BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3. GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN ZAT Pengaruh penggunaan zat yang ilegal dan luas yang mempengaruhi otak telah menyebabkan kerusakan dalam sistem kemasyarakat di semua belahan dunia. Lebih dari 15 persen populasi di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 18 tahun mempunyai masalah penggunaan zat yang serius, dengan kira-kira duapertiga merupakan penyalahgunaan alkohol dan sepertiganya lagi penyalahgunaan zat selain alkohol. Fenomena penyalahgunaan zat mempunyai banyak implikasi, dimana beberapa zat dapat mempengaruhi keadaan mental yang dirasakan dalam diri (mood) maupun gangguan yang dapat diobservasi dari luar (perilaku). Dari berbagai penelitian menyimpulkan terdapat hubungan antara penggunaan zat dengan gangguan psikiatrik. 3.1 TERMINOLOGI Berdasarkan DSM IV menyebutkan secara sederhana sebagai zat dan gangguan yang berhubungan dengannya sebagai gangguan berhubungan dengan zat. Penggunaan terminologi tersebut dikarenakan bila tetap digunakan zat psikoaktif maka akan beresiko membatasi perhatian terhadap kepada zat yang memiliki aktivitas otak. Konsep zat psikoaktif tidak memasukan zat kimia dengan 14
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN ZAT
Pengaruh penggunaan zat yang ilegal dan luas yang mempengaruhi otak
telah menyebabkan kerusakan dalam sistem kemasyarakat di semua belahan
dunia. Lebih dari 15 persen populasi di Amerika Serikat yang berusia lebih dari
18 tahun mempunyai masalah penggunaan zat yang serius, dengan kira-kira
duapertiga merupakan penyalahgunaan alkohol dan sepertiganya lagi
penyalahgunaan zat selain alkohol.
Fenomena penyalahgunaan zat mempunyai banyak implikasi, dimana
beberapa zat dapat mempengaruhi keadaan mental yang dirasakan dalam diri
(mood) maupun gangguan yang dapat diobservasi dari luar (perilaku). Dari
berbagai penelitian menyimpulkan terdapat hubungan antara penggunaan zat
dengan gangguan psikiatrik.
3.1 TERMINOLOGI
Berdasarkan DSM IV menyebutkan secara sederhana sebagai zat dan
gangguan yang berhubungan dengannya sebagai gangguan berhubungan dengan
zat. Penggunaan terminologi tersebut dikarenakan bila tetap digunakan zat
psikoaktif maka akan beresiko membatasi perhatian terhadap kepada zat yang
memiliki aktivitas otak. Konsep zat psikoaktif tidak memasukan zat kimia dengan
sifat mempengaruhi otak (contohnya pelarut organik) yang mungkin digunakan
dengan sengaja atau tidak disengaja. Dalam DSM-IV-TR ketergantungan dan
penyalahgunaan merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat
penggunaan obatobatan yang menyebabkan ketergantungan atau disalahgunakan.
Kedua hal tersebut merupakan masalah perilaku. Dengan kata lain, masalahnya
bukan terletak pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai
obatobatan
tersebut. Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau
menyebabkan ketergantungan, jika bahan tersebut menjadi masalah dalam
hidupnya.
14
Jadi sekarang DSM IV menggunakan kata gangguan berhubungan dengan
zat sebagai kelainan akibat penggunaan zat yang menggangu otak(gangguan
psikiatrik).
3.2 KETERGANTUNGAN ZAT
Konsep ketergantungan zat mempunyai banyak arti yang dikenali secara resmi
dan banyak arti yang digunakan selama beberapa tahun ini. Pada dasarnya, dua
konsep mengenai definisi dari ketergantungan zat adalah ketergantungan perilaku
dan ketergantungan fisik.
Ketergantungan perilaku, menekankan mengenai aktivitas mencari-cari zat dan
adanya bukti penggunaan patologis. Sedangkan ketergantungan fisik lebih
menekankan mengenai efek fisik (fisiologis) dari episode multipel penggunaan
zat.
Adapun kriteria diagnostik untuk ketergantungan zat yaitu
Suatu pola pemakaian zat maladaptif yang menyebabkan gangguan atau
penderitaan bermakna secara klinis seperti yang dimanifestasikan oleh tiga (atau
lebih) hal berikut, terjadi pada tiap sat dalam periode 12 bulan yang sama
1. Toleransi seperti yang didefinisikan oleh berikut :
a. Kebutuhan untuk meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk
mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan
b. Penurunan efek yang bermakana pada pemakian berlanjut dalam
jumlah zat yang sama
2. Putus, seperti yang dimanifestasikan oleh berikut :
a. Sindrom putus yang karakteristik bagi zat dan adri kumpulan kriteria
untuk putus dari zat tersebut
b. Zat yang sama (atau yang berhubungan erat)digunakan untuk
menghilangkan atau menghindari gejala putus obat
3. Zat seringkali digunakan dalam jumlah yang lebih besar atau selama
periode yang lebih lama dari yang diinginkan
4. Terdapat keinginan terus menerus atau usaha yang gagal untuk
menghentikan atau mengendalikan penggunaan zat
5. Dihabiskan banyak waktu dalam aktivitas untuk mendapatkan zat
15
(misalnya mengunjungi banyak dokter atau pergi jarak jauh),
menggunakan zat atau pulih dari efeknya
6. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasional yang penting dihentikan atau
dikurangi karena penggunaan obat
7. Pemakaian zat dilanjutkan walaupun mengetahui memiliki masalah fisik
atau psikologis yang menetap atau rekuren yang kemungkinan telah
disebabkan atau dieksaserbasi oleh zat
Klasifikasi gangguan penggunaan zat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) Penyalahgunaan zat, merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat
patologik, paling sedikit satu bulan lamanya, sehngga menimbulkan gangguan
fungsi sosial atau okupasional. Pola penggunaan zat yang bersifat patologik dapat
berupa intoksikasi sepanjang hari, terus menggunakan zat tersebut walaupun
penderita mengetahui dirinya sedang menderita sakit fisik berat akibat zat
tersebut, atau adanya kenyataan bahwa ia tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa
menggunakan zat tersebut. Gangguan yang dapat terjadi adalah gangguaan fungsi
sosial yang berupa ketidakmampuan memenuhi kewajiban terhadap keluarga atau
kawan-kawannya karena perilakunya yang tidak wajar, impulsif, atau karena
ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar. Dapat pula berupa pelanggaran lalu
lintas dan kecelakaan lalu lintas akibat intoksokasi, serta perbuatan kriminal
lainnya karena motivasi memperoleh uang
(2) Ketergantungan zat, merupakan suatu bentuk gangguan penggunaan zat yang
pada umunya lebih berat. Terdapat ketergantungan fisik yang ditandai dengan
adanya toleransi atau sindroma putus zat. Zat-zat yang sering dipakai, yang dapat
menyebabkan gangguan penggunaan zat dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Opioida : misalnya morfin, heroin,oetidin,kodein, dan candu.
2. Ganja atau kanabis atau marihuana, hashish
3. Kokain dan daun koka
4. Alkohol ( etil alkohol ) yang terdapat dalam minuman keras
5. Amfetamin
6. Halusinogen, misalnya LSD, meskalin, psilosin, dan psilosibin
7. Sedativa dan hipnotika
16
8. Solven dan inhalansia
9. Nikotin yang terdapat dalam tembakau
10. Kafein yang terdapat dalam kopi, teh, dan minuman kola
Semua zat yang disebutkan di atas mempunyai pengaruh pada susunan saraf pusat
sehingga disebut zat psikotropika psikoaktif. Tidak semua zat psikotropik dapat
menimbulkan gangguan penggunaan zat. Zat psikotropik yang disebutkan diatas
dapat menimbulkan adiksi. Oleh karena itu disebut zat adiktif. Obat antipsikosis
dan antidepresi, hampir tidak pernah menimbulkan gangguan penggunaan zat.
Opioida, ganja, hashish, kokain, dan koka menurut Undang-undang nomor 9
tahun 1976 disebut narkotika, walaupun secara farmakologik yang termasuk
narkotika hanya opioida.
3.3 PENYALAHGUNAAN ZAT
Menurut DSM–IV, meyebutkan bahwa ketergantungan zat ditandai oleh
adanya sekurangnya satu gejala spesifik yang menyatakan bahwa penggunaan zat
telah mempengaruhi seseorang. Seseorang tidak dapat memenuhi diagnostik
penyelahgunaan zat untuk suatu zat tertentu jika ia tidak pernah memenuhi kriteria
untuk ketergantungan pada zat yang sama.
