LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-1 BAB III KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA 3.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Nasional Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan a) mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah; c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d) mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan e) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Perencanaan pembangunan nasional dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); dan Rencana Pembangunan Tahunan. Segenap tahapan perencanaan pembangunan ini merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah pembangunan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPNas) 2005-2025, disebutkan bahwa visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah Indonesia yang
57
Embed
BAB III KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SEKRETARIAT/134/...3.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Nasional Dalam pelaksanaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-1
BAB III
KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN
KEMISKINAN KOTA SURAKARTA
3.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Nasional
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, diselenggarakan
berdasarkan asas demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Sistem perencanaan
pembangunan nasional bertujuan a) mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan, b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik
antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara
pusat dan daerah; c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d) mengoptimalkan partisipasi
masyarakat; dan e) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Perencanaan pembangunan nasional dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM); dan Rencana Pembangunan Tahunan. Segenap
tahapan perencanaan pembangunan ini merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah
pembangunan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPNas) 2005-2025, disebutkan
bahwa visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah Indonesia yang
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-2
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Dalam upaya mewujudkan misi tersebut akan
ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional, yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
Dari 8 uraian misi di atas, tersirat sebuah misi yang mendorong pada
tingkat pemerataan dan berkeadilan dalam pembangunan, yaitu misi ke 5. Misi
kelima ini diarahkan pada upaya meningkatkan pembangunan daerah,
mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada
masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama
bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan
prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek
termasuk gender.
Lahirnya misi ke 5 ini salah satunya adalah bahwa dalam 20 tahun
mendatang, Indonesia menghadapi tekanan jumlah penduduk yang makin
besar. Jumlah penduduk yang pada tahun 2005 sebesar 219,9 juta orang
diperkirakan meningkat mencapai sekitar 274 juta orang pada tahun 2025.
Sejalan dengan itu berbagai masalah kependudukan diperkirakan akan menjadi
tantangan bagi pemerintah yang salah satunya adalah tingkat kemiskinan.
Dalam rangka mencapai terwujudnya pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan terhadap masayarakat miskin, maka tujuan pembangunan
diarahkan sebagai berikut :
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-3
1. Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan
sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada
kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin
dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana.
2. Pembangunan kesejahteraan sosial dalam rangka memberikan
perlindungan pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung
disempurnakan melalui penguatan lembaga jaminan sosial yang didukung
oleh peraturan-peraturan perundangan, pendanaan, serta sistem nomor
induk kependudukan (NIK). Pemberian jaminan sosial dilaksanakan dengan
mempertimbangkan budaya dan kelembagaan yang sudah berakar di
masyarakat.
3. Sistem perlindungan dan jaminan sosial disusun, ditata, dan dikembangkan
untuk memastikan dan memantapkan pemenuhan hak-hak rakyat akan
pelayanan sosial dasar. Sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yang sudah
disempurnakan bersama sistem perlindungan sosial nasional (SPSN) yang
didukung oleh peraturan perundang–undangan dan pendanaan serta sistem
Nomor Induk Kependudukan (NIK) dapat memberikan perlindungan penuh
kepada masyarakat luas. secara bertahap sehingga Pengembangan SPSN
dan SJSN dilaksanakan dengan memperhatikan budaya dan sistem yang
sudah berakar di kalangan masyarakat luas.
4. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya
diarahkan pada (1) penyelenggaraan pembangunan perumahan yang
berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat
serta didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi
dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan
efisien; (2) penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana
dan sarana pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi
pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan
lapangan kerja, serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran
pembangunan; dan (3) pembangunan pembangunan perumahan beserta
prasarana dan sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan
keseimbangan lingkungan hidup.
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-4
5. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan
sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset
management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi; (2) pemenuhan
kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (3)
penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan
profesional; dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam
pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin
6. Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan,
dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan
mengutamakan prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi. Sejalan dengan
proses demokratisasi, pemenuhan hak dasar rakyat diarahkan pada
peningkatan pemahaman tentang pentingnya mewujudkan hak-hak dasar
rakyat. Kebijakan penanggulangan kemiskinan juga diarahkan pada
peningkatan mutu penyelenggaraan otonomi daerah sebagai bagian dari
upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.
RPJP Nasional memiliki tahapan perencanaan jangka menengah atau
yang biasa disebut RPJM, terdiri dari RPJM ke-1 untuk periode 2005-2009,
RPJM ke-2 untuk periode 2010-2014 dan RPJM ke-4 untuk periode 2020-2024.
Saat ini RPJMN masuuk pada periode 2015-2019. Pada periode tersebut, arah
kebijakan pembangunan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat mendorong pada
meningkatnya kualitas sumber daya manusia, yang ditandai oleh :
1. Meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, termasuk yang berbasis
keunggulan lokal dan didukung oleh manajemen pelayananan pendidikan
yang efisien dan efektif;
2. Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;
3. Meningkatnya kesetaraan gender;
4. Meningkatnya tumbuh kembang optimal, serta kesejahteraan dan
perlindungan anak;
5. Tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang;
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-5
6. Mantapnya budaya dan karakter bangsa.
Penanggulangan kemiskinan secara nasional dirumuskan melalui
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan. Inti dari instruksi ini adalah ditetapkannya 3 program utama yaitu
program pembangunan pro rakyat, keadilan untuk semua, dan pencapaian
tujuan pembangunan milenium (MDGs). Inpres tersebut kemudian
diterjemahkan kembali dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Melalui perpres tersebut
diharapkan adanya efektifitas pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan dapat mempercepat uapaya penurunan angka kemiskinan di
Indonesia.
Pada pasal 1 Perpres Nomor 96 tahun 2015 yang merupakan
perubahan atas Perpres Nomor 15 Tahun 2010 disebutkan bahwa
Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan
pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis terencana dan bersinergi
dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Arah kebijakan
penanggulangan kemiskinan disebutkan pada pasal 2 yaitu: (1) arah kebijakan
penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); (2) arah kebijakan penanggulangan
kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD). Kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan melalui
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 diarahkan melalui 4 strategi
mendasar, yaitu :
1. Penyempurnaan program perlindungan sosial;
2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar;
3. Pemberdayaan masyarakat, dan
4. Pembangunan yang inklusif.
Upaya penanggulangan kemiskinan juga diatur melalui melalui Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang Fakir Miskin. Lahirnya Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin merupakan bagian dari amanat
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-6
ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
negara bertanggung jawab untuk memelihara fakir miskin guna memenuhi
kebutuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan. Pengertian fakir miskin yang
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 ini adalah orang yang
sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai
sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
Dalam undang-undang ini, fakir miskin memiliki hak-hak hidup yang
harus dipenuhi selayaknya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pada pasal 3
menyebutkan bahwa hak-hak fakir miskin yang harus dipenuhi yaitu:
1. Memperoleh kecukupan pangan, sandang, dan perumahan.
2. Memperoleh pelayanan kesehatan.
3. Memperoleh pendidikan yang dapat meningkatkan martabatnya.
4. Mendapatkan perlindungan sosial dalam membangun, mengembangkan,
dan memberdayakan diri dan keluarganya sesuai dengan karakter
budayanya.
5. Mendapatkan pelayanan sosial melalui jaminan sosial, pemberdayaan
sosial, dan rehabilitasi sosial dalam membangun, mengembangkan, serta
memberdayakan diri dan keluarganya.
6. Memperoleh derajat kehidupan yang layak.
7. Memperoleh lingkungan hidup yang sehat.
8. Meningkatkan kondisi kesejahteraan yang berkesinambungan; dan
9. Memperoleh pekerjaan dan kesempatan berusaha.
Dalam undang-undang tersebut, penanganan fakir miskin ditujukan
kepada perseorangan, keluarga kelompok dan atau masyarakat. Penanganan
fakir miskin dilakukan dalam bentuk pengembangan potensi diri, bantuan
pangan dan sandang, penyediaan pelayanan perumahan, penyediaan
15. Program peningkatan produksi hasil peternakan, dengan kegiatan:
Pembibitan dan perawatan ternak
16. Program pengembangan budidaya perikanan, dengan kegiatan:
Pengembangan bibit ikan unggul
17. Program Perbaikan Gizi Masyarakat dengan kegiatan:
Pemberian tambahan makanan dan vitamin
Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan
akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi
mikro lainnya
18. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
19. Program keselamatan ibu melahirkan, dengan kegiatan:
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-49
Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
20. Penyakit menular, dengan kegiatan:
Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
Peningkatan Imunisasi
Peningkatan surveillance epideminologi dan penaggulangan wabah
21. Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma, dengan kegiatan:
Pembangunan sarana dan prasarana perawatan para penyandang cacat
dan trauma
Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks trauma
22. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dengan
kegiatan:
Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Jenjang SD/SMP
Penyediaan bantuan operasional sekolah(BOS) jenjang SD/SMP (Bantuan
keuangan propinsi)
BPMKS
23. Program Pendidikan Non Formal, dengan kegiatan:
Pemberian bantuan operasional pendidikan non formal
Pengembangan pendidikan keaksaraan
24. Program Pengembangan Perumahan, dengan kegiatan:
Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat
25. Program Lingkungan Sehat Perumahan, dengan kegiatan:
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat
miskin (DAK)
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat
miskin
26. Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/ perkebunan, dengan
kegiatan:
Pemanfaatan perkarangan untuk pengembangan pangan
Penyuluhan sumber pangan alternatif
Pemantauan dan analisis akses pangan masyarakat
Pengembangan cadangan pangan daerah
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-50
3.4. Kelembagaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta
3.4.1. Struktur Kelembagaan
Dalam melaksanakan Program-Program Penanggulangan Kemiskinan,
pemerintah Kota Surakarta telah membentuk lembaga pengelola program,
yaitu Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kota
Surakarta. Lembaga ini berfungsi sebagai koordinasi dalam rangka menjamin
keberlanjutan program dan menggalang partisipasi pemangku kepentingan
pembangunan dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta. Lembaga
ini bersifat lintas SKPD dan pemangku kepentingan yang berkaitan dengan
penanggulangan kemiskinan.
Untuk melakukan koordinasi dan mengendalikan pelaksanaan
penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, telah ditetapkan Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 746.05/15.9/1/2017 tentang Perubahan Atas
Keputusan Walikota Nomor 746.05/5.11/1/2017 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta. Pembentukan tersebut dengan
mengacu pada Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Adapun susunan
organisasi TKPKD Kota Surakarta dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 3.1. Struktur Organisasi TKPKD Kota Surakarta
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan koordinasi penanggulangan
sampai dengan tingkat kelurahan, Pemerintah Kota Surakarta membentuk
kelembagaan penanggulangan kemiskinan ditingkat kelurahan dengan nama
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-51
Tim Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan (TPKK). Dasar pembentukan
TPKK ditetapkan melalui Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Tata Cara Pembentukan Dan Tata Kerja Tim Penanggulangan
Kemiskinan Kelurahan dii Kota Surakarta.
Dalam peraturan tersebut, TPKK dibentuk dalam rangka membantu
tugas dan fungsi TKPKD ditingkat Kota. TPKK bertugas melakukan fasilitasi
dan koordinasi penanggulangan kemiskinan pada tingkat Kelurahan. Tugas
TPKK antara lain:
1. Mengelola dan memutakhirkan (updating) data dan profil keluarga miskin;
2. Melaksanakan fasilitasi, verifikasi dan koordinasi kegiatan
penanggulangan kemiskinan;
3. Melakukan usaha penggalangan sumber daya dan membangun
kemitraan;
4. Melakukan monitoring, pemantauan dan penilaian atas implementasi
program penanggulangan kemiskinan yang berada di tingkat Kelurahan;
5. Menyampaikan laporan dan rekomendasi TPKK secara periodik setiap 3
(tiga) bulan kepada TKPKD.
Personil TPKK paling sedikit berjumlah 10 (sepuluh) orang, dengan
Keanggotaan TPKK ditetapkan dengan Keputusan Lurah, untuk masa bhakti
paling lama 5 (lima) tahun. Unsur-unsur yang dapat menjadi keanggotaan
TPKK yaitu :
1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK);
2. Fasilitator kelurahan;
3. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM);
4. PKK Kelurahan;
5. Tokoh masyarakat;
6. Tokoh agama;
7. Karang Taruna Kelurahan;
8. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kelurahan;
9. Lembaga pendidikan antara lain Perguruan Tinggi, Pesantren,
10. Lembaga Pendidikan Ketrampilan;
11. Pelaku usaha
12. Unsur Pemerintahan Kelurahan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-52
Adapun susunan organisasi TPKK Kota Surakarta dapat dilihat pada
bagan berikut :
Gambar 3.2. Struktur Organisasi TPKK
3.4.2. Mekanime Kerja Kelembagaan
Dalam pelaksanaan tugas, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (TKPKD) dibantu oleh kelompok program yang terdiri dari: (i) Bantuan
sosial terpadu berbasis keluarga; (ii) Penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat; dan (iii) Penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
Kelompok Program bertugas untuk memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, serta
memberikan masukan dan pertimbangan bagi Komite Penanggulangan
Kemiskinan.
Dalam pelaksanaan tugas, Kelompok Program dibantu oleh Sekretariat.
Peran dan tugas sekretariat ini adalah membantu dalam memantau
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-53
pelaksanaan kebijakan dan progam penanggulangan kemiskinan, melakukan
evaluasi secara berkala terhadap kemajuan pencapaian tujuan, dan
memberikan masukan penyempurnaan kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan, serta melakukan koordinasi pemberian informasi,
diseminasi, dan penanganan pengaduan masyarakat. Untuk menjalankan
fungsi sekretariatan yang baik, sekretaris akan dibantu oleh: (i) Pokja
Pendataan dan Sistem informasi; (ii) Pokja Pengembangan Kemitraan; (iii)
Pokja Pengaduan Masyarakat; (iv) Sekretariat dalam hal ini akan dibantu
satuan unit pelaksana harian.
Gambar 3.3. Mekanisme Kerja TKPKD
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-54
Gambar 3.4. Pembagian Peran Kelompok Program dan Kelompok Kerja pada TKPKD
Tim Koodinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah membutuhkan
sinergitas semua komponen pilar governance, yaitu: (i) pemerintah, (ii) pelaku
usaha/bisnis, dan (iii) masyarakat sipil. Pembagian peran antar pelaku untuk
strategi penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Tabel 3.10.
Sinergitas Antar Pelaku Pelaksanaan Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan
Aktor/ Pelaku Peran Langkah Aksi
Pemerintah Kota
1) Menyediakan kebijakan dan regulasi yang menghargai dan melindungi hak-hak penduduk miskin;
2) Meningkatkan pelayanan publik yang murah, cepat dan bermutu;
3) Melakukan fasilitasi dan mediasi; mendorong pelaku pembangunan lain
1) Bersama DPRD memprioritaskan anggaran dan sumberdaya guna mencapai tujuan dan sasaran penanggulangan kemiskinan, melalui produk regulasi maupun produk pelayanan publik
2) Pembaruan data kemiskinan yang valid dan akurat
3) Menjamin prioritas kegiatan penanggulangan kemiskinan langsung tercakup dalam RKPD dan Renja
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-55
Aktor/ Pelaku Peran Langkah Aksi
untuk menjadi pelaku aktif dalam penanggulangan kemiskinan
4) Mengoptimalkan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah
5) Mengembangkan indikator kinerja dan sistem monitoring dan evaluasi secara terpadu sebagai dasar pengkajian terhadap pelaksanaan upaya penanggulangan kemiskinan, terutama di bidang prioritas penanggulangan kemiskinan, yaitu: kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, dan perumahan/permukiman/ prasarana dasar.
Pelaku Usaha Swasta
1) Pelaku kegiatan investasi, produksi dan distribusi barang dan jasa yang memberikan dampak pada penduduk miskin.
2) Penyediaan modal dan teknologi, penciptaan lapangan kerja, penyumbang penerimaan pajak dan pengembangan fasilitas.
3) Bertanggungjawab untuk tidak abai dampak negatif usahanya seperti kerusakan lahan, pencemaran air, udara, tanah, dan sungai
1) Menyediakan akses lapangan kerja dan usaha pada penduduk miskin melalui kemitraan usaha dan keterkaitan usaha.
2) Memperkuat usaha mikro, kecil dan menengah melalui dana perbankan, bantuan teknis dan pendampingan usaha mikro.
3) Memamastikan tidak ada diskriminasi terhadap perempuan dalam perekrutan pegawai dan pengembangan usaha.
4) Meningkatkan pertanggungjawaban sosial dalam berbagai bentuk (beasiswa, pengembangan masyarakat, dukungan kepada lembaga pendidikan dan penelitian)
Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi
Melakukan advokasi, pendampingan dan kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
1) Melakukan pendampingan dan advokasi bagi kelompok miskin, kaum perempuan, anak-anak, kelompok marjinal lainnya untuk memperjuangkan hak-hak dan kebutuhan mereka.
2) Melakukan kontrol sosial terhadap kinerja dan mutu layanan dasar yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha.
3) Mendorong keterbukaan pemerintah dalam pengambilan
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-56
Aktor/ Pelaku Peran Langkah Aksi
keputusan yang menyangkut pengelolaan anggaran yang berpihak pada kelompok miskin.
4) Bersama dengan pemerintah, mengembangkan dan mendorong pelembagaan forum warga dan forum lintas pelaku sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan berpihak pada kelompok miskin.
Tim Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan
1) Identifikasi permasalahan kemiskinan di lingkungannya
2) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program / kegiatan penanggulangan kemiskinan
3) Menerima pengaduan masyarakat atas program-program penanggulangan kemiskinan
1) Terlibat aktif dalam proses Analisis Kemiskinan Partisipatif (AKP);
2) Terlibat dalam proses penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan tingkat kelurahan
Hubungan antara TKPKD dan TPKK bersifat koordinatif dan fasilitatif.
Dalam melaksanakan tugas, mekanisme kerja TPKK dapat digambarkan
sebagai berikut :
LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 III-57
Gambar 3.5. Mekanisme Kerja Antara RKPKD dengan TPKK