22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang SDN Tlogo terletak lingkungan pedesaan yang jauh dari keramaian dan kebisingan kendaraan. Sarana dan prasarana dalam sekolah ini cukup memadai seperti adanya alat peraga, buku-buku penunjang, peralatan olahraga. Prestasi yang diraih di SDN Tlogo adalah dalam bidang olahraga terutama voli yang berjenjang nasional. Lingkungan sekolah yang luas. SDN Tlogo memiliki ruangan berjumlah 12 ruang yaitu 1 ruang perpustakan, 1 lab komputer, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 2 ruang kelas 1 pararel, 1 ruang kelas 2, 1 ruang kelas 3, 1 ruang kelas 4, 1 ruang kelas 5 dan 1 ruang kelas 6. lapangan yang sangat luas, ada lapangan bola dan lapangan untuk bermain voli. Jumlah guru SD Negeri Tlogo 16 guru, yaitu guru kelas 1- 6, 1 guru agama kristen, 1 guru agama islam, 1 guru agama budha, 1 guru olahraga, 1 guru sbk. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 19 laki-laki dan 13 perempuan. Karakteristik siswa yang berbeda-beda dan tingkat kemampuan yang bervariasi ada yang kurang, ada yang sedang dan ada yang diatas rata-rata. Sebagian besar pekerjaan orangtua siswa adalah karyawan swasta dan petani. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013 /2014, yaitu bulan Maret sampai dengan bulan April 2014. Karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.
15
Embed
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/3/T1_292010309_BAB III... · Jumlah guru SD Negeri Tlogo 16 guru, yaitu guru
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang SDN Tlogo terletak lingkungan pedesaan yang jauh dari keramaian dan
kebisingan kendaraan. Sarana dan prasarana dalam sekolah ini cukup memadai
seperti adanya alat peraga, buku-buku penunjang, peralatan olahraga. Prestasi yang
diraih di SDN Tlogo adalah dalam bidang olahraga terutama voli yang berjenjang
nasional.
Lingkungan sekolah yang luas. SDN Tlogo memiliki ruangan berjumlah 12 ruang
yaitu 1 ruang perpustakan, 1 lab komputer, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 2
ruang kelas 1 pararel, 1 ruang kelas 2, 1 ruang kelas 3, 1 ruang kelas 4, 1 ruang kelas
5 dan 1 ruang kelas 6. lapangan yang sangat luas, ada lapangan bola dan lapangan
untuk bermain voli. Jumlah guru SD Negeri Tlogo 16 guru, yaitu guru kelas 1- 6, 1
guru agama kristen, 1 guru agama islam, 1 guru agama budha, 1 guru olahraga, 1
guru sbk.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 4
SDN Tlogo Kecamatan Tuntang dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa yang terdiri
dari 19 laki-laki dan 13 perempuan. Karakteristik siswa yang berbeda-beda dan
tingkat kemampuan yang bervariasi ada yang kurang, ada yang sedang dan ada yang
diatas rata-rata. Sebagian besar pekerjaan orangtua siswa adalah karyawan swasta dan
petani.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013
/2014, yaitu bulan Maret sampai dengan bulan April 2014. Karena PTK memerlukan
beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.
23
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Dalam pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together akan mempengaruhi hasil
belajar IPA. Sedangkan variabel akibat atau variabel terikat adalah yang menerima
pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat disimbolkan dengan variabel Y. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah hasil belajar IPA. Dalam
pembelajaran hasil belajar IPA akan meningkat karena menerima penggaruh dari
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
3.2.2 Definisi Oprasional
Definisi operasional ini dimaksudkan untuk menghindari perbedaan
interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial yang dapat menimbulkan
kerancuan dalam mengartikan judul, maksud dari penelitian dan merupakan suatu
bentuk kerangka pembahasan yang lebih mengarah dan relevan dengan permasalahan
yang ada. Sesuai dengan judul “Penggunaan Model Numbered Head Together untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”, maka
batasan pengertian di atas meliputi: Numbered Heads Together dan Hasil Belajar
Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
dibuat suatu diskusi kelompok yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang
anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, dimana setiap siswa masing-
masing mempunyai nomor, kemudian nomor tersebut akan dipanggil oleh guru untuk
menjawab pertanyaan. Ada 6 langkah dalam pembelajaran Numbered Heads
Together yaitu persiapan, pembentukan kelompok, pemberian tugas, diskusi
masalah/berpikir bersama , memanggil nomor secara acak, memberi kesimpulan.
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan dan perubahan
perilaku atau kemampuan siswa setelah mengalami proses belajar. Dalam penelitian
ini hasil belajar IPA adalah penguasaan pengetahuan/aspek kognitif yang diperoleh
24
dari penilaian formatif melalui tes tertulis yang diberikan oleh guru berbentuk pilihan
ganda.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan
bagan yang berbeda secara garis besar terdapat. Masing-masing siklus mempunyai
tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Secara
umum, Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2006:93) menggambarkan alur sebagai
berikut:
Gambar 2. Bagan Alur Penelitian
25
Sebelum dilaksanakan penelitian, menyusun suatu perencanaan mengenai apa
yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah
perencanaan akan dilaksanakan tindakan dengan suatu pengamatan atau observasi
mengenai jalannya tindakan dalam pembelajaran, kemudian melakukan refleksi
berdasarkan hasil pengamatan. Hasil refleksi untuk menemukan kelemahan dan
kekurangan yang ditemukan pada tindakan siklus I kemudian akan dilaksanakan dan
diperbaiki pada siklus selanjutnya yang pelaksanaanya sama pada siklus I.
3.3.1 Tindakan Siklus1
a) Perencanaan
Perencanaan pada penelitian tindakan kelas ini adalah merencanakan dan
merancang tindakan pembelajaran IPA kelas 4. Mempersiapkan perijinan di sekolah
untuk melaksanakan tindakan siklus I, berkonsultasi dengan guru kelas mengenai
materi pembelajaran yang akan digunakan sebagai penelitian, mengkonsultasikan
tanggal pelaksanaan penelitian kepada pihak sekolah dan guru, menyiapkan RPP,
melakukan validasi dan mempersiapkan instrumen. Instrumen yang disiapkan berupa
soal tes yang telah divalidasi dan lembar observasi guru dalam pelaksanaan model
Numbered Heads Together. Dipersiapkan pula alat yang akan mendukung
pembelajaran yaitu lembar soal dan nomor kepala serta menyiapkan alat peraga yang
dibutuhkan.
b) Pelaksanaan dan Pengamatan
Dalam pelaksanaan siklus I yaitu 3 pertemuan yaitu pertemuan pertama guru
membuka pelajaran, mempresensi, apersepsi dan motivasi. Guru menjelaskan kepada
siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru melakukan tanya
jawab serta menjelaskan materi secara singkat. Guru menjelaskan langkah metode
pembelajaran Numbered Heads Together. Siswa dibagi dalam 6 kelompok belajar
yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa pada setiap anggota kelompok
diberi nomor 1-5. Setiap kelompok siswa diberikan soal atau pertanyaan tentang
materi kemudian mendiskusikan jawaban. Guru berkeliling mengarahkan dan
membimbing bila ada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah melakukan
26
diskusi, guru menyebutkan satu nomor secara acak dan anak yang merasa nomornya
disebutkan mengangkat tangannya lalu maju melaporkan hasil diskusi. Kelompok
lain memperhatikan dan bila kurang jelas siswa diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi
kemudian membuat kesimpulan. Pada kegiatan penutup siswa dibimbing guru
membuat rangkuman dan melakukan refleksi. pertemuan kedua guru membuka
pelajaran, mempresensi, apersepsi dan motivasi. Guru menjelaskan kepada siswa
tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru melakukan tanya jawab
serta menjelaskan materi secara singkat. Guru menjelaskan langkah metode
pembelajaran Numbered Heads Together. Siswa dibagi dalam 6 kelompok belajar
yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa pada setiap anggota kelompok
diberi nomor 1-5. Setiap kelompok siswa diberikan soal atau pertanyaan tentang
materi kemudian mendiskusikan jawaban. Guru berkeliling mengarahkan dan
membimbing bila ada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah melakukan
diskusi, guru menyebutkan satu nomor secara acak dan anak yang merasa nomornya
disebutkan mengangkat tangannya lalu maju melaporkan hasil diskusi. Kelompok
lain memperhatikan dan bila kurang jelas siswa diberi kesempatan bertanya, jika
terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi
kemudian membuat kesimpulan. Pada kegiatan penutup siswa dibimbing guru
membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Peretmuan ketiga guru hanya
membahas kembali materi yang sudah dpelajari, dan bertanya jawab anatar guru dan
siswa, apakah masiha ada yang belum mengerti dan paham atas penyampaian materi
dan setelah itu guru memberikan soal evaluasi. Dalam jalannya proses pembelajaran
selama proses KBM berlangsung, Hal yang diamati adalah keterlaksanaan sintak
model pembelajaran Numbered Heads Together mengamati apa saja yang menjadi
kendala-kendala yang ada dalam proses pembelajaran dalam lembar observasi yang
telah disediakan.
27
c) Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan pengamat segera menganalisis pelaksanaan tindakan
setelah kegiatan belajar mengajar berakhir sebagai bahan refleksi. Selanjutnya
peneliti mengadakan refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan serta
hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran. Bila melalui penggunaan model
Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa masih rendah dalam mata
pelajaran IPA yang dapat dilihat dari kriteria pencapaian indikator kinerjanya, maka
sebagai tindakan dalam merefleksi dilakukan perbaikan pada siklus II.
3.3.2 Pelaksanaan Siklus2
Pada siklus II pun kegiatan pembelajaran akan dilakukan sama seperti pada
siklus I hanya saja siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan dan
kekurangan pada siklus sebelumnya.
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar
IPA pada siswa kelas 4 setelah melakukan pembelajaran melalui penggunaan model
Numbered Heads Together adalah degan teknik tes dan observasi. Tes dilakukan
untuk mengetahui kemampuan siswa selama proses belajar, sehingga peneliti dapat
merencanakan tindakan yang akan diambil dalam memperbaiki pembelajaran. Tes
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pemberian tindakan dilakukan
melalui dua siklus, sedangkan evaluasi dilakukan diakhir siklus untuk mengetahui
hasil belajar siswa pada setiap siklus. Observasi digunakan untuk mengetahui
keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dan keterlaksanaan sintak
yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan Numbered Heads Together.
28
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yang berkaitan
dengan efektifitas belajar IPA adalah lembar tes dan lembar observasi. Lembar tes
hasil belajar dan lembar observasi disusun berdasarkan indikator prosedur
penyusunan butir soal dan sintaks model pembelajaran.
3.4.2.1 Lembar Tes
Soal tes yang diberikan adalah soal tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda
digunakan untuk mengaetahui tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran. Tes ini
diberikan setelah proses belajar mengajar pada pertemuan ketiga tiap siklus.
Pembuatan lembar tes menggunakan prosedur penyusunan butir soal. Menurut