Adapun, kirteria untuk penyalahgunaan zat sebagai berikut.
A. Pola penggunaan zat maladaptif yang menyebabkan gangguan atau
penderitaan yang bermakana secara klinis, seperti yang ditunjukan oleh
satu (atau lebih) hal berikut, terjadi dalam periode 12 bulan :
1. Penggunaan zat rekurent yang menyebabkan kegagalan untuk
memenuhi kewajiban utama dalam pekerjaan, sekolah atau
rumah(misalnya membolos berulang kali atau kinerja pekerjaan yang
buruk karena penggunaan zat)
2. Pengggunaan zat rekurent dalam situasi yang berbahaya secara fisik
(misalnya, mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin saat
terganggu oleh penggunaan zat)
3. Masalah hukum yang berhubungan dengan zat yang berulang kali
(misalnya penahanan karena gangguan tingkah laku yang berhubungan
dengan zat)
17
4. Pemakaian zat yang diteruskan walaupun memiliki masalah sosial atau
interpersonal yang menetap atau rekuren karena efek zat (misalnya
perkelahian fisik)
B. Gejala diatas tidak pernah memenuhi kriteria ketergantungan zat untuk
kelas zat ini
Santrock (1999) menyebutkan jenis ketergantungan menjadi 2 jenis, meliputi 3:
a. Ketergantungan psikologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai dengan
stimulasi kognitif dan afektif yang mendorong konatif (perilaku). Stimulasi
kognitif tampak pada individu yang selalu membanyangkan, memikirkan dan
merencanakan untuk dapat menikmati zat tertentu. Stimulasi afektif adalah
rangsangan emosi yang mengarahkan individu untuk merasakan kepuasan yang
pernah dialami sebelumnya. Kondisi konatif merupakan hasil kombinasi dari
stimulasi kognitif dan afektif. Dengan demikian ketergantungan psikologis
ditandai dengan ketergantungan pada aspek-aspek kognitif dan afektif.
b. Katergantungan fisiologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai dengan
kecenderungan putus zat. Kondisi ini seringkali tidak mampu dihambat atau
dihalangi pecandu mau tidak mau harus memenuhinya. Dengan demikian orang
yang mengalami ketergantungan secara fisiologis akan sulit dihentikan atau
dilarang untuk mengkonsumsinya.
Penyalahgunaan zat terbagi menjadi coba-coba, rekreasional, situasional dan
ketergantungan.
Kriteria DSM-IV TR dan PPDSGJ III yang terpenuhi untuk menegakkan
diagnosis ketergantungan adalah:
1. Adanya toleransi (dari 2-3 butir menjadi 20 butir per pemakaian)
2. Adanya gejala withdrawal/putus zat (mual, muntah, keringat dingin, sakit
seluruh badan, kejang) yang menghilang setelah penggunaan zat dilanjutkan.
3. Adanya keinginan kuat menggunakan zat
Seseorang dapat dikategorikan mengalami substance dependence /
ketergantungan obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini 2:
18
Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau
penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih
halhal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan:
1. Toleransi yang didefinisikan sebagai berikut:
a. peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang didamba
atau mencapai intoksikasi.
b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang sama
dari zat.
2. Withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:
a. sindroma withdarwal khas untuk zat penyebab ( kriteria A dan B dari gejala
withdrawal zat).
b. Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau menghindari
gejala-gejala withdrawal.
3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau melewati
batas pemakaiannya.
4. Adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau mengendalikan
pemakaian zat.
5. Adanya aktifitas yang menyita waktu untuk mendapatkan zat (mis. Mendatangi
berbagai dokter atau sampai melakukan perjalan jauh), untuk menggunakan zat
(merokok tiada sela) atau untuk pulih dari efek-efeknya.
6. Kegiatan-kegiatan sosial yang penting, pekerjaan atau rekreasi dilalaikan atau
dikurangi karena penggunaan zat.
7. Penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa problem-problem
fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan oleh penggunaan zat
tersebut.
Ada beberapa gejala sasaran untuk beberapa ganggguan jiwa, yaitu: