Top Banner
BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN RELEVANSI SOSIAL A. Pemaknaan Hadis non material 1. Teks Hadis dan Terjemah Mahar Langkah awal yang penulis lakukan dalam meneliti hadis tentang pemberian mahar non materi salah satunya ayat al-Quran sebagai mahar dalam pernikahan adalah dengan menggunakan metode takhrij yang telah banyak digunakan oleh para ulama. penulis melakukan penelusuran melalui kamus al- Mu‟jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis, yaitu kamus besar yang digunakan untuk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafal matan hadits. Berbagai bentuk lafal disajikan didalamnya, tidak terbatas pada lafal-lafal yang berada diawal matan saja, tetapi juga berbagai lafal yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadis. 1 Melalui kata kunci ﺣﺪﻳﺪdan lafal ﺧﺎﺗﻢmaka diperoleh 24 (dua puluh empat) buah hadits tentang kewajiban membayar mahar dalam kitab an-Nikah yang terbagi ke dalam beberapa bab. No Kitab Bab Jumlah 1. Sahih Bukhari An-Nikah 12 2. Sahih Muslim An-Nikah 1 3. Sunan At-Tirmidzi An-Nikah 1 4. Sunan an-Nasa‟i An-Nikah 4 5. Sunan Abu Dawud An-Nikah 1 6. Sunan Ibnu Majah An-Nikah 1 1 Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadits Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm.50.
28

BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

Jan 23, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

BAB III

PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN RELEVANSI SOSIAL

A. Pemaknaan Hadis non material

1. Teks Hadis dan Terjemah Mahar

Langkah awal yang penulis lakukan dalam meneliti hadis tentang

pemberian mahar non materi salah satunya ayat al-Quran sebagai mahar dalam

pernikahan adalah dengan menggunakan metode takhrij yang telah banyak

digunakan oleh para ulama. penulis melakukan penelusuran melalui kamus al-

Mu‟jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis, yaitu kamus besar yang digunakan untuk

mencari hadis berdasarkan petunjuk lafal matan hadits. Berbagai bentuk lafal

disajikan didalamnya, tidak terbatas pada lafal-lafal yang berada diawal matan

saja, tetapi juga berbagai lafal yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari

matan hadis.1

Melalui kata kunci حديد dan lafal خاتم maka diperoleh 24 (dua puluh

empat) buah hadits tentang kewajiban membayar mahar dalam kitab an-Nikah

yang terbagi ke dalam beberapa bab.

No Kitab Bab Jumlah

1. Sahih Bukhari An-Nikah 12

2. Sahih Muslim An-Nikah 1

3. Sunan At-Tirmidzi An-Nikah 1

4. Sunan an-Nasa‟i An-Nikah 4

5. Sunan Abu Dawud An-Nikah 1

6. Sunan Ibnu Majah An-Nikah 1

1 Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadits Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),

hlm.50.

Page 2: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

7. Musnad Ahmad bin

Hambal

An-Nikah 2

8. Malik An-Nikah 1

9. Sunan ad-Darimi An-Nikah 1

Untuk mengetahui dengan jelas susunan sanad dan matanya hadis, berikut

ini ditulis redaksi hadis mahar non materi sebagai mahar dalam pernikahan

berdasarkan kitab hadis yang meriwayatkanya:

ث نا ي عقوب بن عبد ث نا ق ت يبة بن سعيد حد أن امرأة الرحن عن أب حازم عن سهل بن سعد حدها جاءت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ف قالت يا رسول اللو جئت لىب لك ن فسي ف نظر إلي

ا رأت المرأة أنو ل رسول اللو صلى اللو عليو وسل ها وصوبو ث طأطأ رأسو ف لم م فصعد النظر إلي ي قض فيها شيئا جلست ف قام رجل من أصحابو ف قال يا رسول اللو إن ل يكن لك با حاجة

ال ىل عندك من شيء ف قال ل واللو يا رسول اللو قال اذىب إل أىلك فانظر ىل ف زوجنيها ف ق د شيئا فذىب ث رجع ف قال ل واللو يا رسول اللو ما وجدت شيئا قال انظر ولو خات ا من ت

سهل يد فذىب ث رجع ف قال ل واللو يا رسول اللو ول خاتا من حديد ولكن ىذا إزاري قال حد بستو ل يكن ما لو رداء ف لها نصفو ف قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ما تصنع بإزارك إن ل

ها منو شيء وإن لبستو ل يكن عليك شيء فجلس الرجل حت طال ملسو ث قام ف رآه رسول علي ا جاء ق ال ماذا معك من القرآن قال معي اللو صلى اللو عليو وسلم موليا فأمر بو فدعي ف لم

ىا قال أت قرؤىن عن ظهر ق لبك قال ن عم قال اذىب ف قد سورة كذا وسورة كذا وسورة كذا عد ملكتكها با معك من القرآن

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada

kami Ya'qub bin Abdurrahman dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd bahwasanya,

ada seorang wanita mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan

berkata, "Wahai Rasulullah, aku datang untuk menyerahkan diriku padamu."

Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun memandangi wanita dari atas

hingga ke bawah lalu beliau menunduk. dan ketika wanita itu melihat, bahwa

beliau belum memberikan keputusan dirinya, beliau pun duduk. Tiba-tiba

seorang laki-laki dari sahabat beliau berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah,

jika Anda tidak berhasrat dengannya, maka nikahkanlah aku dengannya." Lalu

beliau pun bertanya: "Apakah kamu punya sesuatu (untuk dijadikan sebagai

mahar)?" Laki-laki itu menjawab, "Tidak, demi Allah wahai Rasulullah."

Kemudian Nabi bersabda: "Kembalilah kepada keluargamu dan lihatlah apakah

Page 3: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

ada sesuatu?" Laki-laki itu pun pergi dan kembali lagi seraya bersabda: "Tidak,

demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak mendapatkan apa-apa?" beliau

bersabda: "Lihatlah kembali, meskipun yang ada hanyalah cincin besi." Laki-laki

itu pergi lagi, kemudian kembali dan berkata, "Tidak, demi Allah wahai

Rasulullah, meskipun cincin emas aku tak punya, tetapi yang ada hanyalah

kainku ini." Sahl berkata, "Tidaklah kain yang ia punyai itu kecuali hanya

setengahnya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bertanya: "Apa

yang dapat kamu lakukan dengan kainmu itu? Bila kamu mengenakannya, maka

ia tidak akan memperoleh apa-apa dan bila ia memakainya, maka kamu juga tak

memperoleh apa-apa." Lalu Laki-laki itu pun duduk agak lama dan kemudian

beranjak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihatnya dan Nabi pun

langsung menyuruh seseorang untuk memanggilkannya. Beliau pun dipanggil,

dan ketika datang, beliau bertanya, "Apakah kamu punya hafalan Al Qur`an?"

laki-laki itu menjawab, "Ya, aku hafal surat ini dan ini." sambil menghitungnya.

bertanya lagi, "Apakah kami benar-benar menghafalnya?" ia menjawab, "Ya."

Akhirnya beliau bersabda: "Kalau begitu, perigilah. Sesungguhnya kau telah

kunikahkan dengannya dengan mahar yang telah kamu hafal dari Al Qur`an.”2

2. Kualitas Hadis

Hadis-hadis tentang mahar nonmateri tentang ayat al-Quran sebagai mahar

dalam pernikahan dimuat dalam kitab sahih al-Bukhari dan sahih Muslim yang

telah dijamin kesahihannya, al-Mu‟jam al-Mufahras li alFadz al-Hadis al-

Nabawy menunjukkan bahwa hadis tersebut adalah hadis sahih dengan jalur

periwayat Abu Hazim dengan adanya persambungan sanad, tidak ada illat dan

syuzuz dalam hadis tersebut. Namun dalam hadis lainnya dalam kitab sahih al-

Bukhari dengan jalur periwayatan Abu Hazim yang lain bahwa Sufyan bin

Uyainah adalah periwayat yang siqqah, terpercaya, tetapi ia sering melakukan

penipuan.

Sedangkan dalam Sahih Muslim terdapat satu hadis tentang ayat al-Quran

sebagai mahar dalam pernikahan, yaitu pada kitab an-Nikah dari jalur

periwayatan Qutaibah. Hal senada juga terdapat dalam periwayatan Malik bin

Anas dalam Sunan al-Tirmidzi dengan bab yang sama. Periwayat yang ada dalam

Sunan at-Tirmidzi semuanya dinilai siqqah akan tetapi Abdullah bin Nafi‟

disamping dinilai siqqah dia juga dianggap lemah hafalannya.

