Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian a. Keluarnya tinja berbentuk lendir sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama dengan temperatur rectal di atas 30 0 C, kolik dan muntah. (Soegijanto. S, 2002) b. Kehilangan cairan dan elektolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi, dkk, 1999 ). c. BAB (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 220 ml/24 jam. (Kolopaking, MS, 2001). Berdasarkan pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa “diare adalah keluarnya 7
44

BAB II.benar

Sep 27, 2015

Download

Documents

Sinar Rembulan

bab ii
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

a. Keluarnya tinja berbentuk lendir sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama dengan temperatur rectal di atas 300 C, kolik dan muntah. (Soegijanto. S, 2002)

b. Kehilangan cairan dan elektolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi, dkk, 1999 ).

c. BAB (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 220 ml/24 jam.(Kolopaking, MS, 2001).

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa diare adalah keluarnya tinja berbentuk cair-cair lebih dari tiga kali dalam 20 jam pertama dengan atau tanpa lendir dan darah di dalam faeces serta kolik dan muntah.

2. Anatomi fisiologi saluran pencernaan.

Menurut Smeltzer and Bare C (2002)

a. Anatomi

Saluran gastrointestinal adalah jalur panjang (panjang totalnya 23 26 kaki) yang berjalan dari mulut, melalui esofagus lambung, dan usus sampai anus.

1) Mulut

Merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding dari kavum oris mempunyai struktur yang melayani fungsi mastikasi, salivasi, menelan, kecap dan berkecap. Mulut dibatasi pada ke-2 sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus businatorius. Terdapat tiga pasang glandula salivarius mensekresikan saliva melalui duktus ke dalam mulut. Saliva menganudng air, musin (yang bertindak sebagai lubrikan), dan ptialin

2) Lidah

Tunas kecap ditemukan pada papila dan respon menghisap meningkat dengan adanya rasa bahan yang manis. Lidh menempati kavum oris dan melekat secara langsung pada epiglotis dalam laring. Tiga ruang mirip celah membentuk struktur dalam mulut yang memungkinkan cairan untuk melintas ke dalam faring.

3) Gigi

Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan yang berbeda. Set pertama adalah gigi susu yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama dan kedua. Set kedua atau sel permanen menggantikan gigi primer. Terdapat 20 gigi susu dan 32 gigi permanen.

4) Esofagus

Terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan pasterior terhadap trakhea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya ( 25 cm (inci) menjadi distensi bila makanan melewatinya.

5) Lambung

Ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dan garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri, lambung merupakan kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml.

6) Usus halus

Merupakan segmen paling panjang dari saluran gasteointestinal yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Usus halus dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut jejenum, dan bagian bawah disebut ileum. Duktus koledukus yang memungkinkan pasase baik empedu dan sekresi pankreas, mengosongkan diri ke dalam duodenum pada ampula vater. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak di bagian bawah kanan duodenum disebut sekum.

7) Usus besar

Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen kanan atas ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari kolon sigmoid dan rektum berlanjut pada anus.

Anatomi sistem saluran pencernaan

Gambar : Anatomi Sistem Saluran Pencernaan

Sumber : (Smeltzer and Bare C, 2002)

b. Fisiologi saluran pencernaan

Fungsi utama pencernaan dari saluran gastrointestinal yaitu :

1) Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekul untuk dicerna.

2) Mengeleminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh.

3) Proses pencernaan mulai dengan mengunyah, dimana makanan diperoleh ke dalam partikel kecil-kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva merupakan sekresi pertama yang kontak dengan makanan yang membantu melumasi makanan saat dikunyah sehingga memudahkan menelan.

4) Menelan sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh pusat menelan di medula oblongata di sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakhea. Otot halus di dinding esofagus berkontraksi dalam uratan irama dari esofagus ke arah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjan saluran.

5) Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke arah pilorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati sfingter pilorus, partike ini diaduk kembali ke korpus lambung. Dengan cara ini makanan di dalam lambung secara mekanis dicampur dan dihancurkan menjadi partikel lebih kecil dan memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus pada kecepatan yang memungkinkan absorbsi nutrien efisien.

