Top Banner
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperolah gambaran perilaku mencontek pada siswa kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Gambaran perilaku mencontek yang dimaksud meliputi intensitas perilaku mencontek siswa kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Hasil data yang diperoleh mengenai gambaran perilaku siswa yang mencontek digunakan untuk menjaring siswa yang mencontek dengan intensitas tinggi dan sedang. Dengan demikian siswa yang memiliki intensitas mencontek tinggi dan sedang dijadikan sampel untuk diberikan treatment menggunakan teknik modeling dengan tujuan untuk meningkatkan self-efficacy siswa yang mencontek. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan yakni pra-eksperimen, dengan desain pra tes- pasca tes satu kelompok atau one group pretest-postest design. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberikan intervensi yakni dengan menggunakan teknik modeling dan pengukuran kedua dilakukan setelah diberikan intervensi kepada subyek penelitian. Dalam desain ini diuji mengenai keefektifan teknik modeling untuk meningkatkan self-efficacy siswa yang mencontek. Skema model penelitian pra-eksperimen dengan desain one group pretest- posttest, sebagai berikut.
28

BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

Mar 09, 2019

Download

Documents

truongtram
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif digunakan untuk memperolah gambaran perilaku mencontek pada

siswa kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Gambaran

perilaku mencontek yang dimaksud meliputi intensitas perilaku mencontek siswa

kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Hasil data yang

diperoleh mengenai gambaran perilaku siswa yang mencontek digunakan untuk

menjaring siswa yang mencontek dengan intensitas tinggi dan sedang. Dengan

demikian siswa yang memiliki intensitas mencontek tinggi dan sedang dijadikan

sampel untuk diberikan treatment menggunakan teknik modeling dengan tujuan

untuk meningkatkan self-efficacy siswa yang mencontek.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan yakni pra-eksperimen, dengan desain pra tes-

pasca tes satu kelompok atau one group pretest-postest design. Pengukuran

pertama dilakukan sebelum diberikan intervensi yakni dengan menggunakan

teknik modeling dan pengukuran kedua dilakukan setelah diberikan intervensi

kepada subyek penelitian. Dalam desain ini diuji mengenai keefektifan teknik

modeling untuk meningkatkan self-efficacy siswa yang mencontek.

Skema model penelitian pra-eksperimen dengan desain one group pretest-

posttest, sebagai berikut.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

52

01 X 02

(Arikunto, 2006: 78)

Keterangan: 01 : Hasil pengukuran (observasi) yang dilakukan sebelum perlakuan

(treatment) X : Perlakuan (treatment) 02 : Hasil pengukuran (observasi) setelah pemberian treatment (pasca-uji). Keefektifan perlakuan (teknik) yang tengah dikaji ditandai oleh perubahan

(perbedaan) antara rata-rata 01 (µ1) dengan rata-rata 02 (µ2).

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran alat

pengumpulan data berupa angket. Angket terdiri dari dua bentuk, pertama untuk

mengumpulkan data mengenai gambaran perilaku mencontek siswa kelas X SMA

Laboratorium-Percontohan UPI Bandung, yang meliputi bentuk serta penyebab

mencontek, kedua untuk mengukur self-efficacy siswa yang mencontek dengan

mengacu pada tiga aspek yakni magnitude, strength, dan generality.

B. Definisi Operasional Variabel

1. Self-Efficacy Siswa yang Mencontek

Self-efficacy menurut Bandura merupakan belief atau keyakinan seseorang

bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif

(Santrock, 2001). Self-efficacy yang dimiliki oleh seseorang dapat mempengaruhi

tindakan yang akan dilakukannya. Tinggi rendahnya self-efficacy meliputi tiga

dimensi, hal ini dikemukakan oleh Bandura (1997:42) antara lain sebagai berikut.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

53

a. Magnitude, yaitu suatu tingkat ketika seseorang meyakini usaha atau tindakan

yang dapat ia lakukan.

b. Strength, yaitu suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang yang

dapat ia wujudkan dalam meraih performa tertentu.

c. Generality, diartikan sebagai keleluasaan dari bentuk self efficacy yang dimiliki

seseorang untuk digunakan dalam situasi lain yang berbeda.

Mencontek merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh

seseorang melalui cara-cara yang tidak baik dengan tujuan untuk memperoleh

keberhasilan akademik dan menghindari kegagalan akademik (Anderman dan

Murdock, 2007:34). Penelitian Murdock, Miller, & Kohlhardt, 2005; McCabe &

Trevino, 1993; (Anderman dan Murdock, 2007:10) menggolongkan faktor

personal yang menyebabkan mencontek adalah sebagai berikut.

1. Kepribadian (dorongan dari dalam diri yang kuat untuk mencontek, adanya

keinginan untuk mencari sensasi, penalaran moral rendah, dan terakhir dari

segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa).

2. Motivasi (self-efficacy yang rendah serta pandangan terhadap tujuan dan alasan

dalam pembelajaran).

3. Situasional (materi ujian atau tes yang sulit, pengaturan tempat duduk,

pengawasan yang terlalu “longgar”, adanya pengaruh teman).

