7/23/2019 Bab III Case Asma
1/15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Asma Bronkial
3.1.1. Definisi
Asma didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai dengan serangan
berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam tingkat keparahannya
dan frekuensinya dari satu orang dengan orang yang lain. Seseorang bisa saja
mengalami serangan asma dari jam ke jam atau hari ke hari. Kondisi inimerupakan suatu gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Kondisi ini disebabkan karena adanya peradangan pada saluran pernafasan
yang mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mereka
menjadi lebih mudah teriritasi. Dalam sebuah serangan asma, lapisan bronkus
membengkak, menyebabkan saluran udara untuk menjadi lebih sempit dan
mengurangi aliran udara yang masuk dan keluar dari paru-paru.
3.1.2. Etiologi
Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh semaam
reaksi alergi. Alergi merupakan reaksi tubuh normal terhadap alergen, yaitu !at-
!at yang tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang peka. Alergen dapat
menyebabkan alergi pada orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot
saluran pernapasan menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi lebih tebal.
Selain produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga menjadi
bengkak. Saluran nafas pun menyempit, sehingga nafas terasa sesak. Alergi yang
diderita pada penderita asma biasanya sudah ada sejak keil. Asma dapat kambuh
apabila penderita mengalami stres dan hamil yang merupakan salah satu stress
10
7/23/2019 Bab III Case Asma
2/15
seara fisik maupun psikis, sehingga daya tahan tubuh selama hamil enderung
menurun, daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan
tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh.
3.1.3. Faktor isiko Asma
"aktor-faktor yang dapat menetuskan terjadinya serangan asma dapat
dibagi menjadi dua yaitu "aktor #enetik dan "aktor $ingkungan.
Faktor !enetik
Atopi%Alergi
Atopi merupakan suatu bakat alergi yang dapat diturunkan meskipun belum
diketahui bagaimana bakat alergi ini dapat diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. &enderita dengan penyakit alergi biasanya memiliki keluarga
dekat yang juga memiliki penyakit alergi. Dengan adanya bakat alergi ini,
penderita akan lebih mudah untuk terkena serangan asma terutama bila terpajan
dengan faktor penetusnya.
'iperaktifitas (ronkus
'al ini dapat terjadi bila saluran napas menjadi lebih sensitif terhadap
berbagai rangsangan alergen maupun iritan.
)enis Kelamin
&ria merupakan risiko untuk asma pada anak. Sebelum usia *+ tahun,
prevalensi asma pada anak laki-laki adalah *,- kali dibandingkan dengan anak
perempuan. etapi menjelang de/asa perbandingan tersebut lebih kurang sama
dan pada masa menopause perempuan lebih banyak.
0as%Etnik
1besitas
2ediator tertentu seperti leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran napas dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. 2eskipun mekanismenya belum
jelas, penurunan berat badan penderita obesitas dengan asma, dapat memperbaiki
gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
11
7/23/2019 Bab III Case Asma
3/15
Faktor "ingk#ngan
Alergen dalam rumah
Seperti tungau debu rumah, spora jamur, keoa, serpihan kulit binatang seperti
anjing, kuing, dan lain-lain.
Alergen luar rumah
Seperti serbuk sari, dan spora jamur.
Faktor "ainn$a
Alergen 2akanan
Seperti susu, telur, udang, kepiting, ikan laut, kaang tanah, oklat, ki/i,
jeruk, bahan penyedap penga/et, dan pe/arna makanan.
Alergen obat-obatan tertentu
Seperti penisilin, sefalosporin, golongan beta laktam lainnya, eritrosin,
tetrasiklin, analgesik, antipiretik, dan lain lain.
(ahan yang mengiritasi
Sepertiparfum, household spray, dan lain-lain.
Ekspresi emosi berlebih
Asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif
&olusi udara dari luar dan dalam ruangan
Exercise-induced asthma
&erubahan 3uaa
Status Ekonomi
3.1.%. Klasifikasi Asma
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, derajad berat
ringannya dan gambaran dari obstruksi saluran nafas. 4ang terpenting adalah
berdasarkan derajad berat ringannya serangan, karena berhubungan seara
langsung dengan pengobatan yang akan diberikan.
12
7/23/2019 Bab III Case Asma
4/15
Tabel 1. Klasifkasi derajat berat asma berdasarkan
gambaran klinis (Sebelum Pengobatan)
13
7/23/2019 Bab III Case Asma
5/15
abel . Klasifikasi derajat berat asma pada penderita dalam pengobatan
0ingan Sedang (erat
Aktivitas Dapat berjalan )alan terbatas Sukar berjalan
Dapat (erbaring $ebih suka duduk
Duduk
membungkuk
ke depan
(iara (eberapa kalimat Kalimat terbatas Kata demi kata
14
7/23/2019 Bab III Case Asma
6/15
Kesadaran
2ungkin
terganggu (iasanya terganggu
(iasanya
terganggu
"rekuensi napas 2eningkat 2eningkat
Sering
567kali%menit
0etraksi otot-
otot
8mumnya tidak
ada Kadang kala ada Ada
bantu napas
2engi $emah sampai Keras Keras
Sedang
"rekuensi nadi 9*77 *77-*7 5*7
&ulsus
paradoksus idak ada 2ungkin ada Sering ada
9*7mm'g *7-mm'g 5mm'g
A&E sesudah 5:7;
7/23/2019 Bab III Case Asma
7/15
kluster gen sitokin pada kromosom dihipotesiskan sebagai predisposisi
terjadinya asma. (erbagai gen pada kromosom @ berperan dalam progresiviti
inflamasi baik pada asma maupun atopi, Interleukin-+ sangat penting dalam
respons imun atopi, baik dalam menimbulkan diferensiasi sel h maupun
merangsang produksi IgE oleh sel (. #en I$-+ dan gen-gen lain yang mengatur
regulasi ekspresi I$-+ adalah gen yang berpredisposisi untuk terjadi asma dan
atopi. "aktor lingkungan yang berperan sebagai faktor penetus
serangan%eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap, a.l
Alergen di dalam dan di luar ruangan, polusi udara di dalam dan di luar ruangan,
infeksi pernapasan, exercise dan hiperventilasi, perubahan uaa, sulfur dioksida,
makanan, aditif >penga/et, penyedap, pe/arna makanan?, obat-obatan, Ekspresi
emosi yang berlebihan, Asap rokok dan (ahan iritatif >a.l. parfum, bau-bauan
merangsang?
3.1.'. Diagnosis Asma
Diagnosis klinis asma sering ditegakkan oleh gejala berupa sesak episodik,
mengi, batuk dan dada sakit%sempit. Selain itu dibutuhkan pula pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. &engukuran fungsi paru digunakan untuk menilai
berat keterbatasan arus udara dan reversibilitas yang dapat membantu diagnosis.
2engukur status alergi dapat membantu identifikasi faktor risiko.
Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain ri/ayat
hidung ingusan atau mampat >rhinitis alergi?, mata gatal, merah, dan berair
>konjungtivitis alergi?, dan eksem atopi, batuk yang sering kambuh >kronik?
disertai mengi, flu berulang, sakit akibat perubahan musim atau pergantian uaa,
adanya hambatan beraktivitas karena masalah pernapasan >saat berolahraga?,
sering terbangun pada malam hari, ri/ayat keluarga >ri/ayat asma, rinitis atau
alergi lainnya dalam keluarga?, memelihara binatang di dalam rumah, banyak
keoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah. 8ntuk mengetahui adanya
tungau debu rumah, tanyakan apakah menggunakan karpet berbulu, sofa kain
bludru, kasur kapuk, banyak barang di kamar tidur. Apakah sesak dengan bau-
1
7/23/2019 Bab III Case Asma
8/15
bauan seperti parfum, spray pembunuh serangga, apakah pasien merokok, orang
lain yang merokok di rumah atau lingkungan kerja, obat yang digunakan pasien,
apakah ada beta bloker, aspirin atau steroid.
Pemeriksaan Fisik
&ada pemeriksaan fisik pasien dengan asma dapat ditemukan tergantung dari
derajat obstruksi saluran pernapasan. &ada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
tanda-tanda seperti mengi >wheezing?, ekspirasi yang memanjang, pernapasan
epat, hiperinflasi dada bahkan dapat dijumpai sianosis. Dalam praktik klinis
sehari-hari, jarang dijumpai kesulitan dalam membuat diagnosis asma, tetapi
sering pula dijumpai pasien bukan asma yang memiliki mengi, sehingga dalam
melakukan penegakan diagnosis asma diperlukan juga pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan la(oratori#m
*. &emeriksaan sputum
&emeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya
Kristal-kristal harot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral urshmann, yakni yang merupakan ast ell >sel etakan? dari
abang bronkus.
3reole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Betrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muus plug.
. &emeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari S#1 dan $D'.
'iponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas *.777%mm6
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
&ada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
/aktu serangan dan menurun pada /aktu bebas dari serangan.
1!
7/23/2019 Bab III Case Asma
9/15
Pemeriksaan )en#n*ang
*. &emeriksaan radiologi
#ambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. &ada /aktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga interostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut
(ila disertai dengan bronkitis, maka berak-berak di hilus akan
bertambah.
(ila terdapat komplikasi empisema >31&D?, maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
(ila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
(ila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, danpneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
. &emeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk menari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Elektrokardiografi
#ambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 6 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu
perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right aCis deviasi
dan lok /ise rotation.
erdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya 0((
>0ight bundle branh blok?.
1"
7/23/2019 Bab III Case Asma
10/15
anda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tahyardia, SES, dan
ES atau terjadinya depresi segmen S negative.
+. Sanning paru
Dengan sanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bah/a redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
. Spirometri
8ntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, ara yang paling
epat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. &emeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator aerosol >inhaler atau nebuli!er? golongan adrenergik.
&eningkatan "E* atau "3 sebanyak lebih dari 7; menunjukkan diagnosis
asma. idak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 7;. &emeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. (enyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
3.1.+. Penatalaksanaan Asma
ujuan &enatalaksanaan Asma
*. 2enapai dan mempertahankan kontrol gejala-gejala asma
. 2empertahankan aktivitas yang normal termasuk olahraga
6. 2enjaga fungsi paru senormal mungkin
+. 2enegah eksaserbasi asma
. 2enghindari reaksi adversi obat asma
7/23/2019 Bab III Case Asma
11/15
+. Atasi serangan asma
. &enatalaksanaan keadaan khusus
ujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol
manifestasi klinis dari penyakit untuk /aktu yang lama, meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. #IBA >77=? dan &D&I >77
7/23/2019 Bab III Case Asma
12/15
gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada, dan batuk. Akan tetapi golongan obat
ini tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hipersensitivitas
jalan napas.
&elega terdiri dari
*. Agonis F- kerja singkat
. Kortikosteroid sistemik
6. Antikolinergik >Ipratropium bromide?
+. 2etilsantin
. &engobatan berdasarkan derajat
2enurut #IBA >77=?, pengobatan berdasarkan derajat asma dibagi menjadi
Asma Intermiten
8mumnya tidak diperlukan pengontrol
(ila diperlukan pelega, agonis F- kerja singkat inhalasi dapat
diberikan. Alternatif dengan agonis F- kerja singkat oral,
kombinasi teofilin kerja singkat dan agonis F- kerja singkat oral
atau antikolinergik inhalasi
(ila dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama
tiga bulan, maka sebaiknya penderita diperlakukan sebagai asma
persisten ringan
Asma Persisten ingan
&engontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan
menegah progresivitas asma, dengan pilihan
#lukokortikosteroid inhalasi dosis rendah >diberikan sekaligus
atau terbagi dua kali sehari? dan agonis F- kerja lama inhalasi
(udenoside 77+77 Gg%hari
"lutiasone propionate *777 Gg%hari
eofilin lepas lambat
Kromolin
Leukotriene modifiers
&elega bronkodilator >Agonis F- kerja singkat inhalasi? dapat
diberikan bila perlu
Asma Persisten Se,ang
&engontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan
menegah progresivitas asma, dengan pilihan
#lukokortikosteroid inhalasi >terbagi dalam dua dosis? dan
agonis F- kerja lama inhalasi
21
7/23/2019 Bab III Case Asma
13/15
(udenoside +77:77 Gg%hari
"lutiasone propionate 777 Gg%hari
#lukokortikosteroid inhalasi >+77:77 Gg%hari? ditambah
teofilin lepas lambat
#lukokortikosteroid inhalasi >+77:77 Gg%hari? ditambah
agonis F- kerja lama oral
#lukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi >5:77 Gg%hari?
#lukokortikosteroid inhalasi >+77:77 Gg%hari? ditambah
leukotriene modifiers
&elega bronkodilator dapat diberikan bila perlu
Agonis F- kerja singkat inhalasi tidak lebih dari 6+ kalisehari, atau
Agonis F- kerja singkat oral, atau
Kombinasi teofilin oral kerja singkat dan agonis F- kerja
singkat
eofilin kerja singkat sebaiknya tidak digunakan bila
penderita telah menggunakan teofilin lepas lambat sebagai
pengontrol
(ila penderita hanya mendapatkan glukokortikosteroid inhalasi
dosis rendah dan belum t erkontrolH maka harus ditambahkan
agonis F- kerja lama inhalasi
Dianjurkan menggunakan alat bantu % spacerpada inhalasi bentuk
ID atau kombinasi dalam satu kemasan agar lebih mudah
Asma Persisten Berat
ujuan terapi ini adalah untuk menapai kondisi sebaik mungkin,
gejala seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal
mungkin, faal paru >A&E? menapai nilai terbaik, variabiliti A&E
seminimal mungkin dan efek samping obat seminimal mungkin
&engontrol kombinasi /ajib diberikan setiap hari agar dapat
mengontrol asma, dengan pilihan
#lukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi >terbagi dalam
dua dosis? dan agonis F- kerja lama inhalasi
(elomethasone dipropionate 5:77 Gg%hari
Selain it u t eofilin lepas lambat , agonis F- kerja lama
oral, dan leukotriene modifiers dapat digunakan sebagai
22
7/23/2019 Bab III Case Asma
14/15
alternative agonis F- kerja lama inhalai ataupun sebagai
tambahan terapi
&emberian budenoside sebaiknya menggunakan spacer,
karena dapat menegar efek samping lokal seperti
kandidiasis orofaring, disfonia, dan batuk karena iritasi
saluran napas atas
#ambar .* &enatalaksanaan (erdasarkan Derajat Asma. Sumber #IBA, 77=.
3.1.-. Penega/an Asma
0enega/ Sensititasi
3ara-ara menegah asma berupa penegahan sensitisasi alergi >terjadinya
atopi, diduga paling relevan pada masa prenatal dan perinatal? atau
penegahan terjadinya asma pada individu yang disensitisasi. Selain
menghindari pajanandengan asap rokok, baik in utero atau setelah lahir, tidak
adabukti intervensi yang dapat menegah perkembangan asma. 'ipotesis
23
7/23/2019 Bab III Case Asma
15/15
higiene untuk mengarahkan sistem imun bayikearah h, respons nonalergi
atau modulasi sel regulatormasih merupakan hipotesis.
0enega/ Eksaser(asi
Eksaserbasi asma dapat ditimbulkan berbagai faktor>trigger? seperti alergen
>indoor seperti tungau debu rumah,he/an berbulu, keoa, dan jamur, alergen
outdoor sepertipolen, jamur, infeksi virus, polutan dan obat. 2engurangi
pajanan penderita dengan beberapa faktor seperti menghentikan merokok,
menghindari asap rokok, lingkungan kerja, makanan, aditif, obat yang
menimbulkan gejala dapat memperbaiki kontrol asma serta keperluan obat.
etapi biasanya penderita bereaksi terhadap banyak faktor lingkungan
sehinggausaha menghindari alergen sulit untuk dilakukan.'al-hallain yang
harus pula dihindari adalah polutan indoordanoutdoor,makanan dan aditif,
obesitas, emosi-stres danberbagaifaktor lainnya.
24