komite Olimpiade Asia. Penyelenggaraan Sport Week dirancang setiap tahun oleh ISI sehingga membangkitkan persatuan dan persaudaraan masyarakat olahraga (Nilai Heroisme). ISI menunjukkan jati diri kebangsaan Indonesia melalui pertunjukan olahraga yang melibatkan berbagai cabor yang juga eksis sampai sekarang. (Anti Penjajahan). ISI menjadikan kegiatan Pekan Olahraga (Sport Week) sebagai instrument persatuan sehingga memenuhi kaidah perjuangan (Alat Perjuangan). Organisasi ISI merupakan sarana untuk memperjuangkan bangsa Indonesia untuk dihargai sebagai bangsa oleh Pemerintah Kolonial Belanda baik aspek olahraga maupun pergerakan nasional, dikarenakan pendiri organisasi ini adalah Voolksrad (Dewan Perwakilan Rakyat Masa Pemerintahan Kolonial). Pada tanggal 15 Oktober 1938 adalah waktu yang tepat untuk dijadikan suatu tonggak sejarah berdirinya suatu organisasi olahraga yang mewadahi seluruh aspirasi perkumpulan-perkumpulan olahraga yang dinamis dan demokratis. Pada tanggal 15 Oktober 1938, dijadikan pula sebagai momentum
24
Embed
BAB III PROFIL KONI KOTA CIREBON A. Profil KONI 1 ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
55
BAB III
PROFIL KONI KOTA CIREBON
A. Profil KONI
1. Sejarah KONI
Pada tahun 1938, ditengah keresahan terhadap diskriminasi penggunaan
fasilitas olahraga, para pemuda Indonesia mendirikan Ikatan Sport Indonesia
(ISI). Berbentuk federasi, ISI beranggotakan PSSI (Perserikatan Sepak Bola
Indonesia), Pelti (Perserikatan Lawn Tenis Indonesia), dan Perserikatan Bola
Keranjang Seluruh Indonesia (PBKSI).
ISI adalah kelanjutan dari semangat perikatan sport Indonesia yang
dikenal dengan sportbond yang berusaha menghimpun kekuatan seluruh insan
yang secara umum belum mempunyai organisasi yang sah, dan sudah mulai ada
komunikasi dengan Komite Olimpiade Asia.
Penyelenggaraan Sport Week dirancang setiap tahun oleh ISI sehingga
membangkitkan persatuan dan persaudaraan masyarakat olahraga (Nilai
Heroisme). ISI menunjukkan jati diri kebangsaan Indonesia melalui pertunjukan
olahraga yang melibatkan berbagai cabor yang juga eksis sampai sekarang.
(Anti Penjajahan). ISI menjadikan kegiatan Pekan Olahraga (Sport Week)
sebagai instrument persatuan sehingga memenuhi kaidah perjuangan (Alat
Perjuangan).
Organisasi ISI merupakan sarana untuk memperjuangkan bangsa
Indonesia untuk dihargai sebagai bangsa oleh Pemerintah Kolonial Belanda
baik aspek olahraga maupun pergerakan nasional, dikarenakan pendiri
organisasi ini adalah Voolksrad (Dewan Perwakilan Rakyat Masa Pemerintahan
Kolonial).
Pada tanggal 15 Oktober 1938 adalah waktu yang tepat untuk dijadikan
suatu tonggak sejarah berdirinya suatu organisasi olahraga yang mewadahi
seluruh aspirasi perkumpulan-perkumpulan olahraga yang dinamis dan
demokratis. Pada tanggal 15 Oktober 1938, dijadikan pula sebagai momentum
56
sejarah perjuangan bangsa Indonesia melalui olahraga dengan terselenggaranya
multi event.
Pada tahun 1946 PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia)
sebagai badan olahraga bersifat nasional dan KORI (Komite Olimpiade
Republik Indonesia) dibentuk oleh para pemimpin olahraga eks pengurus
GELORA, eks pengurus PUTERA, pengurus ISI dan lain lain, terlaksana pada
Kongres Olahraga I di Surakarta.
Pada saat itu, kedudukan PORI di Yogyakarta, sebagai berikut :
Ketua Umum PORI : Widodo Sastrodiningrat
Seksi cabang olahraga :
1) Sepak Bola : Maladi
2) Atletik : Abdul Aziz
3) Renang : Soejadi
4) Tenis : Soerjo Hamidjojo
5) Bulutangkis : Tri Tjondro Koesoemo
6) Basket : Tonny Wen
7) Bola Keranjang : Soemantri
8) Panahan : Sri Paku Alam VIII
9) Anggar/Menembak : Tjokroatmodjo
10) Pencak Silat : Wongsonegoro
11) Gerak Jalan : Djoewadi
Ketua Umum KORI : Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Pada tahun 1948 – PON I yang diselenggarakan di Surakarta (09
September 1948). PORI dan KORI membentuk delegasi untuk menghadiri
Olympic Games XIV di London, namun gagal karena adanya situasi politik.
Pada tahun 1949, adanya kongres PORI III, Induk Organisasi mendapat
hak otonomi, PORI sebagai badan coordinator.
Pada tahun 1950 – PORI diubah menjadi Persatuan Olahraga Indonesia
(POI), KORI diubah menjadi Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
57
Pada tahun 1951 – Indonesia ikut serta dalam Asian Games I di New
Delhi. Dalam persiapan tim ke Asian Games terjadi adanya tumpang tindih
pelaksanaan tugas antara PORI dan KOI. Dan pada Kongres PORI – KOI
bertepatan dengan PON II di Jakarta, telah dicapai kesepakatan bahwa demi
efisiensi PORI melebur ke KOI. Dan ketua KOI tetap Sri Sultan Hamengku
Buwono IX.
Pada tahun 1952 – KOI akhirnya mendapat pengakuan IOC dan untuk
pertama kali Indonesia ikut serta pada Olympic Games XV di Helsinki.
Pada tahun 1959 – DAGI (Dewan Asian Games Indonesia) dibentuk
oleh pemerintah. Dan adapun tugas dari DAGI yaitu mempersiapkan
penyelenggaraan Asian Games IV 1962. Dan KOI sebagai badan pembantu
DAGI dalam hubungan internasional.
Pada tahun 1961 – KOGOR (Komando Gerakan Olahraga) dibentuk
oleh pemerintah. Adapun tugas-tugas dari KOGOR yaitu untuk
mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia. Selain itu induk-induk
organisasi olahraga sebagai pelaksana teknis cabang olahraga yang
bersangkutan. KOGOR juga dibentuk ditiap daerah tingkat I, dan bertugas
untuk menggerakkan olahraga membina bibit menunjang pembinaan olahraga
nasional. Dan pada tahun 1961, demokrasi terpimpin dengan pengerahan
segenap fund and forces semaksimal mungkin.
Pada tahun 1962 – dibentuk DEPORA (Departemen Olahraga) dan
dipimpin oleh menteri Maladi. Dan pada tahun ini pertama kali Asian Games
IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 24 Agustus s/d 04 September 1962.
Pada tahun 1963 – bulan Februari KOI diberi sanksi (diskors) oleh
IOC dengan alasan karena tidak mengundang Israel dan Taiwan dalam Asian
Games IV. Pada bulan Juni skorsing pun dicabut oleh IOC. Selain itu pada
tahun 1963, GANEFO I diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 10-22
November 1963.
Pada tahun 1964 – DORI (Dewan Olahraga Republik Indonesia)
dibentuk oleh pemerintah. Dan semua organisasi seperti KOGOR, KOI, Induk
organisasi olahraga dimasukkan dalam DORI.
58
Adapun tugas dari DORI, sebagai berikut :
1) Menetapkan kebijakan umum olahraga.
2) Membina dan mengawasi seluruh kegiatan olahraga.
Tugas DEPORA, sebagai berikut :
1) Mengelola pembibitan, pembinaan SDM (Sumber Daya Manusia) seperti
penataran, pembinaan, pelatihan dan sebagainya.
2) Penelitian dan pengembangan.
3) Dukungan anggaran serta pembangunan dan pengembangan prasarana
sarana olahraga.
Pada tahun 1965 – dibentuknya Sekretariat Bersama. Induk-induk
Organisasi Cabang Olahraga dibentuk pada tanggal 25 Desember 1965, dan
mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional
Indonesia yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik. Presidium
Sekretariat Bersama (Sek Ber), sebagai berikut :
1) Brig. Jen. Jonosewojo (PELTI)
2) Kombes Pol. Tjoek Soejono (PABBSI)
3) Drs. Ferry Sonneville (PBSI)
4) Kol. Saelan (PSSI)
Pada tahun 1966 – SK Presiden (Soekarno) No. 143 A dan 156 A
tahun 1966 mengukuhkan dibentuknya KONI (“lama”) sebagai pengganti
DORI. Badan baru ini tidak dapat berfungsi karena tidak didukung oleh Induk
Organisasi Olahraga berkenaan situasi politik pada masa itu.
Pada masa Kabinet Ampera, dibentuknya oleh Presiden Soeharto.
Depora dibubarkan dan dibentuk Direktorat Jenderal Olahraga dibawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
KONI (“baru”) dibentuk oleh Induk Organisasi Olahraga pada tanggal
31 Desember 1966 dengan di ketuai oleh Sri Sultan Hamengbuwono IX.
Dan KOI diketuai oleh Sri Paku Alam VIII.
59
Pada tahun 1967 – KONI dikukuhkan dengan SK Presiden Soeharto
No. 57 tahun 1967.
Status KONI, sebagai berikut :
1) KONI adalag badan mandiri dan non pemerintah, artinya kegiatan
olahraga kembali kepada masyarakat.
2) KONI sebagai mitra membantu pemerintah di bidang olahraga.
3) KONI tidak dikendalikan kelompok kekuasaan dan bebas dari kepentingan
politik.