2 Muhammad Ismail al-Bukhari, Shakhih Bukhari, juz 5, kitab nikah, bab tazwid al

mu‟astar (Dimasyqi : Dar ibnu Katsir, tt), hlm. 1956-1957

Page 4: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

Dalam Sunan an-Nasa‟i terdapat empat buah hadits, dimana salah satu

keempat hadits tersebut terdapat satu perawi yang sebelumnya sudah dinilai tadlis

(penipuan) yaitu Sufyan bin Uyainah. Keempat hadits tersebut terdapat dalam

kitab an-Nikah.

Dalam Sunan Abu Daud, hadis-hadis tentang mahar non materi ayat al-

Quran sebagai mahar dalam pernikahan hanya terdapat dalam satu jalur

periwayatan yaitu riwayat Malik bin Anas. Seluruh periwayat yang ada dalam

hadits Sunan Abu Daud ini dinilai siqqah semua, terpercaya, adil dan teliti.

Dalam Sunan Ibnu Majah juga hanya terdapat satu jalur periwayatan yaitu

riwayat Sufyan bin Sa‟id. Setelah penulis melakukan penelusuran tentang

kepercayaan Sufyan bin Sa‟id ternyata ditemukan adanya tanda-tanda bahwa

beliau ini adalah orang yang sering melakukan penipuan. Sedangkan oleh an-

Nasa‟i, Sufyan dinilai sebagai orang yang siqqah, pendapat senada juga

dilontarkan oleh Ali bin al-Ja‟ad dan Malik bin Anas. Dari segi matan haditsnya,

Ibnu Majah dalam karyanya di atas terlihat lebih singkat dan lebih simple, akan

tetapi hal ini tidak merubah maksud yang terkandung di dalamnya dengan hadits-

hadits yang lain.

Dalam Musnad Ahmad bin Hambal yaitu Musnad al-Ansar didapati dua

buah hadits tentang ayat al-Quran sebagai mahar dalam pernikahan. Dari salah

satu hadits tersebut diceritakan percakapan antara sahabat yang meminta pendapat

Nabi SAW tentang wanita yang menyerahkan urusan dirinya kepada beliau, akan

tetapi Nabi SAW tidak memberikan respon sama sekali, sehingga sahabat tersebut

mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali, setelah itu baru Nabi SAW

memberikan jawabannya.

Malik bin Anas dalam bukunya al-Muwatta‟ hanya mengeluarkan satu

jalur periwayatan saja berkaitan dengan masalah mahar dengan ayat al-Quran

sebagai mahar dalam pernikahan. Sedangkan para perawi yang ada di dalamnya

semuanya dinilai siqqah.

Page 5: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

Seperti halnya hadits yang ada dalam kitab al-Muwatta‟, dalam Sunan ad-

Darimi juga hanya ditemukan satu jalur periwayatan dan semua perawi juga

dinilai siqqah serta kuat ingatannya. Dalam segi matannya dalam Sunan ad-

Darimi berbeda dengan hadits-hadits yang lainnya. Dalam hadisnya disebutkan

bahwa jenis mahar yang pertama kali diajukan oleh Nabi adalah berupa pakaian.3

Perbedaan yang terjadi dalam setiap matan hadis tidak serta merta

menjadikan hadis tersebut tidak banyak untuk dikaji. Hal ini berdasarkan pendapat

ulama yang menilai hadits tersebut yaitu Abu Muhammad Husain al-Baghawi,

beliau menjelaskan bahwa hadits riwayat Ibnu Hazim dan Sufyan bin Uyainah ini

dinyatakan sahih, karena disahkan dengan syarat kesahihan oleh al-Bukhari dan

Muslim (muttafaq „alaih).4

Meskipun hadis-hadis mahar non maeri tentang ayat al-Quran sebagai

mahar dalam pernikahan di atas dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim, akan

tetapi salah satu perawinya dinilai pernah melakukan tadlis. Disamping itu

terdapat perawi lain yaitu Abdullah bin Nafi‟ yang dianggap lemah dalam

hafalannya dalam riwayat Sunan at-Tirmidzi. Ke-dabitan disini artinya, bahwa

perawi tersebut memiliki hafalan yang kuat, cermat, dan mengetahui adanya

perubahan periwayatan atau tidaknya, serta perawi tersebut bukan seorang yang

pelupa.5

Dengan demikian, hadis-hadis mahar non materi tentang ayat al-Quran

sebagai mahar dalam pernikahan sebagaimana penilaian para ulama dan

penelusuran penulis melalui kitab al-Hadits al-Syarif, maka hadits di atas adalah

3 26 Salah satu alternatif yang diberikan Rasulullah SAW saat dimintai persetujuan untuk

menikahi wanita yang menyerahkan dirinya untuk dinikahi oleh Nabi SAW. Sebelum akhirnya

Nabi SAW menetapkan beberapa ayat dari al-Quran sebagai mahar dalam pernikahan mereka.

4 Muhammad al-Husain bin Mas‟ud al-Bagawi, Syarah as-Sunnah V (Beirut: Dar Kutub

al-Ilmiyyah, 1992), hlm.90-91

5 M. Zuhri, Hadits Nabi: Telaah Historis dan Metodologi (Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana, 2003), hlm.89

Page 6: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

berstatus Hasan Shahih.6 Selanjutnya hadis-hadis tersebut dapat dikatakan sah

untuk dijadikan hujjah yang kemudian akan dilihat kembali makna matannya

dengan menggunakan metode ma‟anil hadis.

Bahwa hadis ini masuk dalam kategori hadis garib/fard (garib muthlaq/fard

muthlaq memimjam istilah Mahmud Thahhan) yaitu hadis yang pada periwayatan

tingkat sahabat dan tabi‟in hanya diriwayatkan oleh seorang periwayat saja.

masing-masing yaitu Sahl bin Sa‟d pada tingkat sahabat dan Abu Hazim pada

tabaqat al-tabi‟in. Kehujjaan hadis garib/fard dalam pandangan ulama tetap

diperpegangi selama periwayat-periwayatnya tersebut adalah orang-orang yang

tsiqah seperti pada kasus hadis tentang amalan tergantung pada niatnya.

3. Pemaknaan Hadis

a. Analisis bahasa

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas, terlebih dahulu diuraikan

beberapa mufradat yang penting untuk dijelaskan, yaitu :

a. Kata تصدقها adalah kata yang berbentuk fi‟il mudhari yang terambil dari

yang akar maknanya berarti kebenaran. Makna kebenaran اصدق صدق

ini didasarkan pada proses penetapan mahar itu didahului oleh adanya

janji, maka pemberian itu merupakan bukti kebenaran janji.7 Kata

.semuanya dapat berarti mahar الصدق, الصدق, الصداق, الصد, 8

6 Al-Turmudzi dalam kitab haditsnya memberi predikat banyak hadits dengan ungkapan

“Hasan Shahih” yang berarti bila hadits tersebut dilihat dari sebuah jalur periwayatan, ia

berpredikat shahih, tetapi dilihat dari jalur lain, ia berpredikat hasan. Tetapi bila hadits yang

berpredikat “Hasan Shahih” itu hanya satu jalur, maka dimaksudkan adalah, bila dinilai dengan

ukuran ulama tertentu ia berpredikat shahih, tetapi dilihat dengan ukuran ulama lain, ia berpredikat

hasan.

7 Tahir ibn Asyur yang dikutip oleh Quraish Shihab menambahkan bahwa mas kawin

bukan saja lambang yang membuktikan kebenaran dan ketulusan hati suami untuk menikah dan

menanggung kebutuhan hidup isterinya tetapi lebih dari itu tidak membuka rahasia berdua. Lihat,

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Juz II (Cet. I;

Jakarta: Lentera Hati, 2000 M), hlm.329. 8 Muhammad ibn Mandzur, Lisan al-Arab, Juz XII (Bairut: Dar al-Jil,1988 M), h. 63.

Page 7: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

b. Kata دصع dan صوب kedua kata mengandung makna mubalagah yang

berarti memandang dari atas ke bawah atau sebaliknya. Penggunaan

tasydiq pada kedua kata ini menunjukkan makna berulangnya kegiatan

tersebut.

c. Kata إذىب adalah berbentuk fi‟il amr yang terambil dari akar kata dari

.yang berarti perintah untuk pergiذىب يذىب

d. Kata إزار berakar dari kata يزير, أزار yang berarti mengelilingi. Dari makna

kata ini kemudian berkembang sehingga dimaknai sesuatu yang

menutupi badan (pakaian). Kata إزار yang kemudian diadopsi ke dalam

bahasa Indonesia dan berarti sarung itu tidak boleh dipersepsikan sama dengan

. إزار

Kata خامت berasal dari ختم yang berarti cap atau stempel. Dari makna kata ini

kemudian berkembang menjadi cincin, karena pada masa klasik (termasuk

pada masa Nabi) cincin itu menjadi cap atau stempel. 9

b. Analisis sosio historis

Setelah memahami hadits tentang ayat al-Quran sebagai mahar dalam

pernikahan melalui tinjauan matan dari sudut kebahasaan, keterkaitan

dengan hadits-hadits lain yang keterkaitan dengan ayat-ayat al-Quran, maka

selanjutnya dilakukan pemahaman hadits melalui tinjauan historis. Yang

dimaksud tinjauan historis disini adalah memahami hadits dengan

memperhatikan, mengeksplorasi dan mengkaji situasi atau peristiwa sejarah

yang terkait dengan latar belakang munculnya hadits tersebut.10

Dengan

kata lain, makna atau arti suatu pernyataan hadits dapat dipahami dengan

9 Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Edisi II, h. 322.

10 Nizar Ali, Memahami Hadits Nabi Metode dan Pendekatan (Yogyakarta: CESaD YPI

al-Rahman, 2001), hlm.70

Page 8: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

melakukan kajian atas realitas, situasi historis dimana hadits tersebut

muncul.

Analisis historis sangat penting mengingat apa yang kita sebut sebagai

teks keagamaan, hadits adalah bagian dari realitas tradisi kesilaman yang

dibangun oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya dalam lingkup

situasi sosialnya. Bila kita memahami hadits hanya secara tekstual yang

dipisahkan dari asumsi-asumsi sosialnya, maka sangat mungkin akan terjadi

penyimpangan informasi atau bahkan salah faham.11

Langkah ini meniscayakan adanya kajian mengenai situasi mikro, atau

sering kita kenal dengan istilah asbab al-wurud dan kajian mengenai situasi

makro, yakni situasi kehidupan secara menyeluruh dari Arabiyah pada saat

kehadiran Nabi Muhammad saw termasuk dalam hal ini adalah kapasitas

dan fungsi Nabi saw ketika memunculkan hadits yang bersangkutan.

Sebelum datangnya Islam perempuan identik dengan barang, bila terjadi

akad hutang piutang dan ternyata si penghutang tidak bisa membayar

hutangnya, maka perempuan bisa dijadikan ganti penebus hutang.

Perempuan itu bisa istri, anak perempuan ibu si piutang. Setelah

memberikan kepada si pemilik piutang, maka dia mempunyai hak penuh

atas perempuan tadi, ia bisa bebas menjualnya, menjadikannya pemuas

nafsu dan sebagainya. Jika si penghutang bisa melunasi hutangnya baru

kemudian perempuan tersebut boleh diambil kembali, setelah dia

manfaatkan semuanya.12

Mayoritas intelektual dan sejarawan terutama dikalangan Islam

berpendapat bahwa “posisi perempuan pada masa pra Islam sangat

memprihatinkan, keberadaannya seperti tidak ada, tidak memiliki

independensi, serta tidak memiliki hak untuk dirinya sendiri.13

11

Kamaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama; sebuah kajian Hermeneutik (Jakarta:

Paramadina), hlm. 23 12

Al-Sarqani, Muhammad sang Pembela (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.11 13

Syafiq Hasim, Hal-hal yang tak terfikirkan: tentang isu-isu keperempuan dalam Islam

(Bandung: Mizan,2001), hlm.19

Page 9: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

Hal ini tidak jauh berbeda dengan perempuan pada zaman Yunani,

bangsa Athena kuno sangat memandang rendah terhadap kaum perempuan.

Kaum hawa hanya mereka anggap sebagai barang perhiasan yang dapat

dijualbelikan dipasar-pasar, mereka menganggap bahwa perempuan adalah

jelmaan setan jahat, najis dan menjijikkan.

Para ahli sosiologi mengatakan bahwa pada zaman pra sejarah, manusia

hidup secara buas, hidup dalam kelompok suku-suku. Dengan alasan yang

tidak jelas, tidak jarang perkawinan dengan orang yang sederhana

dipandang tabu. Orang muda dari suatu kelompok suku, apabila hendak

menikahi seorang wanita, maka harus memiliki pasangan dari suku lain.

Untuk memenuhi tujuannya, seorang pemuda harus mengadakan pendekatan

kepada suku lain tersebut supaya dapat memilih calon istri yang dia

inginkan. Pada masa itu, kaum pria tidak menyadari peranan yang

dimainkannya dalam hubungan dengan kelahiran anak.

Bentrokan yang sering terjadi antara suku-suku mendorong orang untuk

melakukan pemilihan istri dengan jalan kekerasan yaitu dengan melarikan

atau menculiknya. Ketika perdamaian berangsur-angsur menggantikan

permusuhan, maka adat kebiasaan melarikan calon istri tidak diperlukan

lagi. Untuk mendapatkannya seorang pemuda harus mengabdikan dirinya

kepada ayah si gadis. Sebagai ganti atas pelayanan yang telah dilakukan

oleh para pemudah kepada si ayah gadis, maka si ayah memberikan imbalan

dengan merelakan anak-anak gadisnya untuk dinikahi. Kemudian, ketika

situasi ekonomi bertambah maju maka bekerja selama bertahun-tahun pada

calon mertua digantikan dengan memberikan suatu hadiah yang berharga

kepadanya pada saat perkawinan, dengan demikianlah mereka memperoleh

gadis pilihan mereka. Dari sinilah konsep maskawin atau mahar itu

muncul.14

Secara kronologis, hadits-hadits tentang ayat al-Quran sebagai mahar

dalam pernikahan di atas muncul dilatarbelakangi atas ketidakmampuan

14

Murtadha Muthahari, Hak-hak Wanita dalam Islam, Terj. M. Hashem (Jakarta: Lentera,

1997), hlm. 122

Page 10: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

sahabat dalam memberikan maskawin terhadap wanita yang dinikahinya.

Sahabat itu tidak memiliki harta sedikitpun untuk dijadikan mahar dalam

pernikahannya. Hal ini berawal ketika seorang wanita datang kepada Nabi

SAW dan menyerahkan urusan dirinya kepada beliau, yang dimaksud

urusan dirinya ini adalah menikahi perempuan tersebut. Disini diceritakan

bahwa perempuan tersebut berdiri diantara para sahabat yang ada pada saat

itu cukup lama, maka berdirilah salah satu sahabat yang hadir pada saat itu

dan dia memberanikan diri mengungkapkan keinginannya kepada

Rasulullah SAW dan berkata: “Jika Nabi SAW tidak berhajat kepadanya,

maka nikahkanlah dia denganku.”

Untuk beberapa waktu Nabi SAW tidak memberi komentar apapun,

selang beberapa menit kemudian Nabi SAW bertanya kepada sahabat

tersebut, “Apa yang engkau miliki untuk dijadikan mahar kepada wanita

tersebut?”. Setelah diketahui dia tidak punya sesuatu kecuali pakaian yang

sedang dia pakai saat itu, selanjutnya Nabi SAW menyuruh sahabat tersebut

mencari sesuatu meskipun itu berupa cincin dari besi sekalipun. Sahabat

yang disuruh tersebut tidak juga mendapatkan sesuatu walaupun sebentuk

cincin dari besi. Sahabat itu kembali dengan tangan kosong, selanjutnya dia

menawarkan baju yang dipakainya untuk dijadikan maskawin pada wanita

tersebut, akan tetapi Nabi SAW tidak menyetujuinya karena dianggap tidak

cukup jika harus dibagi dua dan alternatif terakhir yang diberikan oleh Nabi

SAW kepada sahabat tersebut adalah dengan beberapa ayat al-Quran yang

dia hafal. Alternatif terakhir inilah yang dijadikan sahabat tersebut untuk

menikahi perempuan yang datang pada Nabi SAW tersebut.15

Dalam kitab hadits dan asbab al-wurud al-hadits secara eksplisit tidak

ditemukan secara pasti dimana kejadian itu berlangsung dan tidak pula

disebutkan secara jelas siapa perempuan yang mendatangi Nabi SAW

tersebut. Namun dalam Syarh al-Bukhari ditemukan data yang menyebutkan

bahwa peristiwa tersebut berlangsung di dalam sebuah masjid. Wanita yang

15

Ibrahim bin Muhammad bin Kamal al-Din, Al-Bayan wa al-Ta‟rif fi asbab al-Wurud

al-Hadits al-Syarif (Beirut : Dar al-Saqafah al-Islamiyah), hlm. 344

Page 11: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

dengan berani menyerahkan dirinya kepada Nabi SAW tersebut disinyalir

bernama Khaulah binti Hakim yang dijuluki dengan Ummi Syarik. Nama ini

dinukil dari nama orang yang memasrahkan dirinya kepada Rasulullah

SAW dalam surat al-Ahzab ayat 50 disebutkan: “Dan seorang wanita

mukminah bila ia memasrahkan urusan dirinya kepada Nabi SAW.”

Sedangkan penjelasan tentang nama wanita tersebut serta hal-hal yang

berkaitan dengan beberapa nama wanita yang memasrahkan urusan dirinya

kepada Rasulullah SAW, telah disebutkan dalam penafsiran surat al-

Ahzab.16

Di akhir cerita disebutkan bahwa sahabat tersebut menikahi wanita

itu dengan maskawin (mahar) beberapa ayat al-Quran yang telah dihafalnya

serta mengajarkannya.

c. Mahar menurut Ulama

Berdasarkan dalam Syarah Muslim Imam al-Nawawi menyebutkan

bahwa khusus kepada Nabi SAW dibolehkan seorang perempuan

menghibahkan dirinya untuk dinikahi tanpa mahar. Hal ini sesuai dengan

firman Allah SWT QS. Al-Ahzab ayat 50

ؤمنن ة مؤمنة إن وىبت ن فسها للنب إن أراد النب أن يست نكحها خالصة لك من دون الم وامرأ

Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi

mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua

orang mukmin.17

Mahar boleh memandang seorang perempuan yang ingin dipinangnya

sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, kemudian mahar

yang diwajibkan dalam suatu pernikahan adalah sesuatu yang berharga, baik

sedikit maupun banyak sesuai dengan kesepakatan pihak keduanya.

Mahar sekalipun sedikit, tidak ada keterangan dari nabi SAW bahwa

beliau meninggalkan mahar pada suatu pernikahan. Andaikata mahar tidak

wajib tentu Nabi SAW pernah meninggalkannya walaupun satu sekali dalam

16

Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989) 17

Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989),

hlm, 667

Page 12: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

hidupnya yang menunjukan tidak wajib. Akan tetapi, Nabi SAW tidak pernah

meninggalkannya.18

Islam dalam mahar dipandang sebagai hak yang wajib diberikan kepada

istri, hanya suami tidak harus segera menyerahkan mahar kepada istrinya

pada saat suksesnya akad pernikahan. Akan tetapi boleh menurut sepakatan,

apakah tunai seluruhnya atau diutangkan seluruhnya atau dibayar sebagian

dan sebagian utang (kredit). Baik penangguhan itu pada tanggal tertentu atau

waktu terdekat dari dua masa, yaitu meninggal atau talak atau dikredit

bulanan atau tahunan, semuanya bergantung pada kesepakatan antara kedua

pihak.19

Bahwa yang dikatakan dengan mahar itu ialah sesuatu yang jelas barang,

jenis, sifat dan sesuatu yang halal, berharga lagi bermanfaat.20

Namun,

mengenai besarnya mahar, para fuqoha telah sepakat bahwa mahar itu tidak

ada batas tertinggi. Dalam kitab al-Muwatha‟, Imam Malik menuliskan

beberapa hadis yang berhubungan dengan mahar, diantaranya adalah tentang

seorang laki-laki yang menikahi seorang perempuan dan telah menyentuhnya,

meskipun perempuan tersebut menghidap penyakit, maka pembayaran mahar

harus dilakukan kepada perempuan tersebut. Selain itu, Imam Malik

berpendapat bahwa kalau terjadi perceraian sebelum suami menyentuh

istrinya dan istrinya tersebut masih berstatus gadis, maka ia berhak mendapat

setengah dari mahar yang diperjanjikan. Pandangan ini, menurut Imam Malik,

sejalan dengan ketentuan dalam QS. Al-Baqarah ayat 237 ditambah dengan

sejumlah riwayat yang secara prinsip menegaskan bahwa kalau suami sudah

menyentuh istrinya menjadikan wajib membayar mahar. 21

Namun yang menjadi permasalahan dalam Islam adalah batas minimal

mahar, diantaranta beberapa pendapat yaitu:

18

Al-mashi, Syaikh Mahmud, Perkawinan Idaman (Jakarta : Qisthi Pres, 2011), hlm 11. 19

Abdul Malik Kamal, Fiqh Sunnah Wanita (Jakarta: pena, 2007), hlm. 20 20

Abdur Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta : Kencana prenada Media Group,

2003), hlm. 87-88. 21

Malik Ibn Anas, Al-Muwatha, ditshih oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi (Bairut):

Dar al-Fikr, hlm. 236.

Page 13: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

Pendapat pertama: menurut madzhab Hanafi batas minimal mahar adalah

10 (sepuluh dirham),22

Pendapat kedua: batas minimal mahar adalah tiga dirham atau

seperempat dinar, atau senilai kadarnya dari benda selain emas dan perak atau

suatu yang suci dan tidak mengandung najis, bermanfaat, berfaidah secara

syar‟i baik berupa modal atau jasa, gandum atau lahan, tidak berupa sauatu

alat untuk permainan yang sia-sia dan benda tersebut mampu untuk diberikan

kepada istri serta diketahui ukuran, sifat dan waktunya. Pendapat ini adalah

pendapat Madzhab Maliki 23

Adapun dalam surat An- Nisa‟ ayat 25

المحصنات المؤمنات فمن ما ملكت أيانكم من ومن ل يستطع منكم طول أن ي نكح آتوىن ف ت ياتكم المؤمنات واللو أعلم بإيانكم ب عضكم من ب عض فانكحوىن بإذن أىلهن و

ر مس افحات ول متخذات أخدان فإذا أحصن فإن أت ن أجورىن بالمعروف مصنات غي بفاحشة ف عليهن نصف ما على المحصنات من العذاب ذلك لمن خشي العنت منكم وأن

ر لكم واللو غفور رحيم تصبوا خي

Dan barang siapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup

perbelanjaan-nya utk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh

mengawini wanita yg beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah

mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yg lain,

karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah

maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanitawanita yang

memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yg mengambil laki-

laki lain sebagai piaraan-nya dan apabila mereka telah menjaga diri dengan

kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas

mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yg bersuami.

(Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yg takut kepada

kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu, dan

kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.24

Pembuktian dalil sesuai kaidah, bahwa Allah SWT, ketika

meghalalakan untuk menikahi perempuan mensyaratkan tidak cukup

(pembelanjaan), bahwa tidak semua orang memiliki pembelanjaan, dan dapat

diketahui bahwa pembelanjaan dalam surat an-Nisa‟ ayat 25 adalah harta, hal

22

Al-Kamal bin al-Hammam al Hanafi, Fathur Qadir‟ala Hidayah Syarah Bidayatil

Mubtadi (Mesir Mathabil al-Halabi, 1938), hlm. 435. 23

Ad- Dardir Abdul Barakat, Asy Syarhush Shaqir „ala Aqrabil Musalik Lid Dardir, Jilid

II (Mesir: Darul Ma‟rifah, 1992), hlm. 28. 24

Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989),

hlm, 117.

Page 14: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

tersebut jika tidak dinamakan harta apabila nilai sesuatu itu kurang dari tiga

dirham. Pembelanjaan dalam maksud ayat ini juga kelebihan dan kelapangan

yang bersifat immaterial atau material. 25

Adanya hadis, bahwa Nabi SAW

Melihat warna kuning pada Abdurrahman bin Auf, maka beliau bertanya:

“Apakah ini” ia menjawab: Aku menikahi seorang wanita dengan emas

seukuran nawat (biji kurma)”. Mereka berpendapat bahwa nawat menurut

ulama sebesar seperempat dinar.

Pendapat ketiga, madzhab Syafi‟i dan madzhab Hanbali berpendapat,

tidak ada batasan terendah bagi seorang laki-laki kepada seorang prempuan.