6) Sekresi di dalam duodenum datang dari pankreas, hepar dan kelenjar di dinding usus halus. Pankreas mensekresi enzim pencernaan (tripsin, amilase dan lipase). Empedu membantu mengemulsikan lemak yang dicerna sehingga mudah dicerna dan diabsorbsi. Sekresi kelenjar usus terdiri dari mukus yang menyelimuti sel-sel dan melindungi mukosa dari serangan oleh asam hidroklorida, hormon, elekttolit dan enzim.

7) Usus besar mensekresi mukus yang mempermudah jalannya faeces dan mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap zat besi, kalsium dan fospat yang ditelan. Absorbsi air, garam dan glukosa terjadi dalam usus besar.

3. Etiologi / Penyebab

Menurut Ngastiyah (1997) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral, infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersenia, Aeromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO (oxgackie, Poliomyelits), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.c) Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, Oxyuris, Strong lordes). Protozoa (entamoeba histolotica, giardia lamblia, trichomonas homonis), Jamur (candida albicans).2) Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti atitis media akut tonsilitis/tonsilofaxingitis, branchopheumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerasisi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

4) Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

5) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

4. Insiden

Menurut Betz, C.L (2002) :

a. Gastrointestinal akut adalah penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak-anak (flu adalah yang pertama).

b. Rotavirus adalah penyebab kira-kira 35 % sampai 50 % hospitalisasi karena gastrointestinal akut antara 7 % dan 17 % disebabkan adenovirus dan 15 % disebabkan bakteri.

c. Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita gastrointestinal akut daripada bayi yang mendapat susu formula, antibodi maternal terhadap sejumlah patogen enterik dipindahkan melalui ASI.

5. Patofisiologi

Menurut Suriadi & Yuliana R (2001) bahwa fatofisiologi diare adalah :

a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan sekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstravaskuler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan foksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektorlit.

b. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan.

c. Meningkatnya motalitas, intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

6. Manifestasi klinis

Menurut Betz, C.L (2002) bahwa gejala yang sering timbul pada penderita diare adalah :

a. Sering BAB dengan konsistensi faeces cair atau encer.

b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastis kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

c. Mual dan muntah

d. Demam

e. Kram abdomen

f. Anorexia

g. Lemah

h. Pucat

i. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat.

j. Berat badan turun

k. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.

7. Komplikasi

Menurut Ngastiyah (1997)

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik

c. Hipokalemia (dengan gejala mereorisme, hipotoni otot. Lemah. Bradikardi, perubahan tkg).

d. Hipoglikemia

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein

8. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Betz, C.L (2002) bahwa pemeriksaan diagnostik diare yaitu :

a. Hematest faeces, untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan pada yang bakteria).

b. Evalusi faeces terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus.

c. Hitung darah lengkap dengan deferensial.

d. Uji antigen imunoesei enzim, untuk memastikan rotavirus

e. Kultur faeces

f. Pemeriksaan tinja, pH, leukosit, glukosa dan adanya darah.

9. Pencegahan

Menurut Ngastiyah (1997)

Penularan penyakit diare melalui 4 F ( finger, faeces, food dan fly). Maka adapun pencegahan yang penting yaitu :

a. Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.

b. Membiasakan anak BAB di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.

c. Kebersihan lingkungan untuk menghindari adanya lalat.

d. Makanan harus selalu tertutup (jika di atas meja).

e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri, agar diajarkan untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.

f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare, selain itu air harus bersih juga perlu dimasak mendidih lebih lama.

10. Penatalaksanaan

Menurut Ngastiyah (1997) dasar pengobatan diare adalah :

a. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.

1) Cairan per oral .

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NACL dan NAHCO3, KCL,dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar Natrium 50-60 mEq/L. formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NACL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk pengobatan sementara di rumah sebelum dibawah berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.

2) Cairan per oral .

Jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnyan untuk bayi atau pasien yang MEP.