Cizek (Anderman dan Murdock, 2007:34) membagi perilaku mencontek

menjadi tiga kategori: 1) memberi, mengambil, atau menerima informasi, 2)

menggunakan media apapun yang dilarang, dan 3) memanfaatkan kelemahan

orang atau prosedur yang ada untuk mendapatkan keuntungan.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

54

Dengan demikian yang dimaksud self-efficacy siswa yang mencontek

dalam penelitian ini merupakan keyakinan diri yang dimiliki oleh siswa ketika

menghadapi soal-soal dalam ujian, pekerjaan rumah ataupun tugas yang diberikan

guru. Siswa yang mencontek, tidak memiliki keyakinan untuk dapat

menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru ketika ujian ataupun tugas sehingga

untuk menutupi rasa tidak yakin tersebut siswa mengambil jalan pintas yakni

dengan mencontek. Adapun untuk mengukur tinggi rendahnya self-efficacy siswa

yang mencontek merujuk pada dimensi magnitude, strength dan generality adalah

sebagai berikut.

1. Magnitude: Keyakinan siswa untuk dapat menyelesaikan soal dengan baik

ketika menghadapi ujian atau tugas yang diberikan berdasarkan tingkat

kesulitan soal serta situasi ketika ujian berlangsung.

2. Strength: Keyakinan siswa akan kemampuannya dalam menjawab soal

berdasarkan ketekunan dan konsistensi siswa menjawab soal.

3. Generality: Kemampuan siswa dalam membangun keyakinan diri berdasarkan

pengalaman-pengalaman sebelumnya ketika menghadapi ujian atau tugas.

2. Teknik Modeling

Teknik modeling berasal dari social learning theory yang dipelopori oleh

Bandura. Modeling merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan

mengamati (Feist, 2008:409). Bandura yakin bahwa pembelajaran dengan

mengamati jauh lebih efisien dari pada pembelajaran dengan mengalami langsung

karena belajar melalui modeling mencakup penambahan dan pencarian perilaku

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

55

yang diamati, untuk kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke

pengamatan lain (Feist, 2008: 49).

Bandura (Feist, 2008:409) menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat

memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi

dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil

belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu –

individu lain yang menjadi model (Santrock, 53:2003). Teknik modeling untuk

meningkatkan self-efficacy siswa yang mencontek bertujuan agar siswa yang

mencontek dengan self-efficacy yang rendah dapat mengamati dan meniru

perilaku model. Adapun teknik modeling yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan rangkaian proses pembelajaran terhadap siswa yang mencontek

dengan mengamati perilaku model. Teknik modeling dilakukan melalui beberapa

proses kegiatan, yaitu:

1. attentional proses (mengembangkan proses-proses kognitif untuk

memperhatikan model sehingga lebih memungkinkan untuk dikembangkan

proses perhatian yang lebih baik);

2. retention processes (untuk meniru perilaku dari model maka observer perlu

mengingat aspek perilaku dan selanjutnya menyimpan informasi tersebut);

3. production processes (mengambil imaginal dan representasi verbal dan

menerjemahan ke dalam perilaku nyata untuk selanjutnya dapat menerima

umpan balik mengenai akurasi perilaku seberapa baik observer telah meniru

perilaku model);

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

56

4. incentive and motivational processes (pembelajaran dengan mengamati paling

efektif ketika observer termotivasi untuk melakukan perilaku yang

dimodelkan).

Proses pembelajaran dalam teknik modeling dilakukan dalam bentuk live

modeling dan symbolic modeling. Keduanya merupakan bentuk spesifik dari

teknik modeling. Live modeling merupakan jenis modeling yang menghadirkan

model untuk ditiru dan dijadikan observasi untuk pembelajaran. Social modeling

merupakan bentuk dari live modeling, dimana konselor menghadirkan model yang

memberikan motivasi dan semangat bagi siswa sehingga dapat meningkatkan self-

efficacy bagi observer (siswa yang mencontek). Symbolic modeling merupakan

bentuk modeling yang diberikan kepada siswa tidak secara langsung atau melalui

media seperti video, rekaman atau film. Siswa diajak oleh konselor untuk

menonton tayangan yang menggugah imajinasinya serta cerita-cerita inspiratif

mengenai berbagai tokoh, sehingga siswa dapat termotivasi untuk rajin belajar dan

tidak mengulangi lagi perilaku mencontek.

C. Langkah Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Penelitian mengenai teknik modeling untuk meningkatkan self-efficacy

siswa yang mencontek, menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur

berupa angket yang digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur

untuk mencapai tujuan penelitian.

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

57

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat mencontek dan self-

efficacy yang dimiliki siswa, dikembangkan dari definisi operasional variabel

penelitian. Terdapat dua poin kisi-kisi instrumen yaitu: 1) kisi-kisi instrumen

untuk mengukur bentuk dan penyebab perilaku mencontek siswa. Kisi-kisi ini

dikembangkan berdasarkan penelitian dari Murdock, Miller, & Kohlhardt, 2005;

McCabe & Trevino, 1993. 2) kisi-kisi instrumen untuk mengukur self-efficacy

siswa yang mencontek mengacu pada dimensi magnitude, strength dan generality.

Instrumen untuk mengukur self-efficacy berpedoman pada skala yang

dikembangkan oleh Bandura (2006: 307:319), yaitu “Guide for Constructing Self-

Efficacy Scales”. Angket menggunakan format ratting scale (skala penilaian)

model Thurstone dengan alternatif respon subjek dalam skala 10 dengan interval

1-10. Jarak antara satu interval sama dan pengurutan dilakukan dari nilai yang

terendah (1) sampai dengan nilai tertinggi (10).

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian telah melalui tahap uji

coba terhadap populasi di luar sampel penelitian, sehingga dapat diketahui

kelayakan serta validitas instrumen yang akan dipergunakan untuk penelitian.

Berikut disajikan dalam tabel kisi-kisi instrumen sebelum dan setelah dilakukan

uji coba. Kisi-kisi instrumen bentuk dan penyebab perilaku mencontek (sebelum

uji coba) disajikan dalam Tabel 3.1, kisi-kisi instrumen bentuk dan penyebab

perilaku mencontek (setelah uji coba) disajikan dalam Tabel 3.2. Kisi-kisi

instrumen untuk mengukur self-efficacy siswa yang mencontek (sebelum uji coba)

disajikan dalam Tabel 3.3, kisi-kisi instrumen untuk mengukur self-efficacy siswa

yang mencontek (setelah uji coba) disajikan dalam Tabel 3.4.

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

58

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

Pengungkap Perilaku Mencontek Siswa (Sebelum Uji Coba)

Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Bentuk Perilaku Mencontek Siswa

Mencontek dengan Usaha Sendiri

Membuat contekan atau catatan yang ditulis di kertas, meja atau anggota badan (telapak tangan, paha atau bagian yang tersembunyi).

1, 2, 3, 4, 5, 6

Mencari bocoran soal 7, 8, 9, 10 Melihat buku catatan/pelajaran 11, 12, 13,

14, 15 Menggunakan media yang dilarang (Handphone)

16, 17, 18, 19

Mencontek dengan Bantuan Orang Lain

Bertanya kepada teman 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26

Melihat jawaban teman 27, 28, 29, 30, 31, 32

Mengambil jawaban teman 33, 34, 35 Meminta teman untuk mengerjakan soal

36, 37, 38

Faktor Penyebab Perilaku Mencontek Siswa

Pribadi

Adanya dorongan dalam diri untuk mencari sensasi supaya dianggap pintar karena mendapatkan nilai yang besar

1, 2, 3, 4

Lemahnya kontrol diri 5, 6, 7 Kurangnya Pemahaman moral 8, 9, 10 Letak kendali eksternal 11, 12, 13

Motivasi Tidak yakin terhadap kemampuan diri

14, 15, 16, 17,

Orientasi lebih besar terhadap nilai dari pada ilmu

18, 19

Malas belajar 20, 21, 22 Situasional Materi ujian sulit 23, 24, 25

Pengaturan tempat duduk 26, 27 Pengawasan yang “longgar” 28, 29, 30,

31, 32 Adanya pengaruh teman 33, 34, 35

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

59

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen

Pengungkap Perilaku Mencontek Siswa (Setelah Uji Coba)

Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Bentuk Perilaku Mencontek Siswa

Mencontek dengan Usaha Sendiri

Membuat contekan atau catatan yang ditulis di kertas, meja atau anggota badan (telapak tangan, paha atau bagian yang tersembunyi).

1, 2, 3, 4, 5

Mencari bocoran soal 6, 7 Melihat buku catatan/pelajaran 8, 9, 10 Menggunakan media yang dilarang (Handphone)

11, 12, 13, 14

Mencontek dengan Bantuan Orang Lain

Bertanya kepada teman 15, 16, 17, 18, 19, 20

Melihat jawaban teman 21, 22, 23, 24, 25

Mengambil jawaban teman 26, 27, 28 Meminta teman untuk mengerjakan soal

29, 30

Faktor Penyebab Perilaku Mencontek Siswa

Pribadi

Adanya dorongan dalam diri untuk mencari sensasi supaya dianggap pintar karena mendapatkan nilai yang lebih besar

1, 2, 3

Lemahnya kontrol diri 4, 5 Pemahaman moral yang kurang 6, 7, 8 Letak kendali eksternal 9, 10

Motivasi Tidak yakin terhadap kemampuan diri

11, 12, 13, 14

Orientasi lebih besar terhadap nilai dari pada ilmu

15, 16, 17

Malas belajar 18, 19, 20 Situasional Materi ujian sulit 21, 22, 23

Pengaturan tempat duduk 24, 25 Pengawasan yang “longgar” 26, 27, 28 Adanya pengaruh teman 29, 30

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

60

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy Siswa yang Mencontek

(Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator No. Item Magnitude Memiliki pandangan optimis dalam melaksanakan ujian 1, 2

Memandang ujian sebagai tantangan bukan sebagai beban 3, 4, 5 Memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi ketika ujian

6, 7, 8

Strength Memiliki komitmen untuk menyelesaikan ujian dengan baik

9, 10, 11, 12

Mampu menyelesaikan ujian apapun bentuk soal yang diberikan

13, 14, 15, 16

Memiliki ketekunan untuk mengerjakan soal ujian 17, 18, 19, 20 Merasa yakin terhadap kemampuan yang dimiliki 21, 22, 23, 24

Generality Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman 25, 26 ,27, 28, 29

Mampu menyikapi situasi dan kondisi yang beragam ketika ujian dengan sikap yang positif

30, 31 , 32

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy Siswa yang Mencontek

(Setelah Uji Coba)

Aspek Indikator No. Item Magnitude Memiliki pandangan optimis dalam melaksanakan ujian 1, 2

Memandang ujian sebagai tantangan bukan sebagai beban 3, 4 Memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi ketika ujian

5, 6, 7

Strength Memiliki komitmen untuk menyelesaikan ujian dengan baik

8, 9, 10, 11

Mampu menyelesaikan ujian apapun bentuk soal yang diberikan

12, 13, 14, 15

Memiliki ketekunan untuk mengerjakan soal ujian 16, 17, 18, 19 Merasa yakin terhadap kemampuan yang dimiliki 20, 21, 22, 23

Generality Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman 24, 25, 26, 27 Mampu menyikapi situasi dan kondisi yang beragam ketika ujian dengan sikap yang positif

28, 29, 30

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

61

2. Pedoman Skoring

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga

menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen

digunakan untuk mengukur respon siswa mengenai perilaku mencontek yang yang

meliputi faktor penyebab serta bentuk perilaku mencontek. Item pernyataan

bentuk mencontek menggunakan skala tiga dengan alternatif jawaban yaitu sering,

jarang dan tidak pernah. Alternatif jawaban penyebab mencontek yaitu setuju,

kurang setuju dan tidak setuju. Skor yang diberikan untuk setiap item pernyataan

bentuk mencontek yang dijawab oleh responden yaitu 3 (sering), 2 (jarang) dan 1

(tidak pernah). Begitu pula untuk pernyataan faktor penyebab perilaku mencontek

yakni setuju (3), kurang setuju (2) dan tidak setuju (1).

Instrumen untuk mengukur self-efficacy siswa mencontek menggunakan

format ratting scale (skala penilaian) model Thurstone. Metode skala Thurstone

merupakan salah satu model penskalaan pernyataan sikap dengan pendekatan

stimulus (Azwar, 2008:127). Pendekatan stimulus memiliki artian bahwa

pernyataan sikap pada suatu kontinum psikologis menunjukkan derajat keyakinan

atau ketidakyakinan terhadap pernyataan yang bersangkutan (Azwar, 2008:126).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Netral Ketidakyakinan Keyakinan

Gambar 3.1

Kontinum Interval Skala Sepuluh

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

62

3. Uji Coba Alat Pengumpul Data

Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui

beberapa tahap pengujian, sebagai berikut.

a. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen melalui penimbangan (judgement) dalam

pengembangan alat pengumpul data bertujuan untuk mengetahui tingkat

kelayakan instrumen dari aspek kesesuaian dengan landasan teoritis, kesesuaian

dengan format dilihat dari sudut ilmu pengukuran serta ketepatan bahasa yang

digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Penimbangan dilakukan oleh tiga dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh 3 dosen ahli dilakukan dengan

memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan

Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut

bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan

yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.

b. Uji Keterbacaan

Langkah selanjutnya setelah uji kelayakan instrumen, maka penelitian ini

melakukan uji coba dengan uji keterbacaan terhadap siswa-siswi SMA

Laboratorium-Percontohan UPI Bandung yang tidak diikutsertakan dalam sampel

penelitian tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel

penelitian. Hasilnya, seluruh item pernyataan yang diberikan dapat dimengerti

oleh siswa baik dari segi bahasa maupun makna dari pernyataan itu sendiri.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

63

c. Uji Validitas dan reliabilitas

1) Uji Validitas Butir Item

Pengujian validitas alat pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian

adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap perilaku

mencontek siswa (bentuk dan penyebabnya) serta self-efficacy siswa yang

mencontek. Uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui

apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk

mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2002 : 145). Pengujian validitas alat

pengumpul data ini menggunakan rumus korelasi product-moment dengan angka

kasar. Pengolahan validitas mengggunakan metode statistika dengan

memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007.

ryx =

) )(() }{({ ) }(∑∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑−−

−2222 yynxxn

yxxyn

(Arikunto, 2002: 146)

Keterangan: r xy : Koefisien korelasi yang dicari

xy : Jumlah perkalian antara skor x dan skor y x 2 : Jumlah skor x yang dikuadratkan y 2 : Jumlah skor y yang dikuadratkan

Hasil validitas terhadap instrumen yang diuji coba, terdapat beberapa item

pernyataan yang tidak valid, sehingga item tersebut tidak dapat digunakan dalam

penelitian (Hasil validitas terlampir). Item pernyataan yang menunjukkan tidak

valid untuk selanjutnya tidak dipergunakan dalam penelitian. Berikut disajikan

item-item pernyataan yang tidak valid dalam Tabel 3.5.

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

64

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item

Jenis Instrumen Banyaknya Pernyataan

Tidak Valid Nomor Item

Bentuk perilaku mencontek 5 2, 6, 9, 14, 37

Faktor penyebab perilaku

mencontek

6 6, 12, 30, 32,

34

Self-efficacy siswa yang

mencontek

2 5, 29

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan (konsistensi) skor yang

diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang

berbeda (Arikunto, 2002: 154). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen

diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer Microsoft

Excel 2007. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen

menggunakan rumus Alpha karena instrumen yang digunakan memiliki skala 1-3.

r11 = [ �

(���) ] [1 -

∑�

�� ]

(Arikunto, 2006: 171)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑� � = jumlah varians butir

��� = varians total

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

65

Guilford mengatakan harga reliabilitas berkisar antara -1 sampai dengan +1,

harga reliabilitas yang diperoleh berada di antara rentangan tersebut (Ambarina,

2008: 88). Semakin tinggi harga reliabilitas instrumen maka semakin kecil kesalahan

yang terjadi, dan makin kecil harga reliabilitas maka semakin tinggi kesalahan yang

terjadi. Fraenkel&Wallen (Ambarina, 2008: 88) mempunyai patokan bahwa

sedikitnya 0,70 sebagai harga minimal bagi reliabilitas instrumen pengumpul data

yang dikumpulkan. Hasil reliabilitas untuk setiap angket yang di uji coba terlampir.

D. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

Alasan pemilihan lokasi penelitian meliputi beberapa hal berikut.

1. Hasil wawancara dengan guru BK bahwa fenomenan mencontek di SMA-

Laboratorium percontohan UPI bukan masalah baru karena sering kali di

setiap ujian tengah semester atau ujian akhir semester terjadi perilaku

mencontek.

2. Motivasi belajar siswa SMA-Laboratorium percontohan UPI yang cukup

rendah membuat siswa lebih berpeluang untuk mencontek.

3. Belum adanya tata tertib sekolah yang khusus menindaklanjuti perilaku

mencontek.

Populasi dalam penelitian ini yakni siswa kelas X SMA Laboratorium

Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan populasi terhadap kelas X antara

lain sebagai berikut.

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

66

1. Pada tingkat awal sekolah tidak sedikit siswa yang kurang mampu mengikuti

pelajaran yang dianggap sulit karena belum dapat menyesuaikan terhadap

transisi dari masa SMP ke Masa SMA, dengan demikian mencontek menjadi

salah satu cara siswa untuk mengimbangi tuntutan yang tidak sesuai dengan

keinginan.

2. Alasan pemilihan populasi terhadap kelas X memiliki tujuan untuk

meminimalisir bahkan menghentikan perilaku mencontek dari tingkat awal

sekolah menengah.

Teknik sampling yang digunakan dengan purposive sampling, sehingga

setiap sampel tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, karena teknik

ini dilakukan berdasarkan tujuan khusus untuk penelitian (Arikunto, 2006:117).

Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling karena dalam

penelitian ini diungkap mengenai gambaran self-efficacy siswa yang mencontek

dengan intensitas mencontek tinggi dan sedang, sehingga dapat diungkap

mengenai gambaran self efficacy siswa yang mencontek dengan melakukan uji pre

test terhadap siswa yang mencontek. Karakteristik siswa yang dijadikan sampel

adalah sebagai berikut.

1. Siswa kelas X SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung;

2. Siswa yang diberikan perlakuan (treatment) yakni siswa yang memiliki

intensitas mencontek pada kategori tinggi dan sedang.

3. Perlakuan diberikan kepada 15 orang siswa yang terdiri dari tujuh orang

siswa dengan intensitas mencontek tinggi serta keyakinan dirinya rendah dan

delapan orang siswa dengan intensitas menconteknya sedang serta keyakinan

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

67

diri yang rendah pula. Alasan pemilihan sampel sebanyak 15 orang siswa

berdasarkan pendekatan kelompok dengan jumlah anggota kelompok 10-15

orang.

E. Langkah-Langkah Penelitian

1. Penyusunan Proposal Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal

penelitian. Proses penyusunan proposal dimulai dari pengajuan tema bahasan

penelitian kepada dewan skripsi. Setelah tema disetujui oleh dewan skripsi,

selanjutnya proposal tersebut diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan

dari dewan skripsi dan dari teman-teman mahasiswa lainnya sebagai peserta

seminar. Setelah tema tersebut disetujui oleh Dewan Skripsi, peneliti merumuskan

judul penelitian dalam bentuk proposal. Berdasarkan masukan-masukan yang

diperoleh ketika seminar, proposal kemudian direvisi dan hasil revisi diajukan

kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing

skripsi.

2. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilaksanakan dengan melakukan wawancara kepada

pihak sekolah sperti Guru BK, Guru Bidang Studi dan Wakasek Kesiswaan

mengenai fenomena mencontek yang terjadi di SMA Laboratorium-Percontohan

UPI. Selain itu, peneliti juga diberikan kesempatan untuk melihat secara langsung

proses ujian tengah semester yang sedang dilaksanakan oleh siswa sehingga

peneliti dapat mengetahui kondisi dan perilaku nyata di lapangan mengenai

perilaku mencontek siswa ketika ujian.

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

68

3. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian dilakukan sebagai persiapan selanjutnya untuk

mengumpulkan data. Proses perizinan penelitian dimaksudkan untuk

memperlancar pelaksanaan pengumpulan data. Perizinan penelitian diperoleh dari

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Direktorat Akademik UPI, dan Kepala SMA Laboratorium-Percontohan UPI

Bandung.

4. Pelaksanaan Pengumpulan Data

1. Pre-test

Pelaksanaan pre-test dilangsungkan pada tanggal 16 April 2010. Pre-test

dilaksanakan di ruang kelas X-A dan diikuti oleh 15 konseli. Konselor

membagikan angket kemudian menjelaskan petunjuk pengisian agar siswa lebih

memahami apa yang harus mereka kerjakan karena angket yang digunakan untuk

pre-test ini sedikit berbeda dengan angket yang diberikan pada tes awal. Hasil

pre-test menunjukkan tinggi rendahnya dimensi self-efficacy yang dimiliki

konseli.

2. Sesi 1

Sesi 1 dilaksanakan pada tanggal 20 april 2010. Sesi ini merupakan

langkah permulaan untuk memperkenalkan kegiatan konseling yang akan

berlangsung dengan menggunakan teknik modeling. Siswa diberikan pengarahan

serta pemahaman mengenai kegiatan yang akan berlangsung serta hal-hal yang

berkaitan dengan proses intervensi. Pertemuan pertama dilaksanakan dengan

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

69

NAMA : PANGGILAN : TANGGAL LAHIR : USIA : ALAMAT : ANAK KE/DARI : DAN SAYA AKAN MENJADI .................................... Karena...........................................................................

setting bimbingan kelompok, konseli dibagi kedalam dua kelompok yakni

kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.

Topik dari pertemuan pertama berjudul “saatnya kenalkan dirimu”. Jenis

modeling yang digunakan yakni symbolic modeling dengan memberikan cerita

mengenai “kapal kehidupan”. Tujuan dari sesi pertama ini yaitu supaya konseli

memiliki pandangan yang optimis dalam setiap sendi kehidupan dan mereka dapat

mengambil satu peran dalam kehidupan sesuai dengan keinginan dan kemampuan

yang mereka miliki. Konselor menceritakan setiap peran yang harus dimiliki oleh

manusia beserta tanggung jawabnya, kemudian konseli mengerjakan isian

pertemuan ke-1 seperti dalam Gambar 3.2

Gambar 3.2

Format Isian Pertemuan 1 “Saatnya Kenalkan Dirimu”

KehidupanKehidupanKehidupanKehidupan Ini Tidak akan pernahIni Tidak akan pernahIni Tidak akan pernahIni Tidak akan pernah BerartiBerartiBerartiBerarti, , , ,

manakalamanakalamanakalamanakala TIDAKTIDAKTIDAKTIDAK ADAADAADAADA sesuatu yang kitasesuatu yang kitasesuatu yang kitasesuatu yang kita

PERJUANGKANPERJUANGKANPERJUANGKANPERJUANGKAN

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

70

HADAPI HAYATI

NIKMATI

COBA MENGATASI COBA MENGATASI

KEKHAWATIRANKU KESULITANKU

KETIKA UJIAN KETIKA BELAJAR

3. Sesi 2

Sesi kedua dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010, setting konseling

yang dipergunakan yakni kelompok. Pada pertemuan kedua ini konseling

dilaksanakan dalam tiga kelompok. Topik pertemuan kedua berjudul “hadapi

hayati dan nikmati”. Jenis modeling yang dipergunakan yakni symbolic modeling

dengan memanfaatkan video sebagai media. Video ini menggambarkan cara

untuk menghadapi masalah, atau hambatan tanpa dijadikan beban. Konselor

menjelaskan maksud dari video tersebut dan mengaplikasikannya kedalam

kehidupan konseli disekolah. Penerapan konselor tertuju pada masalah yang

mungkin dihadapi siswa di sekolah. Sebagai evaluasi, konselor memberikan

format isian seperti dalam Gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3

Format Isian Pertemuan Ke-2 “Hadapi, Hayati dan Nikmati”

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

71

4. Sesi 3

Sesi ke-3 dilaksanakan pada tanggal 27 april 2010. Setting yang

dipergunakan yakni kelompok karena menggunakan media video sehingga akan

lebih mengefektifkan waktu apabila dilakukan secara kelompok. Topik pada

pertemuan ketiga berjudul “belive in your self”. Pada sesi ini, konseli diberikan

video mengenai bagaimana seseorang tetap percaya pada keyakinannya walaupun

orang lain tidak percaya dan menganggap bahwa langkahnya itu cukup berani.

Pada sesi ini konseli diminta untuk menuliskan langkah yang akan

ditempuhnya untuk mengatasi kesulitan dalam belajar khususnya ketika

menghadapi ujian. Video yang diberikan sebagai modeling agar siswa termotivasi

dengan semangat yang digambarkan dalam video tersebut. Konselor menjelaskan

makna yang terkandung dalam video tersebut dan langsung menghubungkannya

ke dalam keseharian konseli. Konselor memberikan format isian seperti dalam

Gambar 3.4.

Ternyata Saya BISA Melakukannya ....

Kesulitan yang saya hadapi ketika ujian

Apa saja yang biasa saya lakukan

Perasaan saya setelah melakukan hal itu

SAYA AKAN MENGUBAH KESULITAN DENGAN CARA...

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan”

“ dan Saya Akan Menambahkan Bahwa

Gambar 3.4 Format Isian Sesi ke-Tiga “Believe in Your Self”

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

72

5. Sesi 4

Sesi keempat dilaksanakan pada tanggal 3 mei 2010 bertempat di ruang

BK. Sesi ini berjudul “tentukan visi dan misi hidupmu”. Jenis modeling yang

digunakan masih symbolic modeling dengan memberikan cerita mengenai “tujuan

kehidupan”. Konselor membacakan cerita dan menjelaskan mengenai pengertian

visi, misi dan tujuan dalam kehidupan. Tujuan yang akan diraih tidak akan

selamanya berada pada jalan yang lurus karena tidak jarang terdapat rintangan

yang menghadang akan tetapi ada satu hal yang bisa dipertahankan apabila

seseorang ingin memperoleh tujuan tersebut yakni komitmen yang kuat untuk

melaksanakan setiap langkah yang ditempuh. Begitupula dalam sesi ini konselor

mengaplikasikan visi dan misi konseli untuk mencapai tujuan yang ingin

diraihnya. Konselor meminta konseli untuk menuliskan visi dan misi hidupnya

dalam format isian yang telah disediakan seperti dalam Gambar 3.5 berikut.

Gambar 3.5

Format Isian Sesi ke-Empat “Tentukan Visi dan Misi Hidupmu”

Visi Visi Visi Visi dan TaRgetTaRgetTaRgetTaRget utamaku di sekolah adalah................................................................

Sedangkan Misiku adalah.............................................................................................

Untuk Meraih ITU SEMUA Maka Saya Harus......................................................

Apabila Saya Tidak BerusahaBerusahaBerusahaBerusaha Sekuat Tenaga Untuk Mencapai IMPIANIMPIANIMPIANIMPIAN

Maka Saya akan ..................................................................................................

Tetapi Untuk Mencapai semuanya Saya tidak boleh...........................

...................................................Karena..................................................

Dengan Demikian Saya Harus ..........................................................

...............................................................Supaya............................................

......................................................................................................

Allah Tidak menciptakan MIMPI, Kecuali Hanya Untuk Menjadi Kenyataan

Visi Misi Orang Sukses

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

73

6. Sesi 5

Sesi 5 dilaksanakan pada tanggal 6 mei 2001 bertempat di kelas X-A. Sesi

ke lima berjudul “Tidak ada kata tidak bisa”. Dalam sesi ini konselor

memberikan symbolic modeling yaitu berupa kata-kata motivasi dari beberapa

tokoh motivator. Konseli diberikan kesempatan untuk memilih satu dari beberapa

kalimat motivasi yang tersedia yang sesuai dengan keinginan mereka.

Tujuan dari sesi ini yakni agar konseli memiliki keyakinan untuk

menyelesaikan setiap kesulitan yang mereka hadapi dalam ujian atau ulangan

sehingga pada akhirnya konseli memiliki keyakinan diri untuk menyelesaikannya

walaupun dalam bentuk soal yang mereka anggap sulit sekalipun. Konselor

memberikan format isian yang didalamnya terdapat kata-kata motivasi dari

berbagai tokoh motivator, konseli diminta untuk memilihnya dan menjelaskan

alasannya.

7. Sesi 6

Sesi keenam dilaksanakan pada tanggal 10 mei 2010 bertempat di kelas

XA. Sesi ke enam berjudul “Facing the giants”. Dalam sesi ini konselor

memberikan tontonan berupa bagian dari film facing the giants. Cuplikan film

ini menggambarkan tentang usaha serta kegigihan dari para pemain American

football. Semangat serta kegigihan yang dipertontonkan dijadikan modeling bagi

konseli dengan tujuan agar konseli memiliki ketekunan dalam setiap kegiatan

yang mereka lakukan. Refleksi yang diambil dari cuplikan film tersebut yakni

bagaimana konseli dapat memaknai hikmah yang dapat diambil dari film tersebut

serta mengaplikasikanya ketika mereka menemukan kesulitan dalam belajar

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

74

The Mirracle

Makna yang terkandung dari film Facing the giants adalah................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

Apabila dicerminkan dengan kesulitan yang saya alami ketika

belajar termasuk waktu ujian atau ulangan, makna yang dapat saya

ambil dari film Facing the giants adalah...........................................

...............................................................................................................................

............................................................................................................................... Jika Kau Merasa Lelah dan Tak Berdaya dari Usaha

yang Sepertinya Sia-Sia.... Allah Tahu Seberapa Keras Engkau Berusaha....

termasuk kesulitan waktu ujian atau ulangan. Evaluasi dalam sesi ini diberikan

format isia seperti dalam Gambar 3.6

Gambar 3.6

Format Isian Sesi ke-Enam “Facing the Giants”

8. Sesi 7

Sesi ketujuh dilaksanakan pada tanggal 12 mei 2010 bertempat di ruang

kesenian. Sesi ke tujuh berjudul “follow your dreams”. Jenis modeling yang

digunakan dalam sesi ini yakni live modeling. Bentuk modeling ini menyajikan

atau menghadirkan model secara langsung sehingga konseli dapat mendengarkan

secara langsung cerita-cerita dari model yang dihadirkan. Model yang dihadirkan

merupakan siswa kelas X-G yaitu “Vaisya Alexis”. Model merupakan siswa yang

aktif dalam organisasi-organisasi kemanusiaan sehingga pengalamnnya begitu

banyak bahkan model telah mngikuti kegiatan sampai ke luar negeri. Tujuan dari

social modeling ini agar konseli yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya,

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

75

Follow Your Dreams...

selain itu konseli dapat mengobservasi pengalaman yang diceritakan oleh model

sehingga konseli termotivasi untuk merealisasikan mimpi-mimpi konseli. Berikut

format evaluasi sesi ini seperti dalam Gambar 3.7.

Gambar 3.7

Format Isian Sesi ke-Delapan “Follow Your Dreams”

9. Sesi 8

Sesi kedelapan dilaksanakan pada tanggal 19 mei 2010. Sesi ke delapan

berjudul “Refleksi kesuksesan Adam Khoo”. Dalam sesi ini konselor

menggunakan cerita kesuksesan Adam Khoo sebagai modeling. Konselor

menceritakan mengenai kesuksesan Adam Khoo yang masa lalunya di cap sebagai

anak yang sangat bodoh. Perubahan konseli dari tiap sesi terlihat cukup baik,

sehingga pada sesi ini konselor tidak mengalami kesulitan untuk menjelaskan dan

menceritakan kesuksesan Adam Khoo.

Tujuan dari sesi ini yakni agar konseli memiliki kemampuan untuk belajar

dari pengalaman-pengalamannya. Konseli diberikan lembaran evaluasi sebagai

KELEBIHAN SAYA?????

KEKURANGAN SAYA?????

IMPIAN SAYA (TULISKAN MINIMAL 10

IMPIAN YANG INGIN DIRAIH)

IMPIAN SAYA (URUTKAN IMPIAN

TERSEBUT DARI YANG TERPENTING)

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

76

refleksi dari cerita yang disampaikan. Evaluasi tersebut berisi mengenai

pengalaman keberhasilan serta kegagalan yang pernah dialami konseli sehingga

konseli bisa menyikapi pengalaman-pengalaman tersebut sebagai motivasi atau

jalan sukses di masa yang akan datang.

10. Sesi 9

Sesi kesembilan dilaksanakan pada tanggal 24 mei 2010 bertempat di

ruangan kelas XA. Sesi ini merupakan sesi terakhir dalam proses intervensi untuk

meningkatkan self-efficacy konseli, Sesi ini berjudul “No matter what”, dalam

sesi ini konselor memberikan video mengenai gambaran kegagalan serta

kesuksesan seseorang. Tujuan dari sesi yang terakhir yaitu supaya konseli mampu

menyikapi situasi dan kondisi yang beragam yang ia temui dalam belajar

khususnya ketika ujian. Sikap tersebut diharapkan mampu konseli aplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari sehingga pada akhirnya konseli memiliki satu

keyakinan diri untuk tidak bergantung pada ucapan atau perilaku orang lain yang

dapat membuatnya down sehingga dapat mempengaruhi motivasinya.

11. Post-test

Langkah terakhir memberikan post-test untuk mengetahui keberhasilan

bantuan yang diberikan dengan menggunakan teknik modeling. Pada tahap ini

dilakukan tes akhir kepada siswa yang mencontek apakah terjadi perubahan

tingkat self-efficacy sebelum diberikan treatment, apabila terlihat perubahan self-

efficacy dalam diri siswa setelah pemberian bantuan (treatment) maka dilihat

apakah intensitas menconteknya berkurang. Dengan demikian apabila

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

77

peningkatan self-efficacy disertai dengan penurunan intensitas mencontek maka

hipotesis mengenai teknik modeling yang diberikan dikatakan efektif.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis data untuk pertanyaan penelitian pertama, kedua dan ketiga yakni

mengenai intensitas perilaku mencontek, penyebab perilaku mencontek serta

gambaran sself-efficacy siswa yang mencontek menggunakan rumus yang

sama. Data yang terkumpul dikategorikan menjadi tiga bagian yakni tinggi,

sedang dan rendah. Rumus yang digunakan untuk membuat kategori

intensitas perilaku mencontek, faktor penyebab perilaku mencontek serta

gambaran self-efficacy siswa yang mencontek adalah sebagai berikut.

X > µ + 1� Tinggi

µ -1� ≤ X ≤ µ + 1� Sedang

X < µ - 1� Rendah

(Ihsan, 2009)

2. Analisis data penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai

“keefektifan teknik modeling untuk meningkatkan self-efficacy siswa yang

mencontek di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung” menggunakan

uji-t. Nilai pre-test dan post-test dibandingkan menggunakan uji-t, dengan

mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan antara kedua nilai yang

didapatkan secara signifikan. Langkah-langkah analisis data pra eksperimen

dengan model pretest-posttest design, sebagai berikut.

1) Mencari rerata nilai tes awal (01).

2) Mencari rerata nilai tes akhir (02).

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0607407_chapter3.pdf · segi sikap serta letak kendali eksternal yang dimiliki siswa). 2. Motivasi

78

3) Menghitung perbedaan rerata dengan uji-t, dengan rumus:

)1(

)( 22

=

∑∑

NNN

DD

Dt

(Arikunto, 2006: 306)

Keterangan: t = harga t untuk sampel berkorelasi Ð = (difference), perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes akhir

untuk setiap individu D = rerata dari nilai perbedaan (rerata dari Ð) D2 = kuadrat dari D N = banyaknya subjek penelitian

Setelah diperoleh nilai thitung, maka langkah selanjutnya adalah

membandingkan dengan ttabel untuk mengetahui tingkat signifikasinya dengan

ketentuan thitung > ttabel.