Pada tahun 1978 – dengan alasan efesiensi KONI – KOI menjadi satu,
pengurusnya sama namun fungsinya yang berbeda. KONI melakukan
pembinaan di dalam negeri KOI melakukan kegiatan dalam hubungan luar
negeri. Dan ketua umum KONI sekaligus Ketua KOI, yaitu Sri Sultan
Hamengku Buwono IX.
Pada tahun 1981 – MUSORNAS IV KONI mengesahkan AD/ART
dengan menetapkan KONI ibarat sekeping mata uang dua sisi yang kedalam
menjalankan tugasnya sebagai KONI dan yang keluar berstatus sebagai KOI.
Kondisi tersebut berlangsung sampai keberadaan KONI saat ini.
Pada tahun 2005 – Pemerintah menertibkan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005, tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan memecah KONI
menjadi KON dan KOI. KON melakukan pembinaan dalam negeri dan
penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional, KOI melakukan kegiatan
pengiriman atlet keluar negeri dan penyelenggara Pekan Olahraga
Internasional di Indonesia.
Pada tahun 2007 – Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3
Tahun 2005. KONI menyelenggarakan Musornas Luar Biasa (Musornaslub)
antara lain yaitu untuk mengesahkan anggaran dasar KONI dan KOI serta Rita
Subowo sebagai Ketua Umum KONI dan KOI masa bakti 2007-2011.
60
Pada tahun 2010 – Rakor di Surabaya, seluruh peserta KONI Provinsi
merekomendasikan pembentukan Pokja Amandemen UU No. 3 Tahun 2005
tentang SKN dan penyatuan KONI dan KOI.
Pada tahun 2011 – Musornas KONI di NTB, Tono Suratman terpilih
sebagai Ketua Umum KONI Pusat.
Pada tahun 2012 – RAT KONI memutuskan perlu adanya
penyempurnaan AD/ART KONI. Dibentuk Pokja dari unsur KONI Pusat,
KONI DKI Jaya, Kalbar, Sultra, PB Perbakin, dan PB IKASI. Pada Desember
2012, Rembuk Olahraga Nasional KONI di Balikpapan
merekomendasikan perlunya pemerintah menetapkan aturan untuk KONI yang
implementatif sebagai satu-satunya wadah organisasi dalam mencapai prestasi
Nasional menuju prestasi Internasional.
Catatan :
1) PORI sebagai cikal bakal badan olahraga nasional yang
mengkoordinasikan induk-induk organisasi olahraga dibentuk oleh
masyarakat olahraga telah berdiri ditengah perjuangan kemerdekaan 1946.
2) PORI dan KOI pada awalnya merupakan badan yang terpisah karena
dirasakan tidak efesien, 1951 PORI melebur ke KOI.
3) KONI lahir dari masyarakat olahraga pada tahun 1966 dan diketuai oleh
Sri Sultan Hamengku Buwono IX. KONI pada awalnya terpisah dengan
KOI yang diketuai Sri Paku Alam VIII.
4) dengan alasan efisiensi pula, 1978 KONI dan KOI menjadi satu ibarat
sekeping mata uang dengan dua sisi, disyahkan didalam AD/ART oleh
Musornas IV KONI 1981.
5) Dengan usia KONI 46 tahun ini, sejarah mengajarkan 2 kali penyatuan
KONI – KOI semata-mata demi efesiensi.
61
2. Visi dan Misi
Visi :
“Menjadikan KONI sebagai organisasi yang independen dan profesional,
untuk membangun prestasi olahraga nasional, guna mengangkat harkat dan
martabat bangsa Indonesia”.
Misi :
“Meningkatkan prestasi olahraga Indonesia, melalui pembinaan
organisasi dan peningkatan sumber daya olahraga yang efektif, penggunaan
sport science dan technology, serta membangun karakter olahragawan guna
menciptakan atlet yang berprestasi di tingkat Daerah, Nasional, dan
Internasional”.
3. Strategi dan Program KONI
1) Penguatan fungsi organisasi KONI Pusat dan KONI Provinsi, serta
pengurus besar dan pengurus pusat induk cabang olahraga. Meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia dari semua unsur, baik pelatih, manager,
atlet, maupun staf, dan mengoptimalkan sarana prasarana olahraga guna
meningkatkan prestasi atlet, kinerja pelatih dan manager. Melakukan
rekrutment dan pembinaan atlet secara bertingkat dan berkelanjutan, melalui
program strategi prima, mulai dari atlet pratama sampai atlet muda dan
utama, dengan penerapan sport science dan technology, serta membangun
karakter olahragawan yang meliputi atlet, pelatih, manager, dan staf KONI
dan KONI Provinsi, guna mencapai prestasi olahraga di tingkat Daerah,
Nasional dan Internasional.
2) Mendorong kerjasama antar lembaga pemerintahan dan non pemerintahan
untuk mendukung sinergitas keolahragaan Nasional, termasuk dengan
lembaga-lembaga keolahragaan dari Negara-negara sabahat. Programnya
yaitu membangun kerjasama dengan KEMENEGPORA, KEMENDIKNAS,