BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitaif. Menurut Watson, penelitian kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (H. Agus Irianto, 2010: 173-179). Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2015: 13). Menurut Asep Kumiawan, (2017: 24-25) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya merupakan data kuantitatif sehingga analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif (inferensi) atau menggunakan formula statistik matematis. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak usia dini. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto. Menurut Gay (1981: 197) dalam Emzir (Emzir, 2015: 119) penelitian kausal komparatif (causal-comparative research) atau ex post facto adalah penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, telah diamati bahwa kelompok berbeda pada beberapa variabel dan peneliti berusaha mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut. Penelitian semacam ini dirujuk sebagai penelitian ex post facto (bahasa Latin „setelah fakta‟) 50
22
Embed
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB31414181016.pdf50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitaif. Menurut Watson, penelitian kuantitatif merupakan
salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh
filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan
aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan
prediksi (H. Agus Irianto, 2010: 173-179). Metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitian ini berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik (Sugiyono, 2015: 13).
Menurut Asep Kumiawan, (2017: 24-25) dalam bukunya
menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya
merupakan data kuantitatif sehingga analisis datanya menggunakan
analisis kuantitatif (inferensi) atau menggunakan formula statistik
matematis. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui
bagaimana pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap
perkembangan kognitif anak usia dini.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ex
post facto. Menurut Gay (1981: 197) dalam Emzir (Emzir, 2015: 119)
penelitian kausal komparatif (causal-comparative research) atau ex post
facto adalah penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab
atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam
kelompok individu. Dengan kata lain, telah diamati bahwa kelompok
berbeda pada beberapa variabel dan peneliti berusaha mengidentifikasi
faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut. Penelitian semacam
ini dirujuk sebagai penelitian ex post facto (bahasa Latin „setelah fakta‟)
50
51
karena pengaruh dan yang mempengaruhi telah terjadi dan diteliti oleh
peneliti dalam tinjauan ke belakang (restospect).
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto. Sukardi (2008: 165)
menyatakan bahwa penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana
variabel bebas telah terjadi ketka peneliti mulai dengan pengamatan variabel
terikat dalam suatu penelitian. Penelitian ex post facto atau penelitian kausal
komparatif berarti penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab
atau alasan, unruk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam
kelompok individu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Sugiyono (2015: 8) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Sedangkan menurut Arikunto
(2013: 27) menyatakan bahwa penelitian dengan pendekatan kuantitatif
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.
Menurut Sugiyono (2014: 23), desain penelitian harus spesifik, jelas
dan rinci, ditentukan secara mantap sejak awal, menjadi pegangan langkah
demi langkah. Desain penelitian menghubungkan antara variabel X dan
variabel Y. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel bebas (X) yaitu
pemberian asupan gizi seimbang dan variabel terikat (Y) yaitu perkembangan
kognitif anak usia dini.
Bagan 3.1 Skema Desain Penelitian
Pemberian Asupan Gizi
Seimbang
Perkembangan Kognitif
Anak Usia Dini
52
C. Definisi Konseptual dan Operasional
Konsep definisi konseptual dan definisi operasional diperlukan untuk
memudahkan peneliti dalam meneliti suatu penelitian. Definisi konsep itu
terbagi menjadi dua yaitu definisi konseptual dan definisi operasional.
1. Definisi Konseptual
Menurut Singarimbun dan Sofian (2008: 43), definisi konseptual
adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan
peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan
pengertian tersebut maka definisi konseptual yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Asupan Gizi Seimbang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa gizi
adalah zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan
badan (Safii, 2007: 1).
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu
dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya (Paath
dkk, 2005, dalam Aji (2014: 6). Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan
yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak. Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak
haruslah seimbang di antara zat gizi lain, mengingat adanya berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang tidak seimbang seperti
tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal
yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang
seimbang(Hidayat, 2004, dalam (Aji, 2014: 6).
Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang
anak adalah keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pada masa balita
sangat pesat, sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi
daripada orang dewasa.
b. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
53
Piaget mengkategorikan perilaku anak ke dalam 4 (empat)
tahap perkembangan kognitif, yaitu: sensori motor (lahir s/d 2 tahun),
pra operasional (2 tahun s/d 8 tahun), konkret operasional (8 tahun s/d
12 tahun), formal operasional (11 tahun s/d 12 tahun). Dilihat dari
tahapan Piaget, anak usia Taman Kanak-Kanak berada pada tahapan
praoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum menguasai operasi
mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya
kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili simbol-simbol.
Melalui di atas anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang
berbagai hal.
Perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada
kemampuan intelektual. Tahapan-tahapan di atas selalu dialami oleh
anak, dan tidak akan pernah ada yang dilewatinya meskipun tingkat
kemampuan anak berbeda-beda. Tahapan ini meningkat lebih
kompleks daripada masa awal dan kemampuan kognitif bertambah.
Menurut Piaget (1960) dalam Yudha & Rudyanto (2004: 199)
bahwa, “Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang
disebut dengan adaptasi”. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap
tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal, yaitu: (1)
asimilasi, dan (2) akomodasi merupakan proses yang anak upayakan
untuk menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada
interpretasinya saat sekarang mengenai dunianya. Akomodasi
merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk
menyesuaikan keberadaan struktur untuk menguasai sesuatu dengan
cara beradaptasi. Suatu pengalaman baru telah mengubah perilaku
anak dan memahami masa lalu.
Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah pengaruh
pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak
usia dini. Penelitian ini difokuskan pada asupan gizi seimbang terhadap
perkembangan kognitif anak usia dini. Pemberian asupan gizi yang
seimbang sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak serta
54
pematangan perkembangan sistem saraf otak yang menjadi pusat
kemampuan kognitif anak.
2. Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2012: 31), definisi operasional adalah
penentuan kontrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Dengan melihat definisi operasional suatu
penelitian, maka seorang peneliti akan dapat mengetahui suatu variabel
yang akan diteliti.
a. Asupan Gizi Seimbang
Makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka
ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
sesuai kebutuhan tubuh.
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip gizi seimbang yang
terdiri dari empat pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian
upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi
yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat pilar
tersebut adalah; (1) Mengonsumsi makanan beragam (2) Membiasakan
perilaku hidup bersih (3) Melakukan aktivitas fisik (4)
Mempertahankan dan memantau berat badan normal.
Beberapa indikator gizi seimbang untuk mengetahui pemberian
asupan gizi seimbang peneliti menggunakan angket kuesioner kepada
orangtua siswa yang berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai empat
pilar gizi seimbang. Peneliti melakukan penilaian pada hasil
angket/kuesioner pertanyaan dan pernyataan dengan memberikan skor
1 – 4 dengan keterangan sebagai berikut:
Skor 1 = jika tidak tepat / tidak pernah
Skor 2 = jika kurang tepat / kadang-kadang
Skor 3 = jika cukup tepat / sering
Skor 4 = jika anak tepat / selalu
55
b. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan
intelektual. Anak usia 4 – 6 tahun ditandai dengan berkembangnya
kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili simbol-simbol dan
anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Adapun
indikator perkembangan kognitif anak usia 4 – 6 tahun yaitu; (1)
Mengelompokkan benda menurut warna, bentuk, jenis (2) Menunjuk
gambar hewan yang mempunyai ciri-ciri tertentu (3) Membilang
dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-
benda sampai 10) (4) Membedakan konsep banyak – sedikit, lebih –
kurang, sama – tidak sama (5) Menyebutkan dan mengelompokkan