15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2011). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan hal penting yang harus dicapai oleh manajemen perusahaan (Brigham dan Daves, 2010). Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat diterjemahkan menjadi memaksimalkan harga saham perusahaan. Meskipun perusahaan memiliki tujuan-tujuan yang lain, namun memaksimalkan harga saham adalah tujuan yang paling penting (Brigham dan Houston, 2011). Mengetahui tujuan manajemen keuangan secara benar dapat membantu perusahaan dalam menentukan keputusan-keputusan keuangannya. Tujuan meningkatkan nilai perusahaan semestinya melandasi segala bentuk keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi keputusan-keputusan keuangan yang ditetapkan oleh manajer keuangan. Keputusan yang tepat akan meningkatkan nilai perusahaan dan akhirnya akan berdampak pula pada kemakmuran pemilik perusahaan. Husnan (2008) menyatakan, yang dimaksud dengan nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
22
Embed
BAB II value of the firm) (S alvatore, II.pdfperusahaan akan tercermin pada harga sahamnya. ... yaitu perbandingan dividen dengan harga saham, ... Profitabilitas merupakan kemampuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk
memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore,
2011). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi perusahaan, karena
dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham yang merupakan hal penting yang harus dicapai
oleh manajemen perusahaan (Brigham dan Daves, 2010). Memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham dapat diterjemahkan menjadi memaksimalkan
harga saham perusahaan. Meskipun perusahaan memiliki tujuan-tujuan yang lain,
namun memaksimalkan harga saham adalah tujuan yang paling penting (Brigham
dan Houston, 2011).
Mengetahui tujuan manajemen keuangan secara benar dapat membantu
perusahaan dalam menentukan keputusan-keputusan keuangannya. Tujuan
meningkatkan nilai perusahaan semestinya melandasi segala bentuk keputusan
yang diambil oleh manajemen perusahaan. Nilai perusahaan yang dibentuk
melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi keputusan-keputusan
keuangan yang ditetapkan oleh manajer keuangan. Keputusan yang tepat akan
meningkatkan nilai perusahaan dan akhirnya akan berdampak pula pada
kemakmuran pemilik perusahaan.
Husnan (2008) menyatakan, yang dimaksud dengan nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
16
tersebut dijual. Apabila perusahaan menawarkan saham ke publik maka nilai
perusahaan akan tercermin pada harga sahamnya. Jadi, dengan meningkatnya
harga saham membuat nilai perusahaan menjadi tinggi. Nilai perusahaan yang
tinggi akan berdampak pada kepercayaan pasar, tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga untuk melihat prospek perusahaan di masa depan.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio antara
lain Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar
saham, Price Earning Ratio (PER) yang merupakan rasio harga saham suatu
perusahaan dengan pendapatan per saham perusahaan tersebut, Dividend Yield
yaitu perbandingan dividen dengan harga saham, dan Price to Book Value (PBV)
yang merupakan rasio yang membandingkan antara nilai saham menurut pasar
dengan harga saham berdasar harga buku /book value (Brigham and
Houston,2011).
Penelitian ini menggunakan Price to Book Value (PBV) sebagai proksi
dari nilai perusahaan. Price to Book Value yang tinggi akan meningkatkan
kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan dan mengindikasikan
kemakmuran pemegang saham yang tinggi (Soliha dan Taswan, 2002). Price to
Book Value digunakan untuk melihat berapa besar tingkat undervalued maupun
overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan nilai buku setelah
dibandingkan dengan harga pasar (Brigham dan Houston,2011). Semakin tinggi
rasioprice to book value ini maka akan berpengaruh positif terhadap harga saham
dari perusahaan yang bersangkutan karena semakin tinggi rasio maka semakin
17
berhasil perusahan menciptakan nilai (return) bagi pemegang saham dan semakin
besar rasio PBVnya, semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor.
2.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam
menggunakan harta yang dimilikinya (Chen, 2002). Menurut Brigham dan
Gapenski (2006) ”Profitability is the net results of a number of policies and
decisions”. Brigham dan Houston (2011) juga menyatakan bahwa profitabilitas
adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan dalam suatu
perusahaan.
Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (Ang, 1997). Kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba merupakan kewajiban perusahaan kepada para pemegang
saham, dan juga laba merupakan elemen dalam menentukan nilai perusahaan.
Maka setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya,
karena semakin tinggi nilai profitabilitas maka perusahaan akan memiliki prospek
yang baik di masa depan.
Terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan (Sartono, 2009) dalam (Pratiska, 2012) diantaranya:
18
1) Gross profit margin (GPM)
Gross profit margin berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian
keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya. Nilai GPM semakin
mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan untuk
penjualan dan semakin besar juga tingkat pengembalian keuntungan. GPM
dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
= − … . (2.1)2) Net Proft Margin (NPM)
Net profit margin mengukur tingkat pengembalian keuntungan bersih terhadap
penjualan bersihnya. Nilai NPM juga berada diantara nol dan satu. Nilai NPM
semakin besar mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang
dikeluarkan dan juga berarti semakin besar tingkat pengembalian keuntungan
bersihnya.
= ℎ …………………………… . (2.2)3) Return On Investment (ROI)
Return on investment digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. ROI dapat dikatakan juga sebagai Return On Assets (ROA).
Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang
ada.
= ℎ …………………………(2.4)
19
4) Return On Equity (ROE)
Return on equity merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik
perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Return
on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Return on
equity dapat dirumuskan sebagai berikut:
= ℎ …………………………… . . . (2.5)Sesuai dengan kepentingan para investor terhadap pertumbuhan nilai
investasi dan berdasarkan beberapa pendapat di atas maka rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai alat untuk menganalisis kinerja keuangan
perusahaan adalah Return On Equity (ROE). Return On Equity adalah salah satu
rasio profitabilitas yang merupakan perbadingan antara laba bersih setelah pajak
dengan modal sendiri. Return On Equitymerupakan rasio untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan
net income. Husnan dan Pudjiastuti (2006) menjelaskan bahwa ROE adalah rasio
yang digunakan untuk mengetahui seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak
pemilik modal sendiri, sedangkan menurut Harjanti dan Tandelilin (2007) ROE
merupakan rasio yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang dapat diperoleh pemegang saham.
Return on equity merupakan rasio yang penting bagi pemilik perusahaan
karena rasio ini dapat menunjukkan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh
manajemen perusahaan dari modal yang disediakan oleh pemegang saham dan
20
rasio ini dapat menunjukkan keuntungan yang akan dinikmatinya. Pertumbuhan
return on equity (ROE) dapat menunjukkan prospek perusahaan yang semakin
baik karena ini berarti terdapat potensi peningkatan keuntungan yang akan
diperoleh perusahaan. Hal ini akan memberikan sinyal positif bagi investor
terhadap perusahaan, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta
akan mempermudah manajemen perusahaan menarik modal dalam bentuk saham
yang secara tidak langsung akan berdampak pada kenaikan harga saham di pasar
modal.
2.3 Struktur Modal
Struktur modal (capital structure) merupakan kombinasi hutang dan
ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt
ratio atau leverage ratio yang hanya menggambarkan rasio hutang dan ekuitas
pada suatu saat tertentu, struktur modal lebih menggambarkan target komposisi
hutang dan ekuitas dalam jangka panjang suatu perusahaan (Arifin,2005). Husnan
(2008) menyebutkan keputusan pendanaan akan tercermin pada sisi pasiva.
Apabila hanya memperlihatkan dana yang tertanam dalam jangka waktu yang
lama, maka perbandingan tersebut disebut sebagai struktur modal. Lebih jauh lagi,
dijelaskan apakah terdapat pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai
perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan.
Maksudnya, apabila komposisi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri
yang terdapat dalam struktur modal berubah apakah harga saham akan berubah,
dengan asumsi keputusan-keputusan lainnya tidak berubah. Struktur modal yang
21
terbaik (optimal) adalah struktur modal yang dapat memaksimalkan harga saham
atau nilai perusahaan.
Brigham dan Houston (2011) mengatakan struktur modal yang optimal
dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu, di mana perubahan dalam
struktur modal akan mempengaruhi tingkat risiko dan biaya dari masing-masing
jenis modal, dan hal ini dapat mengubah rata-rata tertimbang biaya modalnya.
Perubahan dalam biaya modal juga dapat mempengaruhi keputusan penganggaran
modal dan akhirnya harga saham perusahaan tersebut.
2.3.1Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan pengaruh keputusan pendanaan terhadap
nilai perusahaan atau biaya modal. Keputusan pendanaan mempelajari bagaimana
pengaruh sumber dana yang berbeda yaitu antara hutang dan modal sendiri
terhadap nilai perusahaan, seandainya keputusan investasi dan kebijakan dividen
tidak berubah atau konstan. Sartono (2008) mengemukakan teori struktur modal
sebagai berikut :
Begitu banyak teori tentang struktur modal dikembangkan, namun belum
ada penjelasan yang memuaskan mengenai seberapa besar hutang yang ideal.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori mengenai struktur modal:
1) Pendekatan Laba Bersih (Net Income)
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor
mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat biaya hutang
yang konstan pula. Biaya modal sendiri dan biaya hutang konstan akan
22
menyebabkan jumlah hutang yang digunakan perusahaan akan semakin
besar sehingga biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil. Jika
biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan
hutang yang semakin besar, maka nilai perusahaan akan meningkat.
2) Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi
yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan
ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun
tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan
bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dengan pendekatan laba bersih.
Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri
dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Tingkat keuntungan yang
disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat