-
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang dipandang sesuai untuk menguji pengaruh
variabel
bebas (eksperimental) terhadap variabel terikat tersebut adalah
metode
eksperimen. Sebagaimana tujuan penelitian yang telah dikemukakan
di atas, yaitu
menerapkan model pembelajaran van Hiele dengan pendekatan
kontekstual
berbasis kearifan lokal untuk mengetahui efektifitasnya dalam
meningkatkan
pemahaman dan keterampilan geometris siswa dan pencapaian
karakter siswa,
maka diterapkan metode eksperimen. Tujuan penelitian di atas
akan dicapai
dengan mengumpulkan data penelitian secara kuantitatif.
Oleh karena proses pembelajaran matematika di kelas merupakan
kegiatan
yang bersifat sosial, maka sangat sukar untuk melakukan kontrol
secara ketat
terhadap banyaknya faktor yang mungkin akan mengintervensi
variabel treatmant
(eksperimental) dan variabel terikat. Dengan keterbatasan ini,
maka bentuk
penelitian yang dipilih adalah quasy experiment dengan rancangan
pretest-postest
control group design (Sugiyono; 2010). Desain ini digunakan
karena siswa yang
menjadi responden dalam penelitian tidak dipilih secara acak
namun
menggunakan kelas yang telah dibentuk. Rancangan dari “desain
kelompok
kontrol tes awal-tes akhir” direpresentasikan melalui tabel
berikut ini.
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Keterangan :
O : Tes awal sama dengan tes akhir
X : Pembelajaran matematika dengan menggunakan PVKK
Pada desain ini, setiap kelompok masing-masing diberi pretes (O)
sebelum
pemberian perlakuan, untuk mengetahui pemahaman awal siswa
tentang materi
yang akan diajarkan. Selain itu, pretes dianalisis untuk
mengetahui kesamaan
kemampuan awal siswa tentang geometri pada kelas eksperimen dan
kelas
O X O
O O
-
70
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kontrol. Setelah diberi perlakuan, kemampuan setiap kelompok
sampel diukur
kembali dengan postes, untuk melihat adakah perbedaan pencapaian
dan
peningkatan pemahaman dan keterampilan geometris siswa.
Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat.
Adapun
variabel bebasnya adalah model pembelajaran van Hiele dengan
pendekatan
kontekstual berbasis kearifan lokal dan pembelajaran biasa.
Sedangkan variabel
terikatnya adalah pemahaman geometris, dan keterampilan
geometris, serta
karakter siswa dalam belajar matematika. Selain itu, dalam
penelitian ini juga
dilibatkan variabel kontrol, yaitu kemampuan awal matematika
siswa (tinggi,
sedang, rendah), dan peringkat atau level sekolah (tinggi dan
sedang).
Setelah terpilih kelompok sampel, penulis memberikan tes
kemampuan awal
matematis (KAM) siswa yang digunakan untuk mengelompokkan siswa
menjadi
tiga kategori berdasarkan kemampuannya, yakni kategori kemampuan
tinggi,
kategori kemampuan sedang dan kategori kemampuan rendah.
Pengelompokkan
tersebut didasarkan pada perhitungan statistika yang disajikan
pada Tabel 3.2
berikut:
Tabel 3.2
Kategori Tingkat Kemampuan Awal Matematika Siswa
Kategori Rentang Nilai
Kemampuan Tinggi x ≥ ̅ Kemampuan Sedang ̅ ≥ x ≥ ̅ Kemampuan
Rendah ̅ ≥ x
Keterangan: x : skor KAM
̅ : nilai rata-rata
sd : deviasi standar
Keterkaitan semua variabel yang diukur dalam penelitian ini,
yakni model
pembelajaran van Hiele dengan pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokal,
model pembelajaran biasa, pemahaman geometris, keterampilan
geometris,
karakter individu dan karakter kelompok. Penulis membuat model
keterkaitannya
yang digambarkan melalui tabel Wiener seperti nampak pada Tabel
3.3 berikut:
-
71
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Tabel Wiener untuk Pemahaman Geometris, Keterampilan
Geometris,
Karakter Individu dan Karakter Kelompok
Level
Sekolah KAM
Pemahaman
Geometris (P)
Keterampilan
Geometris (K) Karakter
Individu
(KI)
Karakter
Kelompok
(KK) VKK B VKK B
A
Tinggi PVKKAT PBAT KVKKAT KBAT
KIA KKA Sedang PVKKAS PBAS KVKKAS KBAS
Rendah PVKKAR PBAR KVKKAR KBAR
B
Tinggi PVKKBT PBBT KVKKBT KBBT
KIB KKB Sedang PVKKBS PBBS KVKKBS KBBS
Rendah PVKKBR PBBR KVKKBR KBBR
Total PVKK PB KVKK KB KI KK
Keterangan:
KAM = Kemampuan Awal Matematika
VKK = Model pembelajaran van Hiele dengan pendekatan Kontekstual
berbasis
Kearifan Lokal
B = Model pembelajaran Biasa
PBBT = Pemahaman Geometri kelas Pembelajaran Biasa pada sekolah
B untuk
siswa kategori KAM Tinggi
KIA = Karakter Individu Level Sekolah A (Tinggi)
KBR = Karakter Berkelompok kemampuan Rendah
B. Populasi dan Sampel
Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang masalah,
bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan dan
mengkaji kualitas
pemahaman geometri siswa, dan tentang keterampilan geometri,
serta mengkaji
tentang karakter siswa di wilayah Pontianak sebagai ibu kota
dari Provinsi
Kalimantan Barat. Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah
siswa SMP di
kota Pontianak. Pemilihan populasi siswa dipertimbangkan
berdasarkan
kemampuan siswa, yang diharapkan dapat dioptimalkan dalam proses
model
pembelajaran van Hiele dengan pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokal.
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik
stratified random
sampling. Sampel diambil dari siswa kelas IX SMP di dua SMP
Negeri yang ada
-
72
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di kota Pontianak, Kalimantan Barat pada sekolah level tinggi
dan sekolah level
sedang. Penetapkan sampel penelitian dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
1. Merujuk pada SMP terakreditasi berdasarkan peringkat (level)
sekolah yang
telah dilakukan Dinas DIKNAS Kota Pontianak yang membagi
peringkat
(level) sekolah dalam dua peringkat, yaitu peringkat tinggi
(akreditasi A) dan
peringkat sedang (akreditasi B).
2. Memilih masing-masing satu sekolah untuk sekolah peringkat
(level) tinggi
dan sedang.
3. Setiap sekolah yang terpilih menjadi sampel diambil secara
acak dua kelas
dengan kemampuan yang sama. Selanjutnya dilakukan pengacakan
pada dua
kelas yang terpilih untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Pengacakan kelas dilakukan karena sebelum penelitian ini, siswa
sudah
terkelompokan berdasarkan rombongan belajar masing-masing dengan
jadwal
pelajaran dan administrasi yang sudah tertata dengan baik. Agar
kondisi ini
tetap terjaga maka peneliti tidak melakukan pengacakan siswa
secara
individu.
Siswa kelas IX SMP dipilih dalam penelitian ini dengan
pertimbangan
bahwa siswa di kelas ini sudah lebih homogen dalam kemampuan
dasarnya. Level
sekolah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan kota Pontianak. Dari 67
SMP di
Pontianak terdapat 7 SMP berada pada level sekolah tinggi, 34
SMP berada pada
level sekolah sedang, dan 16 SMP berada pada level sekolah
rendah. Dalam
penelitian ini dipilih level sekolah yang tinggi dan sedang.
Berdasarkan data sekolah, peneliti memilih dua kategori (level
sekolah
tinggi dan level sekolah sedang) ini dengan beberapa alasan,
antara lain: 1) profil
siswa yang memadai sehingga scaffolding yang diberikan efektif,
2) profil sarana
belajar yang memadai sehingga mendukung proses kegiatan belajar
mengajar, 3)
kegiatan belajar yang efektif sehingga kemungkinan akan terjadi
penggunaan
model lain mendorong siswa menjadi lebih aktif sehingga
pembelajaran dapat
terlaksana sesuai dengan rencana yang telah disusun. Peringkat
atau level sekolah
rendah tidak digunakan dalam penelitian ini karena kemungkinan
profil siswa
yang tidak memadai sehingga dikhawatirkan peneliti akan
memberikan
-
73
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
scaffolding yang berlebihanan, dan kegiatan belajar yang kurang
efektif sehingga
kemungkinan akan terjadi kecenderungan siswa untuk menunggu
perintah guru
sehingga pembelajaran yang baru tidak dapat terlaksana sesuai
dengan rencana
yang telah disusun. Dari level sekolah tinggi dan sedang dipilih
masing-masing
satu SMP secara acak. Terpilih dua SMP Negeri yang satu
tergolong dalam
sekolah level tinggi (SMP A) dan satu lagi tergolong dalam
sekolah level sedang
(SMP B) sebagai sekolah yang akan dilibatkan dalam penelitian
ini.
Sekolah yang pertama (SMP A) letaknya di kota Pontianak tepatnya
di
kelurahan Akcaya, kecamatan Pontianak Selatan yang sudah ada
dari tahun 1958
karena SK pendirian dan ijin operasionalnya adalah tanggal 9
September 1958.
Sedangkan sekolah tempat penelitian yang kedua (SMP B) letaknya
juga di kota
Pontianak tepatnya di kelurahan Sungai Bangkong, kecamatan
Pontianak Kota.
SMP B ini sudah berdiri dan berjalan dari tahun 1976, dengan SK
pendirian dan
ijin operasionalnya tanggal 11 November 1976.
Dari kedua sekolah tersebut, dipilih dua kelas IX secara acak
pada masing-
masing sekolah sebagai subyek sampel. Selanjutnya dari kedua
kelas IX pada
masing-masing sekolah, dipilih secara acak pula untuk menentukan
masing-
masing satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
C. Instrumen Penelitian
Data penelitian yang akan diperoleh dalam penelitian ini terdiri
dari dua
jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Oleh
karena itu, instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes
dan instrumen non
tes. Pada saat mengumpulkan data penelitian, digunakan beberapa
instrumen
penelitian. Instrumen penelitian yang dimaksud adalah:
1. Seperangkat instrumen tes, yakni tes kemampuan awal
matematika dan tes
tingkat berpikir Geometri van Hiele dalam bentuk tes pilihan
ganda. Tes
pemahaman geometri dan tes keterampilan geometri dalam bentuk
tes uraian.
2. Tugas individu dan/atau kelompok, yang diberikan pada
pertemuan tertentu.
Tugas ini akan diberi nilai dari cara menyelesaikannya, berlaku
untuk tugas
individu dan kelompok. Kesempatan untuk saling bekerja sama
dalam
kelompok akan memberi manfaat yang besar di kemudian hari, di
samping
-
74
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menumbuhkan pemahaman dan keterampilan geometris siswa, serta
karakter
siswa dalam belajar matematika.
3. Instrumen non tes berupa lembar observasi, dan angket. Lembar
observasi
digunakan untuk mengetahui karakter siswa yang nampak selama
proses
pembelajaran dengan melihat sikap siswa selama mengikuti
proses
pembelajaran. Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang
karakter
siswa.
Pada saat pelaksanaannya, langkah awal yang dilakukan adalah
membuat
kisi-kisi tes dan kisi-kisi angket. Pada kisi-kisi tes, dibuat
tes uraian yang sesuai
dengan aspek atau indikator tes. Sebelum tes uraian ini
diujicobakan, tes
divalidasi baik isi maupun mukanya, dilakukan oleh lima orang
ahli di bidang
matematika.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data penelitian.
Instrumen tes
yang digunakan yakni tes tingkat berpikir van Hiele, tes
kemampuan awal siswa,
dan tes pemahaman geometris, serta tes keterampilan
geometris.
a. Tes Berpikir Geometri van Hiele
Tes berpikir geometri van Hiele digunakan dengan tujuan untuk
mengukur
kemampuan berpikir geometri siswa dan menempatkan siswa kedalam
tahapan
berpikir geometri tersebut. Tes yang digunakan adalah van Hiele
Geometry Test
(VHGT) yang dikembangkan oleh Cognitive Development and
Achievment in
Secondary School Geometry Project (Usiskin, 1982; Fryhklon,
1994). VHGT
berupa tes pilihan ganda berisi 25 soal yang disusun kedalam 5
level berpikir
geometri yang disampaikan van Hiele. Koefisien reliabilitas
subtes yang
disampaikan Usiskin (Fryhklon, 1994) untuk level 1 sampai 5
berturut-turut
adalah sebagai berikut: 0,79; 0,88; 0,88; 0,69; dan 0,65.
Pada penelitian ini, penulis mengalih bahasakan tes VHGT yang
telah
disusun oleh Usiskin (1982) yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya
kedalam bahasa Indonesia, sehingga memudahkan penulis dalam
menggunakan
tes VHGT. Soal-soal VHGT pada level 5 berupa soal yang
mengharuskan siswa
untuk menarik kesimpulan berdasarkan silogisme pada kalimat
sebelumnya. Soal-
-
75
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
soal tersebut berkaitan dengan materi logika matematika yang
baru diberikan pada
jenjang SMA pada siswa di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai
pertimbangan,
maka VHGT yang diberikan pada siswa SMP kelas IX pada penelitian
ini, hanya
soal-soal pada level 1, 2, 3 dan 4 yang berjumlah 25 soal.
Pada instrumen tes yang mengukur tingkat berpikir geometri yang
disusun
Usiskin (1982), setiap tingkat terdapat lima pertanyaan.
Berdasarkan jawaban
yang benar, maka diberikan kriteria sebagai berikut;
1) Jika siswa dapat menjawab 3-5 pertanyaan dengan benar pada
level 1, maka
siswa tersebut mencapai tingkat berpikir geometri level
pertama.
2) Jika siswa dapat menjawab 3-5 pertanyaan dengan benar pada
level 2, maka
siswa tersebut mencapai tingkat berpikir geometri level kedua,
dan
seterusnya.
3) Jika siswa tidak menjawab dengan benar 3 atau lebih
pertanyaan pada level 3,
4, dan 5, maka siswa tersebut mencapai tingkat berpikir geometri
yang kedua.
b. Tes Kemampuan Awal Matematis Siswa
Tes kemampuan awal matematis siswa (KAM) diberikan kepada
siswa
untuk mengukur pemahaman awal siswa tentang materi-materi yang
berhubungan
dengan konsep geometri yang akan diberikan. Tes kemampuan awal
matematis
siswa berbentuk tes pilihan ganda yang terdiri dari 15 soal. Tes
KAM merupakan
soal-soal prasyarat geometri, yang terdiri dari materi yang
telah diajarkan pada
tingkat SMP kelas VII dan VIII sehingga peneliti mengambil
beberapa konsep
yang telah diujikan, seperti konsep Pythagoras, konsep
segiempat, konsep
segitiga, dan konsep sudut.
Penyusunan soal tes kemampuan awal matematis siswa dilakukan
penulis
dengan memperhatikan materi yang telah ditentukan kemudian
penulis melakukan
diskusi dengan 2 guru bidang studi matematika di SMPN A
Pontianak dan di
SMPN B Pontianak untuk mengetahui apakah tes yang dibuat layak
untuk
mengukur kemampuan awal siswa pada materi geometri SMP.
Banyak siswa yang berada pada KAM tinggi, sedang, dan rendah
pada
setiap level sekolah tinggi dan sedang disajikan pada Tabel 3.4
berikut.
Tabel 3.4 Sebaran Sampel Penelitian berdasarkan KAM dan Level
Sekolah
-
76
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KAM Eksperimen (PVKK) Kontrol (PB)
LS Tinggi LS Sedang Jumlah LS Tinggi LS Sedang Jumlah
Tinggi 8 6 14 5 5 10
Sedang 23 24 47 28 27 55
Rendah 6 7 13 5 6 11
Total 37 37 74 38 38 76
Sebelum tes KAM digunakan, terlebih dahulu diuji validitasnya
untuk
melihat validitas isi dan validitas muka. Uji validitas isi dan
validitas muka tes
KAM dilakukan oleh lima orang penimbang yang terdiri dari tiga
orang
penimbang yang berlatar belakang S3 pendidikan matematika dan
dianggap ahli,
serta punya pengalaman mengajar dalam bidang pendidikan
matematika, dan dua
orang guru matematika dari sekolah.
Pertimbangan validitas isi didasarkan pada kesesuaian soal
dengan materi
ajar SMP kelas IX dan kesesuaian tingkat kesulitan untuk siswa
kelas tersebut.
Pertimbangan validitas muka, didasarkan pada kejelasan atau
keterbacaan teks
kalimat, serta kejelasan atau keterbacaan gambar-gambar atau
ilustrasi yang
digunakan dalam soal tes. Kejelasan atau keterbacaan tersebut
ditinjau dari segi
penggunaan bahasa atau redaksional, penyajiannya, serta
ketepatan (akurasi)
gambar atau ilustrasi yang digunakan.
Hasil pertimbangan terhadap validitas isi dan validitas muka
oleh lima
penimbang secara lengkap disajikan pada Lampiran C. Hipotesis
yang diuji
adalah:
H0 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang seragam
H1 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak
seragam
Untuk menguji keseragaman hasil pertimbangan validitas isi dan
validitas
muka oleh lima orang penimbang tersebut dianalisis dengan
menggunakan
statistik Q-Cochran. Kriteria pengujian : H0 diterima jika nilai
probabilitas lebih
besar dari = 0,05, dalam keadaan lainnya tolak H0. Perhitungan
dengan SPSS
dapat dilihat pada Lampiran C. Dari hasil perhitungan uji
keseragaman
pertimbangan validitas isi diperoleh bahwa nilai Asym. Sig =
0,736 yang berarti
probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian pada
taraf signifikansi
= 5% H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima
penimbang telah
memberikan pertimbangan yang seragam terhadap validitas isi tiap
butir soal tes
-
77
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KAM siswa. Dengan demikian, dari aspek validitas isi, instrumen
tes KAM siswa
yang disusun tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.
Hasil perhitungan validitas muka soal tes KAM siswa dengan
menggunakan
statistik Q-cochran diperoleh nilai Asym. Sig = 0,588 yang
berarti probabilitasnya
lebih besar dari 0,05. Dengan demikian pada taraf signifikansi =
5% H0
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima penimbang
telah memberikan
pertimbangan yang seragam terhadap validitas muka tiap butir
soal tes KAM
siswa. Dengan demikian, dari aspek validitas muka, instrumen tes
KAM siswa
yang disusun tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.
c. Tes Pemahaman Geometris
Tes pemahaman geometris disusun berdasarkan standar isi KTSP.
Indikator
pemahaman geometris yang digunakan mengacu pada pemahaman
matematis
yang dibagi menjadi 2, yaitu pemahaman instrumental dan
pemahaman relasional
(Skemp, 1987). Pada penelitian ini aspek pemahaman instrumental
yang
digunakan adalah kemampuan menerapkan rumus geometri dalam
perhitungan
sederhana secara algoritmik, dan kemampuan menghapal konsep
geometri tanpa
kaitan dengan yang lainnya. Sedangkan aspek pemahaman relasional
yang
digunakan adalah kemampuan menggunakan prosedur atau operasi
tertentu dalam
menyelesaikan masalah geometri, dan kemampuan mengaitkan
berbagai
konsep/prinsip (internal dan eksternal geometri).
Untuk memudahkan penilaian pada tes pemahaman geometris,
maka
peneliti menyusun pedoman penskoran tes pemahaman geometris
dengan
mengadopsi pada penskoran tes pemahaman matematis. Pedoman
penskoran yang
dibuat berdasarkan pada penilaian “Holistic Scoring Rubrics”
yang dikemukakan
oleh Cai, Lane dan Jacobesin (Gani, 2007). Kriteria penskoran
tes pemahaman
konsep disajikan pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5. Kriteria Penskoran Tes Pemahaman Geometris
Skor Kriteria Jawaban dan Alasan
4 Konsep dan prinsip terhadap soal geometri secara lengkap,
penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat,
penggunaan
algoritma secara lengkap dan benar.
3 Konsep dan prinsip terhadap soal geometri hampir lengkap,
penggunaan istilah dan notasi matematika hampir benar,
penggunaan
-
78
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar,
namun
mengandung sedikit kesalahan.
2 Konsep dan prinsip terhadap soal geometri kurang lengkap,
dan
perhitungan masih terdapat sedikit kesalahan.
1 Konsep dan prinsip terhadap soal geometri sangat terbatas,
dan
sebagian besar jawaban masih mengandung perhitungan yang
salah.
0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap
soal
geometri.
Kelayakan instrumen tes dilakukan dengan dua cara yaitu cara
studi pustaka
dan studi empiris. Studi pustaka dilakukan untuk mengembangkan
instrumen
sesuai dengan indikator-indikator, referensi dan beberapa sumber
pendukung agar
data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian yang
diinginkan.
Sedangkan studi empiris dilakukan untuk melihat konsistensi dan
ketepatan
instrumen yang dibuat untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Setelah dilakukan studi pustaka selanjutnya dilakukan validitas
konten atau
isi dan validitas konstruk oleh pakar. Pada uji coba tes uraian,
dilakukan validasi
konten dari butir tes, untuk memeriksa keandalan dari tiap butir
tes, validitas
setiap butir tes, daya pembeda dan indeks kesukaran butir tes.
Instrumen tes yang
disusun akan diberikan kepada ahli untuk dinilai validitas
kontennya. Validitas isi
digunakan untuk melihat kesesuaian instrumen yang dibuat dengan
kurikulum
pembelajaran matematika dan juga dengan materi geometri. Tes
pemahaman
geometris, sebelum digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh
lima orang
penimbang yang berlatar belakang mahasiswa S3 pendidikan
matematika yang
dianggap ahli dalam pendidkan matematika. Para penimbang diminta
untuk
menilai atau mempertimbangkan dan memberikan saran atau masukan
mengenai
validitas isi dan validitas muka dari tes tersebut. Pertimbangan
validitas isi
didasarkan pada: 1) kesesuaian butir soal dengan materi pokok
yang diberikan, 2)
kesesuaian antara butir soal dengan indikator pencapaian hasil
belajar, 3)
kesesuaian antara butir soal dengan aspek pemahaman geometris
yang diukur, dan
4) kelayakan butir soal untuk siswa SMP kelas IX. Pertimbangan
validitas muka
didasarkan pada kejelasan soal dari segi bahasa atau redaksional
dan kejelasan
soal dari segi gambar. Hasil pertimbangan mengenai validitas
muka dan validitas
isi dari kelima orang penimbang disajikan pada Lampiran C. Untuk
menguji
-
79
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keseragaman hasil pertimbangan validitas isi dan validitas muka
dari kelima
penimbang maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Hasil pertimbangan kelima penimbang seragam.
H1 : Hasil pertimbangan kelima penimbang tidak seragam.
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut
adalah Q-Cochran.
Kriteria pengujiannya adalah: jika nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05, maka H0
diterima; dalam keadaan lainnya, H0 ditolak. Hasil perhitungan
lengkap dapat
dilihat pada Lampiran C.
Hasil perhitungan validitas muka tes pemahaman geometris
dengan
menggunakan statistik Q-Cochran diperoleh nilai Asymp. Sig =
0,558 yang berarti
probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, pada
taraf signifikansi
= 0,05, H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa hasil
pertimbangan kelima
penimbang terhadap setiap butir soal pemahaman geometris siswa
dari segi
validitas muka adalah seragam. Sedangkan untuk hasil perhitungan
validitas isi
tes pemahaman geometris siswa dengan menggunakan statistik
Q-Cochran
diperoleh nilai Asymp. Sig = 0, 887 yang berarti probabilitasnya
lebih besar dari
0,05. Dengan demikian, pada taraf signifikansi = 0,05, H0
diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa hasil pertimbangan kelima penimbang
terhadap setiap
butir soal pemahaman geometris siswa dari segi validitas isi
adalah seragam.
Selanjutnya pada studi empiris dilakukan uji coba instrumen
kepada siswa
di luar sampel penelitian. Hasil uji coba instrumen selanjutnya
akan ditentukan
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.
Perhitungan validitas butir
soal dan reliabilitas data uji coba tes pemahaman geometris
selengkapnya terdapat
pada lampiran. Hipotesis yang diuji adalah:
H0: Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor
butir soal dengan
skor total.
H1: Terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir
soal dengan skor
total.
Perhitungan validitas butir soal menggunakan korelasi product
moment tiap
skor butir soal dengan skor total. Uji reliabilitas tes
digunakan rumus Cronbach-
Alpha. Kriteria pengujian jika rhit (rxy) < rtab maka H0
diterima. Pada taraf = 5%
-
80
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan n = 30 diperoleh rtab = 0,320. Hasil perhitungan validitas
butir soal dan
reliabilitas tes tersebut disajikan pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Pemahaman Geometris
Reliabilitas Nomor Soal
Validitas
r11 Tingkat rxy Kriteria
0,521 Sedang
1 0,55 Valid
2 0,61 Valid
3 0,48 Valid 4 0,55 Valid 5 0,77 Valid
Pada Tabel terlihat bahwa besar koefisien reliabilitas r11 =
0,521. Menurut
Guilford (Ruseffendi, 2006), instrumen dengan koefisien
reliabilitas 0,40 ≤ rxy <
0,60 termasuk instrumen dengan reliabilitas sedang. Pada tabel
3.6 nilai rxy untuk
setiap butir soal lebih besar dari rtab, berarti H0 ditolak.
Dengan demikian untuk
setiap butir soal tes pemahaman geometris dinyatakan valid.
Selanjutnya dihitung daya pembeda dan tingkat kesukaran.
Hasil
perhitungan disajikan pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran
Tes Pemahaman Geometris
No. Nomor Butir Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
1 1 0,48 (Baik) 0,69 (Sedang)
2 2 0,44 (Baik) 0,61 (Sedang)
3 3 0,43 (Baik) 0,55 (Sedang)
4 4 0,41 (Baik) 0,64 (Sedang)
5 5 0,49 (Baik) 0,65 (Sedang)
Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa soal tes
kemampuan
pemahaman geometris telah memenuhi karakteristik yang memadai
untuk
digunakan pada penelitian sebagai alat pengumpul data. Kisi-kisi
dan perangkat
soal tersebut selengkapnya disajikan pada lampiran.
d. Tes Keterampilan Geometris
-
81
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan dari penyusunan soal tes keterampilan geometris dalam
penelitian
ini adalah untuk mengukur kemampuan dan keterampilan dasar
geometris siswa
kelas IX. Soal tes keterampilan geometris disusun dalam bentuk
tes uraian. Soal
yang diberikan disusun berdasarkan indikator dan aspek
keterampilan geometris.
Adapun keterampilan geometris siswa yang diteliti terdiri dari 5
keterampilan
dasar geometri, yaitu keterampilan visual, keterampilan verbal,
keterampilan
menggambar, keterampilan logika, dan keterampilan terapan.
Setelah dilakukan studi pustaka selanjutnya dilakukan validitas
konten atau
isi dan validitas konstruk oleh pakar. Pada uji coba tes uraian,
dilakukan validasi
konten dari butir tes, untuk memeriksa keandalan dari tiap butir
tes, validitas
setiap butir tes, daya pembeda dan indeks kesukaran butir tes.
Instrumen tes yang
disusun akan diberikan kepada ahli untuk dinilai validitas
kontennya.
Tes keterampilan geometris, sebelum digunakan terlebih dahulu
juga
divalidasi oleh lima orang penimbang yang berlatar belakang
mahasiswa S3
pendidikan matematika yang dianggap ahli dalam pendidkan
matematika. Para
penimbang diminta untuk menilai atau mempertimbangkan dan
memberikan saran
atau masukan mengenai validitas isi dan validitas muka dari tes
tersebut.
Pertimbangan validitas isi didasarkan pada: 1) kesesuaian butir
soal dengan materi
pokok yang diberikan, 2) kesesuaian antara butir soal dengan
indikator pencapaian
hasil belajar, 3) kesesuaian antara butir soal dengan aspek
keterampilan geometris
yang diukur, dan 4) kelayakan butir soal untuk siswa SMP kelas
IX. Pertimbangan
validitas muka didasarkan pada kejelasan soal dari segi bahasa
atau redaksional
dan kejelasan soal dari segi gambar. Hasil pertimbangan mengenai
validitas muka
dan validitas isi dari kelima orang penimbang disajikan pada
lampiran. Untuk
menguji keseragaman hasil pertimbangan validitas isi dan
validitas muka dari
kelima penimbang maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Hasil pertimbangan kelima penimbang seragam.
H1 : Hasil pertimbangan kelima penimbang tidak seragam.
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut
adalah Q-
Cochran. Kriteria pengujiannya adalah: jika nilai probabilitas
lebih besar dari
-
82
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,05, maka H0 diterima; dalam keadaan lainnya, H0 ditolak. Hasil
perhitungan
lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.
Hasil perhitungan validitas muka tes keterampilan geometris
siswa dengan
menggunakan statistik Q-Cochran diperoleh nilai Asymp. Sig =
0,255 yang berarti
probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, pada
taraf signifikansi
= 0,05, H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa hasil
pertimbangan kelima
penimbang terhadap setiap butir soal keterampilan geometris
siswa dari segi
validitas muka adalah seragam. Sedangkan untuk hasil perhitungan
validitas isi
tes keterampilan geometris siswa dengan menggunakan statistik
Q-Cochran
diperoleh nilai Asymp. Sig = 0,645 yang berarti probabilitasnya
lebih besar dari
0,05. Dengan demikian, pada taraf signifikansi = 0,05, H0
diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa hasil pertimbangan kelima penimbang
terhadap setiap
butir soal keterampilan geometris siswa dari segi validitas isi
adalah seragam.
Selanjutnya pada studi empiris dilakukan uji coba instrumen
kepada siswa
di luar sampel penelitian. Hasil uji coba instrumen selanjutnya
akan ditentukan
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.
Perhitungan validitas butir soal dan reliabilitas data uji coba
tes keterampilan
geometris siswa selengkapnya terdapat pada lampiran. Hipotesis
yang diuji adalah:
H0: Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor
butir soal
dengan skor total.
H1: Terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir
soal dengan skor
total.
Perhitungan validitas butir soal dan reliabilitas menggunakan
exel. Uji
validitas butir soal menggunakan korelasi product moment tiap
skor butir soal
dengan skor total. Uji reliabilitas tes digunakan rumus
Cronbach-Alpha. Kriteria
pengujian jika rhit (rxy) < rtab maka H0 diterima. Pada taraf
= 5% dan n = 35
diperoleh rtab = 0,320. Hasil perhitungan validitas butir soal
dan reliabilitas tes
tersebut disajikan pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Keterampilan
Geometris
Reliabilitas Nomor Soal
Validitas
r11 Tingkat rxy Kriteria
-
83
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,489 Sedang
1 0,59 Valid
2 0,62 Valid
3 0,61 Valid
4 0,71 Valid
Pada tabel terlihat bahwa besar koefisien reliabilitas r11 =
0,489. Menurut
Guilford (Ruseffendi, 2005), instrumen dengan koefisien
reliabilitas 0,40 ≤ rxy <
0,60 termasuk instrumen dengan reliabilitas sedang. Pada tabel
3.11 nilai rxy untuk
setiap butir soal lebih besar dari rtab, berarti H0 ditolak.
Dengan demikian untuk
setiap butir soal tes keterampilan geometris dinyatakan
valid.
Selanjutnya dihitung daya pembeda dan tingkat kesukaran.
Hasil
perhitungan disajikan pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9
Hasil Uji Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran
Tes Keterampilan Geometris
No. Nomor Butir Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
1 1 0,41 (baik) 0,65 (Sedang)
2 2 0,59 (baik) 0,63 (Sedang)
3 3 0,36 (baik) 0,43 (Sedang)
4 4 0,64 (baik) 0,57 (Sedang)
Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa soal tes
keterampilan
geometris telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk
digunakan pada
penelitian sebagai alat pengumpul data.
2. Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes dalam penelitian ini adalah alat pengumpul
data yang
digunakan untuk mengukur karakter siswa.
a. Angket Karakter Siswa
Angket disusun dengan menggunakan skala likert dengan 4 pilihan
pada
rentang 1-4. Nilai 4 menunjukkan respon sangat kuat secara
positif, 3
menunjukkan respon kuat secara positif, 2 menunjukkan respon
kuat secara
negatif, dan 1 menunjukkan respon sangat kuat secara negatif.
Angket karakter
siswa digunakan dalam penelitian ini untuk menilai dan
memberikan gambaran
tentang sikap siswa yang mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal
atau sikap
-
84
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
karakter siswa. Adapun nilai dan indikator yang digunakan dalam
penelitian ini
dijabarkan pada Tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10
Nilai dan Deskripsi Nilai Karakter dalam Pendidikan Karakter
No. Dimensi Indikator Pernyataan
1 Karakter
Individu
Teliti Ketelitian dalam menyelesaikan
soal matematika
Kreatif Menyelesaikan soal matematika
dengan cara yang kreatif
Pantang
Menyerah
Merasa tertantang dengan soal
matematika
Rasa Ingin Tahu
- Kegunaan matematika - Mendapatkan jawaban
masalah dari berbagai
sumber
2 Karakter
Berkelompok
Kepemimpinan
- Sikap pemimpin - Member dorongan kepada
orang lain
Saling
Menghargai
- Menghargai orang lain - Dorongan dari guru dan
keluarga
Bekerjasama Bersama-sama menyelesaikan
masalah matematika
Sikap Peduli Membantu orang lain
Angket karakter siswa yang terdri dari angket karakter individu
dan angket
karakter berkelompok, masing-masing terdiri dari atas 16
pernyataan dengan 8
pernyataan positif dan 8 pernyataan negatif yang saling
bekaitan. Untuk melihat
kelayakan instrumen non-tes, penulis menggunakan dua cara
penilaian yaitu
-
85
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
validasi konstruk/isi dan validitas muka dari para pakar.
Validasi isi dilakukan
oleh lima orang validator yaitu tiga orang dosen pendidikan
matematika dan dua
orang dosen pendidikan karakter. Pertimbangan dipilihnya dosen
pendidikan
karakter sebagai validator karena mereka dianggap mengetahui
kebenaran konsep
dan paradigma dari pendidikan karakter.
Untuk menguji keseragaman hasil pertimbangan validitas isi dan
validitas
muka dari kelima penimbang terhadap angket karakter maka
diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H0 : Hasil pertimbangan kelima penimbang seragam.
H1 : Hasil pertimbangan kelima penimbang tidak seragam.
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut
adalah Q-Cochran.
Kriteria pengujiannya adalah: jika nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05, maka H0
diterima; dalam keadaan lainnya, H0 ditolak. Hasil perhitungan
validitas muka dan
validitas isi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.
Hasil perhitungan validitas muka angket karakter individu dan
angket
karakter berkelompok siswa dengan menggunakan statistik
Q-Cochran pada
angket karakter individu diperoleh Asymp. Sig = 0,446 dan pada
angket karakter
kelompok diperoleh Asymp. Sig = 0,974 yang berarti probabilitas
keduanya lebih
besar dari 0,05. Dengan demikian, pada taraf signifikansi =
0,05, H0 diterima
atau dapat disimpulkan bahwa hasil pertimbangan kelima penimbang
terhadap
setiap butir pernyataan angket karakter siswa dari segi
validitas muka adalah
seragam.
Sedangkan untuk hasil perhitungan validitas isi angket karakter
individu dan
karakter berkelompok siswa dengan menggunakan statistik
Q-Cochran pada
angket karakter individu diperoleh Asymp. Sig = 0,683 dan pada
angket karakter
kelompok diperoleh Asymp. Sig = 0,736 yang berarti probabilitas
keduanya lebih
besar dari 0,05. Dengan demikian, pada taraf signifikansi =
0,05, H0 diterima
atau dapat disimpulkan bahwa hasil pertimbangan kelima penimbang
terhadap
setiap butir pernyataan angket karakter siswa dari segi
validitas isi adalah
seragam. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa angket
karakter siswa
-
86
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
baik individu maupun kelompok telah memenuhi karakteristik yang
memadai
untuk digunakan pada penelitian sebagai alat pengumpul data.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati sikap karakter siswa
yang
terjadi selama proses pembelajaran model van Hiele dengan
menggunakan
pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal. Pada dasarnya
observasi yang
dilakukan adalah observasi tentang situasi kelas pada saat
pembelajaran
dilaksanakan. Hal ini dipandang perlu untuk dideskripsikan
secara rinci untuk
memperkuat pembahasan hasil penelitian yang akan diperoleh
nantinya.
Pengembangan instrumen lembar observasi pada penelitian ini
meliputi tiga
aspek yang termuat dalam pengukuran sikap yakni aspek evaluasi,
aspek potensi
dan aspek aktivitas. Jumlah pernyataan yang dibuat untuk
mengukur lembar
observasi karakter siswa ada 15 pernyataan, 8 pernyataan untuk
observasi karakter
individu dan 7 pernyataan untuk observasi karakter kelompok.
Lembar observasi disusun dengan menggunakan modifikasi skala
semantic
differensial atau diferensial semantik yang dikembangkan oleh
Charles Osgood,
dengan 6 pilihan pada rentang 1-7. Nilai 7 menunjukkan respon
sangat kuat secara
positif, 6 menunjukkan respon kuat secara positif, 5 menunjukkan
respon cukup
secara positif, 3 menunjukkan respon cukup secara negatif, 2
menunjukkan respon
kuat secara negatif, dan 1 menunjukkan respon sangat kuat secara
negatif.
Sedangkan nilai 4 tidak digunakan dalam penyusunan skala
sikap.
Untuk menguji keseragaman lembar observasi karakter, berikut
diajukan
hipotesis hasil pertimbangan validitas isi dan validitas muka
dari kelima
penimbang:
H0 : Hasil pertimbangan kelima penimbang seragam.
H1 : Hasil pertimbangan kelima penimbang tidak seragam.
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut
adalah Q-Cochran.
Kriteria pengujiannya adalah: jika nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05, maka H0
diterima; dalam keadaan lainnya, H0 ditolak. Hasil perhitungan
lengkap untuk
validitas muka dan isi dapat dilihat pada Lampiran C.
-
87
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil perhitungan validitas muka dan validitas isi lembar
observasi karakter
individu dan lembar observasi karakter berkelompok siswa dengan
menggunakan
statistik Q-Cochran diperoleh bahwa nilai probabilitas semuanya
lebih besar dari
0,05. Dengan demikian, pada taraf signifikansi = 0,05, H0
diterima atau dapat
disimpulkan bahwa hasil pertimbangan kelima penimbang terhadap
setiap butir
pernyataan lembar observasi karakter siswa dari segi validitas
muka dan isi adalah
seragam. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa lembar
observasi
karakter siswa baik individu maupun kelompok telah memenuhi
karakteristik
yang memadai untuk digunakan pada penelitian sebagai alat
pengumpul data.
D. Perangkat Pembelajaran
Pada pelaksanaan model pembelajaran van Hiele dengan
menggunakan
pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal diperlukan
perangkat pembelajaran
yang sesuai dengan pendekatan tersebut, karena itu dikembangkan
perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dari pendekatan
tersebut.
Pengembangan perangkat pembelajaran juga akan memperhatikan
kemampuan
yang akan dikembangkan yaitu pemahaman geometris sehingga
melalui perangkat
pembelajaran tersebut diharapkan akan dapat menunjang
peningkatan pemahaman
geometris tersebut. Selain itu, pengembangan perangkat
pembelajaran juga
mempertimbangkan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) agar
siswa dapat mencapai kompetensi sesuai dengan yang diharapkan
kurikulum
tersebut.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti adalah
perangkat
pembelajaran untuk siswa kelas IX SMP yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sebelum digunakan,
perangkat
pembelajaran terlebih dahulu divalidasi oleh lima orang
penimbang yang berlatar
belakang mahasiswa S3 pendidikan matematika yang dianggap ahli
dalam
pendidikan matematika. Para penimbang diminta untuk menilai atau
menimbang
dan memberikan saran atau masukan mengenai kesesuaian masalah
dan tugas
yang terdapat pada LKS dengan tujuan yang akan dicapai pada RPP,
peran LKS
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan pemahaman
geometris,
kesesuaian tuntunan dalam LKS dengan tingkat perkembangan
siswa,
-
88
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesistematisan pengorganisasian LKS, peran LKS untuk membantu
siswa
membangun konsep-konsep/ prinsip-prinsip matematika dengan
kemampuan
mereka sendiri, serta kejelasan LKS dari segi bahasa dan dari
segi gambar yang
digunakan.
Setelah perangkat pembelajaran diperbaiki berdasarkan masukan
para
penimbang, kemudian dilakukan ujicoba pada siswa kelas IX SMP.
Ujicoba
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keterbacaan LKS dan
sekaligus untuk
memperoleh gambaran apakah LKS dapat dipahami siswa dengan baik.
Perbaikan
perangkat pembelajaran setelah ujicoba diharapkan akan
menghasilkan suatu
perangkat pembelajaran yang baik sehingga akan memperlancar
jalannya proses
pembelajaran pada saat eksperimen dilakukan.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap
persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap analisis data. Ketiga tahapan tersebut
diuraikan sebagai
berikut.
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Merancang perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
serta meminta
penilaian ahli.
b. Menganalisis hasil validasi perangkat pembelajaran dan
instrumen penelitian
dengan tujuan memperbaiki perangkat pembelajaran dan instrumen
penelitian
sebelum dilaksanakan ujicoba lapangan.
c. Mensosialisasikan rancangan model pembelajaran van Hiele
dengan
pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal kepada guru dan
observer
yang akan terlibat dalam penelitian.
d. Melaksanakan ujicoba lapangan
e. Menganalisis hasil ujicoba perangkat pembelajaran dan
instrumen penelitian
dengan tujuan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran dan
instrumen
penelitian sebelum eksperimen dilakukan.
f. Melaksanakan tes kemampuan awal matematis siswa. Tes ini
bertujuan untuk
memilah siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Penentuan
-
89
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan siswa tersebut, selain sebagai salah satu variabel
dalam
penelitian ini, juga dijadikan sebagai pedoman dalam membentuk
kelompok
belajar selama berlangsung proses belajar di kelas.
g. Melaksanakan tes tingkat berpikir geometri van Hiele. Tes ini
bertujuan untuk
menempatkan siswa berdasarkan level berpikir geometri van
Hiele.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah:
a. Memberikan pretes. Tes ini untuk mengukur pemahaman geometris
dan
keterampilan geometris siswa sebelum pembelajaran dilakukan.
b. Melaksanakan pembelajaran model van Hiele dengan pendekatan
kontekstual
berbasis kearifan lokal (selama kegiatan ini berlangsung
dilakukan
pengamatan tentang sikap karakter siswa melalui lembar observasi
karakter
siswa baik individu maupun kelompok).
Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 9 pertemuan, dengan
rincian 7
pertemuan untuk proses pembelajaran dan 2 pertemuan untuk pretes
dan
postes.
c. Memberikan postes. Tes ini untuk mengukur pemahaman geometris
dan
keterampilan geometris siswa setelah pembelajaran dilakukan.
d. Memberikan angket karakter siswa dalam pembelajaran
matematika kepada
siswa. Pemberian angket ini untuk mengukur sikap karakter siswa
yang
mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal dalam matematika
setelah
pembelajaran dilakukan.
3. Tahap Analisis Data
Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Melakukan analisis data dan menguji hipotesis.
b. Melakukan pembahasan yang berkaitan dengan analisis data, uji
hipotesis,
hasil observasi, dan kajian studi literatur.
c. Menyimpulkan hasil penelitian.
Gambar 3.1 berikut ini merupakan rangkuman tahapan alur kerja
penelitian
yang dilakukan:
-
90
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Studi Pendahuluan:
Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Studi Literatur, dll
Pengembangan &Validasi :
Bahan Ajar, Pembelajaran, Instrumen
Penelitian, Ujicoba
Pemilihan Subyek
Penelitian Kelas Kontrol
Pendekatan Biasa
(PB)
Kelas Eksprimen
Pembelajaran
PVKK
Pretes Tes KAM Siswa
Tes Berpikir Van Hiele
Tes Pemahaman Geometris
Tes Keterampilan Geometris
Pretes
-
91
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Tahapan Alur Kerja Penelitian
F. Teknik Analisis Data
Setelah penelitian di lapangan dilaksanakan, diperoleh
sekelompok data
kuantitatif dan data kualitatif. Data yang akan diperoleh adalah
data skor tes
(pretes dan postes) pemahaman geometris dan keterampilan
geometris, serta data
pencapaian karakter siswa, data hasil observasi karakter siswa,
dan juga data
tentang kemampuan awal matematis siswa.
1. Data skor tes pemahaman dan keterampilan geometris serta
angket karakter
siswa
Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data tentang
pemahaman,
keterampilan geometris dan karakter siswa. Adapun
langkah-langkah perhitungan
dengan perincian sebagai berikut:
Observasi Observasi
Data
Temuan
Kesimpulan & Rekomendasi
Analisa
Data
Pos Tes: Tes Pemahaman Geometris
Tes Keterampilan Geometris
Angket Karakter
-
92
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest dianalisis
untuk
mengetahui besarnya peningkatan pemahaman dan keterampilan
geometris siswa
kelas eksperimen dan kontrol. Besar peningkatan dihitung dengan
rumus gain
ternomalisasi (normalized gain), yaitu:
g = scorepretestscorepossibleimummax
scorepretestscoreposttest
(Hake, 2002)
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan
klasifikasi dari Hake (2002) yang dapat dilihat pada Tabel 3.11
berikut.
Tabel 3.11 Klasifikasi Gain (g)
Besar g Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0, 3 < g 0,7 Sedang
g 0,3 Rendah
Pengolahan data diawali dengan menguji persyaratan statistik
yang
diperlukan sebagai dasar dalam rangka pengujian hipotesis, yaitu
uji normalitas
sebaran data subyek penelitian dan uji homogenitas varians untuk
setiap
kelompok data yang diuji. Kemudian ditentukan jenis pengujian
statistik tertentu
yang sesuai dengan permasalahan. Pengujian hipotesis menggunakan
bantuan
perangkat lunak SPSS-17 for Windows.
2. Data hasil observasi karakter siswa
Data hasil observasi digunakan untuk melihat gambaran digunakan
untuk
mengamati sikap karakter siswa yang terjadi selama proses
pembelajaran model
van Hiele dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokal.
Pada dasarnya observasi yang dilakukan adalah observasi tentang
situasi kelas
pada saat pembelajaran dilaksanakan. Hal ini dipandang perlu
untuk
dideskripsikan secara rinci untuk memperkuat pembahasan hasil
penelitian yang
akan diperoleh nantinya.
Cara penilaian yang digunakan menggunakan skala semantic
differensial
yang dikembangkan oleh Charles Osgood. Semantic differensial
merupakan salah
satu tipe skala penilaian yang disusun untuk mengukur objek,
kejadian atau sikap
dengan menggunakan kata saling berlawanan, dengan tujuan untuk
memprediksi
dan mengidentifikasi struktur pribadi seseorang. Sevilla (dalam
Avianti, 2008)
mengatakan bahwa skala diferensial semantik adalah instrumen
yang digunakan
-
93
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam menilai suatu konsep perangsang pada seperangkat skala
bipolar tujuh
langkah dari satu ujung sampai dengan ujung yang lain dalam
rangkaian kesatuan.
Sistem penilaian yang digunakan dalam penelitian ini dari
rentang 1 sampai
7. Nilai 7 menunjukkan respon sangat kuat secara positif, 6
menunjukkan respon
kuat secara positif, 5 menunjukkan respon cukup secara positif,
3 menunjukkan
respon cukup secara negatif, 2 menunjukkan respon kuat secara
negatif, dan 1
menunjukkan respon sangat kuat secara negatif. Sedangkan nilai 4
tidak
digunakan dalam penelitian ini.
Setelah data diperoleh, maka karakter siswa pada lembar
observasi dalam
penelitian ini juga akan dianalisis melalui tahapan berikut:
a. Mengumpulkan data yang diperoleh dari lembar observasi,
b. Menyusun data skor lembar observasi karakter individu siswa
dan lembar
observasi karakter kelompok siswa dalam tabel,
c. Menghitung rerata skor untuk masing-masing siswa pada setiap
instrumen,
d. Menyusun data secara keseluruhan berdasarkan skor total yang
diperoleh,
kemudian selanjutnya menyusun data berdasarkan
indikator-indikatornya
(karakter individu dan karakter kelompok).
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang
berkaitan dengan
masalah penelitian di sajikan pada Tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12
Keterkaitan antara Masalah, Hipotesis, dan Jenis Statistik
yang digunakan pada Analisis Data
Masalah Hipotesis
Penelitian
Jenis
Uji Statistik
1 2 3
Apakah pencapaian pemahaman geometris
siswa yang mendapat pembelajaran model van
Hiele dengan pendekatan Kontekstual berbasis
Kearifan Lokal (PVKK) lebih baik daripada
siswa yang mendapat pembelajaran biasa (PB)
ditinjau dari: (1) keseluruhan siswa, (2)
1 sd 6 Uji-t
-
94
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah level tinggi;(3) sekolah level sedang;
(4) KAM tinggi; (5) KAM sedang; (6) KAM
rendah?
Apakah peningkatan pemahaman geometris
siswa yang mendapat pembelajaran PVKK
lebih baik daripada siswa yang mendapat PB
ditinjau dari: (7) keseluruhan siswa, (8)
sekolah level tinggi;(9) sekolah level sedang;
(10) KAM tinggi; (11) KAM sedang; (12)
KAM rendah?
7 sd 12
Uji-t
Apakah terdapat interaksi antara model
pembelajaran (PVKK dan PB) dan level
sekolah (tinggi dan sedang) terhadap
peningkatan pemahaman geometris siswa?(13)
13 ANAVA dua
jalur
Apakah terdapat interaksi antara model
pembelajaran (PVKK dan PB) dan KAM
(tinggi, sedang dan rendah) terhadap
peningkatan pemahaman geometris siswa?(14)
14 ANAVA dua
jalur
Apakah pencapaian keterampilan geometris
siswa yang mendapat model van Hiele dengan
pendekatan Kontekstual berbasis Kearifan
Lokal lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari:
(15) keseluruhan siswa, (16) sekolah level
tinggi; (17) sekolah level sedang; (18) KAM
tinggi; (19) KAM sedang; (20) KAM rendah?
15 sd 20 Uji-t
Apakah peningkatan keterampilan geometris
siswa yang mendapat model van Hiele dengan
pendekatan Kontekstual berbasis Kearifan
Lokal lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari:
(21) keseluruhan siswa, (22) sekolah level
tinggi; (23) sekolah level sedang; (24) KAM
tinggi; (25) KAM sedang; (26) KAM rendah?
21 sd 26 Uji-t
1 2 3
Apakah terdapat interaksi antara model
pembelajaran (PVKK dan PB) dan KAM
(tinggi, sedang dan rendah) terhadap
peningkatan keterampilan geometri siswa? (28)
28 ANAVA dua
jalur
Apakah pencapaian karakter individu siswa
yang mendapat model van Hiele dengan
pendekatan Kontekstual berbasis Kearifan
Lokal lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari:
(29) keseluruhan siswa, (30) sekolah level
tinggi; (31) sekolah level sedang?
29 sd 31 Uji-t
-
95
Reni Astuti, 2018 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN
GEOMETRIS, SERTA PENCAPAIAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Apakah terdapat interaksi antara model
pembelajaran (PVKK dan PB) dan level
sekolah (tinggi dan sedang) terhadap
pencapaian karakter individu siswa? (32)
32 ANAVA dua
jalur
Apakah pencapaian karakter kelompok siswa
yang mendapat model van Hiele dengan
pendekatan Kontekstual berbasis Kearifan
Lokal lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari:
(33) keseluruhan siswa, (34) sekolah level
tinggi; (35) sekolah level sedang?
33 sd 35 Uji-t
Apakah terdapat interaksi antara model
pembelajaran (PVKK dan PB) dan level
sekolah (tinggi dan sedang) terhadap
pencapaian karakter kelompok siswa? (36)
36 ANAVA dua
jalur