Tabel 2.1. Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada

Anak dibawah 2 tahun

Derajat dehidrasiPWLNWL CWLJumlah

Ringan

Sedang

Berat50

75

125100

100

20025

25

25175

200

350

Tabel 2.2. Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada

anak dibawah 2-5 tahun

Derajat dehidrasiPWLNWL CWLJumlah

Ringan

Sedang

Berat30

50

8080

80

8025

25

25135

155

185

Tabel 2.3. Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut

berat badan pasien dan umur

Derajat dehidrasiUMURPWLNWL CWLJumlah

0-3 kg

3-10 kg

10-15 kg

15-25 kg0-1 bl

1 bl 2 th

2-5 th

5-10 th150

125

100

80

125

100

80

2525

25

25

25300

250

205

130

Keterangan :

PWL : Previus Water losses (m/kgBB) (cairan yang hilang kerana muntah)

NWL: Normal Water Losses (ml/kgBB) (karena urin, penguapan kulit, pernapasan

CWL: Concomitant Water Losses (ml/kgBB) (karena diare dan muntah-muntah terus

b.Pengobatan dietetik

1) Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan :

a) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh).

b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.

2) Cara memberikannya :

Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI / susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-selang.

Hari 2 4 : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.

Hari 5 : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.

a. Obat-obatan

1) Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 1 mg /kg bb /hari.

2) Obat spasmolitik.

3) Antibiotik

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan melalui 4 tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi masing-masing berkesinambungan serta melakukan kecakapan, keterampilan profesional tenaga keperawatan. (Doenges ME, 2000).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari empat tahap yaitu :

a. Pengumpulan data

1) Biodata

Terdiri dari identitas klien meliputi nama, nama panggilan, umur, jenis kelamin alamat dan identitas orang tua yaitu nama bapak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur, agama, alamat, nama ibu, pendidikan, pekerjaan, umur agama dan alamat.

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Keluhan utama : keluhan yang membawa klien kerumah sakit, biasanya keluhan klien/klien mengeluh frekuensi BAB yang berlebihan dan encer, lemah, dan kadang-kadang disertai demam, mual dan muntah, serta kurang nafsu makan.

b) Riwayat keluhan utama : (PQRST)

P= (Provokatif atau Valitatif)

Apakah yang menyebabkan gejalah ? apa saja yang dapat mengurangi atau memperberatnya

Q = (Qualitas atau Kwantitas)

Bagaimana gejalah dirasakan, nampak atau terdengar ? sejauh mana dirasakan sekarang.

R= (Regional/Area)

Dimana gejalah terasa, apakah menyebar

S= (Skala keparahan)

Seberapakah keparahan dirasakan, dengan skala 1-10 (paling parah)

T= (Timing atau waktu)

Kapan gejalah mulai timbul, seberapa sering gejala terasa (apakah tiba-tiba atau bertahap)

Biasanya keluarga klien/klien mengatakan frekuensi BAB yang berlebihan, nafsu makan kurang, susah tidur.

3) Riwayat kehamilan/persalinan

a) Prenatal

Terdiri dari keluhan waktu hamil, tempat pemeriksaan kehamilan, beberapa kali memeriksakan diri selama hamil, lamanya hamil, pegobatan yang pernah diberikan kepada ibu selama hamil, ketergantungan terhadap obat dan kebiasaan merokok.

b) Natal

Tediri dari tempat persalinan, lahir spontan, keadaan bayi segera lahir, trauma, tindakan.

c) Post natal

Terdiri dari keadaan ibu, keadaan bayi.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Terdiri dari penyakit keturunan, anggota yang terkena penyakit dan genogram

4) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Terdiri dari berat badan lahir, panjang badan lahir, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan, pertumbuhan gigi, usia mulai tumbuh gigi, perkembangan anak (miring, tengkurap, duduk, merangkap, berjalan dengan pegangan, berlari/memanjat).

5) Riwayat kesehatan yang lalu

Terdiri dari pernah sakit apa, opname atau tidak, nutrisi (umur 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-12 ), imunisasi dasar (BCG, Campak, DPT, Polio umur berapa bulan dan frekuensi pemberian), apakah ada alergi atau tidak, jika ada alergi terhadap, bagaimana mengatasinya.