Sahnya mahar tidak ditentukan dengan sesuatu apapun. Oleh karena itu, sah

jika harta sedikit atau banyak selagi mampu. Batasanya adalah semua yang

sah untuk dijual atau yang memiliki nilai sah untuk menjadi mahar dan tidak

memiliki nilai, maka tidak bisa dijadikan mahar, selama tidak sampai kepada

batasan yang tidak bisa dinilai. Dimakruhkan tidak menentukan mahar di

dalam akad karena hal ini dapat menimbulkan persengketaan jika tidak

ditetapkan.26

Sayyid Qutb tidak menjelaskan secara eksplisit jenis mahar yang wajib

diserahkan seorang suami kepada istirnya, Ia juga tidak menjelaskan waktu

penyerahan mahar apakah boleh tunai atau diutang. Namun mayoritas ulama

menyebutkan mahar itu dalam bentuk barang, boleh disebutkan dan

diserahkan ketika akad nikah berlangsung dan boleh ditangguhkan (utang)

sampai suami itu punya kemampuan. Quraish Shihab menyatakan dari segi

kedudukan maskawin sebagai lambang kesediaan suami menanggung

kebutuhan hidup istri, maskawin hendaknya bernilai materi, walau hanya

ciincin dari besi sebagaimana hadits Nabi saw. dan dari segi pengajaran ayat-

ayat al-Qur‟an.27

Contoh maharnya Fathimah binti Rasulullah saw. adalah

25

Ibnu Rusydi al-Maliki, Al Muqaddimat al-Mumahhidat, jilid II (Mesir: Dar as

Sa‟adah), hlm. 357 26

Wabbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa‟adilatuhu, jilid 9 (Jakarta: Gema Insani, 2007),

hlm.237. 27

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan dan Kesan dan Keserasian al-Qur‟an

(Jakarta: lentera hati, 2002), volume 2, hlm. 416

Page 15: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

baju besinya „Ali Karramallah wajhah, karena „Ali tidak memiliki selainnya,

lalu ia menjualnya, kemudian diberikan kepada Fathimah sebagai mahar. Ada

juga di antara perempuan sahabiyah yang maharnya berupa cinci besi, ada

juga maharnya berupa ayat-ayat al-Qur‟an yang kemudian diajarkan oleh

suaminya.28

Ahmad Musthafa al-Maraghi berpendapat, bahwa firman Allah wa atu

al-Nisa‟ shaduqatihinna nihlah pembicaraan ini ditujukan kepada para suami

yakni berikanlah kepada perempuan-perempuan mahar yang telah kamu ikat

dengan mahar sebagai pemberian yang berupa hibah, mahar itu sebagai

lambang cinta kasih sayang, yang sepantasnya mawaddah itu berada pada

suami istri, dan mahar itu adalah tanda kecintaan dan sebagai bukti eratnya

hubungan dan ikatan disamping jalinan yang seharusnya meliputi rumah

tangga yang layak dibangun.29

فإن طب لكم عن شيء منو ن فسا فكلوه ىنيئا مريئا

Kemudian jika menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu

dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

Al-Maraghi menyatakan bahwa maksud potongan ayat ini, jika mereka

(istri-istri) itu sendiri rela memberikan kepada para suami sebahagian dari

mahar itu tanpa ada kesulitan, tipu daya, dan paksaan, maka suami boleh

makan dengan riang gembira, tidak dianggap berdosa dan tidak pula berdosa

jika para suami mengambilnya. Namun suami tidak boleh makan sedikitpun

dari harta (mahar) istrinya, kecuali apabila suami mengetahui bahwa istri itu

sendiri rela menyerahkan mahar itu kepada suami. Dan apabila suami itu

minta sebahagian kepada istrinya tetapi istri itu diliputi rasa takut dan cemas

28

Muhammad Albar, Wanita karir dan timbangan Islam Kodrat Kewanitaan Emansipasi

dan pelecehan seksual (Jakarta: Pustaka Azzam 1998), hlm. 40 29

Wahbah al-Zuhayli, al - Tafsir al - Munir (Beirut-Libanon: Dar al-Fikr al-Mu„ashir,

1991), Jilid 4, hlm. 240.

Page 16: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

terhadap pemberian apa yang diminta suami, maka mahar itu tidak halal bagi

suami.30

Adapun hadis-hadis lain yang dapat dijadikan landasan (penguat) terhadap

kewajiban memberikan mahar. Mahar itu bermacam-macam yakni mahar

pemberian berbentuk material dan pemberian mahar non material. Akan tetapi

penulis akan meneliti hadis non material tentang ayat al-Quran sebagai mahar

dalam pernikahan. Di antara hadis-hadis penguat pemberian mahar tersebut yaitu:

a. Hadis Pemberian Mahar berbentuk material

Mahar material berupa mahar yang mempunyai nilai seperti uang atau emas.

ثن يزيد بن عبداهلل بن أسامو بن د حد ث نا إسحاق بن إبراىيم أخب رنا عبد العزيز بن مم حدد بن ث نا عبدالعزيز عن يزيد عن مم كى )والفظلو( حد

د بن أىب عمر امل ثن مم اهلادوحد

إبراىيم عن أىب سلمو بن عبدالرحن أنو قال سأ لت عائشة زوج النىب صلى اهلل عليو وسلم ا. كم كان ص داق رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قال صداقو لزواجو ثنت عشرة أوقية ونش

قالت أتدرى مالنش قال ق لت ل . قلت نصف أوقية. فتلك خسمائة درىم. Dari Abu Salamah Ibn „Abdur Rahman ra sesungguhnya dia berkata: “

Saya bertanya kepada „Aisyah istri Nabi SAW: Berapa banyak maskawin

yang diberikan Rasulullah SAW? „Aisyah menjawab: maskawin yang beliau

berikan kepada istri-istrinya ialah dua belas setengah uqiyah”. Ketika

dianya oleh „Aisyah berapa itu kira-kira, aku menjawab lima ratus dirham.

Inilah maskawin yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada istri-

istrinya”.31

وري , قال : حدثنا على بن السن بن شقيق , قال : أخبنا د الد خب رنا العباس بن ممالزب ي ,عن أم حبيبو, ان رسول اهلل عبداهلل بن البارك, عن معمر, عن الزىري , عن عروة بن

, وامرىا ارب عة ا لف, عليو وسلم ت زوجها , وىئ بأرض البشة زوجها , زوجها النجاشىزىا من عنده , وب عث با مع شرحبيل بن حسن ها رسول اهلل عليو وسلم وجه ة, ول يبعث إلي

بشئ,وكان مهر نسائة درىم Dari „Urwah dari Ummu Habibah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah

mengawininya sedang ia berada di Habasyah yang dinikahkan oleh Najasyi

30

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al - Maraghi, Jilid 4, hlm. 184. 31

Shahih Muslim, Abu Husain Muslim Ibnu Hajjaj al-Qusyairi, Al-Jami‟ al-Sahih

Muslim Kitab an Nikah (Beirut: Dar al- Fikr, 1993), cet ke 1, juz V, Hhlm.229.

Page 17: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

(Raja Habasyah), dan ia memberi mahar empat ribu dirham serta memberi

perbekalan dari dirinya, ia mengirimnya bersama Syurahbil Ibn Hasanah

dan Rasulullah SAW tidak mengirim apaun kepadanya, sedang mahar untuk

istri-istrinya (yang lain) adalah empat ratus dirham.32

د عن يزيد بن عبد اللو عن م ث نا عبد العزيز ىو ابن مم د بن أخب رنا ن عيم بن حاد حد م

ن أب سلمة قال سألت عائشة كم كان صداق أزواج رسول اللو صلى اللو عليو إب راىيم ع

ا وقالت أتدري ما النش قال ق لت وسلم قالت كان صداقو لزواجو اث نت عشرة أوقية ونش

نصف أوقية ف هذا صداق رسول اللو صلى اللو عليو وسلم لزواجو ل قالت

Telah mengabarkan kepada kami Nu'aim bin Hammad telah menceritakan

kepada kami Abdul Aziz yaitu Ibnu Muhammad dari Yazid bin Abdullah

dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah, ia berkata; Aku bertanya

kepada 'Aisyah; "Berapakah mahar para isteri Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam?, " 'Aisyah berkata; "Mahar para isteri beliau adalah dua

belas 'uqiyah dan nasy." Aisyah melanjutkan; "Tahukah kamu apakah nasy

itu?, " Aku menjawab; "Tidak." Aisyah berkata; "Setengah 'Uqiyah. Ini

adalah mahar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk para

isterinya."33

ث نا حاد بن زيد عن ثابت عن أنس أن رسول اللو صلى اللو عليو ث نا ق ت يبة حد وسلم رأى حد

زوجت امرأة على وزن ن واة من على عبد الرحن بن عوف أث ر صفرة ف قال ما ىذا ف قال إن ت

زىي ذىب ف قال بارك اللو لك أول ولو بشاة قال وف الباب عن ابن مسعود وعائشة وجابر و

32

Abu Abdullah Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ibn Hanbal, Kitab an-Nikah (Beirut : Dar

al-Fikr, 1989), jilid VI, hlm. 46. 33

Abu Abdullah al-Rahman Ibn Syu‟aib al-Nasa‟I, Sunan an-Nasa‟I, kitab an-Nikah

(Beirut: Dar al-Fikr, 1995), jilid III, hlm. 592

Page 18: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

ال أحد بن حنبل وزن بن عثمان قال أبو عيسى حديث أنس حديث حسن صحيح و ق

34ن واة من ذىب وزن ثلثة دراىم وث لث و قال إسحق ىو وزن خسة دراىم وث لث

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada

kami Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anas bahwa Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam melihat bekas warna kuning (bekas minyak za'faran) pada

Abdurrahman bin auf. Beliau bertanya: "Apakah itu?" Dia menjawab;

"Saya baru saja menikahi seorang wanita dengan mahar sekeping emas."

Beliau mendo'akan: "barakallahu laka (semoga Allah memberkatimu),

adakankah walimah walau hanya dengan (memotong) seekor kambing."

(Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna diriwayatkan dari Ibnu

Mas'ud, Aisyah, Jabir dan Zuhair bin 'Utsman." Abu Isa berkata; "Hadits

Anas merupakan hadits hasan sahih. Ahmad bin Hanbal berkata; 'waznu

nawat' adalah ukuran tiga sepertiga dirham. Ishaq berkata; itu adalah lima

sepertiga dirham."

b. Hadis pemberian mahar non material

Mahar non material berupa jasa yang bermanfaat untuk sang istri.

ث نا ي عقوب بن عبد الرحن عن أب حازم عن سهل بن سعد ث نا ق ت يبة بن سعيد حد أن حدجاءت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ف قالت يا رسول اللو جئت لىب لك ن فسي امرأة

ها وصوبو ث طأطأ ها رسول اللو صلى اللو عليو وسلم فصعد النظر إلي ا رأسو ف ل ف نظر إلي من ل رأت المرأة أنو ل ي قض فيها شيئا جلست ف قام رجل من أصحابو ف قال يا رسول اللو إ قال يكن لك با حاجة ف زوجنيها ف قال ىل عندك من شيء ف قال ل واللو يا رسول اللو

د شيئا فذىب ث رجع ف قال ل واللو يا رسول اللو ما وج دت اذىب إل أىلك فانظر ىل ت خاتا من شيئا قال انظر ولو خاتا من حديد فذىب ث رجع ف قال ل واللو يا رسول اللو ول

حديد ولكن ىذا إزاري قال سهل ما لو رداء ف لها نصفو ف قال رسول اللو صلى اللو عليو ها منو شيء وإن لبستو ل يك ن عليك شيء وسلم ما تصنع بإزارك إن لبستو ل يكن علي

أمر بو فجلس الرجل حت طال ملسو ث قام ف رآه رسول اللو صلى اللو عليو وسلم موليا ف ا جاء قال ماذا معك من القرآن قال معي سورة كذا وسورة ك ىا فدعي ف لم ذا وسورة كذا عد

قال أت قرؤىن عن ظهر ق لبك قال ن عم قال اذىب ف قد ملكتكها با معك من القرآن

34

Abu Abdullah Muhamad bin Ismail al-Bukhari, Sakhih al-Bukhari, juz 3 (Bairut Dar

al-Ma‟rifah), hlm. 253

Page 19: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan

kepada kami Ya'qub bin Abdurrahman dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd

bahwasanya, ada seorang wanita mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku datang untuk menyerahkan

diriku padamu." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun

memandangi wanita dari atas hingga ke bawah lalu beliau menunduk. Dan

ketika wanita itu melihat, bahwa beliau belum memberikan keputusan

dirinya, beliau pun duduk. Tiba-tiba seorang laki-laki dari sahabat beliau

berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah, jika Anda tidak berhasrat

dengannya, maka nikahkanlah aku dengannya." Lalu beliau pun bertanya:

"Apakah kamu punya sesuatu (untuk dijadikan sebagai mahar)?" Laki-laki

itu menjawab, "Tidak, demi Allah wahai Rasulullah." Kemudian beliau

bersabda: "Kembalilah kepada keluargamu dan lihatlah apakah ada

sesuatu?" Laki-laki itu pun pergi dan kembali lagi seraya bersabda: "Tidak,

demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak mendapatkan apa-apa?" beliau

bersabda: "Lihatlah kembali, meskipun yang ada hanyalah cincin besi."

Laki-laki itu pergi lagi, kemudian kembali dan berkata, "Tidak, demi Allah

wahai Rasulullah, meskipun cincin emas aku tak punya, tetapi yang ada

hanyalah kainku ini." Sahl berkata, "Tidaklah kain yang ia punyai itu

kecuali hanya setengahnya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

pun bertanya: "Apa yang dapat kamu lakukan dengan kainmu itu? Bila

kamu mengenakannya, maka ia tidak akan memperoleh apa-apa dan bila ia

memakainya, maka kamu juga tak memperoleh apa-apa." Lalu laki-laki itu

pun duduk agak lama dan kemudian beranjak. Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam melihatnya dan beliau pun langsung menyuruh seseorang untuk

memanggilkannya. Beliau pun dipanggil, dan ketika datang, beliau

bertanya, "Apakah kamu punya hafalan Al Qur`an?" laki-laki itu menjawab,

"Ya, aku hafal surat ini dan ini." Beliau sambil menghitungnya. Beliau

bertanya lagi, "Apakah kami benar-benar menghafalnya?" ia menjawab,

"Ya." Akhirnya beliau bersabda: "Kalau begitu, perigilah. Sesungguhnya

kau telah kunikahkan dengannya dengan mahar yang telah kamu hafal dari

Al Qur`an.”35

د بن موسى عن عبد اللو بن ع ث نا مم بد اللو بن أب طلحة عن أنس أخب رنا ق ت يبة قال حدسلم أسلمت أم سليم ق بل أ ن هما ال ب قال ت زوج أبو طلحة أم سليم فكان صداق ما ب ي

ن هم طلحة فخطب ها ف قالت إن قد أسلمت فإن أسلمت نكحت ك فأسلم فكان صداق ما ب ي

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah, ia berkata; telah menceritakan

kepada kami Muhammad bin Musa dari Abdullah bin Abdullah bin Abi

Thalhah dari Anas, ia berkata; Abu Tholhah menikahi Umi Sulaim dan

mahar perkawinan keduanya adalah Islam, Umi Sulaim masuk Islam

sebelum Abu Thalhah, lalu Abu Thalhah melamarnya dan Umi Sulaim

35

Muhammad ismail al-bukhari, Sakhih Bukhari, juz 5, Kitab Nikah, bab Tazwid al

Mu‟astar ( Dimasyqi : Dar Ibnu Katsir, tt), hlm. 1956-1957.

Page 20: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

menjawab berkata 'aku telah masuk Islam, engkau masuk Islam maka aku

akan menerima nikahmu', lalu ia masuk Islam dan itulah mahar keduanya.36

ث نا وكيع عن سفيان عن ع ري قال حد ث نا أبو عمر الضرير وىناد بن الس اصم بن عب يد حدن فأجاز اللو عن عبد اللو بن عامر بن ربيعة عن أبيو أن رجل من بن ف زارة ت زوج على ن عل

37النب صلى اللو عليو وسلم نكاحو Telah menceritakan kepada kami Abu Umar Adl Dlarir dan Hannad bin As Sari

keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ashim

bin Ubaidullah dari Abdullah bin Amir bin Rabi'ah dari Bapaknya bahwa seorang

laki-laki dari bani Fazarah menikah dengan mahar dua sandal, lalu Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam membolehkan pernikahannya."

ث نا عب ده حد ث نا سعيد عن أيوب عن عكرمة عن حد ثنا إ سحاق بن إسعيل الطلقان حدا تزوج على رضي اهلل عنو فا طمة قال لو رسول اهلل رضي اهلل قل لو رسول بن عباس قال لم

ة قل ىى عندي قل اهلل عليو وسلم أعطيها شيئا قل ما عندي قل فأين درعك ال طيم 38أعطيها إياه

Dari Ibnu „Abbas, dia berkata: Ketika „Ali ra menikah dengan Fatimah ra putri

dari Rasulullah SAW, Beliau berkata kepada „Ali ra, “Berilah sesuatu (sebagai

mahar) kepadanya.” Dia menjawab, “saya tidaak punya apa-apa.” Beliau

bertanya. “ Mana baju besi hutamiyahmu? “ Dia menjawab, “Dia ada padaku.

Beliau bersabda, “Berikanlah dia padanya.

ان قال حاد بن سلمة قال أخبن أىب الطفيل بن سخبة ثن أىب ث نا عف ث نا عبداهلل حد حدد عن عائشة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسل م قال إن أعظم النكاح عن القاسم بن مم

39ب ركة أيسر مؤنة Dari „Aisyah bahwa Nabi SAW bersabda: “ Ssesungguhnya perkawinan

yang paling besar berkahnya adalah paling ringan maharnya.

36

Abu Abdullah al-Rahman Ibn Syu‟aib al-Nasa‟i, Sunan an-Nasa‟I, kitab an-Nikah

(Beirut: Dar al-Fikr, 1995), cet. Ke-1, jilid III, hlm. 124. 37

Abu isa at tirmidzi, Sunan Tirmidzi, kitab nikah Bab maja‟a fii mughor an nisa (Riyad

maktabah al ma‟arif, tt) hlm. 263. 38

Abu Abdullah al-Rahman Ibn Syu‟aib al-Nasa‟I, Sunan an-Nasa‟I, kitab an-Nikah

(Beirut: Dar al-Fikr, 1995), jilid III, hlm.123. 39

Ahmad Ibn Hanbal, Abu Abdullah Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad Ibnu

Hanbal, Kitab an-Nikah (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), cet, ke-1, jilid III, hlm.39

Page 21: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

رائيل الب غدادي أخب رنا يزيد أخب رنا موسى بن مسلم بن رومان عن ث نا إسحق بن جب أب حدو أن النب صلى اللو عليو وسلم قال من أعطى ف صداق امرأة الزب ي عن جابر بن عبد الل

يو سويقا أو ترا ف قد استحل 40ملء كفTelah menceritakan kepada kami Ishaq bin Jibrail Al Baghdadi, telah

mengabarkan kepada kami Yazid, telah mengabarkan kepada kami Musa

bin Muslim bin Ruman, dari Abu Az Zubair dari Jabir bin Abdullah bahwa

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Barangsiapa yang memberi

mahar seorang wanita berupa gandum atau kurma sepenuh dua telapak

tangannya, maka (pemberiannya) itu ia telah menghalalkannya (menjadi

mahar bagi istrinya))."

ث نا حاد عن أب حازم عن سهل بن سعد قال أتت النب صلى ث نا عمرو بن عون حد اللو حدم ف قال ما ل عليو وسلم امرأة ف قالت إن ها قد وىبت ن فسها للو ولرسولو صلى اللو عليو وسل

أعطها ولو خاتا ف النساء من حاجة ف قال رجل زوجنيها قال أعطها ث وبا قال ل أجد قال 41من حديد

Telah menceritakan kepada kami Amru bin 'Aun Telah menceritakan kepada

kami Hammad dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd ia berkata; Seorang wanita

mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata bahwasanya, ia

telah menyerahkan dirinya untuk Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi

wasallam. Maka beliau bersabda: "Aku tidak berhasrat terhadap wanita itu."

Tiba-tiba seorang laki-laki berkata, "Nikahkanlah aku dengannya." Beliau

bersabda: "Berikanlah mahar (berupa) pakaian padanya." Laki-laki itu

berkata, "Aku tidak punya." Beliau pun bersabda kembali, "Berikanlah

meskipun hanya berupa cincin besi.

B. Relevansi Sosial Pemberian Mahar

a. Relevansi Mahar pada Masa Nabi SAW dengan Konteks Kekinian

Pemahaman hadis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya yang

berkaitan dengan penumbuhan makna hadis pada realitas kehidupan

pada zaman sekarang. Tujuan moral sosial yang dapat diperoleh dari

proses suatu gagasan ke dalam realitas kehidupan kekinian sehingga

memiliki makna yang mudah untuk dipahami dan dapat diselesaikan

menurut hukum dan kemasyarakat kekinian. Berkaitan dengan hadis

41

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sakhih Bukhari, juz 5, kitab nikah, bab Al mahar

bil‟urd wakhotam bikhadid, (Dimasyqi : Dar ibIu katsir, tt), hlm. 1978

Page 22: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

diperlukan kajian yang jelas terhadap situasi kekinian dan analisis

sebagai realitas yang dihadapi, sehingga kita dapat menilai situasinya

dan mengubah kondisi sesuai apa yang diperlukan.42

Pembahasan

mahar ini sangat penting sebagai salah satu upaya untuk menemukan

pemahaman yang lebih lengkap tentang status mahar, agar tidak terjadi

kesalahpahaman. Sebab diantara sejumlah muslim yang memahami

bahwa fungsi mahar yaitu sebagai alat ukur atau kepemilikan yang

berarti pembelian.

Mahar adalah pemberian pihak laki-laki kepada perempuan yang

dinikahinya, berupa uang atau benda yang bermanfaat, sebagai salah

satu sahnya pernikahan. Jumlah mahar sebagaimana yang diucapkan

oleh mempelai laki-laki pada saat pernikahan (akad nikah), menurut

ketentuan adat jumlahnya bervariasi menurut tingkatan strata sosial atau

tingkatan sosial. Mahar juga cabang yang berkaitan dengan soal

pernikahan, perbesanan dan kekerabatan. Biasanya mahar berupa

barang-barang yang tinggi nilainya.

Islam telah menetapkan mahar sebagai kewajiban seorang calon

suami terhadap istri, sebaliknya ia merupakan hak bagi seorang wanita.

Meskipun demikian keduanya boleh memanfaatkanya secara bersama-

sama. Allah menetapkan usaha untuk mencari nafkah sebagai kewajiban

bagi seorang pria. Sebaliknya, mencari nafkah tidak ditempatkan sebagai

kewajiban bagi seorang wanita, tetapi hanya sekedar boleh saja.

Para ulama bersepakat bahwa tidak ada batasan minimal dalam

besarnya pemberian mahar, karena dalam nash dan syara‟ tidak didapati

dalil yang menentukan batasan maksimal untuk pemberian mahar.

Adapun orang yang membebani dirinya dengan mahar yang tidak ingin

ia tunaikan atau tidak mampu memenuhinya, maka hal ini

dimakhruhkan.43

Adapun hadis- hadis di atas mengandung pengertian

42

Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnag: Implikasinya pada perkembangan Hukum

Islam (Semarang: Aneka Ilmu, 2000), hlm.159 43

Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Fiqih Sunnah Wanita (Bogor : Griya Ilmu,

2010), hlm, 539.

Page 23: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

bahwa mahar tidak memiliki ukuran minimal dan maksimal diantaranya

yang suadah disebutkan hadis di atas yaitu segenggam kurma, cincin

yang terbuat dari besi dan sepasang sandal bisa juga sah dijadikan untuk

mahar. Selain itu, juga jika seorang wanita ridho dengan hafalan al-

Qur‟an suaminya, baik seluruh atau sebagian al-Qur‟an dijadikan mahar,

maka hal itu dibolehkan karena ilmu ilmu atau hafalan sang calon suami

dapat mendatangkan manfaat bagi istrinya, sebagaimana diperbolehkan

sang tuan menikahi budaknya dan maharnya kebebasannya dari

perbudakan dan itu mahar yang lebih baik sehingga Ummu Sulaiman

lebih memilih dan mengambil manfaat dari keislaman Abu Talhah dan

beliau rela menyerahkan dirinya kepada Abu Talhah asalkan mau masuk

Islam. Keislaman Abu Talhah lebih cinta dari pada hartanya yang

diberikan kepada Ummu Sulaim, karena pada dasarnya diisyaratkannya

mahar agar sang istri bisa mengambil dari mahar tersebut.

Manakala seseorang menikah tanpa mahar, maka wanita tersebut

mempunyai hak untuk menuntut kepada suaminya, yang diminta mahar

berlaku pada umumnya. Dia juga boleh menikah dengan mahar

mengajarkan kepada calon perempuan membaca al-Qur‟an, hadis-hadis

atau ilmu yang bermanfaat.44

Pembuktian dalil, hadis-hadis di atas

membuktikan bahwa Rasulullah SAW memperbolehkan laki-laki itu

untuk memberikan cincin yang terbuat dari besi sebagai mahar. Mahar

bisa sah dengan segala sesuatu yang masuk dalam kategori harta dan

yang bermanfaat. Jika kita analisis tentang batasan mahar yang harus

dikeluarkan, maka dapat disimpulkan bahwa jika kadar mahar

ditentukan jumlahnya, maka seolah-olah perempuan seperti barang

dagangan yang dipasang tarif dan etika perdagangan. Di samping itu

juga dapat menimbulkan efek negatif bagi wanita itu sendiri maupun

bagi laki-laki yang ingin meminangnya. Dampak yang lebih parah akan

44

Amin bin Yahya al-Wazan, al-Fatwa al-Jami‟ah li mar‟ah al Muslimah, (Jakarta :

Griya Ilmu, 2010), hlm, 539

Page 24: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

mengundang banyak kejahatan dan kemaksiatan serta merusak dunia

pernikahan.

Seruan Islam untuk menikah kepada yang mampu, demi

terpeliharanya umat manusia, demi keselamatan dan jaminan untuk

mendapatkan ketentraman cinta dan kasih sayang. Islam tidak

menentukan batas minimal dan maksimal mahar dalam pernikahan. Hal

ini diserahkan kepada permufakatan kelonggaran dan adat istiadat yang

berlaku di setiap daerah tersebut. Sekalipun Islam tidak menentukan

batas minimal dan maksimal mahar, tetapi tetap memperingatkan jangan

sampai mahar itu membelenggu, berlebih-lebihan dan memberatkan

seseorang di luar batas kemampuannya. Islam adalah agama yang adil,

karena berlebih-lebihan dan mempermahal mahar akan mengakibatkan

kaum muda lebih suka membujang atau menyebabkan mereka terpaksa

mencari hutang dan akibatnya terbukalah pintu berbagai problem

keluarga sesudah menikah. Allah SWT berfirman dalam al-Qur‟an surat

at-Talak ayat 7

ل ن فسا إ لي نفق ذو سعة من سعتو ومن قدر عليو رزقو ف لي نفق ما آتاه اللو ل يكلف اللو ما آتاىا سيجعل اللو ب عد عسر يسرا

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya.orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi

nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan

beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan

kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah

kesempitan.45

Mahar dalam Islam terlebih dahulu mempunyai fungsi keagamaan

dan fungsi-fungsi kewajiban. Islam menayarankan agar mahar itu yang

sedrhana, jangan mahal-mahal. Hal ini terbukti dengan dinikahnya seorang

sahabat dengan mahar mengajarkan beberapa ayat al-Qur‟an yang telah

dihafalnya oleh Rasulullah sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Sahl

45

Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya. (Semarang: Toha Putra, 1989),

hlm, 936.

Page 25: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

di atas. Melihat pemaknaan tekstual dan kondisi sosio historis munculnya

hadis tentang mahar ayat al-Qur‟an dalam pernikahan.

Reformasi bidang hukum keluarga diberbagai Negara muslim telah

dimulai sejak awal abad ke-20. Diantara reformasi hukum keluarga yang

dilakukan adalah reformasi dalam bidang hukum perkawinan. Isu tentang

mahar merupakan salah satu dari beberapa isu pembaharuan yang dilakukan

dalam hukum perkawinan. Beberapa Negara Muslim, seperti maroko,

Yordania, Pakistan, Bangladesh, Mesir, Syiria, Malasya dan Indonesia telah

mengatur secara rinci dana khusus dalam beberapa pasal dari undang-

undang hukum keluarga yang diberlakukan di Negara tersebut. Menurut

ketentuan yang terdapat Al-Qur‟an dan Hadis, para ulama sepakat bahwa

pemberian mahar merupakan sesuatu yang wajib dan syarat sah perkan

kawinan.

b. Fenomena terhadap proses pemberian mahar dalam

pernikahan

Pada masa Nabi SAW mahar yang diberikan calon mempelai pria

berupa cincin besi ataupun mahar berupa jasa mengajarkan beberapa ayat

al-Qur‟an pada istrinya. Peristwa tersebut hingga sekarang masih dapat kita

temui khusunya di Negara Indonesia. Mahar dengan cincin, uang atau

barang yang lainnya disertai dengan seperangkat alat shalat dan juga sebuah

kitab suci al-Qur‟an banyak kita temui pada beberapa tahun belakangan ini.

Hadis merupakan salah satu ajaran Islam yang penting karena di

dalamnya terungkap berbagai tradisi yang hidup pada masa kenabian.

Berbagai tradisi tersebut mengacu kepada pribadi Rasullullah SAW Sebagai

utusan Allah SWT. Tradisi tersebut masih berlanjut hingga sekarang.

Dengan demikian umat manusia zaman sekarang dapat memahami dan

melaksanakan tuntunan ajaran Islam. Fenomena dan pemahaman hadis nabi

terhadap tradisi mahar:

a. Di daerah Condong Tasikmalaya mahar yang diberikan calon mempelai

pria disesuaikan dengan kemampuannya. Tidak ada tradisi yang

Page 26: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

menentukan mahar yang harus diberikan seperti diharuskan sesuai tanggal

lahir, tanggal pernikahan ataupun yang lainnya. Contohnya Pada tanggal 3

September 2017 terjadi prosesi pernikahan dengan mahar seperangkat alat

shalat, al-Qur‟an dan emas 12 gram. Hal tersebut murni sesuai

kemampuan calon mempelai pria dan tidak ada kaitanya dengan apapun.46

b. Di Cirebon ada seseorang yang telah menikah dengan mahar sesuai

permintaan istri karena ada hal tertentu , yakni meminta dengan mahar

2.500.000,. kemudian sang suami mengizinkan atas permintaannya.47

c. Di daerah betawi ada seseorang menikah dengan mahar sesuai tanggal

pernikahan. Hal tersebut sesuai kesepakatan bersama, bukan karena tradisi

ataupun yang lainnya. Pada saat itu pernikahan dilangsungkan pada

tanggal 8 bulan April tahun 2017. Jadi mahar yang diberikan sebesar

80.417 Rupiah disertai dengan seperangkat alat shalat.48

d. Banyak orang memandang di daerah padang tradisi mahar diberikan dari

calon mempelai wanita bukan calon mempelai pria Hal ini keluar dari

syariat Islam karena seharusnya mahar itu diberikan oleh calon suami

kepada calon Istri. Dari informan yang saya dapati bahwa seorang laki-

laki tetap memberikan mahar kepada seorang perempuan yang akan

dinikahinya, akan tetapi seorang perempuan dengan adatnya memberikan

uang penjemput dimana keluarga perempuan harus menjemput laki-laki

dengan bawaan atau uang untuk menghargai keluarga pihak laki-laki yang

telah melahirkan dan membesarkanya. Pada saat itu pernikahan

dilangsungkan pada tanggal 30 Desember 2017 bawaan dari seorang

perempuan untuk laki-laki sebesar tanah 4 hektar.49

e. Dalam adat mahar itu seperti maskawin yang berupa uang, emas atau

perhiasan, seperangkat alat shalat. Dari informan Pemberian mahar sesuai

46

Hasil wawancara dengan Neng Selly Hapsyari, pada hari senin tanggal 23 April 2018

pukul 13.00 WIB 47

Hasil wawancara dengan Fadilah, pada hari selasa tanggal 27 April 2018 pukul 10.00

WIB 48

Hasil wawancara dengan Ifah, pada hari rabu tanggal 28 Maret 2018 pukul 08.00 WIB 49

Hasil wawancara dengan dedi, pada hari senin tanggal 30 April 2018 pukul 09.00 WIB

Page 27: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...

tahun Hijriah yakni 143.900 Rupiah, dalam bingkai dibentuk hiasan. Hal

ini kesepakatan antara dua pihak.50

Dari ketentuan beberapa informan, maka dapat dilakukan bahwa persamaan

dari pemberian mahar dan bentuknya. Pemberian mahar dapat dilakukan

dengan bentuk uang atau jasa yang bermanfaat yakni seorang laki-laki

memberikan mahar kepada seorang perempuan. Perbedaan yang dilihat dari

beberapa ketentuan yang berlaku adalah dalam menentukan jumlah mahar.

Ketentuan tentang mahar lebih menekankan pada pemberian mahar

berdasarkan asas kesederhanaan dan kemudahan, sehingga diharapkan mahar

itu diberikan dalam bentuk tunai dan disepakati oleh pihak antar keduanya.

50

Hasil wawancara dengan Vivi , pada hari sabtu tanggal 28 April 2018 pukul 10.30 WIB

Page 28: BAB III PEMAKNAAN MAHAR NON MATERIAL DAN ...