6) Pemeriksaan fisik

Meliputi keadaan umum, TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar perut.

a. Inspeksi : mulai kepal sampai ujung kaki

b. Palpasi : anak yang dehidrasi akan menunjukkan turgor kulit jelek, nadi cepat.

c. Perkusi : anak dehidrasi akan menunjukkan hipertinpani pada perut akibat kembung.

d. Auskultasi : akan menunjukkan bising usus meningkat

7) Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap

b. Pemeriksaan rontgen : prostosigmoidoskopi

8) Kesehatan sosial

Terdiri dari keadaan rumah dan lingkungan, status rumah, cukup/tidak dengan jumlah penghuni, bising atau tidak, kebanjiran pada musim hujan, jumlah saudara kandung/umur

9) Pola emosi

a) Orang Tua : alasan ibu/bapak membawa anaknya ke rumah sakit, apa yang dikatakan dokter kepada ibu/bapak tentang penyakit anaknya, bagaimana perasaan ibu tentang hal tersebut, berapa kali ibu/bapak dapat membesuk anaknya, apa yang ibu/bapak harapkan dalam perawatan, siapa yang akan menunggu anaknya dirumah sakit.

b) Anak : kenapa orang tua membawanya kerumah sakit, apa yang dikatakan dokter, apakah dia tahu akan penyebab dari penyakitnya, bagaimana perasaannya sejak dirawat di rumah sakit, siapa yang terpenting atau terdekat bagi anak, apa gampang mendapat teman, siapa teman dekatnya, mainan apa yang disukai.

10) Istirahat dan tidur

11) Hygiene

12) Gizi

13) Eliminasi : BAB dan BAK

14) Kegiatan keagamaan

15) Perawatan/pengobatan

a) Pengobatan

1) Sebelum masuk rumah sakit

2) Setelah masuk rumah sakit

b) Perawatan : tindakan perawatan yang diberikan

b. Klasifikasi data

Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah pengklasifikasian data yang didapatkan kedalam data subyektif dan objektif

c. Analisa data

Dengan melihat data subjektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan patofisiologi mengenai penyebab dari penyakit diare sampai permasalahannya tersebut.

2. Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan pada penderita diare yang lazim muncul adalah :

1. Devisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan frekuensi BAB yang berlebihan.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ; mual/muntah.

3. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan fungsi itestinal terganggu.

6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran GI.

7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

8. Kurangnya personal hygiene berhubungan ketidaktahuan orang tua merawat anaknya

9. Kecemasan orang tua berhubungan dengan status kesehatan anaknya.

3. Perencanaan

Adapun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

1.Devisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan frekuensi BAB yang berlebih

Tujuan : anak menunjukkan tanda-tanda yang adekuat, keadaan umum baik, membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda stabil.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda kehilangan cairan sedini mungkin.

Rasional : penemuan secara dini dapat menunjang penanganan secara cepat dan tepat.

2) Observasi tanda-tanda vital (terutama pernafasan dan nadi). Rasional: pernafasan dan nadi yang meningkat menunjukkan respon terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.

3) Berikan larutan rehidrasi oral (LRO) seperti Asi, formula bebas laktosa.

Rasional : intake oral sangat membantu untuk mengganti cairan yang hilang melalui feaces.

4) Kaji intake dan output.

Rasional : mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh

5) Penatalaksanaan pemberian terapi cairan intravena dan obat anti diare sesuai indikasi.

Rasional : pemberian terapi cairan intravena sesuai indikasi membantu mengganti kehilangan cairan yang berlebihan. Obat anti diare menurunkan kehilangan cairan dari usus.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat; mual/muntah.

Tujuan : mempertahankan nutrisi yang optimal dan menunjukkan penambahan BB yang memuaskan sesuai dengan tumbang anak.

Intervensi :

1) Pemberian diet TKTP.

Rasional : makanan TKTP diberikan kepada klien diare dengan tujuan agar kebutuhan kalori dan protein relatif terhadap penyakit yang ada tetap terpenuhi.

2) Beri makan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : mengurangi kebosanan klien terhadap makanan dan memberikan kesempatan pada usus untuk mengabsorbsi makanan lebih banyak.

3) lakukan oral hygiene secara teratur.

Rasional :memberi rasa segar, disamping itu juga bertujuan untuk membersihkan serta merangsang pusat lapar sehingga keinginan untuk makan.

4) Timbang BB tiap tiga hari.

Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet/untuk mengevaluasi keefektifan intervensi dan mendeteksi masalah dini

5) Penatalaksanaan pemberian vitamin penambah nafsu makan. Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan klien.

c. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

Tujuan : nyeri tidak dirasakan lagi atau berkurang

Intervensi :

1) Jobservasi tanda-tanda vital.

Rasioanal : peningkatan tanda-tanda vital mengidentifikasi kemungkinan adanya nyeri hebat.

2) Anjurkan kepada keluarga pasien untuk massage ringan pada daerah yang sakit.

Rasional : usapan/massage ringan daerah yang sakit akan mengurangi nyeri yang dirasakan klien.

3) Anjurkan keluarga pasien/ibu pasien untuk memberikan posisi yang nyaman sesuai yang diinginkan anak misalnya dengan menggendong/menimang-nimang pasien pada saat nyeri dirasakan. Rasional : posisi yang nyaman membantu mengurangi nyeri sedangkan menimang dimaksudkan untuk memberi rasa aman bagi pasien (rasa kasih sayang).

4) Penatalaksanaan pemberian analgetik.

Rasional : analgetik bekerja pada SSP dengan cara menblok rangsangan nyeri pada Nociceptor sehingga nyeri tidak dipersepsikan

d. Hipetermi berhubungan dengan adanya proses inspeksi

Tujuan : peningkatan suhu tubuh dapat terkontrol selama proses infeksi berlangsung.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam atau lebih sering.

Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

2) Anjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan banyak minum ( 2,5 lt/hari dan ASI tetap diberikan serta jelaskan manfaatnya bagi klien.

Rasional peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat. Sehingga perlu diimbang dengan asupan cairan yang banyak.

3) Beri kompres air hangat (daerah dahi/aksilla).

Rasional : kompres air hangat akan menimbulkan terjadinya proses konduksi sehingga akan membantu menurunkan suhu tubuh.

4) Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan pakaian tipis pada klien.

Rasional : pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan pada tubuh.

5) Penatalaksanaan pemberian obat anti piretik.

Rasional : anti piretik bekerja langsung pada termoregulator pada hipotalamus sehingga menurunkan suhu tubuh.

e. Perubahan pola tidur berhubungan dengan fungsi intestinal terganggu.

Tujuan :anak dapat istirahat/tidur dengan nyenyak.

Intervensi :

1) Kaji pola tidur dan perubahan yang terjadi.

Rasioanl : untuk mengindentifikasi menentukan intervensi yang tepat.

2) Ciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama pasien tidur.

Rasional : lingkungan yang tenang dapat membantu klien untuk tidur nyeyak.

3) Atur posisi pasien senyaman mungkin.

Rasional : posisi yang nyaman dapat membuat tidur klien lebih baik dan tidak mudah terjaga sehingga kebutuhan tidur terpenuhi.

4) Anjurkan kepada ibu klien untuk memberikan Asi apabila klien ingin tidur.

Rasional : pemberian Asi dimaksudkan agar klien cepat tidur.

f. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran GI.

Tujuan : infeksi tidak menyebar ke orang lain.

Intervensi :

1) Pertahankan pencucian tangan yang benar dengan menggunakan sabun.

Rasional : untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi.

2) Gunakan popok/pempers dengan tepat.

Rasional : untuk mengurangi kemungkinan penyebaran feaces.

3) Gunakan popok sekali pakai.

Rasional : menurunkan kemungkinan terjadinya penyakit kulit misalnya : Dermatitis.

4) Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi khususnya mencuci tangan.

Rasional : mengurangi resiko penyebaran infeksi.

g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

Tujuan : anak tidak mengalami tanda-tanda kerusakan integrasi kulit.

Intervensi :

1) Ganti popok/pampers dengan sering.

Rasional : untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering.

2) Bersihkan daerah bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak dan air bersih.

Rasional : karena feces diare sangat mengiritasi kulit.

3) Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika memungkinkan.

Rasional :untuk meningkatkan proses penyembuhan.

4) Beri salep seperti seng oksida.

Rasional : untuk melindungi kulit dari iritasi (tipe salep dapat bervariasi untuk setiap anak dan memerlukan periode percobaan).

h. Kurangnya personal hygiene berhubungan dengan ketidaktahuan orang tua merawat anaknya.

Tujuan : kebersihan klien terjaga : kuku bersih dan pendek, rambut bersih.

Intervensi :

1) Kaji keaadan dan kebersihan umum klien.

Rasional : memudahkan untuk pengambilan tindakan selanjutnya disesuaikan dengan kondisi pasien.

2) Demonstrasikan cara mandi, potong kuku yang baik sesuai kondisi pasien dengan melibatkan keluarga. Rasional : keluarga dapat memberikan dan mempertahankan kebersihan klien lebih lanjut agar personal hygiene klien tetap terpenuhi.

3) Pertahankan alat tenun klien tetap kering dan bersih.

Rasional : dapat memberikan kenyamanan dan kesegaran bagi klien.

4) Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene.

Rasional : informasi yang jelas dan benar diharapkan keluarga dapat meningkatkan dan dapat meningkatkan kebersihan klien.

i. Kecemasan orang tua berhubungan dengan status kesehatan anaknya.

Tujuan : ibu / keluarga klien tidak merasa cemas lagi dengan kondisi anaknya.

Intervensi :

1) Jalin hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga pasien. Rasional : menjalin hubngan saling percaya dengan keluarga pasien berguna agar keluarga pasien bersifat terbuka terhadap perawat.

2) Berikan kesempatan pada ibu klien untuk mengungkapkan perasaanya. Rasional : berguna untuk meringankan beban pikiran ibu klien.

3) Beri penjelasan kepada keluarga klien tentang kondisi anaknya saat ini.

Rasional : pemberian/penjelasan tentang kondisi anak saat ini akan mengurangi rasa cemas ibu klien.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan perawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berhubungan/ berkomunikasi dengan anak/keluarga.

Ada dua syarat hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan perawatan yaitu :

a. Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan atau telah mencapai tujuan tersebut.

b. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan perawatan dapat diterima oleh klien.

Proses pelaksanaan perawatan mencakup tiga hal :

1) Melaksanakan rencana keperawatan.

Yaitu segalah informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan merupakan dasar atau pedoman dalam intervensi perawatan.

2) Mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien

Dalam mengidentifikasi reaksi klien dituntut upaya yang tidak tergesa-gesa dan cermat serta teliti, agar menemukan reaksi-reaksi klien sebagai akibat tindakan perawatan yang diberikan dengan melihat, akan sangat membantu perawat dalam mengidentifikasi reaksi klien yang mungkin menunjukkan adanya penyimpangan-penyimpangan.

3) Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang diharapkan. Langkah ini merupakan syarat yang pertama dipenuhi bila perawat telah mencapai tujuan

5. Evaluasi

Merupakan proses yang kontingue dan penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menetukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.

Yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :

a. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum ?

b. Apakah masalah yang ada sudah terpecahkan atau belum?

c. Apakah perlu pengkajian kembali

Hasil yang diharapkan :

a. Melaporkan pola defekasi normal.

b. Mempertahankan keseimbangan cairan

1) Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat.

2) Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot

3) Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.

4) Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran

5) Mengalami berat jenis urin normal

c. Mengalami penurunan tingakt ansietas

d. Mempertahankan integritas kulit

1) Mempertahankan integritas kulit

2) Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit

e. Tidak mengalami komplikasi

1) Elektrolit tetap dalam rentang normal

2) Tanda vital stabil

3) Tidak ada disritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

PAGE 32