Top Banner
PENETAPAN HARGA POKOK DAN ZONA FLEKSIBILITAS HARGA PRODUK OLAHAN BUAH (Kasus: Jus Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal dan Fruit Talk Papaya Soft Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT, Tajur) SKRIPSI MONANG SIMBOLON H 34076101 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
131

Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

Nov 27, 2015

Download

Documents

indra_hk

Cara dalam Penetapan harga pokok dan zona fleksibilitas harga produk olahan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

PENETAPAN HARGA POKOK DAN

ZONA FLEKSIBILITAS HARGA PRODUK OLAHAN BUAH (Kasus: Jus Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal dan Fruit Talk

Papaya Soft Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy Laboratorium

Percontohan Pabrik Mini PKBT, Tajur)

SKRIPSI

MONANG SIMBOLON

H 34076101

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 2: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

RINGKASAN

MONANG SIMBOLON. Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga

Produk Olahan (Kasus : Jus Jambu Merah „JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor dan Fruit Talk Papaya Soft Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy

Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT, Tajur). (Di Bawah Bimbingan EVA YOLYNDA AVINY).

Produksi buah-buahan Indonesia sepanjang tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut seiring dengan

peningkatan luas panen tanaman buah-buahan di Indonesia. Dengan peningkatan produksi yang tinggi seharusnya tingkat konsumsi buah-buahan di Indonesia masih diatas standar. Akan tetapi tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat

Indonesia masih di bawah standar yang diharapkan. Peningkatan konsumsi buah-buahan pada masyarakat bisa menggunakan produk buah-buahan yang diolah.

Jenis tanaman buah-buahan tropis yang banyak tumbuh di Indonesia dan sangat cocok untuk diolah serta memiliki prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan adalah buah jambu biji, nanas dan pepaya. Salah satu kota yang

berkontribusi terhadap jambu biji, pepaya dan nanas di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. KWT Turi merupakan salah satu pelaku bisnis yang

memproduksi sari buah jambu biji dalam kemasan dengan merek “Jus Jambu Merah”. Sedangkan Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT merupakan industri pengolahan “Fruit Talk Soft Candy” dari buah nenas dan pepaya.

Perusahaan yang ingin berkembang dan terus menjaga kelangsungan hidupnya perlu membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan

efektivitas kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan, sehingga harga pokok

produk satuan yang dihasilkan perusahaan lebih rendah dari yang sebelumnya. Selama ini KWT Turi dalam menentukan harga pokok JJM masih belum

menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan seperti biaya penyusutan bangunan, kendaraan serta mesin dan peralatan. Begitu juga penetapan harga pokok produk yang dilakukan LPPM PKBT belum menggambarkan rincian biaya

produksi yang tepat seperti biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan bangunan dan mesin. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan harga pokok

produksi dengan lebih tepat agar dapat menetapkan harga jual dengan lebih baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1). Menganalisis penetapan harga pokok

produksi JJM di KWT Turi dan Fruit Talk Soft Candy di Laboratorium

Percontohan Pabrik Mini PKBT dengan memperhitungkan seluruh komponen biaya produksi. (2). Menganalisis kisaran harga yang dapat diterima oleh pelanggan JJM di KWT Turi dan Fruit Talk Soft Candy di Laboratorium

Percontohan Pabrik Mini PKBT. (3). Menganalisis rentang harga optimum dari sisi JJM di KWT Turi dan Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT dan

pelanggannya (zona fleksibilitas harga) terhadap produk JJM dan Fruit Talk Soft Candy.

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Turi berlokasi

di Rt 2 Rw 5 Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dan Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM

Page 3: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

PKBT) berlokasi di Tajur, Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini ditentukan

secara sengaja (purposive). Sedangkan pemilihan lokasi LPPM PKBT dengan pertimbangan menghasilkan produk olahan sehat berupa permen lunak buah dan

merupakan produk hasil penelitian PKBT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Juni 2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian yang pertama menggunakan pendekatan Full Costing untuk penentuan harga

pokok produksi dari sisi perusahaan sebagai cara untuk mengidentifikasi Optimal Price Minimal (OP min). Sedangkan alat analisis yang kedua menggunakan

analisis sensitivitas harga sebagai alat untuk mengidentifikasi Customer Price Maximum (CP max) sehingga diperoleh zona fleksibilitas untuk mendapatkan rentang harga optimum dari sisi produsen dan konsumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produk JJM metode full costing untuk produksi 10 kg JJM kemasan botol Rp 3.392,00 per

botol dan untuk kemasan cup Rp 1.190,00 per cup. Harga pokok JJM dengan menggunakan metode full costing lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok metode perusahaan. Selisih tersebut adalah Rp 313,00 untuk kemasan botol dan

Rp 194,00 untuk kemasan cup. Analisis sensitivitas harga terhadap harga JJM pada konsumen aktual yaitu

harga ideal JJM sebesar Rp 1.965,00 per cup dan Rp 4.500,00 per botol sedangkan pada konsumen potensial sebesar Rp 1.966,00 per cup dan Rp 4.261,00 per botol. Perusahaan masih dapat merubah harga tersebut selama masih berada

dalam kisaran harga yang diinginkan atau Range of Acceptable Prices (RAP) yaitu pada konsumen aktual berkisar antara Rp 1.580,00 per cup sampai dengan

Rp 2.409,00 per cup, dan untuk botol berkisar antara Rp 4.086,00 per botol sampai dengan Rp 4.923,00 per botol. Sedangkan RAP konsumen potensial berkisar antara Rp 1.595,00 per cup sampai dengan Rp 2.416,00 per cup, dan

untuk botol berkisar antara Rp 4.008,00 per botol sampai dengan Rp 4.914,00 per botol.

Zona fleksibilitas untuk konsumen aktual berkisar antara Rp 1.785,00 sampai dengan Rp 2.409,00 per cup dan berkisar antara Rp 3.800,00 sampai dengan Rp 4.923,00 per botol. Harga ideal JJM adalah berkisar antara Rp

1.965,00 per cup dan Rp 4.500 per botol sehingga interaksi tawar menawar antara produsen dan konsumen terdapat posisi win-win. Posisi ini merupakan posisi yang

paling ideal karena KWT Turi mendapatkan keuntungan sebesar 35 persen untuk JJM cup dan 22 persen untuk JJM botol. Zona fleksibilitas untuk konsumen potensial berkisar antara Rp 1.785,00 sampai dengan Rp 2.416,00 per cup dan

berkisar antara Rp 3.800,00 sampai dengan Rp 4.914,00 per botol. Harga ideal JJM adalah berkisar antara Rp 1.966,00 per cup dan Rp 4.216,00 per botol

sehingga interaksi tawar menawar antara produsen dan konsumen terdapat posisi win-win. Posisi ini merupakan posisi yang paling ideal karena KWT Turi mendapatkan keuntungan sebesar 38 persen untuk JJM cup dan 14 persen.

Hasil perhitungan analsis R/C atas biaya tunai untuk JJM kemasan cup adalah 1,51 dan JJM kemasan botol sebesar 1,20. Nilai ini memiliki arti bahwa

setiap pengeluaran tunai sebsar Rp 1,00 menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,51 untuk JJM kemasan cup dan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,20 untuk JJM kemasan botol. Nilai R/C lebih besar dari satu menunjukkan bahwa

usaha JJM di KWT Turi mampu memberikan keuntungan karena penerimaannya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Page 4: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

Perhitungan harga pokok produk Fruit Talk Soft Candy metode full costing

sebesar Rp 8.100,00 per kemasan 50 gram. Harga pokok Fruit Talk Soft Candy dengan menggunakan metode Full Costing lebih tinggi dibandingkan dengan

harga pokok metode perusahaan. Selisih tersebut adalah Rp 600,00 per kemasan. Analisis sensitivitas harga terhadap harga Fruit Talk Soft Candy yaitu

harga ideal Fruit Talk Soft Candy sebesar Rp 8.500,00 per bungkus. Perusahaan

masih dapat merubah harga tersebut selama masih berada dalam kisaran harga yang diinginkan (RAP) yaitu harga Soft Candy Pepaya berkisar antara Rp

7.875,00 sampai dengan Rp 12.416,00 per bungkus, dan untuk Soft Candy Nanas berkisar antara Rp 8.300,00 sampai dengan Rp 11.166,00 per bungkus.

Zona fleksibilitas untuk Fruit Talk Soft Candy Pepaya berkisar antara Rp

8.100,00 sampai dengan Rp 12.416,00 per bungkus, sedangkan untuk Fruit Talk Soft Candy Nanas berkisar antara Rp 8.100,00 sampai dengan Rp 11.166,00 per

bungkus, sehingga interaksi tawar menawar antara produsen dan konsumen terdapat posisi win-win. Posisi ini merupakan posisi yang paling ideal karena LPPM PKBT mendapatkan keuntungan sebesar 36 persen.

Hasil perhitungan analsis R/C atas biaya tunai untuk Fruit Talk Soft Candy adalah 1,38. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebsar Rp 1,00

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,38. Nilai R/C lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha Fruit Talk Soft Candy di LPPM PKBT mampu memberikan keuntungan karena penerimaannya leb ih besar dari biaya yang

dikeluarkan.

Page 5: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

PENETAPAN HARGA POKOK DAN

ZONA FLEKSIBILITAS HARGA PRODUK OLAHAN BUAH (Kasus: Jus Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal dan Fruit Talk

Papaya Soft Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy Laboratorium

Percontohan Pabrik Mini PKBT, Tajur)

MONANG SIMBOLON

H 34076101

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 6: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

Judul Skripsi : Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga

Produk Olahan (Kasus : Jus Jambu Merah „JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor dan Fruit Talk Papaya Soft

Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT, Tajur)

Nama Mahasiswa : Monang Simbolon

NIM : H 34076101

Disetujui,

Pembimbing

Eva Yolynda Aviny, SP. MM

NIP. 19710402 200604 2 008

Diketahui : Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 7: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Penetapan Harga

Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan (Kasus : Jus Jambu Merah

„JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor dan Fruit Talk Papaya Soft Candy

dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy Laboratorium Percontohan Pabrik Mini

PKBT, Tajur) adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Monang Simbolon

H 34076101

Page 8: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tembilahan pada tanggal 22 Januari 1985,

merupakan anak keenam dari enam bersaudara, keluarga Bapak Hasanuddin

Simbolon dan Ibu Eny Panggabean.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 001 Tembilahan

pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000

di SLTPN 1 Tembilahan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 2

Tembilahan diselesaikan pada tahun 2003.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor,

Program Studi Diploma III Pengelola Perkebunan melalui jalur USMI (Ujian

Seleksi Masuk IPB). Tahun 2007 penulis melanjutkan ke jenjang Strata I di

Program Studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti

pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa

Riau (IKPMR) Bogor.

Page 9: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan (Kasus :

Jus Jambu Merah „JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor dan Fruit Talk

Papaya Soft Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy Laboratorium

Percontohan Pabrik Mini PKBT, Tajur)”. Shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penetapan harga pokok produk

serta rentang harga optimum yang terbentuk antara produsen dan konsumen.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

memerlukan serta dapat memperkaya wawasan pembaca. Skripsi ini merupakan

hasil maksimal yang dapat penulis kerjakan.penulis menyadari kemungkinan

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan atau dari apa yang diharapkan.

Bogor, Maret 2011

Monang Simbolon

Page 10: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada:

1. Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini

2. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen evaluator dan dosen penguji yang

memberikan bimbingan, pengarahan, masukan selama penelitian dan

penyusunan skripsi.

3. Orangtua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan kasih

sayang yang tak terhingga kepada penulis.

4. Elviana, S.hut yang telah memberi motivasi dan semangat kepada penulis.

5. Bapak Taufik Junaedi selaku Ketua KWT Turi yang telah memberikan izin

untuk melaksanakan penelitian.

6. Bapak Sobir, Ph.D selaku Kepala PKBT yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian

7. Para karyawan PKBT, karyawan LPPM PKBT dan karywan KWT Turi.

8. Teman-teman ekstensi agribisnis angkatan III.

9. Sahabat Asrama Riau (Fahriyadi SEi, Pemi Barca, Rusman A. SE, Fifin

Friska, Irzal Fakhrozi S.hut, Isa Teguh Widodo, SSi, R.Ade Saputra, SP, R.

Ronal A, Maiser Syahputra, S.hut, Zaini), rekan-rekan IKPMR BOGOR dan

masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih

atas dukungan dan dorongannya kepada penulis dalam pembuatan laporan ini

Bogor, Maret 2011

Monang Simbolon

Page 11: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9

1.5. Ruang Lingkup ............................................................................ 9

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10 2.1. Jambu Biji ..................................................................................... 10 2.2. Nanas ............................................................................................ 12

2.3. Pepaya ........................................................................................... 15 2.4. Jus Buah......................................................................................... 16

2.5. Kembang Gula .............................................................................. 17 2.6. Soft Candy Pinneaple ................................................................... 18 2.7. Soft Candy Papaya ........................................................................ 19

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................... 20 III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 25

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis......................................................... 25 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 36

IV METODE PENELITIAN ................................................................. 38 4.1. Lokasi dan Waktu ......................................................................... 38

4.2. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 38 4.3. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 38

4.4. Metode Pengambilan Data ........................................................... 39 4.5. Metode Pengolahan Data ............................................................. 40 4.6. Zona Fleksibilitas .......................................................................... 43

V GAMBARAN UMUM PENELITIAN .............................................. 44

5.1. Gambaran Umum Perusahaan KWT Turi ..................................... 44 5.2. Gambaran Umum Karakteristik Responden Jus Jambu Merah..... 50 5.3. Gambaran Umum LPPM PKBT.................................................... 62

5.4 Gambaran Umum Karakteristik Responden Fruit Talk Soft Candy ..................................................................... 67

VI ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUK

DAN RENTANG HARGA ................................................................ 76

6.1. Perhitungan OP (min) .................................................................... 76 6.2. Identifikasi Biaya-Biaya Produksi dan Non Produksi

Page 12: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

KWT Turi ...................................................................................... 76

6.3. Perhitungan CP (Max) ................................................................... 81 6.4. Perhitungan Zona Fleksibilitas KWT TURI.................................. 86

6.5. Identifikasi Biaya-Biaya Produksi dan Non Produksi LPPM PKBT ................................................................................. 91 6.6. Perhitungan CP (Max) ................................................................... 95

6.7. Perhitungan Zona Fleksibilitas LPPM PKBT ............................... 98

VII KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 101 7.1 Kesimpulan .................................................................................... 101 7.2 Saran ............................................................................................. 102

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 103

LAMPIRAN .................................................................................................... 105

Page 13: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi dan Luas Panen Tanaman Buah-Buahan Indonesia Tahun 2003 – 2007 ..................................................................................... 1 2. Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2003-2007 ................................. 2 3. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Kabupaten Bogor

Tahun 2002 – 2006 ...................................................................................... 3 4. Karakteristik Nanas Varietas Mahkota Bogor dan Delika Subang ............. 13 5. Kandungan Gizi Buah Nanas Segar (100 gram bahan)................................ 14 6. Komposisi Gizi Buah Pepaya Masak, Pepaya Muda, dan Daun Pepaya Per 100 Gram ................................................................... 15 7. Kemungkinan Interaksi Tawar Menawar Antara Produsen dan Konsumen ................................................................................ 31 8. Komposisi Bagian Kerja dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja pada KWT Turi ............................................................................................ 46 9. Sebaran Usia Responden Jus Jambu Merah ................................................. 51 10. Sebaran Status Perkawinan Responden Jus Jambu Merah........................... 51 11. Sebaran Pekerjaan Responden Jus Jambu Merah ........................................ 52 12. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Jus Jambu Merah......................... 53 13. Sebaran Tingkat Pendapatan Responden Jus Jambu Merah (Aktual) .......... 53 14. Sebaran Tingkat Pendapatan Responden Jus Jambu Merah (Potensial) ...... 54 15. Sebaran Tingkat Pengeluaran Konsumsi Makanan Responden Jus Jambu Merah (Aktual) ........................................................................... 54 16. Sebaran Tingkat Pengeluaran Konsumsi Makanan Responden Jus Jambu Merah (Potensial)........................................................................ 55 17. Sebaran Sumber Informasi Responden Jus Jambu Merah ........................... 55 18. Sebaran Frekuensi Pembelian Responden Jus Jambu Merah ...................... 56 19. Sebaran Lama Mengkonsumsi Responden Jus Jambu Merah ..................... 56 20. Sebaran Minat Membeli Jika Terjadi Kenaikan Harga Sepuluh Persen Responden Jus Jambu Merah ............................................. 57 21. Sebaran Responden dalam Menilai Rasa Jus Jambu Merah ........................ 57 22. Sebaran Responden dalam Menilai Warna Jus Jambu Merah ..................... 58 23. Sebaran Responden dalam Menilai Struktur Jus Jambu Merah ................... 58 24. Sebaran Responden dalam Menilai Ketahanan Produk ............................... 59 25. Sebaran Responden Terhadap Harga Jus Jambu Merah ............................. 59

Page 14: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

26. Sebaran Responden Terhadap Kemasan Jus Jambu Merah ......................... 60 27. Sebaran Responden dalam Menilai Manfaat Produk ................................... 60 28. Sebaran Tingkat Kepuasan Responden Jus Jambu Merah ........................... 61 29. Sebaran Responden dalam Merekomendasikan Produk .............................. 61 30. Sebaran Usia Responden Fruit Talk Soft Candy ......................................... 67 31. Sebaran Status Perkawinan Responden Fruit Talk Soft Candy.................... 67 32. Sebaran Pekerjaan Responden Fruit Talk Soft Candy ................................ 68 33. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Fruit Talk Soft Candy.................. 68 34. Sebaran Tingkat Pendapatan Responden Fruit Talk Soft Candy ................. 69 35. Sebaran Tingkat Pengeluaran Konsumsi Makanan Responden Fruit Talk Soft Candy ................................................................................... 69 36. Sebaran Sumber Informasi Responden Fruit Talk Soft Candy .................... 70 37. Sebaran Minat Membeli Jika Terjadi Kenaikan Harga

Sepuluh Persen Responden Fruit Talk Soft Candy ...................................... 70 38. Sebaran Responden dalam Menilai Rasa Fruit Talk Soft Candy ................ 71 39. Sebaran Responden dalam Menilai Warna Fruit Talk Soft Candy ............. 71 40. Sebaran Responden dalam Menilai Struktur Fruit Talk Soft Candy ............ 71 41. Sebaran Responden dalam Menilai Ketahanan Produk ............................... 72 42. Sebaran Responden Terhadap Harga Fruit Talk Soft Candy ....................... 72 43. Sebaran Responden Terhadap Kemasan Fruit Talk Soft Candy ................. 73 44. Sebaran Responden dalam Menilai Manfaat Produk ................................... 73 45. Sebaran Tingkat Kepuasan Responden Fruit Talk Soft Candy .................... 74 46. Sebaran Responden dalam Merekomendasikan Produk .............................. 74 47. Perhitungan Harga Pokok JJM Metode KWT Turi...................................... 78 48. Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing................................. 79 49. Hasil Analisis Sensitivas Harga JJM Kemasan Cup ................................... 86 50. Hasil Analisis Sensitivas Harga JJM Kemasan Botol .................................. 86 51. Rata-rata Penerimaan Biaya, Pendapatan dan R/C JJM............................... 90 52. Rata-rata Penerimaan Biaya, Pendapatan dan R/C JJM Botol..................... 90 53. Perhitungan Harga Pokok Fruit Talk Soft Candy

Metode LPPM PKBT ................................................................................... 93 54. Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing ................................ 94 55. Rata-rata Penerimaan. Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Fruit Talk Soft Candy Botol (Desember 2008 – Desember 2009) ............... 99

Page 15: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan Harga Rata-rata Gula ........................................................ 7 2. Kurva Biaya Total ........................................................................................ 26 3. Harga – Tidak akan adanya penjualan ......................................................... 30 4. Harga – Ada penjualan tetapi dengan sedikit fleksibilitas ........................... 30 5. Harga – Penjualan dengan fleksibilitas ........................................................ 31 6. Kurva Elastisitas Permintaan di Sepanjang Kurva Permintaan Linier......... 33 7. Kerangka Pemikiran Operasional................................................................. 37 8. Harga Pokok dan Total Harga Pokok Menurut Metode full costing............ 41 9. Hubungan antara Kurva dari Setiap Kategori Harga ................................... 43 10. Struktur Organisasi KWT Turi .................................................................... 45 11. Alur Proses Produksi Jus ”JJM”................................................................... 49 12. Struktur Organisasi LPPM PKBT ............................................................... 64 13. Kurva Sensitivitas Harga Jus Jambu Merah Kemasan Cup

Terhadap Konsumen Aktual.......................................................................... 83 14. Kurva Sensitivitas Harga Jus Jambu Merah Kemasan Botol Terhadap Konsumen Aktual ......................................................................... 83 15. Kurva Sensitivitas Harga Jus Jambu Merah Kemasan Cup Terhadap Konsumen Potensial...................................................................... 85 16. Kurva Sensitivitas Harga Jus Jambu Merah Kemasan Botol Terhadap Konsumen Potensial ..................................................................... 85 17. Zona Fleksibilitas Jus Jambu Merah Cup Konsumen Aktual ...................... 87 18. Zona Fleksibilitas Jus Jambu Merah Botol Konsumen Aktual ................... 87 19. Zona Fleksibilitas Jus Jambu Merah Cup Konsumen Potensial ................ 88 20. Zona Fleksibilitas Jus Jambu Merah Botol Konsumen Potensial ................ 88 21. Grafik Penjualan Jus Jambu Merah Juni 2009 – 2010 ................................. 89 22. Kurva Sensitivitas Harga Soft Candy Pepaya Konsumen Potensial .......... 97 23. Kurva Sensitivitas Harga Soft Candy Nanas Terhadap Konsumen Potensial .................................................................................... 97 24. Zona Fleksibilitas Soft Candy Pepaya Konsumen Potensial ...................... 98 25. Zona Fleksibilitas Soft Candy Nanas Konsumen Potensial ....................... 98 26. Grafik Penerimaan dan Pengeluaran Soft Candy Desember 2008 – Desember 2009 .............................................................. 100

Page 16: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabulasi Price Sensitivity Meters Jus Jambu Merah Kemasan Cup Terhadap Konsumen Aktual ...................................................................... 106 2. Tabulasi Price Sensitivity Meters Jus Jambu Merah Kemasan Botol Terhadap Konsumen Aktual ................................................................... 107 3. Tabulasi Price Sensitivity Meters Jus Jambu Merah Kemasan Cup Terhadap Konsumen Potensial................................................................... 108 4. Tabulasi Price Sensitivity Meters Jus Jambu Merah Kemasan Botol Terhadap Konsumen Potensial................................................................... 109 5. Tabulasi Price Sensitivity Meters Fruit Talk Soft Candy Pepaya Terhadap Konsumen Potensial................................................................... 110 6. Tabulasi Price Sensitivity Meters Fruit Talk Soft Candy Nanas Terhadap Konsumen Potensial.................................................................. 111 7. Gambar Peralatan Produksi KWT Turi ...................................................... 112 8. Gambar Peralatan Produksi LPPM PKBT ................................................. 114

Page 17: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan

Perikanan. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

meningkatkan pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi pertanian di

Indonesia. Pada tahun 2005, PDB Nasional Hortikultura sebesar Rp 61,79 triliun,

tahun 2006 meningkat menjadi Rp 68,64 triliun. Peningkatan ini terjadi karena

peningkatan produksi dan peningkatan luas areal panen disamping nilai ekonomi

produk Hortikultura yang cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya

(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007).

Produksi buah-buahan Indonesia sepanjang tahun 2003 sampai dengan

tahun 2007 terus meningkat. Hal tersebut seiring dengan peningkatan luas panen

tanaman buah-buahan di Indonesia. Pada Tabel 1 dapat dilihat total produksi dan

total luas panen tanaman buah-buahan di Indonesia.

Tabel 1. Produksi dan Luas Panen Tanaman Buah-Buahan Indonesia Tahun

2003 – 2007

Tahun Tanaman Buah-buahan di Indonesia

Produksi (Ton) Pertumbuhan (%) Luas Panen (Ha) Pertumbuhan (%) 2003 2004 2005 2006 2007

13.551.435 14.348.456 14.786.599 16.171.130 17.116.622

- 5,88 3,08 9,36 5,85

721.964 707.119 717.428 728.218 756.766

- -2,06 1,46 1,50 3,92

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008

Menurut laporan mengenai Keberhasilan dan Kinerja Agribisnis

Hortikulura tahun 2006, peningkatan produksi terjadi sebagai akibat pertambahan

luas areal tanaman, tanaman yang berpoduksi semakin banyak, teknologi produksi

yang diterapkan petani berkembang, bimbingan dan fasilitasi yang diberikan

kepada petani dan pelaku usaha semakin intensif, manajemen usaha yang

diterapkan pelaku usaha semakin baik, dan adanya penguatan kelembagaan

agribisnis petani.3

3 Keberhasilan dan Kinerja Hortikultura 2006.http://www.hort iku ltura.deptan.go.id.

Page 18: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

2

Dengan peningkatan produksi yang tinggi seharusnya tingkat konsumsi

buah-buahan di Indonesia masih diatas standar. Akan tetapi tingkat konsumsi

buah-buahan masyarakat Indonesia masih di bawah standar yang diharapkan. Hal

ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan tingkat konsumsi buah-buhan

rata-rata per kapita dari tahun 2003-2007 adalah 27,88 kg/kapita/tahun. Food

Agriculture Organization (FAO) memperkirakan bahwa untuk mencapai

keseimbangan gizi makanan, maka paling tidak mengkonsumsi buah harus

mencapai 75 kilogram per tahun per kapita.4 Oleh karena itu, usaha untuk

meningkatkan konsumsi buah-buahan pada masyarakat Indonesia sangat

diperlukan.

Tabel 2. Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2003-2007

Tahun Konsumsi Perkapita (Kg/tahun)

Buah-buahan Pertumbuhan (%) Sayuran Pertumbuhan (%)

2003 2004 2005 2006 2007

29,44 27,19 25,17 23,56 34,06

- -7,64 -7,43 -6,40 44,57

34,52 33,49 35,33 34,16 39,39

- -2,98 5,49

-3,31 15,31

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008

Peningkatan konsumsi buah-buahan pada masyarakat dapat menggunakan

produk buah-buahan yang diolah. Jenis tanaman buah-buahan tropis yang banyak

tumbuh di Indonesia dan sangat cocok untuk diolah serta memiliki prospek yang

cukup bagus untuk dikembangkan adalah buah jambu biji, nanas dan pepaya.

Produksi jambu biji di Indonesia dari tahun 2003 - 2008 mengalami pertumbuhan

7,16 persen per tahun. Produksi nanas di Indonesia dari tahun 2003 - 2008

memiliki trend (kecenderungan) yang positif dari tahun ke tahun dengan

pertumbuhan rata-rata sebesar 22,06 persen per tahun. Produksi pepaya di

Indonesia dari tahun 2003 – 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 4,23 persen.

Tingkat pertumbuhan buah-buahan di Indonesia yang masih memiliki

trend yang positif tidak terlepas dari peran serta sentra-sentra pusat produksi

buah-buahan di Indonesia, salah satu sentra produksi terletak di Propinsi Jawa

Barat. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memproduksi

4 Effata Tamburian. 2008. Deptan Akan Tekan Impor Buah.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0812/31/eko09.html. [15 Februari 2010]

Page 19: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

3

jambu biji, pepaya dan nanas di Indonesia. Salah satu kabupaten yang

berkontribusi terhadap jambu biji, pepaya dan nanas di Jawa Barat adalah

Kabupaten Bogor. Selama periode 2005 - 2006 produksi jambu biji dan nanas

mengalami peningkatan. Sedangkan produksi papaya tahun 2005 mengalami

penurunan dimana total produksi papaya pada tahun 2004 sebesar 37.539 ton

sedangkan pada tahun 2006 menurun sebesar 32,77 persen. Produksi jambu biji,

pepaya dan nanas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Kabupaten Bogor Tahun

2002-2006

Tahun Produksi (Ton)

Jambu Biji Pepaya Nanas

2002 2.977,0 30.684,6 977,8

2003 4.670,8 12.678,7 268,4

2004 3.404,8 37.539,0 320,3

2005 4.443,6 25.236,1 551,8

2006 4.163,0 31.931,5 750,8 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007

Salah satu cara meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa

simpan buah-buahan adalah dengan mengolahnya menjadi beberapa macam

produk, diantaranya adalah sari buah (juice) dan permen lunak buah (soft candy).

Upaya pengolahan bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang

masa simpannya, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. Hal ini

terkait dengan karakteristik produk buah-buahan yang tidak tahan lama dan

mudah rusak karena pengaruh fisik (sinar matahari, benturan fisik) dan pengaruh

biologis (mikroba, kapang) terutama pada saat panen melimpah. Salah satu

indikasinya yaitu ketika permintaan stabil sedangkan supply produk begitu tinggi

saat panen raya, sehingga pengolahan perlu dilakukan untuk menangani

permasalahan tersebut.

Produk sari buah dapat diproduksi dari berbagai macam jenis buah-

buahan, diantaranya jambu biji. Sari buah jambu biji banyak dikonsumsi

masyarakat karena rasanya yang manis, aromanya yang harum, dan harganya

terjangkau. Selain banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak, sari buah jambu

biji juga sering dikonsumsi masyarakat sebagai minuman kesehatan. Sedangkan

permen lunak merupakan produk olahan buah yang dapat dikonsumsi langsung

Page 20: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

4

sebagai makanan ringan (cemilan) yang sehat atau produk antara untuk membuat

produk olahan lain. Permen lunak nanas dan pepaya banyak dikonsumsi karena

dibuat dari sari buah asli yang dikeringkan dan tanpa bahan pengawet. Buah-

buahan tersebut memiliki banyak variasi dalam kandungan nutrisi, rasa, aroma

dan kualitas. Selain rasanya yang enak dan kandungan gizinya tinggi, kebutuhan

yang besar terhadap buah-buahan ini ditanggapi dengan sangat baik dan

ditunjukkan dengan semakin meningkatnya produksi buah-buahan Indonesia.

Potensi pengembangan pengolahan buah-buahan seperti jambu biji,

pepaya dan nanas di Kabupaten Bogor cukup tinggi mengingat Bogor merupakan

salah satu daerah di Jawa Barat yang memproduksi jambu biji, pepaya dan nanas.

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Turi dan Laboratorium

Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) Bogor. KWT

Turi merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi sari buah jambu biji

dalam kemasan dengan merek “Jus Jambu Merah”. Sedangkan Laboratorium

Percontohan Pabrik Mini PKBT merupakan industri pengolahan “Fruit Talk Soft

Candy” dari buah nenas dan pepaya.

Berkembangnya industri pengolahan buah-buahan memacu KWT Turi dan

LPPM PKBT untuk mengembangkan usahanya baik dari produk, skala usaha

maupun pangsa pasar yang dirambah. Namun perusahaan yang ingin berkembang

dan terus menjaga kelangsungan hidupnya perlu membuat kebijakan yang

mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan tersebut dapat

berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan biaya

produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk

yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan

lebih rendah dari yang sebelumnya. Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat dengan laba yang ingin

diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan

perusahaan–perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Hal ini tentunya

tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan yaitu agar modal yang

ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau dengan kata lain

mendapatkan laba semaksimal mungkin.

Page 21: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

5

Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan

penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu

rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak

menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi

dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing

dengan produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu

rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua

hal tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan harga jual

yang tepat.

1.2. Perumusan Masalah

Produk agribisnis memiliki karakteristik yang bersifat ukuran yang sangat

besar (bulky), mengambil banyak tempat (voluminous) dan cepat atau mudah

rusak (perishable). Salah satu produk hortikultura yang memiliki karakteristik

tersebut adalah buah-buahan. Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang

mudah mengalami perubahan-perubahan akibat pengaruh mekanisme fisik, kimia,

biologis dan mikrobiologis. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa mengakibatkan

kerusakan atau pembusukan, terutama pada saat penen melimpah. Diperlukan

pengolahan lebih lanjut guna meningkatkan nilai tambah pada komoditas buah-

buahan. Salah satu bentuk pengolahan pada buah-buahan adalah dengan

pembuatan sari buah dan permen lunak. Buah jambu biji, pepaya dan nanas

merupakan komoditas pertanian yang memiliki karakteristik perishable seperti

buah-buahan lainnya. Pembuatan sari buah jambu biji dan permen lunak

merupakan salah satu upaya dalam memperpanjang masa simpan dan menambah

nilai jual jambu biji, pepaya dan nanas.

Kelompok Wanita Tani (KWT) Turi merupakan salah satu Kelompok

Usaha Agribisnis Desa Sukaresmi Kota Bogor dan anggota Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). KWT Turi adalah produsen yang

bergerak dalam bidang pengolahan buah jambu biji menjadi jus jambu. Usaha jus

jambu ini bermula dari keprihatinan warga Sukaresmi, melihat banyaknya jambu

matang yang dibuang begitu saja di kolam atau kebun. Jambu biji yang dijual ke

pasar merupakan jambu biji yang sudah tua namum belum matang.

Page 22: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

6

KWT Turi menghasilkan Jus Jambu Merah atau yang sering di kenal

dengan nama JJM dengan kemasan botol plastik ukuran 300 mililiter dan kemasan

gelas plastik (cup) plastik ukuran 200 mililiter. Harga jual JJM kemasan botol

plastik ukuran 300 mililiter adalah Rp 3.500 dan harga jual JJM kemasan cup

ukuran 200 mililiter adalah Rp 1.500. KWT Turi berencana untuk menaikkan

harga jual produk, karena kenaikan harga bahan baku yang berfluktuatif ketika

permintaan JJM meningkat, namun persediaan buah jambu petani di Desa

Sukaresmi tidak mencukupi, maka KWT Turi akan membeli buah jambu yang

berada di pasar, hal tersebut akan meningkatkan biaya produksi, karena harga

buah jambu di pasar lebih mahal dibandingkan harga buah jambu di Desa

Sukaresmi.

Selain jambu biji bahan baku yang berfluktuatif adalah gula. Gula

merupakan bahan baku utama selain jambu biji dalam pengolahan produk JJM.

Selama ini penggunaan gula terhadap biaya produksi di KWT Turi sebesar 20,78

persen dalam pengolahan JJM kemasan cup dan sebesar 10,83 persen dalam

pengolahan JJM kemasan botol. Harga gula setiap tahunnya menunjukkan

kenaikan. Kenaikan harga gula tersebut sangat mempengaruhi harga pokok JJM,

karena produk JJM menggunakan gula sebagai bahan pemanis. Kenaikan harga

gula tak lepas dari peran harga gula dunia, saat ini harga gula di dunia mengalami

peningkatan ditambah dengan isu penggunaan tanaman tebu sebagai bio fuel. Hal

tersebut akan mempengaruhi pemintaan tanaman tebu di pasar internasional,

sehingga persaingan antara produk gula dan produk bio fuel yang merupakan

produk turunan dari tanaman tebu akan terjadi, kemungkinan harga gula akan

terus meningkat. Grafik perkembangan harga gula di dalam negeri dapat dilihat

pada Gambar 1.

KWT Turi selama ini dalam menentukan harga pokok JJM masih belum

menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan seperti biaya penyusutan

bangunan, kendaraan serta mesin dan peralatan. Biaya penyusutan mempengaruhi

nilai aktiva tetap perusahaan, jika tidak diperhitungkan, maka perusahaan akan

mengeluarkan biaya diluar biaya produksi untuk biaya penyusutan.

Page 23: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

7

Gambar 1. Perkembangan Harga Rata-rata Gula

Sumber : Kementrian Perdagangan RI (2010)

Pengaruh kenaikan harga bahan baku juga mempengaruhi kegiatan

produksi di LPPM PKBT. Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT

merupakan produsen pengolahan pepaya dan nanas menjadi produk yang

memiliki nilai tambah. LPPM PKBT mengolah dan menghasilkan Fruit Talk Soft

Candy dengan kemasan 50 gram. Harga jual soft candy pepaya dan nanas di

LPPM PKBT adalah masing-masing sebesar Rp 7.500 per bungkus. LPPM PKBT

juga berencana untuk menaikkan harga jual Fruit Talk Soft Candy karena

perusahaan ingin meningkatkan keuntungan, disamping harga bahan baku juga

berfluktuasi. Selama ini penetapan harga pokok produk yang dilakukan LPPM

PKBT belum menggambarkan rincian biaya produksi yang tepat seperti biaya

penyusutan kendaraan, biaya penyusutan bangunan dan mesin. Produk Fruit Talk

Soft Candy masih terbilang baru dipasaran, tepatnya pada awal tahun 2010, LPPM

dan Manajeman Serambi Botani melakukan kerjasama, produk “Fruit Talk Soft

Candy Papaya dan Fruit Talk Soft Candy Pineapple saat ini tersedia di Serambi

Botani, Botani Square, Bogor.

Masing-masing perusahaan saat ini masih menghadapi kendala dalam

penetapan harga pokok produksi oleh karena itu untuk menghadapi persaingan

dan dapat bertahan, maka perusahaan perlu mempertahankan dan membuat

strategi yang tepat. Salah satunya adalah strategi penetapan harga jual produk dan

mengetahui zona fleksibilitas, sehingga perusahaan dapat memposisikan

Page 24: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

8

produknya pada pangsa pasar yang sesuai dengan tingkatan harga yang masih

dapat bersaing dengan produk sejenis di pasaran. Salah satu metode penentuan

harga pokok adalah full costing. Di dalam metode full costing, biaya overhead

pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang

dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau

atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead

pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang

belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan)

apabila produk selesai tersebut tidak dijual. Metode full costing akan diterapkan

dalam penelitian ini di masing-masing perusahaan (KWT Turi dan LPPM PKBT).

Perusahaan dapat menaikan harga jual produknya sesuai dengan kenaikan

harga yang masih dapat diterima oleh konsumen dengan melihat sensitivitas harga

menurut penilaian konsumen. Konsumen merupakan salah satu aset yang

menentukan bagi kelangsungan hidup bagi suatu usaha. Bagi konsumen, harga

memegang peranan penting dalam membeli suatu produk selain kualitas.

Memahami dan mengerti secara baik terhadap konsumen dapat dilakukan melalui

pengamatan, wawancara mengenai keinginan atau harapan-harapan konsumen

mengenai masalah harga. Untuk itu perlu dilakukan analisis sensitivitas harga dan

penilaian konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan agar

perusahaan dapat menentukan harga jual yang wajar dari sisi konsumen terhadap

harga JJM dan Fruit Talk Soft Candy.

Pembentukan harga produk dari sisi produsen tidak hanya melihat dari sisi

perusahaan saja, namun perusahaan harus melihat pembentukan harga yang terjadi

pada konsumen. Rentang harga yang terbentuk dari harga minimum yang dibuat

oleh produsen dan harga maksimum yang akan dibayarkan oleh konsumen disebut

Zona fleksibilitas harga. Dalam hal ini, harga minimum yang dibuat produsen atau

Optimal Price Minimum (OP min) adalah harga jual minimum produk, sedangkan

harga maksimum yang dibayarkan oleh konsumen atau Customer Price Maximum

(CP max) adalah harga maksimum produk atau disebut dengan Price of Marginal

Expensive (PME).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang akan

dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 25: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

9

1. Apakah harga pokok produksi JJM di KWT Turi dan Fruit Talk Soft Candy di

Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT selama ini sudah tepat ?

2. Apakah perubahan harga jual JJM di KWT Turi dan Fruit Talk Soft Candy di

Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT berdampak pada loyalitas

konsumen ?

1.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis penetapan harga pokok produksi JJM di KWT Turi dan Fruit

Talk Soft Candy di LPPM PKBT dengan memperhitungkan seluruh

komponen biaya produksi.

2. Menganalisis kisaran harga yang dapat diterima oleh pelanggan JJM di KWT

Turi dan konsumen Fruit Talk Soft Candy di LPPM PKBT.

3. Menganalisis rentang harga optimum dari pihak KWT Turi dan LPPM PKBT

dan pelanggannya (zona fleksibilitas harga) terhadap produk JJM dan Fruit

Talk Soft Candy.

1.4. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan masukan dan saran sebagai bahan pertimbangan bagi

manajemen KWT Turi dan LPPM PKBT dalam menjalankan usaha.

2. Bagi penulis khususnya untuk mendapatkan pengalaman dan sarana untuk

menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.

3. Bagi pihak lain, peneliti maupun mahasiswa yang membutuhkan bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan terbatasnya waktu, biaya dan kemampuan dalam

melakukan penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada

penghitungan harga pokok produk dan harga jual terhadap JJM di KWT Turi dan

Fruit Talk Soft Candy di LPPM PKBT. Rentang harga optimum dari sisi produsen

dan konsumen (zona fleksibilitas) yang diteliti sebatas rentang harga JJM di KWT

Turi dan Fruit Talk Soft Candy di LPPM PKBT.

Page 26: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jambu Biji

Jambu biji (Psidium guajava) bukan merupakan tanaman asli Indonesia.

Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich

Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa Negara di Asia, Afrika, Amerika

Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Penyebaran jambu biji kemudian

meluas di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia,

dan Australia. Jambu Biji memiliki banyak nama, antara lain, Jambu klutuk,

Jambu siki, dan Jambu batu. Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium Guajava.

Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Psidium” yang berarti delima.

Sedangkan “Guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol

(Parimin 2005).

Buah jambu biji dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Buah yang

mentah atau setengah matang banyak digunakan untuk rujakan. Selain itu,

buahnya juga diolah menjadi sirup, sari buah, jus, nektar, buahvita, jeli, selai,

kembang gula, dan dodol. Hasil olahan buah jambu biji tersebut disukai oleh

konsumen. Selain itu di daerah Bangka, daun jambu biji digunakan sebaga i bahan

minuman pengganti teh. Selain sebagai bahan pangan dan kerajinan, beberapa

bagian dari tanaman jambu biji dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat

resep pengobatan. Beberapa resep tanaman jambu biji telah terbukti mengobati

diare, disentri, demam berdarah, gusi bengkak, sariawan, jantung, dan diabetes.

Jambu biji mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Kandungan vitamin

C jambu biji dua kali lebih banyak dari jeruk manis yang hanya 49 mg per 100 g.

Vitamin C sangat baik sebagai zat anti oksidan. Namun sebagian besar vitamin C

jambu biji terkonsentrasi di kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal.

Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya saat menjelang matang.

Berdasarkan hasil analisis mutu kimia diperoleh data bahwa kandungan vitamin C

per 100 gram jambu biji matang adalah 150,50 mg, matang optimal sebanyak

130,13 mg, dan lewat matang sebanyak 132,24 mg. Sementara kandungan gula

atau kemanisan jambu biji matang sebanyak 3,36 persen, matang optimal 3,71

persen, sedangkan untuk lewat matang sebanyak 1,84 persen (Parimin 2005).

Page 27: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

11

Jambu biji kaya akan serat, khususnya pektin (serat larut air) yang dapat

digunakan untuk pembuatan gel atau jeli. Manfaat pektin lainnya adalah

menurunkan kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dan asam empedu dalam

tubuh serta membantu pengeluarannya. Jambu biji dapat menurunkan kadar

kolesterol total dan trigliserida darah serta tekanan darah penderita hiperte nsi

essensial. Dalam literatur disebutkan bahwa kebutuhan vitamin C anak laki- laki

atau perempuan (usia 13-20 tahun) sebanyak 80-100 mg dan orang dewasa 70-75

mg. Berat jambu biji sebesar 275 gram per buah dapat mencukupi kebutuhan

vitamin C tiga orang dewasa atau dua orang anak usia 13-20 tahun per harinya

(Parimin 2005).

Jambu biji mengandung tanin yang menimbulkan rasa sepat pada buah

tetapi juga berfungsi memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi darah, dan

berguna untuk menyerang virus. Jambu biji juga mengandung kalium yang

berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot,

mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan

keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar

kolesterol total dan trigliserida darah, serta menurunkan tekanan darah tinggi

(hipertensi). Dalam jambu biji juga ditemukan likopen yaitu zat nirgizi potensial

lain selain serat. Likopen adalah karatenoid (pigmen penting dalam tanaman)

yang terdapat dalam darah (0,5 mol per liter darah) serta memiliki aktivitas anti

oksidan. Jika mengkonsumsi likopen yang meningkat, khususnya pada jambu biji

yang daging buahnya berwarna merah, berbiji banyak dan berasa manis

mempunyai efek memberikan perlindungan pada tubuh dari beberapa jenis

kanker. Di samping manfaat jambu biji untuk menjaga kesehatan jantung dan

pembuluh darah serta mencegah munculnya kanker, memperkuat daya tahan

tubuh terhadap serangan penyakit, meningkatkan kesehatan gusi, gigi dan

pembuluh kapiler serta membantu penyerapan zat besi dan penyembuhan luka.

jambu biji juga berkhasiat anti radang, anti diare dan menghentikan pendarahan,

misalnya pada penderita demam berdarah dengue (DHF).5

5 Sapphire.2010. Segudang Manfaat Jambu Biji.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/06/segudang-manfaat-jambu-biji [20 Februari 2010]

Page 28: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

12

Khusus daun jambu biji, penelitian yang pernah dilakukan pada umumnya

daun jambu biji berkhasiat sebagai anti diare. Jambu biji mempunyai khasiat

sebagai anti inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan analgesik. Beberapa

senyawa kimia yang terkandung dalam jambu biji mempunyai aktivitas

antioksidan yang erat khasiatnya dalam mengobati berbagai penyakit (Indriani,

2010).

2.2. Nanas

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama

ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah

di domestikasi. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ke Filipina dan

Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15. Di Indonesia pada

mulanya nanas digunakan sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan

di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini

dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.4

Nanas (Ananas comosus (L) Merr) yang kerap dikonsumsi sebagai buah

segar dapat tumbuh dan berbuah di dataran tinggi hingga 1.000 meter dpl (diatas

permukaan laut). Tanaman buah yang tidak menyukai air yang menggenang ini,

kini ditanam luas di Indonesia. Sentra produksinya terdapat di beberapa daerah

seperti Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4

jenis golongan nanas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar),

Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish

(daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar)

dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida).

Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan

Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat,

Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di

Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul

adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang (Prihatman 2000).

Nanas yang dikembangkan di Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) LPPM

IPB adalah varietas Mahkota Bogor dan varietas Delika Subang. PKBT didirikan

4 Nanas.2000. Prihatman.http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20nanas.pdf [15 Februari 2010]

Page 29: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

13

sebagai peran serta IPB dalam mendukung pengembangan buah‐buahan Indonesia

melalui kegiatan‐kegiatan riset yang terpadu intensif dan integratif. Peningkatan

dayasaing buah nasional dilaksanakan melalui pengembangan varietas unggul dan

teknologi untuk menghasilkan buah berkualitas serta membangun suatu sistem

penelitian dan pengembangan jaringan kerjasama strategis yang mendukung

agribisnis buah‐buahan unggulan Indonesia melalui koordinasi dan penyatuan

sumberdaya. Karakteristik nanas varietas Mahkota Bogor dan varietas Delika

Subang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Nanas Varietas Mahkota Bogor dan Delika Subang

Karakteristik Varietas

Mahkota Bogor Delika Subang Tinggi tanaman (cm) 101 ± 10 101 ± 10

Lebar tajuk (cm) 86 ± 10 86 ± 10

Umur panen (bst) 16 ± 4 14 ± 2 Potensi hasil / Ha (ton) 50 ± 5 80 ± 8 Berat buah (gram) 1000 ± 300 2000 ± 500 PTT (˚Brix) 18 ± 2 16 ± 2

TAT (%) 11,7 6,93 Rasio PTT/TAT 1,54 2,67 Ca‐oksalat (ppm) 640 704

Bromelain (unit/gram) 1,78 1,31 Sumber : PKBT LPPM IPB, 2009

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah

buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai

macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain- lain. Rasa

buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas.

Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah

nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa

protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan

daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga

Berencana.

Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh

penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang

darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi

sari buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau di ekstraksi

Page 30: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

14

cairannya untuk pakan ternak . Riset terkini menunjukkan nanas sarat dengan

antioksidan dan fitokimia yang berkhasiat mengatasi penuaan dini, wasir, kanker,

serangan jantung, dan penghalau stres. Sebagai salah satu famili Bromeliaceae,

buah nanas mengandung vitamin C dan vitamin A (retinol) masing-masing

sebesar 24,0 miligram dan 39 miligram dalam setiap 100 gram bahan (Tabel 5).

Kedua vitamin sudah lama dikenal memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang

mampu melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit, termasuk kanker,

jantung koroner dan penuaan diri.

Tabel 5. Kandungan Gizi Buah Nanas Segar (100 gram bahan)

No Kandungan Gizi Jumlah

1 Kalori 52,00 kal

2 Protein 0,40 g

3 Lemak 0,20 g

4 Karbohidrat 16,00 g

5 Fosfor 11,00 mg

6 Zat Besi 0,30 mg

7 Vitamin A 130,00 SI

8 Vitamin B1 0,08 mg

9 Vitamin C 24,00 mg

10 Air 85,30 g Sumber : Buletin Teknopro Hort ikultura Edisi 71 Juli 2004. Manfaat Nanas

Tingkat kematangan buah nanas yang baik untuk dikonsumsi dapat dilihat

dari warna buahnya yaitu bila warna kuning telah mencapai 25 % (dari total

permukaan buah). Pada tingkat ini buah mempunyai total padatan terlarut yang

tinggi dan keasamannya rendah. Demikian pula tingkat kematangan buah dapat

dilihat dari warna pada mata dan kulit buah yaitu tidak kurang dari 20 % tetapi

tidak lebih dari 40 % mata mempunyai bercak kuning. Umur simpan buah-buahan

segar antara 1 sampai 7 hari pada 21,11oC, sedangkan buah-buahan kering umur

simpannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih Sedangkan kadar air buah kering

antara 18 sampai 25 %. Nanas tidak tahan lama disimpan. Nanas yang dipanen

pada tingkat setengah matang dapat disimpan pada suhu 7-13oC selama 2 minggu.

Buah yang telah matang sebaiknya disimpan pada suhu sekitar 7oC, buah nanas

dapat mengalami kerusakan dingin pada suhu lebih rendah dari 7 oC .

Page 31: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

15

2.3. Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari Amerika Tengah. Tanaman

pepaya mudah tumbuh di mana saja sehingga tanaman ini dapat kita jumpai di

seluruh Indonesia. Sentra produksi pepaya antara lain yaitu Jawa Timur, Jawa

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara

Barat. Buah pepaya kaya akan sumber gizi dan harganya relatif murah. Hampir

seluruh bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan baik sebagai bahan pangan

maupun untuk bahan obat dan industri, yaitu mulai dari akar, batang, daun,

kuntum bunga, buah, kullit pohon dan getahnya. Nilai gizi buah pepaya dan

manfaat dari setiap bagian tanaman pepaya adalah seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Gizi Buah Pepaya Masak, Pepaya Muda, dan Daun Pepaya

Per 100 Gram

Zat Gizi Buah Pepaya Masak Buah Pepaya Muda Daun Pepaya

Energi (kkal) 46 26 79

Protein (g) 0,5 2,1 8,0

Lemak (g) 0 0,1 2,0

Karbohidrat (g) 12,2 4,9 11,9

Kalsium (mg) 23 50 353

Fosfor (mg) 12 16 63

Besi (mg) 1,7 0,4 0,8

Vitamin A (SI) 365 50 18.250

Vitamin B1 (mg) 0,04 0,02 0,15

Vitamin C (mg) 78 19 140

Air (g) 86,7 92,3 75,4

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)

Buah pepaya matang sangat unggul dalam hal betakaroten (276

mikrogram/100 gram), betacryptoxanthin (761 mikrogram/100 gram), serta lutein

dan zeaxanthin (75 mikrogram/100 gram). Betakaroten merupakan provitamin A

sekaligus antioksidan yang sangat ampuh untuk menangkal serangan radikal

bebas. Vitamin A yang diperoleh dari 100 gram buah pepaya matang berkisar

antara 1.094-18.250 SI, tergantung dari varietasnya. Sementara betacryptoxanthin,

lutein, dan zeaxanthin lebih banyak berperan sebagai antioksidan untuk mencegah

timbulnya kanker dan berbagai penyakit degeneratif.5

5 Pepaya.2000. Prihatman.http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20pepaya.pdf [ 15Februari

2010]

Page 32: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

16

Sumbangan vitamin yang sangat menonjol adalah vitamin C (62-78

mg/100 gram) dan folat (38 mikrogram/100 gram). Kadar serat per 100 gram buah

masak sebesar 1,8 gram. Serat pepaya sangat dikenal manfaatnya dalam

memperlancar proses buang air besar (BAB) dan mencegah sembelit. Satu potong

pepaya berukuran 140 gram mampu memberikan sumbangan vitamin C sebanyak

150 persen dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan per hari (AKG), serta

sumbangan serat sebanyak 10 persen dari AKG. Komposisi mineral pada buah

pepaya matang sangat bagus, yaitu dominan potasium (257 mg/100 gram) dan

sangat sedikit sodium (3 mg/100 gram). Rasio potasium terhadap sodium yang

tinggi sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya hipertensi. Mineral lain yang

terkandung dalam jumlah lumayan adalah kalsium, besi, magnesium, fosfor, zinc,

dan selenium. Keunggulan lain dari buah pepaya adalah rendah lemak, tanpa

kolesterol, rendah sodium.

Selain buah, bagian lain dari tanaman pepaya pun banyak manfaatnya. Sari

akar tanaman pepaya misalnya, dapat digunakan sebagai obat penyakit kencing

batu, penyakit saluran kencing, dan cacing kremi. Biji pepaya dapat digunakan

sebagai obat penyakit cacing kremi. Batang, daun, dan buah pepaya muda

mengandung getah berwarna putih. Getah tersebut merupakan sumber enzim

papain, yaitu suatu enzim proteolitik (pemecah protein). Sering digunakan sebagai

pengempuk daging (meat tenderizer), yaitu untuk memecah serat-serat daging

yang alot menjadi empuk. Selain itu, papain juga digunakan pada industri

minuman (sebagai penjernih bir dan anggur), industri farmasi, industri kosmetik,

industri tekstil dan kulit (sebagai penyamak), serta sebagai pembersih limbah.

Perasan daun pepaya muda mengandung alkaloid berasa pahit yang konon

berkhasiat sebagai obat penyakit malaria, penurun demam, penurun tekanan

darah, dan pembunuh amuba. Daun pepaya muda dapat diolah menjadi buntil,

urap, atau lalap rebus.

2.4. Jus Buah

Jus buah (fruit juice) adalah cairan yang jernih atau agak jernih, tidak

difermentasi dan diperoleh dari pengepresan buah-buahan yang telah matang dan

masih segar. Seiring dengan perkembangan produk pangan, defenisi sari buah

mencakup semua produk yang dihasilkan dari suatu konsentrat yang mempunyai

Page 33: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

17

karakteristik sensori dan analitik yang sama dengan sari yang berasal dari buah

langsung.

Minuman sari buah kemasan adalah minuman ringan yang dikemas dalam

berbagai bentuk dengan cita rasa buah, baik yang berasal dari sari buah segar,

konsentrat, maupun perasa (essens) buah dengan atau penambahan gula dan

bahan makanan yang diijinkan. Sari buah merupakan hasil pengepresan atau

ekstraksi buah yang sudah disaring. Buah yang digunakan sebagai sari buah harus

dalam keadaan matang dan mempunyai cita rasa yang menyenangkan dan banyak

mengandung asam.

2.5. Kembang Gula

Kembang gula adalah jenis makanan selingan berbentuk padat, dibuat dari

gula atau pemanis lain atau campuran gula dengan pemanis lain dengan atau tanpa

penambahan bahan makanan lain dari bahan tambahan makanan yang diijinkan.

Kembang gula diklasifikasikan dalam 4 jenis yaitu : kembang gula keras,

kembang gula lunak, kembang gula karet, dan kembang gula nirgula. Persyaratan

mutu dan cara uji mencakup keadaan, kadar air, abu, gula reduksi (sebagai gula

invert), sakarosa, bahan tambahan makanan, getah (gum base), cemaran logam,

arsen, dan cemaran mikroba.

Syarat mutu kembang gula lunak adalah keadaan yaitu bau dan rasa, kadar

air, kadar abu, gula reduksi (dihitung sebagai gula inversi), sakarosa, cemaran

logam, cemaran Arsen (As), dan cemaran mikroba. Cara memproduksi kembang

gula lunak yang higienis termasuk cara penyiapan dan penanganannya mengacu

pada peraturan tentang pedoman cara produksi pangan yang baik. Kembang gula

lunak dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau

mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan. Syarat

penandaan sesuai dengan peraturan tentang label dan iklan pangan.

Kembang gula diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu :6

1. Kembang gula keras (hard candy)

Kembang gula keras adalah kembang gula bertekstur keras, tidak menjadi

lunak jika dikunyah.

6 KEMBANG GULA.SNI 01‐3547‐1994.

http://foodnutrisys.com/SNI/SNI_Kembang_gula_new.pdf [15 februari 2010]

Page 34: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

18

2. Kembang gula lunak (soft candy)

Kembang gula lunak adalah kembang gula bertekstur relatif lunak jika

dikunyah.

3. Kembang gula karet

Kembang gula karet adalah kembang gula yang mengandung getah jelutung

(Dyenn costulata) atau getah sintetis khusus.

4. Kembang gula nirgula

Kembang gula nirgula adalah kembang gula yang dibuat tanpa menggunakan

gula, tetapi menggunakan pemanis lain, dibuat khusus untuk penderita

diabetes dan atau yang membutuhkan kalori rendah.

2.6. Soft Candy Pineapple

Pineapple Soft Candy merupakan olahan buah yang terbuat dari sari alami

buah nanas. Tahap pertama dalam proses pembuatan Pineapple Soft Candy, yaitu

buah nanas dibersihkan dari mahkota buah, kulit dan mata buahnya hingga bersih.

Buah nanas yang digunakan harus dipastikan benar-benar telah bersih dari mata

nanas. Karena mata nanas dapat menyebabkan adonan ketika dimasak menjadi

kotor. Setelah tahap pembersihan, buah nanas siap untuk dihaluskan dengan alat

pemarut hingga menjadi bubur nenas. Sebelum diparut, buah nanas yang telah

dibersihkan dicuci dengan air bersih yang mengalir dan direndam dengan garam.

Perendaman dengan garam bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang terdapat

dalam buah nanas.

Pada tahap pemasakan, bubur nanas yang telah dihasilkan dari tahap

sebelumnya dapat langsung digunakan. Adonan bubur nanas pada tahap

pemasakan ditambahkan gula dan ekstrak rumput laut sebagai pengental. Adonan

bubur nanas yang telah dicampurkan dengan gula dan ekstrak rumput laut diaduk

hingga merata dengan api sedang sampai adonan tersebut mendidih. Setelah

adonan tersebut mendidih, adonan langsung dicetak dalam nampan plastik.

Kemudian diamkan sebentar hingga dingin.

Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan tersebut akan kenyal seperti

bentuk jelly kemudian adonan dapat dipotong-potong menggunakan pisau gerigi

dengan panjang potongan kurang lebih 2 cm. Adonan yang telah dibentuk persegi

siap untuk dikeringkan didalam oven. Pengeringan berlangsung selama kurang

Page 35: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

19

lebih delapan jam dengan suhu pengeringan 80oC. Pada saat pengeringan, bobot

adonan akan berkurang sehingga hanya menghasilkan rendemen sebesar 30% dari

bobot awal. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging (pengemasan).

Pineapple Soft Candy yang telah kering dapat langsung dikemas menggunakan

standing pouch yang terbuat dari alumunium.

2.7. Soft Candy Papaya

Papaya Soft Candy merupakan olahan buah yang terbuat dari campuran

sari alami buah pepaya dan nanas. Tahap pertama dalam proses pembuatan

Papaya Soft Candy, yaitu buah pepaya dan nanas dibersihkan dari bagian-bagian

yang tidak diinginkan seperti kulit, biji buah dan mata nanas. Buah nanas yang

digunakan harus dipastikan benar-benar telah bersih dari mata nanas. Karena mata

nanas dapat menyebabkan adonan ketika dimasak menjadi kotor.

Setelah tahap pembersihan, buah pepaya dan nanas siap untuk dihaluskan

dengan alat pemarut hingga menjadi bubur nanas. Namun sebelum diparut, untuk

buah nanas yang telah dibersihkan dicuci dengan air bersih yang mengalir dan

direndam dengan garam. Perendaman dengan garam bertujuan untuk

menginaktifkan enzim yang terdapat dalam buah nanas.

Pada tahap pemasakan, bubur pepaya dan bubur nanas yang telah

dihasilkan dari tahap sebelumnya dapat langsung digunakan. Bubur pepaya dan

bubur nanas disatukan menjadi satu adonan. Kemudian adonan ini ditambahkan

gula dan ekstrak rumput laut sebagai pengental. Adonan yang telah dicampurkan

dengan gula dan ekstrak rumput laut diaduk hingga merata dengan api sedang

sampai adonan tersebut mendidih. Setelah adonan tersebut mendidih, adonan

langsung dicetak dalam nampan plastik. Kemudian diamkan sebentar hingga

dingin.

Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan tersebut akan kenyal seperti

bentuk jelly kemudian adonan dapat dipotong-potong menggunakan pisau gerigi

dengan panjang potongan kurang lebih 2 sentimeter. Adonan yang telah dibentuk

persegi siap untuk dikeringkan didalam oven. Pengeringan berlangsung selama

kurang lebih delapan jam dengan suhu pengeringan 80oC. Pada saat pengeringan,

bobot adonan akan berkurang sehingga hanya menghasilkan rendemen sebesar

30% dari bobot awal. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging

Page 36: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

20

(pengemasan). Papaya Soft Candy yang telah kering dapat langsung dikemas

menggunakan standing pouch yang terbuat dari alumunium.

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu

mengenai jus jambu, pepaya, nanas, harga pokok produksi dan sensitivitas harga.

Analisis Harga Komoditas Pisang, Pepaya dan Nanas di Indonesia (Sundari 2006)

menjelaskan bahwa perkembangan harga komoditas pisang, pepaya, dan nanas

dalam kurun waktu 1999-2004 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang

semakin meningkat.

Pasar di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen untuk komoditas

pepaya dan nanas telah terintegrasi secara spasial di lima daerah produksi

utamanya. Jika telah terkointegrasi secara spasial maka harga yang terjadi di

masing daerah cenderung bergerak dalam satu arah yang sama, artinya perubahan

harga di suatu daerah akan mempengaruhi harga di daerah yang lain. Pergerakan

harga yang terjadi di masing-masing daerah yang terkointegrasi, akan

menyebabkan dapat diketahuinya kecendrungan gerak harga yang akan terjadi.

Strategi Pemasaran yang diteliti oleh Sari (2008) dengan judul Strategi

Pemasaran Produk Jus Jambu Merah “JJM” Kelompok Wanita Tani Turi,

Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor menjelaskan bahwa

analisis matriks IE KWT Turi berada pada kuadran V (pertahankan dan pelihara)

dengan strategi yang diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan

produk. Hasil analisis SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yaitu : 1)

pempertahankan kualitas dan keunggulan; 2) meningkatkan kegiatan promosi; 3)

peningkatan kapasitas produksi; 4) mempertahankan hubungan kerjasama dan

pelayanan; 5) melakukan diversifikasi produk; 6) melakukan perencanaan

pemasaran serta pengelolaan manajemen usaha yang profesional sedangkan hasil

analisis matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan

adalah mempertahankan kualitas dan keunggulan produk untuk menarik

pelanggan.

Penelitian mengenai olahan nanas oleh Tari (2007) yang berjudul Produk

Keripik Nanas Sebagai Alternatif Produk Olahan Buah Nanas (Ananas Comosus

L.Merr) di Daerah Palangkaraya menjelaskan bahwas pengolahan buah nanas

Page 37: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

21

memberikan keuntungan diantaranya waktu simpan menjadi lebih lama, bobot

produk menjadi lebih ringan sehingga pendistribusian menjadi lebih mudah,

produk keripik lebih praktis dikonsumsi dan memberi nilai tambah secara

ekonomi.

Tari (2007), juga menjelaskan mengenai penetapan harga pokok produksi

untuk keripik nanas paon kebun adalah Rp 66.200,00 per kg sedangkan harga

pokok produksi keripik nanas madu adalah Rp 50.200,00 per kg. BEP keripik

nanas paon kebun adalah 72,2 kg dengan perkiraan harga jual Rp 74.900,00 per

kg, sedangkan BEP untuk keripik nanas madu adalah 75 kg dengan perkiraan

harga jual Rp 58.250,00 per kg.

Penelitian mengenai analisis penetapan harga pokok produksi dilakukan

oleh Haposan (2006) dan Yulianti (2007). Haposan (2006) dengan judul Analisis

Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica papaya) Dengan Metode

Activity Based Costing Pada PT. Cipta Daya Agri Jaya Di Bogor, Jawa Barat

menjelaskan bahwa semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan budidaya

pepaya eksotik membuat setiap perusahaan harus menetapkan harga jual yang

tepat untuk menghindari kerugian dan sekaligus mengukur sampai dimana

perusahaan dapat berkembang.

Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi melalui pendekatan

activity based costing (ABC), perusahaan mampu mengidentifikasi biaya dasar

konsumsi aktivitas pembuatan produk yang sesungguhnya sehingga menghasilkan

perbandingan antara perhitungan harga pokok produksi perusahaan dengan

perhitungan harga pokok produksi metode ABC, diketahui bahwa metode ABC

menghasilkan perhitungan harga pokok yang lebih tinggi, tetapi metode ABC

mencatat biaya produksi yang benar-benar terjadi pada setiap proses produksi.

Dari analisis mengenai harga pokok produksi menggunakan metode ABC,

jika perusahaan tetap menginginkan laba, maka upaya yang dapat dilakukan

perusahaan yaitu dengan cara meningkatkan harga jual secara kontinu untuk

semua jenis pepaya disertai dengan promosi dan pemberian label perusahaan pada

produk. Sedangkan untuk peningkatan volume produksi, perusahaan dapat

melakukan peningkatan hasil panen, pemeliharaan dan pengawasan dalam

Page 38: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

22

pemupukan, pemberantasan hama penyakit tanaman, serta dapat memenuhi

jumlah pesanan yang cukup besar untuk menurunkan biaya produksi.

Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat di

PT G Bandung, Jawa Barat dilakukan oleh Yulianti pada tahun 2007 dengan latar

belakang masalah bahwa perusahaan pada akhir tahun 2007 berencana menaikkan

harga jual produk untuk meningkatkan keuntungan, tetapi selama ini perusahaa n

menentukan harga jual dengan menetapkan margin laba dari empat sampai

sepuluh persen dari harga pokok. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok

produksi meises cokelat alat analisis yang digunakan melalui pendekatan full

costing sebagai cara untuk mengidentifikasi OP (min).

Alat analisis yang kedua menggunakan analisis sensitivitas harga sebagai

alat untuk mengidentifikasi CP (max). Dari kedua analisis tersebut diperoleh zona

fleksibiitas untuk mendapatkan rentang harga optimum dari sisi produsen dan

konsumen.

Harga pokok meises dengan menggunakan metode full costing lebih tinggi

daripada harga pokok produk dengan metode PT G disebabkan karena metode full

costing mengakumulasikan seluruh biaya termasuk biaya tetap dan biaya variabel.

Zona fleksibilitas harga ideal untuk seluruh pelanggan meises 818 Biru di

Bandung adalah Rp 84.000,00 karena pada tingkat harga tersebut PT G

mendapatkan tambahan keuntungan sebesar 2,5 persen dari harga awal dan

pelanggan merasa puas karena membayar kurang dari tingkat harga maksimum.

Analisis sensitivitas harga dilakukan oleh Sahertian (2006), Sinaga (2006),

dan Samsurrijal (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Sahertian (2006)

mengenai “Analisis Sikap dan Rentang Harga pada Proses Keputusan Pembelian

Beras Organik Amani (Kasus Pada PT Amani Mastra-Bekasi) menggunakan

analisis dekriftif, analisis fishbein, serta analisis sensitivitas harga. Berdasarkan

hasil sensitivitas harga tingkat terendah (MCP) untuk beras organik amani sebesar

Rp 7.889,00 tingkat harga murah (IPP) sebesar Rp 8.525,00 tingkat harga

optimum (OPP) sebesar Rp 9.124,00 dan tingkat harga tertinggi (MEP) sebesar

Rp 9.850,00. Sehingga rentang harga yang wajar atau relevan bagi konsumen

dalam membeli beras organik amani yaitu antara harga Rp 8.525,00 hingga Rp

9.124,00.

Page 39: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

23

Analisis Sensitivitas Harga dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penilaian Konsumen Terhadap Harga Ayam Panggang dan Steak di Restoran MP

Bogor menjelaskan bahwa berdasarkan analisis sensitivitas harga, harga ayam

panggang sirloi steak dan tenderloin steak saat ini berada pada rentang optimum

yang dapat diterima yaitu antara harga minimum dan optimum (Sinaga 2006).

Pada rentang ini responden membeli ayam panggang tanpa meragukan

kualitasnya. Berdasarkan analisis regresi logistik, variabel yang berpengaruh

secara nyata terhadap penilaian konsumen pada mahal atau tidaknya harga ayam

panggang di restoran ini adalah status pernikahan, pekerjaan serta pendapatan.

Untuk sirloin steak adalah pekerjaan dan pendapatan, sedangkan untuk tenderloin

steak adalah variabel pendapatan serta pendidikan.

Sensitivitas dan Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pembelian Jus

Belimbing Picco (Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat) yang

dilakukan oleh Samsurrijal (2009) menjelaskan bahwa karakteristik demografi jus

belimbing Picco tergolong dalam segmentasi pasar kalangan muda dan sangat

terpengaruh oleh perubahan yang terjadi pada produk. Faktor yang berpengaruh

positif terhadap tingkat loyalitas konsumen untuk tetap membeli bila terjadi

kenaikan harga 5 persen adalah usia konsumen dan tingkat pendapatan per bulan.

Sedangkan yang berpengaruh negatif terhadap tingkat loyalitas pembelian

sehingga konsumen tidak akan lagi membeli produk jus belimbing Picco adalah

lama mengkonsumsi dan jumlah anggota keluarga.

Kenaikan harga jual produk jus jambu belimbing Picco sebesar 5 persen

dari harga awal Rp 2.500,00 menjadi Rp 2.625,00 per botol dapat dipublikasikan

oleh perusahaan karena pada tingkat harga Rp 2.625,00 per botol, konsumen

masih mau membeli dengan menganggap bahwa kisaran harga tersebut tidak

terlalu mahal.

Penelitian yang akan dilakukan mempunyai persamaan mengenai zona

fleksibilitas harga dengan menggabungkan harga pokok produksi full costing dan

sensitivitas harga, serta objek penelitian yaitu Jus Jambu Merah (JJM), tetapi

penelitian ini juga mempunyai perbedaan dari segi komoditas yang dijadikan

topik penelitian yaitu produk Fruit Talk Soft Candy pepaya dan nanas.

Page 40: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

24

Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji rentang harga baik dari sisi

produsen maupun konsumen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT Bogor dan KWT

Turi dalam hal pengambilan keputusan untuk kebijakan dalam penentuan harga

jual baru produk Fruit Talk Soft Candy dan JJM.

Page 41: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Biaya

Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi

manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya

digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan.

Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau

di masa yang akan datang bagiorganisasi. Biaya adalah pengorbanan ekonomis

yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. The Committee on Cost Consepts

and Standards of The American Accounting Association memberikan definisi

biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang diukur secara terus-menerus

dalam uang atau yang potensial harus dikeluarkan untuk mencapai suatu tujuan.

Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya

merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu

manfaat yaitu peningkatan laba.7

Sedangkan konsep biaya menurut Nicholson (2002) dibedakan menjadi

tiga, yaitu biaya opportunitas, biaya akuntansi, dan biaya ekonomis. Biaya

oportunitas merupakan biaya dari suatu barang atau jasa yang diukur dengan

adanya alternatif pemakaian yang hilang karena memproduksi barang atau jasa

tersebut. Biaya akuntansi adalah konsep tentang berapa biaya barang atau jasa

yang dibayarkan untuk barang atau jasa tersebut. Sedangkan biaya ekonomis

adalah sejumlah biaya yang diperlukan untuk mempertahankan sebuah sumber

daya pada penggunaan saat ini.

Biaya ekonomis terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya modal, dan biaya

jasa. Biaya tenaga kerja dibeli pada tingkat upah per jam (w). Tingkat upah adalah

biaya penggunaan seorang pekerja selama satu jam. Dalam menghitung biaya

modal, akuntan menggunakan harga historis pada suatu mesin dan menambahkan

depresiasi untuk menentukan berapa besar harga sesungguhnya mesin tersebut

7 Riyandari.2009.31-pengertian-biaya.

http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/ 31-pengertian-biaya.pdf [Oktober 2010]

Page 42: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

26

yang harus dibebankan pada saat ini. Jumlah yang dibayarkan oleh mesin

merupakan biaya tertanam (sunk cost). Biaya kepengusahaan merupakan sebagian

dari laba akuntansi yang dihasilkan perusahaan.

Jumlah biaya dalam suatu produksi diakumulasikan dalam total biaya yang

digunakan. Lipsey et al (1991) mengemukakan bahwa Biaya Total (TC) adalah

biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya Total dibagi

menjadi dua bagian, yaitu Biaya Tetap Total (TFC) dan Biaya Variabel Total

(TVC). Biaya Tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume berubah.

Biaya ini akan sama besarnya walaupun output bernilai satu unit atau satu juta

unit. Biaya seperti ini seringkali disebut dengan biaya overlead atau biaya yang

tidak dapat dihindari (unavoidable cost). Biaya yang berkaitan langsung dengan

output, yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang

dengan menurunnya produksi disebut dengan biaya variabel. Biaya ini sering

disebut biaya langsung atau biaya yang dapat dihindari (avoidable cost). Kurva

biaya total dapat dilihat pada Gambar 2. Biaya tetap total tidak berubah dengan

output, sedangkan biaya variabel total dan sejumlah biaya (TC = TFC + TVC)

naik dengan output mula-mula dengan laju yang menurun, kemudian dengan laju

yang meningkat.

Biaya total

TC

TVC

TFC

Output

Gambar 2. Kurva Biaya Total Sumber : Lipsey et al, 1991

3.1.2. Penentuan Harga Pokok Produksi

Harga pokok meliputi semua biaya yang dalam memperoleh atau

mendapatkan sebuah produk (Garrison dan Noreen 2000). Harga pokok produksi

untuk perusahaan manufaktur meliputi bahan langsung, tenaga kerja langsung

Page 43: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

27

serta biaya overhead pabrik. Horngren dan Foster (1994) menyatakan bahwa

harga pokok produksi merupakan biaya yang dapat dimasukkan dalam persediaan

seperti biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik. Sedangkan biaya periodik merupakan biaya yang tidak ikut serta dalam

tahapan pesediaan meliputi biaya penjualan dan biaya administrasi. Tujua n

penetapan harga pokok produk yaitu untuk membantu para pengambil keputusan

atau manajer dalam menetapkan harga jual produk, menilai persediaan,

menentukan laba dan menyediakan informasi keuangan bagi pihak internal dan

pihak eksternal. Pihak internal meliputi manajemen perusahaan sedangkan pihak

eksternal yaitu pihak luar perusahaan seperti bank.

Berdasarkan pendapat di atas tentang tujuan perhitungan harga pokok

tersebut maka semakin jelas betapa pentingnya penentuan harga pokok sebab

dapat mengetahui apakah dari barang produksi menghasilkan laba atau tidak.

Perhitungan harga pokok harus dilakukan secara teliti dan benar, karena jika

terjadi kesalahan dalam perhitungan harga pokok akan menyebabkan kerugian

perusahaan dalam bidangnya usahanya.

Terdapat dua kemungkinan yang akan ditemui jika perusahaan tidak teliti

dalam melakukan harga pokok, yaitu:

1. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah

Perhitungan harga pokok yang terlalu rendah akan menyebabkan harga yang

ditawarkan oleh perusahaan dipasar juga terlalu rendah, sehingga

perusahaan akan mengalami kerugian karena pendapatan yang diperoleh

dari barang yang ditawarkan tidak dapat menutupi biaya-biaya yang

dikorbankan untuk memproduksi barang tersebut.

2. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu tinggi

Perhitungan harga pokok yang terlalu tinggi menyebabkan harga produk

yang ditawarkan terlalu tinggi, sehingga perusahaan akan mengalami

kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya dengan persaingan dengan

perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama.

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk

memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Terdapat

tiga metode dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok

Page 44: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

28

produksi, yaitu metode full costing, variable costing, dan activity based costing.

Ketiga metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.

1. Metode Full Costing

Full Costing atau absorption merupakan metode penentuan harga pokok

produksi dimana biaya overhead pabrik tetap dimasukkan ke dalam persediaan

ditambah dengan biaya periodik yaitu biaya pemasaran, biaya administrasi dan

umum (Horngren dan Foster 1994). Metode full costing hanya secara sederhana

mengelompokkan biaya menurut fungsi pokok organisasi perusahaan manufaktur,

sehingga biaya dikelompokkan menjadi persediaan atau biaya produksi (yang

terjadi pada fungsi produksi) dan biaya periodik atau non produksi (biaya yang

terjadi pada fungsi produksi meliputi pemasaran dan fungsi administrasi umum).

Biaya produksi merupakan komponen biaya penuh produk, sedangkan biaya

pemasaran dan biaya admnistrasi dan umum diperlakukan sebagai biaya periode

dalam full costing.

2. Variable Costing

Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi

dimana biaya overhead pabrik tetap dikeluarkan dari biaya yang dapat

dimasukkan ke dalam persediaan, ditambah dengan biaya yang dapat dimasukkan

ke dalam persediaan, ditambah dengan biaya non produksi variabel yaitu biaya

pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel serta biaya tetap yaitu

biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum

tetap (Horngren dan Foster, 1994). Variable costing memperbaiki informasi biaya

penuh produk dengan mengelompokkan biaya menurut perilaku biaya dalam

hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

3. Activity Based Costing (ABC)

Activity Based Costing pada dasarnya merupakan metode penentuan harga

pokok produk yang mengalokasikan biaya overhead dengan menghitung satu atau

lebih dari satu setiap kegiatan atau aktivitas yang terkait dalam proses produksi

(Hammer et al 1994). Dengan kata lain, metode ABC merupakan metode

penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan setiap aktivitas dalam

proses produksi. Metode ini juga menyediakan informasi perihal aktivitas-

aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas

Page 45: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

29

tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu

biaya (cost driver). Hal tersebut membuat metode ini menjadi metode yang cukup

memberikan alternatif penelusuran biaya ke produk individual secara lebih baik.

Akan tetapi juga memiliki keterbatasan yang harus diperhatikan sebelum

menggunakannya untuk menghitung biaya produk (Blocher dalam Ivana 2004),

diantaranya yaitu:

a. Alokasi

Jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi

ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume, oleh karena itu tidak

dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contoh

beberapa biaya untuk mempertahankan fasilitas, seperti aktivitas membersihkan

pabrik dan pengelolaan proses produksi.

b. Mengabaikan Biaya

Keterbatasan lain dari metode ABC ini adalah beberapa biaya yang

diidentifikasikan pada produk tertentu dapat diabaikan dari analisis. Aktivitas

yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, advertensi, riset,

pengembangan dan lain- lain.

c. Pengeluaran dan Waktu yang Dikonsumsi

Sistem ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan.

Disamping itu juga membutuhkan waktu yang banyak. Seperti sebagian besar

sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif biasanya diperlukan waktu yang

lebih untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ABC dengan sukses.

Berdasarkan penjelasan diatas, dengan adanya kelebihan serta kekurangan

ketiga metode di atas, maka penelitian yang dilakukan pada KWT Turi dan LPPM

PKBT untuk memperoleh harga pokok produksi menggunakan metode full

costing. Hal ini disebabkan karena keterbatasan data yang ada dalam perusahaan

tersebut yang memungkinkan untuk menggunakan metode ABC dan jika

menggunakan metode variabel costing, maka biaya diperhitungkan terbatas pada

biaya produksi variabel saja sehingga tidak menggambarkan secara cermat sumber

daya yang dikorbankan, sehingga metode full costing lebih cocok digunakan

untuk pendekatan dalam mendapatkan nilai Optimal Price Minimum (OP min)

karena mengakumulasikan seluruh biaya tetap dan biaya variabel.

Page 46: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

30

3.1.3. Teori Penetapan Harga

Cartwright (2002) mengemukakan bahwa hal yang harus diperhatikan oleh

perusahaan adalah penentuan harga pokok dimana harga pokok tersebut tidak

boleh kurang dari biaya variabelnya. Biaya variabel dan biaya tetap yang

diperlukan perusahaan menunjukkan harga jual minimum yang dikenakan pada

suatu produk. Syarat untuk mendapatkan keuntungan yaitu dengan membuat

harga minimum dari sisi produsen yang disebut dengan OP (Min) dan harga

maksimum yang akan dibayarkan oleh konsumen yang disebut dengan Customer

Price Maximum (CP Max), dalam hal ini CP (max) merupakan harga

tertinggi/maksimum produk (Price of Marginal Expensive). CP (max)

menunjukkan fungsi nilai harapan yang memperlihatkan kebutuhan persepsi dari

kualitas, harga dan harga pesaing. Apabila CP (max) lebih kecil dari OP (min),

maka tidak akan ada penjualan karena harga barang/jasa tersebut dinilai terlalu

mahal oleh konsumen (Gambar 3). Ketika CP (max) sama dengan OP (min) maka

penjualan akan terjadi tetapi dengan tingkat fleksibilitas yang kecil (Gambar 4).

Apabila CP (max) lebih besar dari OP (min) maka akan ada fleksibilitas untuk

produsen dalam menawarkan potongan harga atau diskon dan bagi konsumen

sanggup untuk membayar lebih ketika mereka benar-benar menginginkan produk

tersebut (Gambar 5).

CP (max) OP (min)

Harga (Rp) Gambar 3. Harga – Tidak Akan Adanya Penjualan

Sumber : Cartwright, 2002

CP (max) OP (min)

Harga (Rp) Gambar 4. Harga – Ada Penjualan tetapi dengan Sedikit Fleksibilitas

Sumber : Cartwright, 2002

Page 47: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

31

Murah OP (min) CP (max) Mahal (Produsen) (Konsumen)

Gambar 5. Harga – Penjualan dengan Fleksibilitas Sumber : Cartwright, 2002

Bagian terpenting dari tugas pemasar adalah menentukan zona fleksibilitas

(Zone Of Flexibility) dimana dalam zona tersebut produsen dan konsumen

memiliki posisi tawar menawar. Negosiasi tersebut memungk inkan adanya

fleksibilitas dan situasi win-win. Berikut ini tabel empat kemungkinan dari

interaksi tawar menawar antara produsen dan konsumen.

Tabel 7. Kemungkinan Interaksi Tawar Menawar Antara Produsen dan Konsumen

Posisi Produsen Posisi Konsumen

Win Win Lose

Lose

Win Lose Win

Lose

Sumber : Cartwright (2002)

Ketika posisi produsen menang (win), konsumen membayar harga produk

tersebut lebih besar atau sama dengan OP (min). Ketika konsumen menang (win)

maka konsumen akan membayar harga produk kurang dari atau sama dengan CP

(max) atau lebih kecil dari harga yang mereka harapkan untuk membayar. Ketika

keduanya kalah, maka tidak akan ada penjualan sama sekali karena tidak akan ada

kesepakatan harga antara produsen dan konsumen. Produsen merasa harga yang

ditawarkan konsumen terlalu rendah dan konsumen merasa tertipu karena

konsumen merasa membayar terlalu mahal untuk produk yang ditawarkan.

Posisi yang paling ideal adalah posisi win-win dimana kedua belah pihak

(produsen-konsumen) merasa puas ketika konsumen membayar kurang dari CP

(max) dan produsen lebih dari OP (min). Hal ini dapat terjadi dalam zona

Zona

Fleksibilitas

Page 48: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

32

fleksibilitas. Posisi produsen menang tetapi konsumen kalah (win-lose) harus

dihindari karena akan membawa ketidakpuasan konsumen dan memberikan

sedikit kesempatan untuk perdagangan selanjutnya sehingga membuat produsen

kehilangan konsumen potensial.

Posisi produsen kalah tapi konsumen menang (lose-win) tidak terlalu

membahayakan produsen, hal ini hanya akan berdampak kepada keuntungan yang

didapat perusahaan menjadi lebih kecil. Akan tetapi, apabila hal ini terus berlanjut

maka akan membahayakan bagi perusahaan sehingga keuntungan yang diperoleh

perusahaan akan semakin mengecil. Ketika posisi konsumen kalah dan produsen

kalah (lose-lose), maka penjualan tidak akan terjadi karena konsumen menolak

untuk membayar lebih mahal dan produsen menolak untuk memotong harga

sehingga kedua belah pihak sama-sama dirugikan.

3.1.4. Strategi Bauran Harga

Menurut Kotler (2001) harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan untuk

suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat

memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Harga merupakan satu-satunya

unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan.

Langkah- langkah dalam menentukan harga jual meliputi:

1. Menentukan Tujuan Harga

Perusahaan harus memiliki tujuan yang ingin dicapai dari suatu produk

tertentu. Semakin jelas tujuan suatu perusahaan, makin mudah penetapan harga.

Jadi, strategi penetapan harga sangat ditentukan oleh keputusan sebelumnya

mengenai penempatan harga di pasar (market positioning). Berikut ini merupakan

enam tujuan harga yang dapat diraih oleh perusahaan melalui harga yaitu bertahan

hidup, maksimalisasi laba jangka pendek, maksimalisasi pendapatan jangka

pendek, maksimalisasi pertumbuhan penjualan, unggul dalam pangsa pasar dan

unggul dalam mutu produk.

2. Menentukan Permintaan

Hubungan antara harga jual dengan jumlah permintaan disebut kurva

permintaan. Kurva permintaan menggambarkan jumlah produk yang akan dibeli

pasar dalam periode tertentu pada berbagai tingkat harga. Hubungan antara

permintaan dengan harga jual biasanya berbanding terbalik, yaitu makin tinggi

Page 49: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

33

harga makin kecil jumlah permintaan dan demikian juga sebaliknya. Para pemasar

produk sebaiknya mengetahui seberapa jauh reaksi permintaan terhadap kenaikan

harga. Nicholson (2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis permintaan

pasar yaitu:

a. Inelastis, yaitu jika perubahan harga akan mengakibatkan perubahan yang

lebih kecil pada volume penjualan (elastisitas lebih besar dari satu)

b. Elastis, yaitu jika perubahan harga akan menyebabkan terjadinya

perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih besar

(elastisitasnya lebih kecil dari satu)

c. Unitary Elasticity, yaitu jika perubahan harga akan menyebabkan

perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama (elastisitasnya

sama dengan satu.

Gambar 6 menunjukkan kurva Elastisitas Permintaan di Sepanjang Kurva

Permintaan Linier. Kurva permintaan berbentuk garis lurus akan elastis pada

bagian yang lebih tinggi dan inelastis pada bagian yang lebih rendah. Elastisitas

harga pada permintaan dirumuskan sebagai berikut

Persentase perubahan jumlah permintaan

Persentase perubahan harga jual

P

(Harga)

Eqp < -1

Eqp = -1

Eqp > - 1

Q

0 (Jumlah)

Gambar 6. Kurva Elastisitas Permintaan di Sepanjang Kurva Permintaan Linier

Sumber :Nicholson (2002)

3. Memperkirakan Biaya

Pada dasarnya jumlah pemintaan sangat berperan dalam menetapkan harga

tertinggi yang dipasang oleh penjual sedangkan seluruh biaya yang telah

dikeluarkan perusahaan akan menjadi batas harga jual terendah. Harga jual yang

Elastisitas harga dari permintaan =

Page 50: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

34

diharapkan oleh perusahaan diharapkan dapat menutupi seluruh biaya produksi,

distribusi, biaya penjualan, serta jumlah keuntungan yang memadai bagi segala

usaha dan resiko yang dihadapi perusahaan. Jenis biaya yang dikeluarkan

perusahaan dapat bersifat tetap dan variabel.

4. Menganalisis Harga dan Tawaran Pesaing

Meskipun permintaan pasar akan membatasi harga jual tertinggi dan

biaya-biaya membatasi harga jual terendah, harga jual yang dipasang oleh para

pesaing serta kemungkinan reaksi-reaksi yang timbul akan ikut menentukan

strategi harga jual yang ditempuh perusahaan. Proses ini lah yang membuat

perusahaan perlu mempelajari harga jual dan mutu produk dari harga pesaing.

5. Memilih Metode Penetapan Harga

Metode penetapan harga meliputi mark up pricing, target return pricing,

perceveid value pricing, going rate pricing, dan sealedbid pricing.

a. Penetapan Harga Mark Up

Mark Up Pricing atau penetapan harga berdasarkan biaya plus merupakan

metode penetapan harga jual dengan menambah tingkat keuntungan

(imbuhan harga) yang standar pada biaya-biaya yang telah dibebankan

pada barang. Imbuhan harga yang diinginkan dihitung dengan rumus:

Biaya Per Unit

1- Keuntungan Penjualan yang Diinginkan

b. Penetapam Harga Berdasarkan Tingkat Keuntungan Sasaran

Suatu pendekatan lainnya dalam menetapkan harga jual dengan orientasi

biaya dikenal sebagai penetapan harga berdasarkan tingkat keuntungan

sasaran (target return pricing).

Rumus: Keuntungan Modal yang

Harga Berdasarkan = Biaya per x sasaran + Diinginkan Keuntungan Sasaran Unit Jumlah Unit yang Terjual

c. Penetapan Harga Berdasarkan Persepsi Nilai

Penetapan harga menurut persepsi nilai (perceived value) sesuai untuk

pola fikir modern mengenai penempatan produk dengan memanfaatkan

unsur-unsur non harga dalam bauran pemasaran untuk membina nilai citra

dalam pikiran konsumennya. Dengan demikian, harga ditentukan dengan

tujuan membina dan mempertahankan nilai atau citra yang dirasakan.

Imbuhan Harga =

Page 51: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

35

d. Penetapan Harga Berdasarkan Keadaan Pasar

Going rate pricing atau penetapan harga dengan mengikuti harga pasar

yang ada mendasarkan perhitungan harga jualnya terutama pada harga-

harga jual yang ditetapkan oleh pesaing. Harga jual yang ditawarkan dapat

sama, lebih mahal, atau lebih murah dari produk yang ditawarkan oleh

pesaing-pesaingnya.

e. Penetapan Harga Penawaran Tertutup

Sealed big pricing atau penawaran harga tertutup banyak digunakan oleh

perusahaan dalam mendapatkan kontrak. Penetapan harga ini berdasarkan

pada perkiraan atau dugaan tentang bagaimana pesaing-pesaingnya akan

memasang harga.

6. Menyeleksi Harga Akhir

Tujuan dari berbagai metode penetapan harga dimuka adalah

mempersempit skala harga yang berikutnya akan mempermudah

pemilihan. Dalam menentukan harga akhir, perusahaan harus melihat lagi

beberapa pertimbangan seperti faktor psikologis, pengaruh unsur-unsur

bauran pemasaran lainnya terhadap harga, kebijakan perusahaan dalam

harga jual serta dampak harga pada pihak-pihak lain.

3.1.5. Analisis Sensitivitas Harga

Analisis sensitivitas harga diperkenalkan pertama kali oleh Van

wesrenrdorp pada awal tahun 1970-an. Asumsi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah konsumen selalu mengaitkan antara harga dengan kualitas dari produk.

Analisis ini digunakan untuk melihat harga dari konsumen. Konsumen melakukan

penilaian terhadap harga berdasarkan kategori harga sangat murah, harga murah,

harga mahal, dan harga sangat mahal (Blamires dalam Sinaga 2006). Menurut

Hiam dan Shewe dalam Sinaga (2006), dalam menentukan harga optimum

perusahaan perlu mempertimbangkan seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk

memproduksi dan memasarkan produk, permintaan konsumen dan posisi

persaingan dalam industri. Berdasarkan harga-harga pokok ditambah dengan

profit perusahaan dapat melakukan analisis sensitivitas harga.

Page 52: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

36

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kelompok Wanita Tani (KWT) Turi salah satu produsen yang

memproduksi Jus yang lebih dikenal dengan nama Jus Jambu Merah (JJM) dan

Laboratorium Percontohan Pabrik Mini PKBT merupakan salah satu produsen

yang memproduksi permen lunak dengan merek Fruit Talk Soft Candy Pineapple

dan Fruit Talk Soft Candy Papaya. Metode penentuan harga pokok produksi yang

digunakan oleh masing-masing pelaku usaha selama ini yaitu dengan cara

menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan kemudian dibagi dengan jumlah

produksi yang dihasilkan. Metode tersebut belum menggambarkan seluruh biaya

yang dikeluarkan terutama seperti biaya penyusutan sehingga harga pokok

produksi belum tepat. Biaya penyusutan mempengaruhi nilai aktiva tetap

perusahaan, oleh karena itu penetapan harga pokok produksi sebaiknya

mencantumkan biaya penyusutan.

Permasalahan tersebut dapat dikaji dari dua sisi, yaitu dari sisi produsen

(KWT Turi dan LPPM PKBT (OP min)) dan sisi konsumen (CP max).

Berdasarkan sisi produsen, hal yang dikaji yaitu metode penentuan harga pokok

produksi dengan cara mencari harga pokok JJM dan Fruit Talk Soft Candy yang

memuat semua komponen biaya yang dikeluarkan oleh KWT Turi dan LPPM

PKBT sehingga kedua perusahaan dapat menentukan harga jual baru yang tepat

melalui metode full costing. Sedangkan dari sisi konsumen dapat dikaji mengenai

kisaran harga JJM dan Fruit Talk Soft Candy yang dapat diterima oleh konsumen

melalui sensitivitas harga.

Setelah dilakukan kedua analisis tersebut akan didapat harga jual

minimum produk atau OP (min) dan harga maksimum/tertinggi dari sisi

konsumen (PME) terhadap produk JJM dan Fruit Talk Soft Candy. Daerah yang

terbentuk antara harga jual minimum perusahaan dengan harga maksimum yang

mampu dibayarkan oleh konsumen merupakan rentang harga optimum dari sisi

produsen dan konsumen (zona fleksibilitas harga). Zona fleksibilitas harga

tersebut dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan harga jual JJM dan Fruit

Talk Soft Candy yang baru bagi perusahaan. Alur kerangka pemikiran penelitian

ini secara lebih jelas telah tersusun secara sistematis pada Gambar 7.

Page 53: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

37

KWT Turi dan Laboratorium Percontohan Pabrik Mini

PKBT

Perhitungan harga pokok produksi yang tidak tepat

Rencana perubahan harga jual produk

Identifikasi OP (min)

KWT Turi dan LPPM PKBT

Metode Penentuan Harga Pokok

Produksi JJM dan

Soft Candy

Penetapan Harga Pokok yang

Tepat bagi JJM dan

Soft Candy

Penetapan Harga Jual Min imum JJM dan

Soft Candy

OP (Min)

Zona Fleksib ilitas

Rekomendasi Kebijakan Harga Produk

Identifikasi CP (max)

Pelanggan

Analisis Sensitivitas Harga

1. Indiferent Pricing Point (IPP) 2. Optimum Pricing Product (OPP) 3. Range Of Acceptable Price (RAP) 4. Price Of Marginal Cheapness (PMC)

5. Price Of Marginal Expensive (PME)

Harga Maksimum Produk JJM dan Soft Candy

CP (Max)

Metode KWT Turi dan

LPPM PKBT

Metode

Full Costing

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional

Page 54: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Turi yang

berlokasi di Rt 2 Rw 5 Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota

Bogor dan penelitian ini juga dilakukan di Laboratorium Percontohan Pabrik Mini

Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur, Kota Bogor.

Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive). Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Juni 2010.

4.2. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1) melakukan

observasi yaitu melihat dan mengamati objek penelitian secara langsung terhadap

hal-hal yang berhubungan dengan penelitian; 2) melakukan wawancara yaitu

dengan memberikan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan pihak

perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh keterangan sesuai dengan

penelitian serta menganalisis data yang diberikan perusahaan berupa data

keuangan, data produksi, data penjualan dan lain- lain; 3) memberikan kuesioner

kepada responden. Responden yang dipilih adalah pelanggan dan konsumen JJM

KWT Turi dan Fruit Talk Soft Candy yang dihasilkan oleh LPPM PKBT yang

berada di Bogor. Kuesioner ini berisi kumpulan pertanyaan yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu, diatur dalam urut dan dikelola sendiri serta dalam

pengisiannya dipandu oleh peneliti. Kuesioner ini bertujuan untuk menilai

sensitivitas harga di sisi konsumen; 4) melakukan pencatatan semua data.

4.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan

sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan antara lain data

gambaran umum perusahaan, data keuangan, data personalia, dan data aktivitas

perusahaan yang didapat dari hasil wawancara dengan bagian keuangan. Data

produksi diperoleh dari wawancara dengan bagian produksi dan data pemasaran

Page 55: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

39

dari bagian pemasaran. Data yang digunakan adalah data terbaru dan terlengkap

yang ada di KWT Turi dan PKBT. Selain itu, data juga diperoleh melalui

pengamatan wawancara serta kuesioner yang diberikan kepada responden JMM

dan PKBT yang mengkonsumsi produk Fruit Talk Soft Candy di Bogor. Data

sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), laporan

keuangan masing-masing perusahaan, laporan produksi LPPM PKBT dan KWT

Turi, serta literatur dan tulisan yang dianggap relevan dalam penelitian ini.

4.4. Metode Pengambilan Data

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling, pengambilan sampel secara sengaja dilakukan karena masih terbatasnya

konsumen pada masing-masing produk. Konsumen yang menjadi responden

adalah pelanggan JJM dan konsumen Fruit Talk Soft Candy. Pelanggan JJM yang

termasuk adalah pegawai Pemerintah Kota Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Bogor

dan karyawan AHASS Astra di Kota Bogor, sedangkan untuk konsumen Fruit Talk Soft

Candy adalah orang yang mengkonsumsi Soft Candy. Responden dikelompokkan

menjadi dua, yaitu responden kelompok satu adalah responden produk JJM dan

responden dua adalah responden produk Fruit Talk Soft Candy.

Pengambilan data yang dilakukan pada responden kelompok satu dengan

cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai yang telah mengkonsumsi JJM di

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Bogor sebanyak 15 orang dan pada karyawan

AHASS Astra sebanyak 5 orang. Selain itu pengambilan data juga dilakukan pada

konsumen potensial, yaitu konsumen yang belum melakukan pembelian produk

dengan menyebarkan kuesioner serta memberikan tester produk terhadap 20

orang konsumen potensial.

Fruit Talk Soft Candy merupakan produk yang masih baru di pasaran

dengan tahapan perkenalan produk, sehingga pengambilan data dilakukan

terhadap konsumen potensial. Kuesioner diberikan kepada konsumen yang belum

melakukan pembelian produk dengan memberikan tester produk kepada

konsumen sebanyak 20 orang. Pengambilan sampel masing-masing dibedakan

menurut kelas pendapatan pada konsumen potensial, yaitu pendapatan kelas atas,

menengah dan rendah.

4.5. Metode Pengolahan Data

Page 56: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

40

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian yang pertama menggunakan

pendekatan full costing untuk penentuan harga pokok produksi dari sisi

perusahaan sebagai cara untuk mengidentifikasi OP (min). Penggunaan

pendekatan full costing pada penelitian ini karena perhitungan biaya tidak

memperhatikan perilaku biaya artinya metode full costing mengakumulasikan

seluruh biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan alat analisis yang kedua

menggunakan analisis sensitivitas harga sebagai alat untuk mengidentifikasi CP

(max) sehingga diperoleh zona fleksibilitas untuk mendapatkan rentang harga

optimum dari sisi produsen dan konsumen. Setelah itu, data diolah dengan

menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.

4.5.1. Identifikasi OP (Min)

Menurut Cartwright, OP (min) merupakan suatu harga minimum yang

terbentuk dari biaya tetap, biaya variabel, dan laba minimum yang ditetapkan oleh

perusahaan yang dikenakan pada sebuah produk seperti yang terlihat pada rumus

di bawah ini:

OP (min) = Vc + Fc + M (min)

Berdasarkan rumus tersebut, Vc merupakan Biaya Variabel, Fc merupakan

Biaya Tetap, dan M (min) adalah laba minimum yang diinginkan perusahaan.

Dengan kata lain, OP (min) merupakan harga jual yang ditetapkan kepada sebuah

produk oleh perusahaan dengan laba minimum yang diinginkan perusahaan.

Identifikasi OP (min) dapat dilakukan dengan menggunakan penetapan

harga pokok produksi metode full costing untuk mendapatkan nilai harga pokok

produk per unit. Setelah itu, harga pokok produk per unit ditambah dengan

persentase keuntungan minimum yang diharapkan oleh perusahaan untuk

mendapatkan nilai OP (min) per unit. Satuan unit yang digunakan adalah bungkus

atau per 50 gram Fruit Talk Soft Candy , per cup atau 200 mililiter dan per botol

atau 300 mililiter JJM.

Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi

yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok

produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Dengan demikian

Page 57: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

41

harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya

produksi berikut ini:

Biaya bahan baku : xxx

Biaya tenaga kerja langsung : xxx

Biaya overhead pabrik variabel : xxx

Biaya overhead pabrik tetap : xxx +

Harga Pokok Produksi : xxx Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri

dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

biaya overhead pabrik variabel, biaya overhead pabrik tetap), ditambah dengan

biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi, dan biaya umum).

Gambar 8 melukiskan unsur harga pokok produksi dan harga pokok produk

dengan pendekatan full costing.

Prime Cost Biaya Konversi

Biaya Bahan Biaya Tenaga Biaya Overhead Biaya Overhead

Baku Kerja Pabrik Tetap Pabrik Variabel

Harga Pokok Biaya Biaya

Produksi Pemasaran Adm&Umum

Total Harga Pokok Produk

Gambar 8. Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk Menurut Metode full costing.

Page 58: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

42

4.5.2. Identifikasi CP (max)

CP (max) merupakan harga tertinggi/maksimum dari sisi konsumen yang

mampu dibayarkan konsumen terhadap suatu produk (Cartwright 2002). CP (max)

dapat diidentifikasi melalui analisis sensitivitas harga.

4.5.2.1. Analisis Sensitivitas Harga

Salah satu alat analisis harga yang sering digunakan yaitu riset sensitivitas

harga. Dalam hal ini digunakan riset harga yang diharapkan konsumen , dimana

akan diperoleh limit harga dan kisaran harga yang dapat diterima oleh konsumen

dimana konsumen menilai batas harga sangat murah, murah, mahal, dan sangat

mahal yang dikaitkan dengan kualitas oleh produk tersebut.

Selanjutnya data akan ditabulasikan untuk memperoleh kelompok harga

sangat murah, murah, mahal dan sangat mahal. Dari nilai persentase kumulatif

yang diperoleh maka akan dibuat kurva-kurva. Selain itu, dibuat pula kurva untuk

kelompok harga tidak murah dan tidak mahal yang diperoleh dengan rumus:

Persentase Kumulatif “Tidak Murah” = 100% - persentase Kumulatif “Murah”

Persentase Kumulatif “Tidak Mahal” = 100% - persentase Kumulatif “Mahal”

Kurva-kurva yang terbentuk akan saling berpotongan pada titik-titik antara

lain:

a. Perpotongan antara kurva Sangat Murah dan Tidak Murah akan

membentuk titik yang jika ditarik ke sumbu X (harga) maka akan

diperoleh titik PMC (Price of Marginal Cheapness).

b. Perpotongan antara kurva Sangat Mahal dengan kurva Tidak Mahal akan

membentuk titik yang jika ditarik ke sumbu X (harga) akan diperoleh titik

PME (Price of Marginal Expensive).

c. Perpotongan antara kurva Murah dengan kurva Mahal akan diperoleh titik

IPP (Indiferent of Pricing Point) yaitu titik dimana pada tingkat harga ini

konsumen tidak merasakan perbedaan antara murah dengan mahal.

d. Perpotongan antara kurva Sangat Murah dengan kurva Sangat Mahal akan

diperoleh titik OPP (Optimum Pricing Point).

Page 59: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

43

Daerah antara PMC dan PME sering disebut sebagai RAP (Range of

Acceptable Prices yaitu merupakan kisaran harga yang dapat diterima konsumen.

Daerah antara titik OPP dan IPP merupakan daerah yang ideal bagi perusahaan

untuk menetapkan harga produk (Westerndrop dalam Sani 2005).

Gambar 9. Hubungan antara Kurva dari Setiap Kategori Harga

4.6. Zona Fleksibilitas

Daerah yang terbentuk antara OP (min) dan CP (max) merupakan daerah

fleksibilitas harga. Terdapat tiga kemungkinan dalam hubungan antara OP (min)

dan CP (max), yaitu:

1. Jika CP (max) < OP (min), maka tidak akan ada pembelian dari konsumen

karena menilai produk yang ditawarkan produsen terlalu mahal.

2. Jika CP (max) = OP (min), maka terdapat kemungkinan terjadinya

penjualan akan tetapi perusahaan cenderung kaku dalam menentukan

harga jual (sedikit fleksibilitas).

3. Jika CP (max) > OP (min). Pada titik ini akan terjadi penjualan dan akan

ada fleksibilitas yang dimiliki produsen dalam menentukan harga jual

dengan menawarkan diskon kepada konsumen. Kondisi yang terbentuk

dalam zona fleksibilitas merupakan rentang harga optimum dari sisi

produsen dan konsumen.

OPP

PME

IPP PMC

PMC

Murah

Tidak Murah

Sangat Mahal

Mahal

Tidak Mahal

Sangat Murah

RAP Konsumen

Persentase

Harga

Page 60: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

V GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Perusahaan KWT Turi

5.1.1. Latar Belakang KWT Turi

Kelompok Wanita Tani Turi merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak dibidang agribisnis yang memfokuskan pada usaha pengolahan buah

jambu biji menjadi produk minuman jus jambu. KWT Turi berdiri pada tahun

2003. Usaha KWT Turi merupakan usaha rumah tangga yang didirikan oleh

sekelompok ibu- ibu yang bermukim di Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah

Sareal, Kota Bogor. Usaha ini didirikan karena banyaknya produk jambu biji

segar yang tidak habis terjual sehingga terbuang begitu saja, yang pada akhirnya

menimbulkan ide untuk mengolah buah jambu biji menjadi jus jambu.

Orang yang pertama kali memiliki ide untuk mengolah jambu biji menjadi

minuman jus jambu adalah Hj. Mariam. Ide ini diperoleh Hj. Mariam karena

melihat mesin dan peralatan bantuan dari Dinas Agribisnis kepada masyarakat

Kelurahan Sukaresmi tidak dipergunakan dan hanya disimpan saja. Selain itu,

Daerah Sukaresmi merupakan sentra produksi jambu biji yang memiliki produksi

jambu yang tinggi sehingga buah jambu tidak selalu habis terjual dalam keadaan

buah segar. Buah jambu yang tidak habis terjual tersebut pada akhirnya akan

dibuang oleh warga. Ibu Hj. Mariam kemudian mengajak beberapa ibu- ibu dan

kemudian membentuk kelompok yang diberi nama Kelompok Wanita Tani Turi.

Kelompok ini pada awalnya terdiri dari 20 orang, dengan Hj. Mariam sebagai

pimpinannya. Akan tetapi, saat ini anggota yang aktif hanya lima orang.

Kelompok Wanita Tani Turi mulai melakukan kegiatan usaha pengolahan

jus jambu pada tahun 2003 dan terus berlanjut sampai sekarang. Akan tetapi pada

awal-awal berdirinya, usaha ini masih mengalami kerugian. KWT Turi masih

mengalami kesulitan untuk mengembangkan usahanya dikarenakan penguasaan

peralatan produksi yang belum baik. Selain itu KWT Turi belum memiliki

pelanggan yang tetap sehingga proses produksi tidak berlangsung secara kontinu.

Pada tahun 2005, KWT Turi mendapatkan registrasi dari Dinas Kesehatan

berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), yaitu Dinkes P-IRT Nomor 2133271010664.

Page 61: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

45

Pada awalnya KWT Turi hanya menjual minuman jus jambu kepada beberapa

pelanggan yang ada di daerah Bogor.

5.1.2. Visi, Misi dan Tujuan Usaha KWT Turi

KWT Turi belum memiliki pernyataan tertulis mengenai visi, misi, dan

tujuan. Padahal untuk bersaing dalam industri, KWT Turi harus memiliki arahan

yang jelas dalam memasarkan usahanya. Berdasarkan hasil wawancara dan

diskusi dengan pimpinan KWT Turi, dapat dinyatakan bahwa visi KWT Turi

adalah ingin memperoleh laba serta memasyarakatkan minuman jus jambu. Misi

KWT Turi secara umum adalah mempertahankan dan meningkatkan kualitas

produk minuman ”JJM”, meningkatkan loyalitas konsumen serta memberdayakan

masyarakat yang ada di lingkungan usaha. Adapun tujuan usaha KWT turi adalah

meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, sehingga produk jus ”JJM” dikenal

masyarakat luas dalam rangka meraih pelanggan dan mengatasi persaingan usaha.

5.1.3. Struktur Organisasi KWT Turi

Struktur organisasi dalam suatu perusahaan akan memberikan kejelasan

dalam menentukan pembagian tugas, tanggung jawab, hubungan kerja dan batas

wewenang masing-masing. Struktur organisasi KWT Turi terbilang masih

sederhana, hanya terdiri dari ketua (Pimpinan), tenaga kerja bagian administrasi,

tenaga kerja bagian produksi dan tenaga kerja bagian pemasaran. Hal ini

berpengaruh pada kegiatan usaha KWT Turi yang mengakibatkan kinerja usaha

menjadi kurang optimal. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas menyebabkan

beberapa tenaga kerja merangkap melakukan pekerjaan yang lain. Struktur

organisasi KWT Turi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Struktur Organisasi KWT Turi

Sumber : KWT Turi (2010)

Ketua

Bagian Administrasi

Bagian Produksi

Keuangan

Bagian Pemasaran

Page 62: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

46

Sumber utama keberhasilan KWT Turi dimasa depan adalah dukungan

sumberdaya manusia yang berdedikasi dan profesional. Sumberdaya manusia

adalah salah satu faktor yang sangat menentukan pertumbuhan usaha KWT Turi.

Sumberdaya manusia yang dimiliki KWT Turi berjumlah lima orang yang terdiri

dari satu orang pimpinan kelompok, satu orang bagian administrasi, dua orang

bagian produksi dan satu orang bagian pemasaran. Komposisi pembagian kerja

dan tingkat pendidikan tenaga kerja KWT Turi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Bagian Kerja dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja pada KWT Turi

No Bagian Jumlah Menurut Pendidikan (orang) Jumlah

(Orang) SD SLTP SMU

1. Ketua dan Pemasaran - - 1 1

2 Administrasi - - 1 1

3. Produksi 3 - - 3

Total 2 - 2 5

Sumber : Data Primer KWT Turi (2010)

Setiap bagian memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Deskripsi kerja masing-masing bagian adalah sebagai berikut :

1. Ketua/Pimpinan, memiliki tugas dan wewenang dalam menetapkan

kebijakan seluruh aktivitas usaha. Melakukan koordinasi dan pengawasan

terhadap seluruh aktivitas usaha KWT Turi.

2. Administrasi, bertugas merencanakan keperluan usaha akan pencatatan,

dokumen, alat komunikasi dan kebutuhan umum lainnya serta melakukan

pencatatan atas segala penerimaan maupun pengeluaran usaha KWT Turi.

3. Bagian Produksi, bertanggung jawab dalam melakukan proses produksi

minuman JJM.

4. Bagian Pemasaran, memiliki tanggung jawab dalam memasarkan produk

dan mendistribusikan produk kepada pelanggan serta berusaha mencari

peluang pasar baru.

5.1.3.1. Waktu Kerja

Adapun jam kerja untuk tenaga kerja bagian produksi adalah tidak tetap.

Proses produksi bisa berlangsung kapan saja tergantung pada kebutuhan

persediaan jus jambu saat itu. Proses produksi berlangsung kurang lebih selama

Page 63: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

47

dua jam. Jika stok atau persediaan jus jambu tinggal sedikit, maka proses produksi

akan dilakukan kembali. Perhitungan jumlah persediaan jus jambu hanya

didasarkan pada perkiraan kebutuhan penjualan saja. Dalam satu minggu rata-rata

produksi dilakukan sebanyak tiga kali, dan dalam satu kali produksi akan

menghasilkan jus jambu kemasan botol plastik sebanyak kurang lebih 180 botol.

5.1.3.2. Sistem Upah

Sistem pemberian upah didasarkan atas jumlah hari kerja tenaga kerja atau

berapa kali tenaga kerja melakukan pekerjaan produksi selama satu bulan.

Pembayaran upah dilakukan setiap kali produksi. Jika ada pekerjaan tambahan

atau ada order tambahan maka tenaga kerja akan diberikan bonus atau insentif.

5.1.4. Identifikasi Produk

Produk KWT Turi adalah minuman jus jambu yang terdiri dari dua

ukuran, yaitu ukuran 300 mililiter yang dikemas dalam kemasan botol plastik dan

ukuran 200 mililiter yang dikemas dalam cup plastik. Jus jambu kemasan botol

dijual kepada pelanggan dengan harga Rp 3.500 per botol. Sedangkan jus jambu

kemasan cup dijual dengan harga Rp 1.500 per unitnya Untuk harga ditingkat

konsumen diserahkan langsung kepada penjual atau pengecer untuk menentukan

harga jualnya.

Jumlah produksi jus jambu tergantung pada jumlah permintaan atau

pesanan dari pelanggan. Rata-rata dalam seminggu produksi jus jambu dilakukan

sebanyak tiga kali. Namun pada saat ini KWT Turi terkadang hanya memproduksi

sekali seminggu, karena permintaan atau pesanan pelanggan berkurang. Dalam

satu kali produksi menghasilkan jus jambu rata-rata 180 unit untuk kemasan botol

plastik dan 290 unit untuk kemasan cup plastik.

5.1.5. Aktivitas Perusahaan

KWT Turi merupakan salah satu perusahaan yang mengolah jambu biji

menjadi jus jambu berdasarkan pesanan. Aktivitas utama yang dilakukan

perusahaan ini terdiri dari tiga, yaitu aktivitas pembelian bahan baku, aktivitas

produksi dan aktivitas penjualan.

Page 64: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

48

5.1.5.1. Aktivitas Pembelian Bahan Baku

Sebagai suatu perusahaan yang mengolah bahan baku jambu biji menjadi

jus jambu, KWT Turi membutuhkan pasokan bahan baku dalam jumlah yang

sesuai dengan kebutuhan secara kontinyu sepanjang tahun. Ketersediaan bahan

baku jambu biji sangat penting untuk menjaga kelancaran dan kontinuitas

perusahaan dalam produksi. Untuk memperoleh jambu biji tidak terlalu sulit

karena daerah Sukaresmi merupakan sentra produksi jambu biji sehingga

keberadaan bahan baku melimpah dan hampir selalu ada. Jambu biji dibeli

langsung dari kelompok tani yang membudidayakan jambu biji di daerah

Sukaresmi. Harga jambu biji dari petani yang dijual kepada KWT Turi adalah Rp

5.000,00 per kg. Sumber bahan baku lainnya, seperti gula dan bahan tambahan

lain (Kalium Sorbat, Natrium Benzoat, CMC dan Asam Sitrat) dibeli langsung

oleh bagian produksi dari toko dan pasar tradisional di Pasar Bogor.

5.1.5.2. Aktivitas Produksi

Proses produksi merupakan suatu cara atau metode dan teknik dalam

menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia (bahan

baku, mesin dan sumberdaya manusia) menjadi produk jadi. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan dapat diidentifikasi tahapan-tahapan dan aktivitas

yang dilakukan KWT Turi dalam memproduksi jus jambu. Proses produksi

dimulai dari pencucian bahan baku yaitu jambu biji. Dalam satu kali produks i

biasanya membutuhkan 15 kg jambu biji. Jambu biji yang telah dicuci selanjutnya

dikupas dan dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam blender untuk dihaluskan

selama 10 detik dengan suhu sebesar 80oC dan kemudian airnya dibuang sehingga

menjadi bubur halus, atau yang disebut puree. Selanjutnya dilakukan proses

pencampuran dengan menambahkan air dan air gula sehingga semua bahan-bahan

tercampur secara merata. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 10 menit.

Jambu biji yang sudah selesai dicampurkan dalam blender selanjutnya disaring

untuk memisahkan biji yang masih tersisa dan kemudian setelah itu dilakukan

pengemasan. Sebelumnya botol dan cup plastik dimasukkan ke dalam air yang

dimasak dengan suhu 80 derajat celcius untuk membersihkan dan mengantisipasi

adanya kuman atau bakteri yang terdapat pada botol atau cup. Jus kemudian

dikemas ke dalam botol atau cup plastik dan dilakukan proses pasteurisasi, yaitu

Page 65: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

49

jus jambu yang sudah dikemas dimasukkan ke dalam air panas dengan suhu 80oC.

Pasteurisasi dilakukan untuk menghilangkan kuman atau bakteri yang masih

menempel. Selanjutnya jus jambu diberikan label ( labelling) dan disegel lalu siap

dimasukkan ke dalam alat pendingin (show case). Kapasitas satu alat pendingin

adalah 250 untuk kemasan botol dan 250 untuk kemasan cup. KWT Turi

memiliki empat unit alat pendingin, akan tetapi hanya dua unit saja yang

digunakan untuk melakukan penyimpanan JJM. Adapun alur proses produksi JJM

dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Alur Proses Produksi Jus ”JJM” Sumber : KWT Turi (2010)

5.1.5.3. Aktivitas Penjualan

Produk akhir yang dihasilkan oleh KWT Turi berupa Jus Jambu Merah

(JJM). Saat ini produk yang dihasilkan oleh KWT Turi terbagi ke dalam dua

ukuran yaitu, ukuran 300 mililiter yang dikemas dalam kemasan botol plastik dan

ukuran 200 mililiter yang dikemas dalam cup plastik.

Setelah JJM di produksi dan dikemas, JJM dikirim kepada pelanggan yang

telah memesan. Pelanggan JJM terdiri dari Pemerintah Kota Dinas Cipta Karya

dan Tata Ruang Bogor dan karyawan Astra (AHASS) di Kota Bogor yang masih

melakukan pemesanan terhadap JJM. Sistem pembayaran yang diterapkan oleh

KWT Turi adalah sistem pembayaran secara tunai untuk konsumen yang datang

langsung ke lokasi produksi KWT Turi. Sedangkan sistem pembayaran kosinyasi

diterapkan oleh KWT Turi untuk pengecer. Sistem pembayaran secara kosinyasi

dapat menjadi kendala KWT Turi karena tidak adanya perputaran keuangan yang

cepat sehingga dapat menghambat proses produksi.

Pencucian

Pemotongan

Penghalusan

Pengupasan

Penyaringan Pencampuran

(Tambah air dan

gula) Pasteurisasi Pengemasan Pelabelan

Page 66: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

50

Kegiatan promosi penjualan yang dilakukan KWT Turi terhadap JJM

tergolong rendah atau kurang. Kegiatan promosi yang dilakukan hanya sebatas

mengikuti bazar dan pameran-pameran dagang yang diadakan dan diikuti oleh

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Akan tetapi, kegiatan promosi

tersebut tidak dirasakan efektif oleh pihak KWT Turi karena kecilnya pengaruh

atau dampak dari kegiatan tersebut terhadap tingkat permintaan JJM, namun

mengingat biaya produksi kemasan botol sangat tinggi pada produksi JJM

kemasan botol seharusnya KWT Turi melakukan peningkatan penjualan.

Perusahaan juga belum melakukan promosi melalui media cetak seperti

koran dan majalah. Selebihnya masyarakat mengetahui keberadaan perusahaan

KWT Turi dari mulut ke mulut konsumen yang telah membeli dari perusahaan ini.

Hal ini menyebabkan terjadinya kendala didalam mendapatkan produk KWT Turi,

karena produk jus jambu merah tersebut hanya akan diproduksi apabila terdapat

pesanan saja. Tingginya biaya promosi ataupun pemasangan iklan terutama media

elektronik menyebabkan KWT Turi belum melakukan promosi melalui media

elektronik.

Secara umum kegiatan promosi penjualan KWT Turi lebih menekankan

pada usaha meningkatkan kualitas produk untuk memuaskan pelanggan serta

meningkatkan pembelian berikutnya terhadap produk JJM dibandingkan dalam

bentuk pengiklanan dengan kata lain menjalankan promosi tetapi dengan alat

promosi yang terbatas jangkauannya karena belum menggunakan alat media baik

media massa maupun media elektronik karena adanya keterbatasan dana. KWT

Turi berusaha menekankan promosi dengan mengandalkan citra produk yang

sehat dan bergizi..

5.2. Gambaran Umum Karakteristik Responden Jus Jambu Merah

5.2.1. Usia

Pada umumnya responden yang mengkonsumsi Jus Jambu Merah terbagi

menjadi beberapa kelompok usia, yaitu kelompok usia < 20 tahun, 21 – 30 tahun,

31 – 40 tahun, 41 – 50 tahun dan berusia > 50 tahun ke atas. Sebaran usia

responden aktual di dominasi oleh dua kelompok usia antara 31 – 40 tahun dan

41 – 20 tahun sebanyak enam responden (30 persen). Hal ini menunjukkan bahwa

Page 67: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

51

JJM sangat di gemari oleh kalangan dewasa, karena dari kelompok usia tersebut

sangat memperhatikan pentingnya kesehatan.

Sedangkan untuk responden potensial di dominasi oleh dua kelompok usia

21 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun masing-masing sebanyak enam responden (30

persen. Hal ini berarti bahwa pangsa pasar JJM ada dikalangan dewasa. Pada

umumnya anak muda memiliki karakter muda yang terpengaruh baik melalui

iklan maupun trend, mudah menerima dan selalu ingin mencoba hal-hal yang

baru. Sebaran usia responden dapat di lihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran Usia Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Usia (Tahun) Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 < 20 0 0 0 0

2 21 – 30 5 25 6 30

3 31 – 40 6 30 6 30

4 41 – 50 6 30 5 25

5 > 50 3 15 3 15

Jumlah 20 100 20 100

5.2.2. Status Perkawinan

Sebaran responden JJM menurut status perkawinan didominasi oleh status

perkawinan yang sudah menikah untuk kedua golongan responden, baik

responden aktual maupun responden potensial. Hal ini berkaitan dengan budget

yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi minuman jus, bagi individu yang belum

menikah biasanya lebih mengedepankan mencukupi kebutuhannya terlebih

dahulu, sedangkan untuk yang sudah menikah apabila keperluan rumah tangga

nya sudah terpenuhi biasanya melakukan pembelanjaan di luar kebutuhannya.

Sebaran status perkawinan responden JJM dapat di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Status Perkawinan Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Status Perkawinan Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Belum Menikah 4 20 2 10

2 Sudah Menikah 16 80 18 90

Jumlah 20 100 20 100

Page 68: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

52

5.2.3. Pekerjaan

Pada responden Jus Jambu Merah kelompok responden aktual di dominasi

oleh pekerjaan sebagai pegawai negeri. Pemilihan responden untuk konsumen

aktual memang rata-rata di dominasi oleh pegawai negeri sipil, karena mayoritas

bekerja di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor, sebagian lagi bekerja

di AHASS ASTRA. Sedangkan responden potensial memiliki variasi pekerjaan,

walaupun tetap di dominasi kalangan pegawai. Hal ini berarti JJM lebih di gemari

oleh pegawai negeri, karena survey dilakukan pada kelas pendapatan yang

berbeda-beda, ternyata mayoritas bekerja sebagai pegawai negeri. Sebaran jenis

pekerjaan responden dapat di lihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran Pekerjaan Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Pekerjaan Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Pelajar 0 0 0 0

2 Mahasiswa 0 0 0 0

3 Pegawai Negeri 17 85 14 70

4 Pegawai Swasta 3 15 3 15

5 Wiraswasta 0 0 0 0

6 Pedagang 0 0 1 5

7 Ibu Rumah Tangga 0 0 2 10

Jumlah 20 100 20 100

5.2.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan para responden JJM pada umumnya cukup baik.

Seperti yang terlihat pada Tabel 12 yang menunjukan bahwa responden JJM

konsumen potensial dengan latar belakang pendidikan Sarjana memiliki

persentase paling besar. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan

mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan cara

persepsinya terhadap suatu produk.

Responden yang tergolong berpendidikan tinggi akan lebih bersikap kritis

terhadap produk yang akan dibeli. Sedangkan untuk konsumen aktual didominasi

dengan latar belakang pendidikan SMA. Hal ini masih berkaitan dengan latar

belakang responden actual yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri.

Sebaran tingkat pendidikan responden dapat di lihat pada Tabel 12.

Page 69: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

53

Tabel 12. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Tingkat Pendidikan Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 SD 0 0 0 0

2 SMP 0 0 0 0

3 SMA/STM 13 65 6 30

4 Diploma 0 0 3 15

5 Sarjana 6 30 8 40

6 Pasca Sarjana 1 5 3 15

Jumlah 20 100 20 100

5.2.5. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan dari responden JJM terbagi beberapa skala

pendapatan, yaitu < Rp 340.000,00 per bulan, Rp 340.000,00 – Rp 670.000,00 per

bulan, Rp 680.000,00 – Rp 1.010.000,00 per bulan, Rp 1.020.000,00 – Rp

1.350.000,00 per bulan, dan > Rp 1.360.000,00 per bulan. Tingkat pendapatan

responden JJM konsumen aktual sebagian besar berada pada kategori pendapatan

> Rp 1.360.000,00 per bulan. Hal tersebut berarti bahwa jenis pekerjaan yang

didominasi oleh pegawai negeri di atas Rp 1.360.000,00 per bulan. Sebaran

tingkat pendapatan responden JJM aktual dapat di lihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Sebaran Tingkat Pendapatan Responden Jus Jambu Merah (Aktual)

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual

Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah

(orang) %

1 < 340.000,00 0 0

2 340.000,00 – 670.000,00 0 0

3 680.000,00 – 1.010.000,00 0 0

4 1.020.000,00 – 1.350.000,00 1 5

5 >1.360.000,00 19 95

Jumlah 20 100

Tingkat pendapatan dari responden JJM potensial terbagi beberapa skala

pendapatan, yaitu < Rp 1.740.000,00 per bulan, Rp 1.740.000,00 – Rp

3.470.000,00 per bulan, Rp 3.480.000,00 – 5.210.000,00 per bulan, Rp

5.220.000,00– 6.950.000,00 per bulan, dan > Rp 6.950.000,00 per bulan. Tingkat

pendapatan responden JJM konsumen potensial sebagian besar berada pada

kategori pendapatan antara Rp 1.740.000,00 – Rp 3.470.000,00 per bulan sebesar

Page 70: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

54

50 persen. Harga bukan suatu halangan untuk mengkonsumsi JJM, hal ini terbukti

dengan pendapatan responden yang relatif tinggi. Sebaran tingkat pendapatan

responden JJM potensial dapat di lihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Sebaran Tingkat Pendapatan Responden Jus Jambu Merah (Potensial)

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual

Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah

(orang) %

1 < 1.740.000,00 3 15

2 1.740.000,00 – 3.470.000,00 10 50

3 3.480.000,00 – 5.210.000,00 6 30

4 5.220.000,00 – 6.950.000,00 0 0

5 >6.960.000,00 1 5

Jumlah 20 100

5.2.6. Tingkat Pengeluaran Konsumsi Makanan

Tingkat pengeluaran konsumsi makanan merupakan alokasi biaya yang

dikeluarkan responden untuk biaya konsumsi makanan disetiap bulannya.

Konsumen aktual dengan tingkat pengeluaran konsumsi makanan > Rp

1.888.000,00 per bulan memiliki persentase terbesar yaitu 45 persen. Namun

demikian sebarannya cukup beragam, sehingga bisa diartikan bahwa konsumen

JJM berasal dari golongan dengan tingkat pengeluaran yang beragam. Sebaran

tingkat pengeluaran konsumsi makanan responden aktual dapat di lihat pada Tabel

15.

Tabel 15. Sebaran Tingkat Pengeluaran Konsumsi Makanan Responden Jus Jambu Merah (Aktual)

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual

Pengeluaran (Rp/Bulan) Jumlah

(orang) %

1 < 472.000,00 0 0

2 472.000,00 – 934.000,00 3 15

3 944.000,00 – 1.406.000,00 3 15

4 1.416.000,00 – 1.878.000,00 5 25

5 >1.888.000,00 9 45

Jumlah 20 100

Sebaran tingkat pengeluaran konsumsi makanan pada konsumen potensial

cukup beragam. Responden yang memiliki tingkat pengeluaran konsumsi yang

Page 71: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

55

tinggi, cenderung untuk lebih mengutamakan membeli produk pangan yang

berkualitas. Sebaran tingkat pengeluaran konsumsi makanan responden aktual

dapat di lihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Sebaran Tingkat Pengeluaran Konsumsi Makanan Responden Jus

Jambu Merah (Potensial)

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual

Pengeluaran (Rp/Bulan) Jumlah

(orang) %

1 < 860.000,00 4 20

2 860.000,00 – 1.710.000,00 5 25

3 1.720.000,00 – 2.570.000,00 7 35

4 2.580.000,00 – 3.430.000,00 3 15

5 >3.440.000,00 1 5

Jumlah 20 100

5.2.7. Sumber Informasi Produk Jus Jambu Merah

Pada umumnya responden JJM mengetahui informasi mengenai produk

JJM berasal dari media promosi, pada konsumen aktual sumber informasi berasal

dari keluarga, media promosi, dan teman. Sedangkan untuk konsumen potensial

media promosi mendominasi yaitu sebesar 55 persen, karena produk secara

sengaja dipromosikan kepada konsumen potensial. Keberadaan JJM pada

umumnya masih belum diketahui oleh konsumen, sehingga produk JJM masih

harus dipromosikan lagi, agar konsumen mengetahui keberadaan JJM. Sebaran

sumber informasi responden dapat di lihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Sebaran Sumber Informasi Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Sumber Informasi Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Keluarga 6 30 2 10

2 Media Promosi 6 30 11 55

3 Teman 6 30 5 25

4 Penjual 2 10 2 10

Jumlah 20 100 20 100

5.2.8. Frekuensi Pembelian Jus Jambu Merah

Frekuensi pembelian terbagi menjadi dua skala pembelian, yaitu skala

pembelian ≤ 3 kali per minggu dan > 3 kali per minggu. Melalui kegiatan rutin

Page 72: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

56

yang dilaksanakan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang setiap minggunya, maka

frekuensi pembelian JJM biasanya dilakukan sekali per minggu. Pada konsumen

potensial nilai sebarannya nol, artinya konsumen potensial belum sama sekali

melakukan pembelian JJM. Sebaran frekuensi pembelian responden dapat di lihat

pada Tabel 18.

Tabel 18. Sebaran Frekuensi Pembelian Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Frekuensi Pembelian

(Kali/Minggu)

Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 ≤ 3 19 95 0 0

2 > 3 1 5 0 0

Jumlah 20 100 0 0

5.2.9. Lama Mengkonsumsi

Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa responden JJM pada konsumen

aktual belum banyak yang mengenal atau mengkonsumsi JJM. Tingkatan lama

mengenal atau mengkonsumsi dapat menumbuhkan sikap, motivasi dan rasa

kepuasan akan produk yang dikonsumsinya. Responden aktual JJM tergolong

dalam konsumen yang cukup mengenal produk JJM dan cukup memiliki loyalitas

terhadap merek produk. Pada konsumen potensial nilai sebarannya nol, artinya

konsumen potensial belum sama sekali melakukan pembelian JJM.

Tabel 19. Sebaran Lama Mengkonsumsi Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Lama Mengkonsumsi

(Bulan)

Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 < 6 6 30 0 0

2 6 – 12 5 25 0 0

3 13 – 24 3 15 0 0

4 > 24 6 30 0 0

Jumlah 20 100 0 0

5.2. 10. Minat Membeli Jika Terjadi Kenaikan Harga Sepuluh Persen

Kenaikan harga sebesar 10 persen bisa disebabkan oleh fluktuasi bahan

baku, seperti kenaikan harga jambu biji dan harga gula, sehingga berdampak pada

harga jual produk tersebut. Responden yang masih tetap bertahan untuk membeli

produk JJM jika terjadi kenaikan harga sebesar 10 persen sebanyak 12 orang

Page 73: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

57

responden (60 persen) untuk konsumen aktual dan 10 orang (50 persen) untuk

konsumen potensial. Hal ini menunjukan adanya keterkaitan dengan loyalitas

konsumen dan responden sebagian besar masih tetap membeli produk JJM jika

terjadi kenaikan 10 persen. Sebaran minat membeli jika terjadi kenaikan harga

sepuluh persen responden dapat di lihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Sebaran Minat Membeli Jika Terjadi Kenaikan Harga Sepuluh Persen Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Kenaikan Harga 10 % Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Tetap Membeli 12 60 10 50

2 Tidak Membeli 8 40 10 50

Jumlah 20 100 20 100

5.2.11. Penilaian Terhadap Kualitas Jus Jambu Merah

1. Rasa

Sebanyak 14 orang (70 persen) konsumen aktual dan sebanyak 16 orang

(80 persen) konsumen potensial menilai rasa dari JJM enak, karena memang

pembuatan JJM ini tidak menggunakan bahan pengawet, dan menggunakan buah

jambu yang masih segar. Sebaran responden dalam menilai rasa jus jambu merah

dapat di lihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Sebaran Responden dalam Menilai Rasa Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Rasa Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Enak Sekali 4 20 2 10

2 Enak 14 70 16 80

3 Kurang Enak 1 5 2 10

4 Tidak Enak 1 5 0 0

Jumlah 20 100 20 100

2. Warna

Mayoritas responden menilai warna dari produk JJM baik, karena JJM

sama sekali tidak menggunakan pewarna tambahan dalam pembuatannya.

Penilaian terhadap kurang baiknya warna JJM mungkin dikarenakan informasi

mengenai pembuatan JJM belum diketahui oleh masing-masing konsumen.

Page 74: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

58

Sebaran responden dalam menilai warna jus jambu merah dapat di lihat pada

Tabel 22.

Tabel 22. Sebaran Responden dalam Menilai Warna Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Warna Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Baik Sekali 2 10 2 10

2 Baik 14 70 14 70

3 Kurang Baik 4 20 4 20

Jumlah 20 100 20 100

3. Struktur Jus Jambu Merah

Struktur JJM memiliki butiran serat dari buah jambunya, memang

pembuatan JJM ini menggunakan biji jambu merahnya, namun dalam

produksinya untuk memperoleh jus dari buah jambu digunakan saringan guna

memisahkan pecahan biji yang tidak ikut hancur. Struktur JJM dinilai baik oleh

empat orang (20 persen) konsumen aktual dan konsumen potensial dan sebanyak

16 orang (80 persen) konsumen aktual dan konsumen potensial menilai baik

sekali. Sebaran responden dalam menilai struktur jus jambu merah dapat di lihat

pada Tabel 23.

Tabel 23. Sebaran Responden dalam Menilai Struktur Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Struktur Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Baik Sekali 16 80 16 80

2 Baik 4 20 4 20

Jumlah 20 100 20 100

4. Ketahanan Produk

Saat ini JJM belum menggunakan bahan pengawet agar produk menjadi

tahan lama masa penyimpanannya. Hal tersebut dilakukan JJM diproduksi

berdasarkan pesanan, sehingga apabila konsumen memesan JJM, maka KWT

TURI akan segera memproduksi JJM berdsarkan pesanan, sehingga produk masih

dalam keadaan segar. Responden yang menilai ketahanan produk JJM tahan lama

pada konsumen aktual sebanyak sembilan orang (45 persen). Sedangkan pada

konsumen potensial yang menilai produk JJM tahan lama sekali sebanyak dua

Page 75: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

59

orang (5 persen). Sebaran responden dalam menilai ketahanan jus jambu merah

dapat di lihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Sebaran Responden dalam Menilai Ketahanan Produk

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Ketahanan Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Tahan Lama Sekali 0 0 1 5

2 Tahan Lama 9 45 8 40

3 Kurang Tahan Lama 9 45 9 45

4 Tidak Tahan Lama 2 10 2 10

Jumlah 20 100 20 100

5.2.12. Penilaian Terhadap Harga Jus Jambu Merah

Harga jual produk JJM di pasar kemasan cup 200 mililiter adalah Rp 2.000

per cup dan untuk kemasan botol 300 mililiter adalah Rp 4.500 per botol.

Konsumen aktual menilai harga tersebut murah sebanyak 16 orang (80 persen).

Sedangkan pada konsumen potensial sebanyak 15 orang (75 persen) yang menilai

harga JJM murah dan sebanyak lima orang (25 persen) menilai harga JJM mahal.

Penilaian harga mahal terhadap JJM sebenarnya tidaklah tepat jika konsmen

mengetahui bahan yang digunakan untuk pembuatan jus tersebut. Penilaian harga

mahal oleh konsumen dikarenakan pembandingnya adalah jus kemasan yang

menggunakan bahan pengawet dan pewarna yang dijual di pasaran. Sebaran

responden dalam menilai harga jus jambu merah dapat di lihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Sebaran Responden Terhadap Harga Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Harga Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Murah 16 80 15 75

2 Mahal 4 20 5 25

Jumlah 20 100 20 100

5.2.13. Penilaian Terhadap Kemasan Jus Jambu Merah

Kemasan yang digunakan produk JJM adalah kemasan cup plastik ukuran

200 mililiter, dan ukuran botol plastik 300 mililiter. Kemasan JJM masih

mengalami kendala, yaitu dalam penggunaan expired date yang masih dilakukan

secara manual, dan label pada kemasan cup memiliki warna yang tidak menarik,

Page 76: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

60

sehingga sekitar 40 persen masing-masing konsumen mengeluhkan kemasan JJM

kurang baik. Sebaran responden dalam menilai kemasan jus jambu merah dapat

di lihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Sebaran Responden Terhadap Kemasan Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Kemasan Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Baik 12 60 11 55

2 Kurang Baik 8 40 9 45

Jumlah 20 100 20 100

5.2.14. Penilaian Setelah Mengkonsumsi Jus Jambu Merah

1. Manfaat

Sebagian besar responden JJM pada konsumen aktual sebanyak sembilan

orang (45 persen) mengkonsumsi JJM mencari manfaat sebagai minuman

kesehatan. Sedangkan pada konsumen potensial mengkonsumsi JJM untuk

mencari manfaat sebagai minuman kesehatan sebanyak 10 orang (50 persen).

Responden mengkonsumsi JJM karena mengetahui banyaknya kandungan vitamin

yang terdapat didalam JJM sehingga mampu menilai manfaat minuman untuk

kesehatan. Sebaran responden dalam menilai manfaat jus jambu merah dapat di

lihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Sebaran Responden dalam Menilai Manfaat Produk

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Manfaat Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Minuman Kesehatan 9 45 10 50

2 Mencegah DBD 2 10 4 20

3 Kaya Vitamin A dan C 9 45 6 30

Jumlah 20 100 20 100

2. Tingkat Kepuasan

Tingkatan kepuasaan menunjukkan adanya kesesuaian antara harapan

responden dengan kenyataan produk JJM yang dikonsumsi terhadap atribut JJM

yang disukainya seperti rasa, warna, struktur JJM. Berdasarkan Tabel 28

responden pada konsumen aktual sebanyak 11 orang (55 persen) menyatakan puas

Page 77: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

61

setelah mengkonsumsi JJM. Sedangkan pada konsumen potensial yang

menyatakan sangat puas setelah mengkonsumsi JJM sebanyak satu orang (5

persen), sebanyak 10 orang (50 persen) menyatakan puas setelah mengkonsumsi

JJM. Sebaran tingkat kepuasan responden jus jambu merah dapat di lihat pada

Tabel 28.

Tabel 28. Sebaran Tingkat Kepuasan Responden Jus Jambu Merah

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Tingkat Kepuasan Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Sangat Puas 0 0 1 5

2 Puas 11 55 10 50

3 Biasa Saja 5 25 5 25

4 Kurang Puas 4 20 4 20

Jumlah 20 100 20 100

3. Rekomendasi Produk

Responden pada konsumen aktual yang pernah merekomendasikan produk

JJM kepada orang lain adalah sebanyak sembilan orang (45 persen). Sedangkan

pada konsumen potensial masing-masing sebanyak 10 orang (50 persen) yang

akan merekomendasikan dan tidak akan merekomendasikan produk JJM.. Sebaran

responden dalam merekomendasikan jus jambu merah dapat di lihat pada Tabel

29.

Tabel 29. Sebaran Responden dalam Merekomendasikan Produk

No

Karakteristik Responden Konsumen Aktual Konsumen Potensial

Rekomendasi Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

1 Pernah (akan) 9 45 10 50

2 Tidak 11 55 10 50

Jumlah 20 100 20 100

Dari keseluruhan karakteristik responden JJM yang dianalisis maka dapat

dikatakan bahwa usia, status perkawinan, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, dan tingkat pengeluaran konsumsi makanan berpengaruh terhadap

minat atau tidaknya responden untuk mengkonsumsi atau membeli JJM. Terkait

dengan zona fleksibilitas harga produk, konsumen yang menjadi parameter nilai

CP (max) dilihat dari karakteristik tingkat pengeluaran konsumsi makanan, pada

Page 78: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

62

konsumen aktual dengan pengeluaran < Rp 1.888.000,00 per bulan mendominasi

dengan persentase sebesar 55 persen, artinya respoden masih mendahulukan

kebutuhan lain dalam memenuhi konsumsi makanannya. Pada konsumen

potensial dengan sebaran tingkat pengeluaran konsumsi makanan diselang harga

Rp 1.720.000,00 per bulan – Rp 2.570.000,00 per bulan mendominasi dengan

persentase sebesar 35 persen, artinya responden menganggap pengeluaran

konsumsi makanan seperti mengkonsumsi produk JJM tidak ada permasalahan.

Selain itu, dilihat dari penilaian responden terhadap harga JJM masing-masing

konsumen aktual dan potensial menganggap bahwa harga JJM masih dalam

kategori murah. Namun demikian untuk mencari nilai CP (max) diperlukan

analisis sensitivitas harga.

5.3. Gambaran Umum LPPM PKBT

5.3.1. Latar Belakang

Pusat Kajian Buah tropika (PKBT) IPB merupakan salah satu pusat kajian

sdi bawah Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Lembaga ini d idirikan

sebagai peran serta IPB dalam mendukung perkembangan buah-buahan Indonesia

melalui kegiatan-kegiatan riset yang terpadu, intensif dan terintregatif. PKBT

didirikan tanggal 3 mei 1996 berdasarkan SK Rektor IPB No. 027/Um/1996 yang

disahkan kembali dalam SK Rektor No 061/K13/OT/2005 tentang penataan pusat

di lingkungan LPPM IPB. Laboratorium Percontohan Pabrik Mini (LPPM) PKBT

Tajur didirikan pada bulan April 2008 dan masih berada dibawah pengawasan

PKBT IPB yang pada mulanya PKBT hanya menjual benih atau bibit buah

tropika. Menristek mencanangkan PKBT agar kelebihan panen yang melimpah

dan buah segar tidak habis dipasaran maka buah tersebut diolah menjadi produk

turunan untuk memperoleh nilai tambah. Buah tersebut dapat di olah menjadi soft

cand, jus buah, dodol buah, manisan buah, dan lain- lain.

LPPM PKBT Tajur mempunyai ide untuk mengolah buah nanas dan

pepaya menjadi cemilan sehat berupa Fruit Talk Soft Candy buah nanas dan

pepaya. Tujuan dari mengolah buah menjadi Fruit Talk Soft Candy untuk

memberi nilai tambah dan memperpanjang masa simpan buah. LPPM PKBT

terletak di Jl. Raya Tajur KM 6 Bogor. Lokasi ini merupakan kebun

Page 79: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

63

pembudidayaan buah-buahan tropis PKBT. Adapun luas kebun pembudidayaan

PKBT yaitu 4 ha.

LPPM PKBT Tajur belum memiliki pelanggan tetap sehingga proses

produksi tidak berlangsung secara kontinu. Pada tahun 2007, LPPM PKBT Tajur

mendapatkan SIUP dari dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi yaitu No.

S17/196/PK/Disperindagkop. Sedangkan tahun 2009, LPPM PKBT Tajur

mendapatkan sertifikasi dari Dinas Kesehatan dan MUI yaitu Dinkes P-IRT

No.6143271021020 dan LP POM MUI No. 0111

5.3.2. Visi, Misi dan Tujuan Usaha

Pada dasarnya LPPM PKBT Tajur belum memiliki pernyataan secara

tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan orang yang bertanggung jawab terhadap LPPM PKBT Tajur dapat

dinyatakan bahwa visi LPPM PKBT Tajur adalah ingin menciptakan cemilan

sehat dari buah berupa Fruit Talk Soft Candy ke pasar lokal dan pasar

internasional. Misi LPPM PKBT meningkatkan loyalitas konsumen serta

memberdayakan masyarakat yang ada di lingkungan sekitar. Adapun tujuan dari

usaha LPPM PKBT adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, sehingga

produk baru berupa Fruit Talk Soft Candy dapat diterima masyarakat luas.

5.3.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan suatu hubungan

tanggung jawab dan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Selain itu,

struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktifitas

tertentu guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan.

Gambaran umum mengenai struktur organisasi LPPM PKBT dapat dilihat pada

Gambar 12.

Page 80: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

64

Gambar 12. Struktur Organisasi LPPM PKBT Sumber : LPPM PKBT (2010)

LPPM PKBT berada di bawah pengawasan PKBT IPB yang bertugas

sebagai pengelola dan bertanggung jawab terhadap LPPM PKBT Tajur. Bapak

Ibramsyah selaku kepala kebun Tajur yang menangani seluruh kegiatan di LPPM

PKBT Tajur. Untuk bagian penyediaan benih dan penyediaan bibit pihak yang

bertanggung jawab adalah Bapak Awang dan Bapak Hidayat. Pengolahan dan

administrasi pihak yang bertanggung jawab adalah Dede. Kegiatan pengolahan

dilakukan dua kali dalam seminggu dan hanya berdasarkan pesanan dari

konsumen. Untuk kegiatan pemasaran pihak yang bertanggung jawab adalah

Bapak Ubay. Bapak Ubay bertanggung jawab dalam memasarkan bibit, benih dan

soft candy.

5.3.3.1. Waktu Kerja dan Sistem Upah

Adapun jam kerja untuk tenaga kerja bagian produksi adalah tetap yaitu

senin sampai sabtu. Waktu kerja untuk hari senin sampai dengan hari jumat

dimulai dari pukul 08.00 - 16.00 WIB sedangkan waktu kerja pada hari sabtu

dimulai dari pukul 08.00 - 12.00 WIB. Sistem pemberian upah dilakukan setiap

bulan sebesar Rp. 500.000,00 per orang. Selain upah tenaga kerja LPPM PKBT

juga diberi biaya transportasi.

Kepala PKBT

Kantor

Bagian pemasaran

Kepala Kebun

Tajur

Bagian

Penyediaan benih

Bagian

Penyediaan

Bibit

Bagian pengolahan &

Bagian

Administrasi Soft Candy

Bagian Pemeliharaan

Kebun

Page 81: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

65

5.3.4 Identifikasi Produk

Produk LPPM PKBT adalah cemilan sehat berupa soft candy buah dalam

kemasan alumunium foil ukuran 50 gram. Soft candy dijual kepada pelanggan

dengan harga Rp 7.500,00 per unitnya. Untuk harga ditingkat konsumen

diserahkan langsung kepada penjual atau pengecer untuk menentukan harga

jualnya.

5.3.5 Aktivitas Perusahaan

LPPM PKBT merupakan salah satu perusahaan yang mengolah nanas dan

pepaya menjadi buah olahan berupa soft candy. Aktivitas LPPM PKBT utama

yang dilakukan terdiri dari tiga, yaitu aktivitas pembelian bahan baku, aktivitas

produksi dan aktivitas penjualan.

5.3.5.1 Aktivitas Pembelian Bahan Baku

Bahan baku utama pembuatan soft candy adalah nanas dan pepaya.

Ketersediaan bahan baku tersebut sangat penting untuk menjaga kelancaran dan

kontinuitas perusahaan dalam produksi. Untuk memperoleh nanas dan pepaya

tidak terlalu sulit karena bahan baku diperoleh dari kebun PKBT Tajur sehingga

keberadaan bahan baku hampir selalu ada. Harga bahan baku dari kebun PKBT

yang dijual kepada LPPM PKBT tidak sama dengan harga bahan baku yang ada

dipasaran. Sumber bahan baku lainnya, seperti gula dan bahan pengental dibeli

langsung oleh bagian produksi dari toko dan pasar tradisional di Pasar Bogor.

5.3.5.2. Aktivitas Produksi

Pada proses produksi Soft Candy Nanas tahapan pertama yang dilakukan

dalam proses pembuatan adalah buah nanas dibersihkan dari mahkota buah, kulit

dan mata buahnya hingga bersih. Buah nanas yang digunakan harus dipastikan

benar-benar telah bersih dari mata nanas, kemudian buah nanas diparut menjadi

bubur nanas. Sebelum diparut, buah nanas yang telah dibersihkan dicuci dengan

air bersih yang mengalir dan direndam dengan garam. Perendaman dengan garam

bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang terdapat dalam buah nanas. Pada

tahap pemasakan, adonan bubur nanas ditambahkan gula dan ekstrak rumput laut

sebagai pengental. Adonan diaduk hingga merata dengan api sedang, sampai

adonan tersebut mendidih. Setelah adonan tersebut mendidih, adonan langsung

Page 82: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

66

dicetak dalam nampan plastik. Kemudian diamkan sebentar hingga dingin.

Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan dapat dipotong-potong

menggunakan pisau gerigi dengan panjang potongan kurang lebih 2 sentimeter.

Adonan yang telah dibentuk persegi siap untuk dikeringkan didalam oven.

Pengeringan berlangsung selama kurang lebih delapan jam dengan suhu

pengeringan 80o C. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging

(pengemasan). Soft Candy Nanas yang telah kering dapat langsung dikemas.

Kemasan yang digunakan, yaitu standing pouch yang terbuat dari alumunium.

Soft Candy Pepaya merupakan olahan buah yang terbuat dari campuran

sari alami buah pepaya dan nanas. Tahapan proses produksi Soft Candy Pepaya

sama halnya dengan pembuatan Soft Candy Nanas.

5.3.5.3. Aktivitas Penjualan

Sistem pembayaran yang diterapkan oleh LPPM PKBT adalah sistem

pembayaran secara tunai untuk konsumen yang datang langsung ke lokasi

produksi LPPM PKBT. Sedangkan sistem pembayaran kosinyasi diterapkan oleh

LPPM PKBT untuk pengecer. Seluruh pendistribusian produk LPPM PKBT

dilakukan secara langsung pada pelanggan. Umumnya konsumen yang ingin

melakukan pembelian produk-produk LPPM PKBT dan melakukan pemesanan

biasanya menghubungi langsung kantor PKBT maupun datang langsung ke LPPM

PKBT. Secara umum, pihak LPPM PKBT dalam mendistribusikan produk Fruit

Talk Soft Candy melalui dua pola saluran. Pola saluran yang pertama adalah pihak

LPPM PKBT menyalurkannya produknya kepada pengecer. Pengecer yang

dimaksud adalah Serambi Botani yang berada di Kota Bogor. LPPM PKBT

merupakan suplier tetap di Serambi Botani yang terdapat di Botani Square.

Serambi Botani telah melakukan kerjasama dengan LPPM PKBT selama dua

tahun. Untuk pendistribusian produk dari LPPM PKBT ke lokasi para pengecer

biasanya pihak LPPM PKBT sendiri yang mengantarkan sampai ke lokasi

pengecer. Pola saluran yang kedua adalah LPPM PKBT melakukan penjualan

langsung kepada konsumen. Biasanya para konsumen ini langsung datang ke

lokasi produksi LPPM PKBT maupun datang ke kantor PKBT.

Page 83: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

67

5.4 Gambaran Umum Karakteristik Responden Fruit Talk Soft Candy

5.4.1. Usia

Pada umumnya responden yang mengkonsumsi Fruit Talk Soft Candy

terbagi menjadi beberapa kelompok usia, yaitu kelompok usia 21 – 30 tahun,

31 – 40 tahun, dan kelompok usia 41 – 50 tahun. Soft Candy dikalangan orang

dewasa sangat digemari karena dari kelompok usia tersebut sangat

memperhatikan pentingnya kesehatan dan pangsa pasar Soft Candy saat ini

memang berada pada karakteristik usia tersebut. Sebaran usia responden Fruit

Talk Soft Candy dapat di lihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Sebaran Usia Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Usia (Tahun) Jumlah (orang) %

1 21 – 30 3 30

2 31 – 40 5 50

3 41 – 50 2 20

Jumlah 10 100

5.4.2. Status Perkawinan

Sebaran responden Fruit Talk Soft Candy menurut status perkawinan

didominasi oleh status perkawinan yang sudah menikah. Jumlah responden

potensial yang mendominasi (sudah menikah) sebanyak enam orang (60 persen).

Dengan karakteristik perkawinan ternyata Soft Candy lebih digemari yang sudah

menikah, artinya bagi keluarga yang mempunyai anak-anak, cenderung

berperilaku konsumtif terhadap produk permen. Sedangkan status perkawinan

belum menikah masih memiliki prioritas lain untuk dikonsumsi. Sebaran status

perkawinan responden Fruit Talk Soft Candy dapat di lihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Sebaran Status Perkawinan Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Status Perkawinan Jumlah (orang) %

1 Belum Menikah 4 60

2 Sudah Menikah 6 40

Jumlah 20 100

Page 84: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

68

5.4.3. Pekerjaan

Pada responden Fruit Talk Soft Candy di dominasi oleh pekerjaan sebagai

pegawai negeri, yaitu sebanyak lima orang (50 persen). Hal ini berarti kalangan

pegawai negeri lebih menggemari produk Fruit Talk Soft Candy. Sebaran jenis

pekerjaan responden Fruit Talk Soft Candy dapat di lihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Sebaran Pekerjaan Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Pekerjaan Jumlah (orang) %

1 Pelajar 0 0

2 Mahasiswa 0 0

3 Pegawai Negeri 5 50

4 Pegawai Swasta 1 10

5 Wiraswasta 3 30

6 Pedagang 0 0

7 Ibu Rumah Tangga 0 0

8 Lainnya (Pegawai BUMN) 1 1

Jumlah 10 100

5.4.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan para responden Fruit Talk Soft Candy pada umumnya

cukup baik. Seperti yang terlihat pada Tabel 33 yang menunjukan bahwa

responden Fruit Talk Soft Candy konsumen potensial dengan latar belakang

pendidikan Sarjana memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak lima orang

(50 persen). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi

nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan cara persepsinya

terhadap suatu produk. Responden yang tergolong berpendidikan tinggi akan lebih

bersikap kritis terhadap produk yang akan dibeli.

Tabel 33. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) %

1 SMA/STM 2 20

2 Diploma 2 20

3 Sarjana 5 50

4 Pasca Sarjana 1 10

Jumlah 10 100

Page 85: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

69

5.4.5. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan responden Fruit Talk Soft Candy konsumen potensial

didominasi pada kategori pendapatan > Rp 2.100.000,00 sebesar 80 persen

(delapan orang). Harga bukan suatu halangan untuk mengkonsumsi JJM, hal ini

terbukti dengan pendapatan responden yang relatif tinggi. Sebaran tingkat

pendapatan responden dapat di lihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Sebaran Tingkat Pendapatan Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah (orang) %

1 <700.000,00 0 0

2 700.000,00 – 1.390.000,00 0 0

3 1.400.000,00 – 2.090.000,00 2 20

4 >2.100.000,00 8 80

Jumlah 10 100

5.4.6. Tingkat Pengeluaran Konsumsi Makanan

Tingkat pengeluaran konsumsi makanan merupakan alokasi biaya yang

dikeluarkan responden untuk biaya konsumsi makanan disetiap bulannya.

Konsumen potensial dengan tingkat pengeluaran konsumsi makanan

> Rp 1.200.000,00 per bulan memiliki persentase terbesar yaitu 90 persen.

Responden yang memiliki tingkat pengeluaran konsumsi yang tinggi, cenderung

untuk lebih mengutamakan membeli produk pangan yang berkualitas. Sebaran

tingkat pengeluaran konsumsi makanan responden dapat di lihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Sebaran Tingkat Pengeluaran Konsumsi Makanan Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Pengeluaran (Rp/Bulan) Jumlah %

1 < 400.000,00 0 0

2 400.000,00 – 790.000,00 0 0

3 800.000,00 – 1.190.000,00 1 10

4 > 1.200.000,00 9 90

Jumlah 10 100 5.4.7. Sumber Informasi Produk Fruit Talk Soft Candy

Pada umumnya responden Fruit Talk Soft Candy mengetahui informasi

mengenai produk Fruit Talk Soft Candy berasal dari teman, pada konsumen

Page 86: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

70

potensial teman mendominasi yaitu sebesar 80 persen, karena produk secara

sengaja di promosikan kepada konsumen potensial, kemudian sumber informasi

melalui penjual sebesar 20 persen. Sebaran sumber informasi responden dapat di

lihat pada Tabel 36.

Tabel 36. Sebaran Sumber Informasi Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Sumber Informasi Jumlah (orang) %

1 Keluarga 0 0

2 Media Promosi 0 0

3 Teman 8 80

4 Penjual 2 20

Jumlah 10 100

5.4.8. Minat Membeli Jika Terjadi Kenaikan Harga Sepuluh Persen

Responden yang masih tetap bertahan untuk membeli produk Fruit Talk

Soft Candy jika terjadi kenaikan harga sebesar 10 persen sebanyak empat orang

responden. Hal ini disebabkan oleh masa perkenalan produk ke konsumen,

sehingga konsumen masih belum loyal terhadap Fruit Talk Soft Candy. Sebaran

minat membeli jika terjadi kenaikan harga sepuluh persen responden dapat di lihat

pada Tabel 37.

Tabel 37. Sebaran Minat Membeli Jika Terjadi Kenaikan Harga Sepuluh Persen

Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Kenaikan Harga 10 % Jumlah (orang) %

1 Tetap Membeli 4 40

2 Tidak Membeli 6 60

Jumlah 10 100

5.4.9. Penilaian Terhadap Kualitas Fruit Talk Soft Candy

1. Rasa

Rasa Fruit Talk Soft Candy berasal dari campuran buah segar dan jelly.

Sebanyak 20 persen konsumen yang menyatakan kurang enak kemungkinan

mereka tidak menyukai citarasa dari Fruit Talk Soft Candy tersebut. Sebaran

responden dalam menilai rasa Fruit Talk Soft Candy dapat di lihat pada Tabel 40.

Page 87: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

71

Tabel 38. Sebaran Responden dalam Menilai Rasa Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Rasa Jumlah (orang) %

1 Enak 8 80

2 Kurang Enak 2 20

Jumlah 10 100

2. Warna

Mayoritas responden Fruit Talk Soft Candy menilai warna dari produk

Fruit Talk Soft Candy baik sebanyak tiga orang (30 persen). Warna dari Fruit Talk

Soft Candy sangatlah alami, sehingga tampak tidak segar, karena Fruit Talk Soft

Candy tidak menggunakan bahan tambahan pewarna. Sebanyak 70 persen

konsumen menilai tidak baik warna dari Fruit Talk Soft Candy dikarenakan belum

mengetahui komposisi Fruit Talk Soft Candy sebenarnya. Sebaran responden

dalam menilai warna Fruit Talk Soft Candy dapat di lihat pada Tabel 39.

Tabel 39. Sebaran Responden dalam Menilai Warna Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Warna Jumlah (orang) %

1 Baik Sekali 0 0

2 Baik 3 30

3 Kurang Baik 7 70

Jumlah 10 100

3. Struktur Fruit Talk Soft Candy

Struktur Fruit Talk Soft Candy dinilai baik sekali oleh enam orang

responden (60 persen) dan sebanyak empat orang (40 persen) konsumen menilai

baik sekali. Struktur Fruit Talk Soft Candy kenyal, lembut dan berserat. Sehingga

baik untuk cemilan sekaligus melancarkan pencernaan. Sebaran responden dalam

menilai struktur Fruit Talk Soft Candy dapat di lihat pada Tabel 40.

Tabel 40. Sebaran Responden dalam Menilai Struktur Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Struktur Jumlah (orang) %

1 Baik Sekali 6 60

2 Baik 4 40

Jumlah 10 100

Page 88: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

72

4. Ketahanan Produk

Responden yang menilai ketahanan produk Fruit Talk Soft Candy tahan

lama dan kurang tahan lama pada konsumen potensial masing-masing sebanyak

enam orang (60 persen). Fruit Talk Soft Candy merupakan produk kering,

sehingga mayoritas dan kenyataannya produk ini bisa bertahan sampai empat

bulan dalam lemari es, dan masih enak dikonsumi karena tanpa bahan pengawet.

Sebaran responden dalam menilai ketahanan Fruit Talk Soft Candy dapat di lihat

pada Tabel 41.

Tabel 41. Sebaran Responden dalam Menilai Ketahanan Produk

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Ketahanan Jumlah (orang) %

1 Tahan Lama Sekali 1 10

2 Tahan Lama 6 60

3 Kurang Tahan Lama 3 30

4 Tidak Tahan Lama 0 0

Jumlah 10 100

5.4.10. Penilaian Terhadap Harga Fruit Talk Soft Candy

Harga jual produk Fruit Talk Soft Candy di pasar kemasan 50 gram adalah

Rp 10.000,00 per bungkus Konsumen potensial sebanyak tiga orang (30 persen).

Harga dari Fruit Talk Soft Candy masih belum bersaing jika dibandingkan

dengan permen lunak lainnya. Karena Fruit Talk Soft Candy merupakan barang

substitusi dari permen lunak import yang juga memiliki kandungan gizi yang baik,

sehingga apabila dibandingkan dengan produk lokal, Fruit Talk Soft Candy masih

terbilang mahal. Sebaran responden dalam menilai harga Fruit Talk Soft Candy

dapat di lihat pada Tabel 42.

Tabel 42. Sebaran Responden Terhadap Harga Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Harga Jumlah (orang) %

1 Murah 3 30

2 Mahal 7 70

Jumlah 10 100

Page 89: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

73

5.4.11. Penilaian Terhadap Kemasan Fruit Talk Soft Candy

Kemasan yang digunakan produk Fruit Talk Soft Candy adalah aluminium

foil ukuran 50 gram. Konsumen yang menilai kemasan Fruit Talk Soft Candy baik

sebanyak lima orang (50 persen) menilai kemasan Fruit Talk Soft Candy baik

sekali. Aluminium foil sebenarnya adalah kemasan yang baik untuk melindungi

produk dari kelembaban, sehingga tidak memudahkan produk rusak, namun

sebagian konsumen menilai bahwa desain kemasan Fruit Talk Soft Candy yang

masih perlu diperbaiki. Sebaran responden dalam menilai kemasan Fruit Talk

Soft Candy dapat di lihat pada Tabel 43.

Tabel 43. Sebaran Responden Terhadap Kemasan Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Kemasan Jumlah (orang) %

1 Baik Sekali 1 10

2 Baik 5 50

3 Kurang Baik 4 40

Jumlah 10 100

5.4.12. Penilaian Setelah Mengkonsumsi Fruit Talk Soft Candy

1. Manfaat

Sebagian besar responden Fruit Talk Soft Candy sebanyak tujuh orang

(70 persen) mengkonsumsi Fruit Talk Soft Candy sebagai cemilan sehat. Hal

tersebut berarti konsumen seudah mengetahui manfaat dari buah pepaya dan

nanas, yang diolah menjadi Fruit Talk Soft Candy. Sebaran responden dalam

menilai manfaat Fruit Talk Soft Candy dapat di lihat pada Tabel 44.

Tabel 44. Sebaran Responden dalam Menilai Manfaat Produk

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Manfaat Jumlah (orang) %

1 Cemilan Sehat 7 70

2 Ikut- ikutan 3 30

Jumlah 10 100

2. Tingkat Kepuasan

Berdasarkan Tabel 45 sebanyak responden enam orang (60 persen)

menyatakan puas setelah mengkonsumsi Fruit Talk Soft Candy. Hal ini berarti

Page 90: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

74

konsumen yang loyal untuk tetap mengkonsumsi merupakan konsumen yang

menilai bahwa atribut Fruit Talk Soft Candy yang diharapkan sesuai dengan

kenyataanya. Sebaran Tingkat Kepuasan Responden Fruit Talk Soft Candy dapat

di lihat pada Tabel 45.

Tabel 45. Sebaran Tingkat Kepuasan Responden Fruit Talk Soft Candy

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Tingkat Kepuasan Jumlah (orang) %

1 Sangat Puas 0 5

2 Puas 6 60

3 Biasa Saja 1 10

4 Kurang Puas 3 30

Jumlah 10 100

3. Rekomendasi Produk

Responden yang pernah merekomendasikan produk Fruit Talk Soft Candy

kepada orang lain adalah sebanyak empat orang (40 persen). Tingkatan kepuasaan

menunjukkan adanya kesesuaian antara harapan responden dengan kenyataa n

produk Fruit Talk Soft Candy yang dikonsumsi terhadap atribut Fruit Talk Soft

Candy yang disukainya seperti rasa, warna, dan struktur Fruit Talk Soft Candy.

Sebaran responden dalam merekomendasikan Fruit Talk Soft Candy dapat di lihat

pada Tabel 46.

Tabel 46. Sebaran Responden dalam Merekomendasikan Produk

No Karakteristik Responden Konsumen Potensial

Rekomendasi Jumlah (orang) %

1 Pernah (akan) 4 40

2 Tidak 6 60

Jumlah 10 100

Dari karakteristik responden Fruit Talk Soft Candy penilaian terhadap

produk Fruit Talk Soft Candy masih terbilang mahal, karena responden masih

dalam tahap pengenalan terhadap produk tersebut. Responden menilai harga Fruit

Talk Soft Candy mahal sebesar 70 %. Tingkat pengeluaran konsumsi makanan

responden berpengaruh terhadap penjualan Fruit Talk Soft Candy, dilihat dari

Tabel 35 tingkat pengeluaran konsumsi makanan mendominasi pada responden

Page 91: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

75

dengan > Rp 1.200.000 per bulan, artinya responden dalam memenuhi kebutuhan

makanan masih mampu untuk mengkonsumsi Fruit Talk Soft Candy.

Penilaian responden setelah mengkonsumsi Fruit Talk Soft Candy untuk

merekomendasikan Fruit Talk Soft Candy ternyata hanya 40 % saja, artinya dalam

penilaian Fruit Talk Soft Candy responden masih menganggap produk tersebut

belum menunjukkan kesesuaian dengan harapan yang mereka inginkan, misalnya

responden masih menganggap produk Fruit Talk Soft Candy mahal, sehingga

produk tersebut tidak akan direkomendasikan.

Page 92: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

VI ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUK

DAN RENTANG HARGA

6.1. Perhitungan OP (min)

Perhitungan OP (min) dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya

yaitu identifikasi seluruh biaya produksi dan non produksi baik yang bersifat tetap

maupun variabel. Menganalisis harga pokok produksi melalui pendekatan full

costing untuk mendapatkan nilai harga pokok produk per unit dan

mengidentifikasi OP (min).

6.2. Identifikasi Biaya-Biaya Produksi dan Non Produksi KWT Turi

Proses produksi Jus Jambu Merah (JJM) yang dilakukan KWT Turi secara

umum bersifat berkelanjutan dan dilakukan dalam jumlah yang kecil sehingga

pengelompokan biaya dilakukan dengan metode proses produksi. Dalam

melakukan metode proses produksi, biaya dikelompokkan menjadi biaya bahan

baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja baik tenaga langsung dan tenaga

kerja tidak langsung serta biaya overhead pabrik.

6.2.1. Biaya Bahan Baku Utama

Biaya bahan baku utama yang digunakan untuk produk JJM yaitu biaya

pembelian buah jambu, gula, bahan tambahan pangan (natrium benzoat, kalium

sorbat, CMC, asam sitrat), dan air. Untuk memperoleh jambu biji tidak terlalu

sulit karena daerah Sukaresmi merupakan sentra produksi jambu biji sehingga

keberadaan bahan baku melimpah dan hampir selalu ada. Jambu biji dibeli

langsung dari kelompok tani yang membudidayakan jambu biji di daerah

Sukaresmi. Harga jambu biji dari petani yang dijual kepada KWT Turi adalah Rp

5.000,00 per kg. Sumber bahan baku lainnya, seperti gula dan bahan pangan lain

dibeli langsung oleh bagian produksi dari toko dan pasar tradisional di Pasar

Bogor. Biaya bahan baku utama JJM adalah sebesar Rp 179.000,00 untuk

produksi 10 Kg JJM.

6.2.2. Biaya Bahan Pendukung

Bahan pendukung yang digunakan untuk memproduksi JJM antara lain

biaya botol, cup, sedotan, karton dan lakban. Total biaya bahan pendukung untuk

Page 93: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

77

menghasilkan 10 Kg JJM cup sebesar Rp 73.500,00 sedangkan untuk total biaya

pendukung 10 Kg JJM Botol sebesar Rp 339.000,00.

6.2.3. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga langsung di KWT Turi adalah biaya pekerja yang langsung

menangani proses produksi JJM. Tenaga kerja yang dimiliki KWT Turi berjumlah

lima orang yang terdiri dari satu orang pimpinan kelompok, satu orang bagian

administrasi, dua orang bagian produksi dan satu orang bagian pemasaran. Sistem

pemberian upah didasarkan atas jumlah hari kerja tenaga kerja atau berapa kali

tenaga kerja melakukan pekerjaan produksi selama satu bulan. Pembayaran upah

dilakukan setiap kali produksi. Jika ada pekerjaan tambahan atau ada order

tambahan maka tenaga kerja akan diberikan bonus atau insentif. Biaya tenaga

kerja langsung untuk produksi 10 Kg JJM sebesar Rp 29.000,00.

6.2.4. Biaya Produksi Tidak Langsung (Biaya Overhead Pabrik)

Biaya Overhead Pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya yang termasuk ke dalam biaya

overhead pabrik yaitu, biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan

bangunan, pemakaian listrik, pemakaian air dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Namun di KWT Turi saat ini hanya memperhitungkan biaya listrik saja, untuk

memproduksi 10 Kg JJM maka biaya listrik yang dibebankan sebesar Rp

7.250,00.

6.2.5. Perhitungan Harga Pokok Metode KWT Turi

Metode penetapan harga pokok produksi yang digunakan oleh KWT Turi

selama ini yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku dengan biaya non bahan

baku per 10 Kg JJM. Biaya bahan baku merupakan biaya atas pembelian bahan

baku JJM yang terdiri dari buah jambu, gula, bahan tambahan pangan (natrium

benzoat, kalium sorbat, CMC, asam sitrat), dan air. Biaya non bahan baku terdiri

dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan

penjumlahan dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan penolong. Biaya

tidak langsung yang digunakan dalam perhitungan harga pokok yaitu biaya

pemakaian listrik. Biaya bahan baku kemudian dijumlahkan dengan biaya non

bahan baku sehingga didiperoleh harga pokok produksi JJM per 10 Kg. Setelah

Page 94: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

78

itu, harga pokok JJM per cup atau per botolnya dibagi berdasarkan jumlah

kemasan yang dihasilkan per 10 Kg JJM, untuk kemasan cup jumlah JJM yang

dihasilkan sebanyak 290 cup, sedangkan untuk kemasan botol sebanyak 180

botol. Untuk lebih jelasnya perhitungan harga pokok metode yang digunakan

KWT Turi selama ini dapat dilihat pada Tabel 47.

Tabel 47. Perhitungan Harga Pokok JJM Metode KWT Turi

Item Satuan Harga

(Rp) Jumlah

Total

(Rp)

%

Biaya Cup

%

Biaya

Botol

A. Bahan-Bahan

Jambu Merah Kg 5.000,00 15 75.000,00 25,97 13, 53

Gula Kg 12.000,00 5 60.000,00 20,78 10,83

Air Ltr 300,00 50 15.000,00 5,20 2,70

> Benzoat mg 2500 5.000,00 1,73 0,90

> Kalium Sorbat mg 2500 7.500,00 2,60 1,36

> CMC mg 3000 15.000,00 5,20 2,70

> Asam Sit rat mg 1000 1.500,00 0,52 0,27

B. Sub Total

179.000,00 62,00 32,30

C. Produksi Cup

Cup Pcs 125,00 290 36.250,00 12,55

Straw Pcs 25,00 290 7.250,00 2,51

Karton 2.500,00 12 30.000,00 10,39

Listrik 7.250,00 2,51

Upah 29.000,00 10,04

D. Sub Total 109.750,00 38,00

HPP Total (B + D)

288.750,00 100

HPP JJM Cup 10 Kg Produksi/Jumlah Produksi Cup 996,00

E. Produksi Botol

Botol Pcs 1.800,00 180 324.000,00 58,46

Karton 2.500,00 6 15.000,00 2,70

Listrik 7.250,00 1,31

Upah 29.000,00 5,23

F. Sub Total 375.250,00 67,70

HPP Total (B + F) 554.250,00

100

HPP JJM Botol 10 Kg Produksi /Jumlah Produksi Botol 3.079,00

6.2.6. Perhitungan Harga Pokok Metode Full Costing

Metode full costing membebankan harga pokok produk dengan

menjumlahkan biaya produksi dan biaya non produksi. Penetapan harga pokok

Page 95: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

79

produksi JJM metode full costing yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku,

biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik

baik yang bersifat tetap maupun variabel. Penetapan harga pokok produksi per

unit diperoleh dengan cara membagi biaya produksi dengan jumlah produksi.

Hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 48.

Tabel 48. Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing

Item Satuan Harga

(Rp) Jumlah

Total

(Rp)

%

Biaya Cup

%

Biaya

Botol

Jambu Merah Kg 5.000,00 15 75.000,00 21,72 12,28

Gula Kg 12.000,00 5 60.000,00 17,38 9,82

Air Ltr 300,00 50 15.000,00 4,34 2,46

> Benzoat mg 2500 5.000,00 1,45 0,82

> Kalium Sorbat mg 2500 7.500,00 2,17 1,23

> CMC mg 3000 15.000,00 4,34 2,46

> Asam Sit rat mg 1000 1.500,00 0,43 0,25

A. Biaya Bahan Baku 179.000,00 51,85 29,30

Cup Pcs 125,00 290 36.250,00 10,50

Straw Pcs 25,00 290 7.250,00 2,10

Karton 2.500,00 12 30.000,00 8,69

B. Biaya Bahan Pendukung Cup 73.500,00 21,29

C. BiayaTenaga Kerja 29.000,00 8,40 4,75

Listrik 7.250,00 2,10 1,19

Penyusutan Peralatan 36.486,00 10,57 5,97

Biaya Bahan Bakar 20.000,00 5,79 3,27

D. Biaya Overhead Pabrik 63.736,00 18,46 10,44

Botol Pcs 1.800,00 180 324.000,00 53,05

Karton 2.500,00 6 15.000,00 2,46

E. Biaya Bahan Pendukung Botol 339.000,00 55,51

JJM CUP

TOTAL BIAYA CUP (A+B+C+D) 345.236,00

TOTAL PRODUKS I 290

HPP 1.190,00

JJM BOTOL

TOTAL BIAYA BOTOL (A+B+D+E) 610.376,00

TOTAL PRODUKS I 180

HPP 3.392,00

Selama ini mesin dan peralatan pengolahan produksi JJM masih dalam

status pinjaman dari Dinas Pertanian Departemen Agribisnis Bogor, sehingga

Page 96: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

80

untuk biaya penyusutan mesin dan peralatan tidak dilakukan dalam perhitungan

metode full costing. Penetapan harga pokok produksi per unit diperoleh dengan

cara membagi biaya produksi dengan jumlah produksi. Harga pokok produk JJM

metode full costing untuk produksi 10 kg JJM kemasan cup Rp 1.190,00 per cup

dan untuk kemasan botol Rp 3.392,00 per botol.

Dari hasil perhitungan di atas, biaya bahan penolong pada produksi JJM

botol terlalu besar melebihi biaya bahan baku yaitu sebesar 55,51 persen dari total

biaya produksi, sehingga terjadi pembengkakan biaya produksinya. Efisiensi

biaya atas biaya bahan pendukung pada produksi JJM botol bisa saja di

minimalisir asalkan perusahaan mampu memproduksi dalam skala yang besar,

namun saat ini KWT Turi hanya mampu memproduksi berdasarkan pesanan.

Dalam hal pembelian bahan pendukung pada produksi JJM botol harga botol

dalam pembelian partai kecil (kurang dari 5.000 botol) adalah Rp 1.000,00 per

botol sedangkan untuk pembelian dalam partai besar (> 5.000 boto l) harga botol

Rp 700,00 per botol.

6.2.7. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Metode

Perusahaan dan Metode Full Costing Harga pokok JJM dengan menggunakan metode full costing lebih tinggi

dibandingkan dengan harga pokok metode perusahaan. Selisih tersebut adalah Rp

194,00 untuk kemasan cup dan Rp 313,00 untuk kemasan botol. Selisih ini terjadi

karena dalam perhitungan harga pokok yang dilakukan oleh KWT Turi tidak

mengakumulasikan seluruh biaya yang menjadi bagian dari biaya produksi dan

non produksi seperti biaya penyusutan peralatan, dan biaya bahan bakar untuk

pemasaran. KWT Turi hanya mengakumulasikan biaya yang sifatnya variabel

saja. Perhitungan harga pokok menggunakan metode perusahaan sebenasrnya

masih memperoleh laba, karena harga jual masing-masing produk masih berada

diatas harga pokok berdasarkan penggunaan metode full costing, namun margin

harga yang diterima oleh perusahaan menjadi berkurang. Selama ini perusahaan

sebenarnya hanya memperoleh laba sebesar Rp 310,00 kemasan cup dan Rp

108,00 untuk kemasan botol.

Page 97: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

81

6.2.8. OP (min)

Nilai OP (min) untuk JJM terbentuk dari nilai harga pokok produk

berdasarkan metode full costing ditambah dengan persentase laba minimum yang

diharapkan perusahaan. Nilai harga pokok produk per kemasan berdasarkan

metode full costing sebesar Rp 3.392,00 per botol dan sebesar Rp 1.190,00 per

cup sedangkan persentase laba yang diharapkan oleh KWT Turi selama ini adalah

50 persen untuk kemasan cup dan 12 persen untuk kemasan botol sehingga nilai

OP (min) sebesar Rp 1.785,00 per cup dan Rp 3.800,00 per botol.

6.3. Perhitungan CP (Max)

Perhitungan CP (max) dapat dilakukan melalui analisis sensitivitas harga

untuk mendapatkan tingkat harga tertinggi/maksimum dari sisi konsumen

terhadap JJM. Kemasan cup dijual dengan harga Rp 1.500,00 per unitnya dan

kemasan botol dijual kepada pelanggan dengan harga Rp 3.500,00 per botol.

Untuk harga ditingkat konsumen diserahkan langsung kepada penjual atau

pengecer untuk menentukan harga jualnya.

6.3.1. Analisis Sensitivitas Harga

Data tabulasi Price Sensitivity Metres yang ada pada Lampiran 1 sampai

dengan 4 dibuat kurva untuk masing-masing kelompok harga sangat murah,

murah, mahal dan sangat mahal. Selain itu di buat kurva untuk kelompok harga

tidak murah dan tidak mahal. Dari kurva-kurva yang terbentuk, maka akan

diperoleh titik PMC, PME, OPP dan IPP. Hasil survei yang dilakukan terhadap 20

responden aktual yang merupakan pelanggan KWT Turi yang berada di Bogor

yang membeli JJM, dan 20 responden potensial yang merupakan konsumen yang

dipilih dengan teknik non-probability sampling yaitu judgement sampling dengan

pertimbangan variasi kelas pendapatan, yaitu rendah dan menengah ke atas.

Masing-masing responden potensial diberikan tester JJM, kemudian mengisi

kuesioner yang berhubungan dengan karakteristik responden dan penilaian

responden terhadap JJM.

6.3.1.1. Konsumen Aktual JJM

Konsumen aktual merupakan responden yang melakukan pembelian JJM

baik secara langsung ke KWT Turi maupun dengan cara memesan produk JJM.

Page 98: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

82

Berdasarkan data pada Lampiran 1 dan 2, langkah selanjutnya adalah membuat

kurva untuk masing-masing kelompok harga sangat murah, murah dan sangat

mahal. Selain itu dibuat kurva untuk kelompok harga tidak murah dan tidak mahal

sehingga diperoleh titik OPP, IPP, PME dan PMC. Kurva PMC, PME, OPP dan

IPP terhadap responden aktual terdapat pada Gambar 13 dan 14.

Titik PMC diperoleh dari perpotongan antara kurva Sangat Murah dengan

Tidak Murah jika ditarik ke sumbu X (harga). Berdasarkan analisis sensitivitas

harga, titik PMC responden aktual berada pada tingkat harga Rp 1.580,00 per cup

dan Rp 4.086,00 per botol. Titik PME diperoleh dari perpotongan antara kurva

Sangat Mahal dengan kurva Tidak Mahal. Berdasarkan analisis sensitivitas harga,

titik PME untuk JJM berada pada harga Rp 2.409,00 per cup dan Rp 4.923,00 per

botol. Rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen (Range of Acceptable

Price). RAP JJM berkisar antara Rp 1.580,00 sampai dengan Rp 2.409,00 per cup,

dan untuk botol berkisar antara Rp 4.086,00 sampai dengan Rp 4.923,00 per

botol. Dengan demikian sebaiknya, perusahaan tidak menetapkan harga dibawah

Rp 1.580,00 per cup dan Rp 4.086,00 per botol karena menurut konsumen harga

tersebut terlalu murah sehingga konsumen meragukan kualitas jus tersebut.

Selanjutnya bila harga JJM melebihi Rp 2.409,00 per cup dan Rp 4.923,00 per

botol maka konsumen tidak mau membelinya karena harga tersebut terlalu mahal

dari nilai yang diperolehnya.

Titik IPP diperoleh dari perpotongan antara kurva Murah dan Mahal.

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas harga, titik IPP untuk responden aktual

berada pada harga Rp 1.980,00 per cup dan Rp 4.464,00 per botol. Titik OPP

diperoleh dari perpotongan antara kurva Sangat Murah dengan Sangat Mahal.

Titik ini merupakan tingkat harga yang optimum bagi perusahaan. Berdasarkan

analisis sensitivitas harga, titik OPP untuk responden aktual berada pada harga Rp

1.950,00 per cup dan Rp 4.550,00 per botol. Daerah antara OPP dan IPP

merupakan daerah harga yang ideal bagi perusahaan untuk menetapkan harga

produk. Dengan demikian, harga Rp 1.965,00 per cup dan Rp 4.500,00 per botol

merupakan harga ideal yang ditetapkan perusahaan untuk responden aktual.

Page 99: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

83

Gambar 13. Kurva Sensitivitas Harga Jus Jambu Merah Kemasan Cup Terhadap Konsumen Aktual

Gambar 14. Kurva Sensitivitas Harga Jus Jambu Merah Kemasan Botol

Terhadap Konsumen Aktual

6.3.1.2. Konsumen Potensial JJM

Konsumen potensial adalah responden yang dipilih berdasarkan teknik

non-probability sampling yaitu judgement sampling dengan pertimbangan variasi

kelas pendapatan, yaitu rendah dan menengah ke atas. Setelah data di Lampiran 3

dan 4 diolah langkah selanjutnya membuat kurva untuk masing-masing kelompok

harga sangat murah, murah dan sangat mahal. Selain itu dibuat kurva untuk

kelompok harga tidak murah dan tidak mahal sehingga diperoleh titik OPP, IPP,

PME dan PMC. Kurva PMC, PME, OPP dan IPP terhadap responden potensial

terdapat pada Gambar 15 dan 16.

Titik PMC diperoleh dari perpotongan antara kurva Sangat Murah dengan

Tidak Murah jika ditarik ke sumbu X (harga). Berdasarkan analisis sensitivitas

PMC PME IPP OPP

PMC IPP OPP PME

Page 100: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

84

harga, titik PMC responden potensial berada pada tingkat harga Rp 1.595,00 per

cup dan Rp 4.008,00 per botol.

Titik PME diperoleh dari perpotongan antara kurva Sangat Mahal dengan

kurva Tidak Mahal. Berdasarkan analisis sensitivitas harga, titik PME untuk JJM

berada pada harga Rp 2.416,00 per cup dan Rp 4.914,00 per botol.

Rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen (Range of Acceptable

Price). Nilai RAP JJM berkisar antara Rp 1.595,00 sampai dengan Rp 2.416,00

per cup, dan untuk botol berkisar antara Rp 4.008,00 sampai dengan Rp 4.914,00

per botol. Dengan demikian sebaiknya, perusahaan tidak menetapkan harga

dibawah Rp 1.595,00 per cup dan Rp 4.008,00 per botol karena menurut

konsumen harga tersebut terlalu murah sehingga konsumen meragukan kualitas

jus tersebut. Selanjutnya bila harga JJM melebihi Rp 2.416,00 per cup dan Rp

4.914,00 per botol maka konsumen tidak mau membelinya karena harga tersebut

terlalu mahal dari nilai yang diperolehnya.

Titik IPP diperoleh dari perpotongan antara kurva Murah dan Mahal.

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas harga, titik IPP untuk responden potensial

berada pada harga Rp 2.083,00 per cup dan Rp 4.428,00 per botol.

Titik OPP diperoleh dari perpotongan antara kurva Sangat Murah dengan

Sangat Mahal. Titik ini merupakan tingkat harga yang optimum bagi perusahaan.

Berdasarkan analisis sensitivitas harga, titik OPP untuk responden potensial

berada pada harga yang berkisar dari Rp 1.800,00 sampai dengan Rp 1.900,00 per

cup dan Rp 4.095,00 per botol. Daerah antara OPP dan IPP merupakan daerah

harga yang ideal bagi perusahaan untuk menetapkan harga produk. Dengan

demikian, harga Rp 1.966,00 per cup dan Rp 4.261,00 per botol merupakan harga

ideal yang ditetapkan perusahaan untuk konsumen potensial.

Page 101: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

85

Gambar 15. Kurva Sensitivitas Harga Jus Jambu Merah Kemasan Cup

Terhadap Konsumen Potensial

Gambar 16. Kurva Sensitivitas Harga Jus Jambu Merah Kemasan Botol

Terhadap Konsumen Potensial

Berikut ini merupakan Tabel perbandingan antara sensitivas harga untuk

konsumen aktual dan konsumen potensial. Berdasarkan Tabel 49 dan Tabel 50

masing-masing nilai PMC dan PME pada konsumen potensial pada kemasan cup

lebih kecil dibandingkan dengan nilai PMC dan PME, begitu juga pada kemasan

botol nilai PMC, IPP, OPP dan PME lebih kecil dibandingkan dengan nilai PMC,

IPP, OPP dan PME pada konsumen aktual.

PMC OPP IPP PME

PMC OPP IPP PME

Page 102: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

86

Tabel 49. Hasil Analisis Sensitivas Harga JJM Kemasan Cup

Analisis

Sensitivitas Harga

PMC

(Rp)

IPP

(Rp)

RAP

(Rp)

OPP

(RP)

PME

(Rp)

Konsumen

Aktual 1.580,00 1.980,00

1.580,00 -

2.409,00

1.950,0

0 2.409,00

Konsumen Potensial

1.595,00 1.800,00 -

1900,00 1.595,00-2.416,00

2.083,00

2.416,00

Tabel 50. Hasil Analisis Sensitivas Harga JJM Kemasan Botol

Analisis

Sensitivitas Harga

PMC

(Rp)

IPP

(Rp)

RAP

(Rp)

OPP

(RP)

PME

(Rp)

Konsumen

Aktual 4.086,00 4.464,00

4.086,00 -

4.923,00

4.550,0

0 4.923,00

Konsumen Potensial

4.008,00 4.095,00 4.008,00-4.914,00

4.428,00

4.914,00

6.3.2. Identifikasi CP (Max)

CP (Max) merupakan harga maksimum dari sisi konsumen yang mampu

dibayarkan konsumen terhadap suatu produk. Berdasarkan hasil analisis

sensitivitas harga, tingkat harga maksimum untuk konsumen aktual yaitu Rp

2.409,00 per cup dan Rp 4.923,00 per botol, sedangkan pada konsumen potensial

tingkat harga maksimumnya sebesar Rp 2.416,00 per cup dan Rp 4.914,00 per

botol.

6.4. Perhitungan Zona Fleksibilitas

Zona fleksibilitas merupakan suatu daerah yangg terbentuk diantara OP

(min) dan CP (max) sebagai daerah fleksibilitas harga. Dengan kata lain, zona

fleksibilitas dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan

penetapan harga yang ditawarkan oleh produsen terhadap konsumen karena

dengan adanya zona fleksibilitas produsen atau perusahaan dapat mengetahui

harga jual minimum dari sisi perusahaan dan kemampuan membayar maksimum

dari sisi konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan baik untuk responden

dengan kategori kelompok konsumen aktual maupun konsumen potensial, nilai

OP (min) yang berasal dari harga jual minimum perusahaan terhadap JJM bernilai

sebesar Rp 3.800,00 per botol dan Rp 1.785,00 per cup.

Page 103: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

87

6.4.1. Zona Fleksibilitas Konsumen Aktual

Zona fleksibilitas untuk konsumen aktual berkisar antara Rp 1.785,00

sampai dengan Rp 2.409,00 per cup dan berkisar antara Rp 3.800,00 sampai

dengan Rp 4.923,00 per botol, artinya dari selang harga tersebut perusahaan dapat

menentukan kebijakan dalam menaikan atau memberikan potongan harga.

Berdasarkan analisis sensitivitas harga, harga ideal JJM adalah berkisar antara Rp

1.965,00 per cup dan Rp 4.500,00 per botol sehingga interaksi tawar menawar

antara produsen dan konsumen terdapat posisi win-win. Posisi ini merupakan

posisi yang paling ideal karena KWT Turi mendapatkan keuntungan sebesar 31

persen untuk JJM cup dan 18 persen untuk JJM botol dari harga awal dan

konsumen membayar kurang dari Rp 2.409 per cup dan Rp 4.923 per botol.

Gambar zona fleksibilitas KWT Turi terhadap produk JJM untuk konsumen aktual

dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.

Gambar 17. Zona Fleksibilitas Jus Jambu Merah Cup Konsumen Aktual

Gambar 18. Zona Fleksibilitas Jus Jambu Merah Botol Konsumen Aktual 6.4.2. Zona Fleksibilitas Konsumen Potensial

Zona

Fleksibilitas

Murah Mahal Rp 1.785 Rp 2.409

OP (min) CP (max)

Harga (Rp)

KWT Turi Konsumen Aktual

Zona

Fleksibilitas

Murah Mahal Rp 3.800 Rp 4.923

OP (min) CP (max)

Harga (Rp) KWT Turi Konsumen Aktual

Page 104: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

88

Zona fleksibilitas untuk konsumen potensial berkisar antara Rp 1.785,00

sampai dengan Rp 2.416,00 per cup dan berkisar antara Rp 3.800,00 sampai

dengan Rp 4.914,00 per botol. Pada kisaran harga tersebut KWT Turi dapat

menentukan kebijakan dalam menaikan atau memberikan potongan harga.

Berdasarkan analisis sensitivitas harga, harga ideal JJM adalah berkisar antara

Rp 1.966,00 per cup dan Rp 4.261,00 per botol sehingga interaksi tawar menawar

antara produsen dan konsumen terdapat posisi win-win. Posisi ini merupakan

posisi yang paling ideal karena KWT Turi mendapatkan keuntungan sebesar 38

persen untuk JJM cup dan 12 persen untuk JJM botol dari harga awal dan

konsumen membayar kurang dari Rp 2.416,00 per cup dan Rp 4.914,00 per botol.

Gambar zona fleksibilitas KWT Turi terhadap produk JJM untuk konsumen

potensial dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20.

Gambar 19. Zona Fleksibilitas Jus Jambu Merah Cup Konsumen Potensial

Gambar 20. Zona Fleksibilitas Jus Jambu Merah Botol Konsumen Potensial

Berdasarkan penggunaan metode full costing dalam penetapan harga

pokok KWT Turi hanya memperoleh margin sebesar Rp 310,00 atau sektiar 31

persen untuk kemasan cup sedangkan pada kemasan botol KWT Turi hanya

memperoleh margin sebesar 3 persen saja atau setara dengan Rp 108,00 per botol

Zona

Fleksibilitas

Zona

Fleksibilitas

Murah Mahal Rp 1.785 Rp 2.416

OP (min) CP (max)

Harga (Rp)

KWT Turi KonsumenPotensial

Murah Mahal Rp 3.800 Rp 4.914

OP (min) CP (max)

Harga (Rp)

KWT Turi KonsumenPotensial

Page 105: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

89

nya, sedangkan selama ini KWT Turi mengharapkan margin sebesar sektar 50

persen untuk kemasan cup dan 12 persen untuk kemasan botol. Namun demikian,

dalam zona fleksibilitas nilai OP (min) pada produk JJM masih di atas harga jual

produk saat ini artinya perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menaikkan

harga produk dalam rentang harga yang ada di zona fleksibiltas harga.

6.4.3. Analisis R/C

Analisis R/C digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif

terhadap kegiatan usaha sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan

perusahaan untuk menjalankan usahanya. Usaha akan efisien apabila R/C lebih

besar dari 1 (R/C>1) artinya untuk setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan

memberikan penerimaan lebih dari Rp 1,00. Sebaliknya jika rasio R/C lebih kecil

satu (R/C<1) maka dikatakan bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan

memberikan penerimaan lebih kecil dari Rp 1,00 sehingga usaha dinilai tidak

efisien. Semakin tinggi nilai R/C, semakin menguntungkan usaha tersebut.

Gambar 21. Grafik Penjualan Jus Jambu Merah Juni 2009 – 2010 Sumber : KWT Turi 2010 (dio lah)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa penerimaan hasil penjualan JJM

tidak terjadi pada setiap bulannya, hal ini karena KWT Turi masih menghadapi

kendala dalam pemasaran produknya, sehingga produksi hanya dilakukan ketika

ada pemesanan dari pelanggan. Penerimaan penjulan JJM kemasan Cup selama

periode bulan Juni 2009 - Juni 2010 sebesar Rp 2.910.000,00 sedangkan

Page 106: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

90

penerimaan penjualan JJM kemasan Botol selama bulan Juni 2009 – Mei 2010

adalah sebesar Rp 1.851.000,00.

Tabel 51. Rata-rata Penerimaan Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Jus Jambu

Merah Cup (Juni 2009 – Juni 2010)

No Komponen Nilai (Rp)

1 Penerimaan 2.910.000,00

2 Biaya Tunai 1.931.738,00

3 Biaya Diperhitungkan 36.846,00

4 Biay Total 1.968.584,00

5 Pendapatan atas biaya Tunai 978.263,00

6 Pendapatan atas biaya Total 941.417,00

7 R/C atas biaya Tunai 1,51

8 R/C atas biaya Total 1,20 Sumber : KWT Turi 2010 (d iolah)

Tabel 52. Rata-rata Penerimaan Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Jus Jambu

Merah Botol (Juni 2009 – Mei 2010)

No Komponen Nilai (Rp)

1 Penerimaan 1.851.000,00

2 Biaya Tunai 1.539.583,00

3 Biaya Diperhitungkan 36.846,00

4 Biay Total 1.576.429,00

5 Pendapatan atas biaya Tunai 311.417,00

6 Pendapatan atas biaya Total 274.571,00

7 R/C atas biaya Tunai 1,20

8 R/C atas biaya Total 1,17 Sumber : KWT Turi 2010 (d iolah)

Hasil perhitungan analsis R/C atas biaya tunai untuk JJM kemasan cup

adalah 1,51 dan JJM kemasan botol sebesar 1,20. Nilai ini memiliki arti bahwa

setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1,00 menghasilkan penerimaan sebesar Rp

1,51 untuk JJM kemasan cup dan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,20

untuk JJM kemasan botol. Nilai R/C lebih besar dari satu menunjukkan bahwa

usaha JJM di KWT Turi mampu memberikan keuntungan karena penerimaannya

lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

6.5. Identifikasi Biaya-Biaya Produksi dan Non Produksi LPPM PKBT

Proses produksi Fruit Talk Soft Candy yang dilakukan LPPM PKBT

secara umum bersifat berkelanjutan dan dilakukan dalam jumlah yang kecil

Page 107: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

91

dengan sifat produk yang sehingga pengelompokan biaya dilakukan dengan

metode proses produksi. Ketersediaan bahan baku secara kontinu, merupakan

salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk

tertentu. Dalam proses produksi pembuatan Fruit Talk Soft Candy, bahan baku

yang digunakan adalah buah pepaya dan nanas. Sedangkan bahan penujang dalam

pembuatan Fruit Talk Soft Candy adalah gula dan ekstrak rumput laut. Dalam

pembuatan bubur pepaya dan nanas tidak menggunakan bahan bakar minyak

tanah, melainkan menggunakan gas elpiji ukuran 12 kg. Untuk kemasan yang

digunakan yaitu alumunium foil, pada kemasan tercantum nama merek, nomor

PIRT, nomor BP POM, nomor SIUP, komposisi bahan baku dan lokasi produksi.

Kelengkapan peralatan dari LPPM PKBT adalah memiliki alat produksi

yang lengkap dan modern. Sehingga dalam proses produksi pembuatan Fruit Talk

Soft Candy, tidak dikerjakan secara manual. Peralatan modern yang digunakan

dalam produksi soft candy, misalnya tungku dan pengaduk otomatis serta oven

listrik. Selain itu peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan Fruit Talk

Soft Candy adalah blender, panci, pisau, pisau bergerigi, loyang, timbangan, alat

pengepres, show case, dan cooler.

Dalam melakukan metode proses produksi, biaya dikelompokkan menjadi

biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja baik tenaga langsung

dan tenaga kerja tidak langsung serta biaya overhead pabrik.

6.5.1. Biaya Bahan Baku Utama

Biaya bahan baku utama yang digunakan untuk Fruit Talk Soft Candy

yaitu biaya pembelian buah pepaya, buah nanas, rumput laut, dan gula. Untuk

memperoleh nanas dan pepaya tidak sulit karena bahan baku diperoleh dari kebun

PKBT Tajur. Harga nanas dan pepaya yang dijadikan untuk bahan baku produksi

Fruit Talk Soft Candy tidak sama dengan harga nanas dan pepaya yang ada di

pasar. Sumber bahan baku lainnya, seperti gula dan rumput laut dibeli langsung

oleh bagian produksi dari toko dan pasar tradisional di Pasar Bogor. Biaya bahan

baku utama Fruit Talk Soft Candy adalah sebesar Rp 3.340.000,00 per bulan.

Page 108: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

92

6.5.2. Biaya Bahan Pendukung

Bahan pendukung yang digunakan untuk memproduksi Fruit Talk Soft

Candy antara lain biaya kemasan alumunium foil, stiker, dan tinta permanen. Total

biaya bahan penolong sebesar Rp 1.500.000,00 per bulan.

6.5.3. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja yang dimiliki LPPM PKBT berjumlah enam orang. Namun

untuk pelaksanaan kegiatan produksi tenaga kerja yang terlibat secara langsung

adalah dua orang. Sistem pembayaran upah atau kompensasi yang diterapkan oleh

pihak LPPM PKBT adalah sebulan sekali, dimana pembayaran upah diberikan

setiap diawal bulan sebesar Rp. 500.000,00. Biaya tenaga kerja langsung untuk

produksi sebesar Rp 1.000.000,00 per bulan.

6.5.4. Biaya Produksi Tidak Langsung (Biaya Overhead Pabrik)

Biaya Overhead Pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya yang termasuk ke dalam biaya

overhead pabrik yaitu, biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan

bangunan, pemakaian listrik, pemakaian air dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Biaya overhead pabrik untuk produksi Fruit Talk Soft Candy sebesar Rp

1.425.000,00 per bulan.

6.5.5. Perhitungan Harga Pokok Metode LLPM PKBT

Metode penetapan harga pokok produksi yang digunakan oleh LPPM

PKBT selama ini yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku dengan biaya non

bahan baku. Biaya bahan baku merupakan biaya atas pembelian bahan baku Fruit

Talk Soft Candy. Biaya non bahan baku terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak

langsung. Biaya langsung merupakan penjumlahan dari biaya tenaga kerja

langsung dan biaya bahan penolong. Biaya tidak langsung yang digunakan dalam

perhitungan harga pokok yaitu biaya pemakaian listrik.

Biaya bahan baku kemudian dijumlahkan dengan biaya non bahan baku

sehingga didiperoleh harga pokok produksi Fruit Talk Soft Candy. Setelah itu,

harga pokok Fruit Talk Soft Candy dibagi berdasarkan jumlah produksi yang

dihasilkan. Jumlah produksi Fruit Talk Soft Candy yang dihasilkan sebanyak 60

Page 109: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

93

Kg Fruit Talk Soft Candy. Untuk lebih jelasnya perhitungan harga pokok metode

yang digunakan KWT Turi selama ini dapat dilihat pada Tabel 53.

Tabel 53. Perhitungan Harga Pokok Fruit Talk Soft Candy Metode LPPM PKBT

Item Satuan Harga

(Rp) Jumlah

Total

(Rp)

%

Biaya

Biaya per hari

Nanas/Pepaya kg 6.000,00 22 132.000,00 79,04

Pengental kg 125.000,00 0,12 15.000,00 8,98

Gula kg 10.000,00 2 20.000,00 11,98

Sub Total 167.000,00

Biaya per bulan

Bahan per hari kg 167.000,00 20 3.340.000,00 57,94

Listrik Kwh 150.000,00 2,60

Air Liter 150.000,00 2,60

Gas Elpiji kg 6.667,00 12 80.000,00 1,39

Bahan Bakar Minyak Liter 4.5000,00 10 45.000,00 0,78

Penyusutan Alat dan Bangunan 1.000.000,00 17,35

Biaya Tenaga Kerja 500.000,00 2 1.000.000,00 17,35

Sub Total 5.765.000,00

Rendemen 30% Soft Candy = 60 kg

Biaya Pokok Produksi =Rp 5.765.000,00/60 kg 96.083,00

Laba yang diharapkan 30 % = 0,3 x Rp 96.083,00 28.825,00

Harga Soft Candy per kg =Rp 96.083,00 + Rp 28.825,00 124.908,00

Harga Soft Candy per gram 125,00

Harga Pok ok Soft Candy 50 gram

Soft Candy Gram 125,00 50 6.250,00

Kemasan (Aluminium Foil) Sachet 1,00 500 500,00

Striker Sachet 1,00 700 700,00

Tinta Expired Permanen 50,00

Harga Pok ok Produksi/50 gram 7.500

6.5.6. Perhitungan Harga Pokok Metode Full Costing

Metode full costing membebankan harga pokok produk dengan

menjumlahkan biaya produksi dan biaya non produksi. Penetapan harga pokok

produksi Fruit Talk Soft Candy metode full costing yaitu dengan menjumlahkan

biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik baik yang bersifat tetap maupun variabel. Sedangkan penetapan

harga pokok produksi per unit diperoleh dengan cara membagi biaya produksi

dengan jumlah produksi. Hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 54.

Page 110: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

94

Harga pokok produk Fruit Talk Soft Candy metode full costing sebesar

Rp 8.100,00 per kemasan 50 gram.

Tabel 54. Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing

Item Satuan Harga

(Rp) Jumlah

Total

(Rp) % Biaya

A. Biaya Bahan Baku

Buah Nanas dan Pepaya Kg 6.000,00 440 2.640.000,00 35,31

Pengental Kg 125.000,00 2,4 300.000,00 4,01

Gula Kg 10.000,00 40 400.000,00 5,35

Sub Total 3.340.000,00 44,67

B. Biaya Overhead

Biaya Listrik kwh 150.000,00 2,01

Biaya Bahan Bakar Minyak Liter 4.500,00 10 45.000,00 0,60

Biaya Kemasan Sachet 500,00 1.200 600.000,00 8,02

Biaya Stiker Sachet 700,00 1.200 840.000,00 11,23

Biaya Tinta 50,00 1.200 60.000,00 0,80

Biaya PDAM Liter 150.000,00 2,01

Biaya Elp iji Kg 6.667,00 12 80.000,00 1,07

Biaya Penyusutan 1.212.121,00 16,21

Sub Total 3.137.121,00 41,96

C. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga Kerja 500.000,00 2 1.000.000,00 13,37

TOTAL BIAYA (A+B+C) 7.477.121,00 100

Total Produksi Kg 60

HP Produk/Kg 124.619,00

HP Produk/50 gram 6.231,00

HPP + Laba 30% 8.100,00

Biaya penyusutan merupakan akumulasi dari biaya penyusutan peralatan,

mesin dan bangunan pabrik. Biaya bahan bakar minyak diperhitungkan dalam

biaya variabel untuk biaya pemasaran. Persentase biaya bahan baku memiliki nilai

yang tinggi, artinya jika salah satu harga bahan baku berfluktuatif seperti harga

gula dunia pada saat ini masih tinggi dan adanya isu penggunaan bio fuel dari

tanaman tebu, maka harga gula akan terus mengalami fluktuasi, sehingga akan

berpengaruh terhadap harga pokok produk. Berdasarkan harga pokok dengan

menggunakan metode full costing LPPM PKBT sebenarnya memperoleh margin

sebesar Rp 1.269,00 per bungkus dari harga jual yang diterapkan oleh LPPM

PKBT.

Page 111: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

95

6.5.7. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Metode

Perusahaan dan Metode Full Costing Harga pokok Fruit Talk Soft Candy dengan menggunakan metode full

costing lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok metode perusahaan. Selisih

tersebut adalah Rp 600,00 per kemasan. Selisih ini terjadi karena dalam

perhitungan harga pokok yang dilakukan oleh Fruit Talk Soft Candy tidak

mengakumulasikan seluruh biaya yang menjadi bagian dari biaya produksi dan

non produksi seperti biaya penyusutan peralatan, dan biaya bahan bakar untuk

pemasaran.

6.5.8. OP (min)

Nilai OP (min) untuk Fruit Talk Soft Candy terbentuk dari nilai harga

pokok produk berdasarkan metode full costing ditambah dengan persentase laba

minimum yang diharapkan perusahaan. Nilai harga pokok produk per kemasan

berdasarkan metode full costing sebesar Rp 8.100,00 per kemasan 50 gram.

6.6. Perhitungan CP (Max)

Perhitungan CP (max) dapat dilakukan melalui analisis sensitivitas harga

untuk mendapatkan tingkat harga tertinggi/maksimum dari sisi konsumen

terhadap Fruit Talk Soft Candy. Satuan unit Fruit Talk Soft Candy yang dijual

oleh LPPM PKBT yaitu ukuran 50 gram yang dikemas dalam kemasan aluminium

foil. Harga produk Fruit Talk Soft Candy yang dijual oleh LPPM PKBT, yaitu Rp

7.500,00. Untuk harga ditingkat konsumen diserahkan langsung kepada penjual

atau pengecer untuk menentukan harga jualnya.

6.6.1 Analisis Sensitivitas Harga

Data tabulasi Price Sensitivity Metres yang ada pada Lampiran 5 dan 6

dibuat kurva untuk masing-masing kelompok harga sangat murah, murah, mahal

dan sangat mahal. Selain itu di buat pula kurva untuk kelompok harga tidak murah

dan tidak mahal. Dari kurva-kurva yang terbentuk, maka akan diperoleh titik

PMC, PME, OPP dan IPP. Hasil survei yang dilakukan terhadap 20 responden

potensial yang merupakan konsumen yang dipilih dengan teknik non-probability

sampling yaitu judgement sampling dengan pertimbangan variasi kelas

pendapatan, yaitu rendah dan menengah ke atas.

Page 112: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

96

Setelah data di Lampiran 5 dan 6 diolah langkah selanjutnya membuat

kurva untuk masing-masing kelompok harga sangat murah, murah dan sangat

mahal. Selain itu dibuat kurva untuk kelompok harga tidak murah dan tidak mahal

sehingga diperoleh titik OPP, IPP, PME dan PMC. Kurva PMC, PME, OPP dan

IPP terhadap responden potensial terdapat pada Gambar 22 dan 23. Titik PMC

diperoleh dari perpotongan antara kurva Sangat Murah dengan Tidak Murah jika

ditarik ke sumbu X (harga). Berdasarkan analisis sensitivitas harga, titik PMC Soft

Candy Pepaya berada pada tingkat harga Rp 7.875,00 per bungkus dan titik PMC

Soft Candy Nanas Rp 8.300,00 per bungkus.

Titik PME diperoleh dari perpotongan antara kurva Sangat Mahal dengan

kurva Tidak Mahal. Berdasarkan analisis sensitivitas harga, titik PME untuk Soft

Candy Peyaya berada pada harga Rp 12.416,00 per bungkus dan titik PME untuk

Soft Candy Nanas berada pada harga Rp 11.166,00 per bungkus. Rentang harga

Soft Candy Pepaya berkisar antara Rp 7.875,00 sampai dengan Rp 12.416,00 per

bungkus, dan untuk Soft Candy Nanas berkisar antara Rp 8.300,00 sampai dengan

Rp 11.166,00 per bungkus. Dengan demikian sebaiknya, perusahaan tidak

menetapkan Soft Candy Pepaya dibawah harga Rp 7.875,00 per bungkus dan Soft

Candy Nanas dibawah harga Rp 8.300,00 per bungkus karena menurut konsumen

harga tersebut terlalu murah sehingga konsumen meragukan kualitas Fruit Talk

Soft Candy tersebut. Selanjutnya bila harga Soft Candy Pepaya diatas Rp

12.416,00 per bungkus dan Soft Candy Nanas diatas harga Rp 11.166,00 per

bungkus maka konsumen tidak mau membelinya karena harga tersebut terlalu

mahal dari nilai yang diperolehnya.

Titik IPP diperoleh dari perpotongan antara kurva Murah dan Mahal.

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas harga, titik IPP untuk Soft Candy Pepaya

berada pada harga Rp 9.333,00 per bungkus dan untuk Soft Candy Nanas berada

pada harga Rp 9.426,00 per bungkus. Titik OPP diperoleh dari perpotongan antara

kurva Sangat Murah dengan Sangat Mahal. Titik ini merupakan tingkat harga

yang optimum bagi perusahaan. Berdasarkan analisis sensitivitas harga, titik OPP

untuk Soft Candy Pepaya berada pada harga Rp 8.500,00 per bungkus dan titik

OPP Soft Candy Nanas berada pada harga yang berkisar antara Rp 8.500,00 per

bungkus sampai dengan Rp 9.500,00 per bungkus. Daerah antara OPP dan IPP

Page 113: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

97

merupakan daerah harga yang ideal bagi perusahaan untuk menetapkan harga

produk. Dengan demikian, Soft Candy Pepaya dengan harga Rp 8.916,00 per

bungkus dan Soft Candy Nanas dengan harga Rp 9.213,00 per bungkus

merupakan harga ideal yang ditetapkan perusahaan untuk konsumen potensial.

Gambar 22. Kurva Sensitivitas Harga Soft Candy Pepaya Terhadap Konsumen

Potensial

Gambar 23. Kurva Sensitivitas Harga Soft Candy Nanas Terhadap Konsumen Potensial

PMC OPP IPP PME

PMC OPP IPP PME

Page 114: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

98

6.6.2. Identifikasi CP (Max)

CP (Max) merupakan harga maksimum dari sisi konsumen yang mampu

dibayarkan konsumen terhadap suatu produk. Berdasarkan hasil analisis

sensitivitas harga, tingkat harga maksimum Soft Candy Pepaya sebesar Rp

12.416,00 per bungkus dan untuk Soft Candy Nanas tingkat harga maksimumnya

sebesar Rp 11.166,00 per bungkus.

6.7. Perhitungan Zona Fleksibilitas LPPM PKBT

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai OP (min) yang

berasal dari harga jual minimum perusahaan terhadap untuk Fruit Talk Soft Candy

Rp 8.100,00 per bungkus. Zona fleksibilitas untuk konsumen potensial Soft Candy

Pepaya berkisar antara Rp 8.100,00 sampai dengan Rp 12.416,00 per bungkus,

sedangkan untuk Soft Candy Nanas berkisar antara Rp 8.100,00 sampai dengan

Rp 11.166,00 per bungkus. Pada kisaran harga tersebut LPPM PKBT dapat

menentukan kebijakan dalam menaikan atau memberikan potongan harga.

Berdasarkan analisis sensitivitas harga, harga ideal Fruit Talk Soft Candy adalah

Rp 8.500,00 per bungkus sehingga interaksi tawar menawar antara produsen dan

konsumen terdapat posisi win-win.

Gambar 24. Zona Fleksibilitas Soft Candy Pepaya Konsumen Potensial

Zona

Fleksibilitas

Murah Mahal Rp 8.100

Rp 12.416

OP (min) CP (max)

Harga (Rp)

LPPM PKBT

KonsumenPotensial

Page 115: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

99

Gambar 25. Zona Fleksibilitas Soft Candy Nanas Konsumen Potensial

Berdasarkan penggunaan metode full costing dalam penetapan harga

pokok LPPM PKBT hanya memperoleh margin sebesar 20 persen per kemasan.

sedangkan selama ini LPPM PKBT mengharapkan margin sebesar sektar 30

persen per kemasan Fruit Talk Soft Candy. Namun demikian, dalam zona

fleksibilitas nilai OP (min) pada Fruit Talk Soft Candy masih di atas harga jual

produk saat ini artinya perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menaikkan

harga produk dalam rentang harga yang ada di zona fleksibiltas harga.

Nilai CP (max) di zona fleksibilitas pada produk Fruit Talk Soft Candy

masing-masing bernilai Rp 12.416,00 per bungkus untuk kemasan Fruit Talk Soft

Candy Papaya dan bernilai Rp 11.166,00 per bungkus untuk kemasan Fruit Talk

Soft Candy Pineapple artinya di atas harga tersebut konsumen akan menilai harga

Fruit Talk Soft Candy mahal karena tidak berada pada kisaran harga yang dapat

diterima konsumen. Harga jual Fruit Talk Soft Candy yang dipasarkan oleh

Manajemen Serambi Botani adalah Rp 12.500,00 per bungkus, harga tersebut di

nilai konsumen mahal karena berada di atas nilai CP (max). Persepsi konsumen

tersebut mengakibatkan perlu dipertimbangkan jalur pemasaran yang lain, karena

jalur pemasaran yang ada saat ini belum tepat.

Murah Mahal Rp 8.100

Rp. 11.166

OP (min) CP (max)

Harga (Rp)

LPPM PKBT

KonsumenPotensial

Zona

Fleksibilitas

Page 116: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

100

6.7.1. Analisis R/C

Salah satu cara untuk mengetahui perbandingan antara penerimaan dan

biaya yang dikeluarkan oleh LPPM PKBT adalah menggunakan analisa R/C.

Analisa R/C bisa digunakan untuk mengetahui efesiensi usaha Soft Candy pada

LPPM PKBT. Perbandingan penerimaan dan pengeluaran biaya produksi Soft

Candy dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Grafik Penerimaan dan Pengeluaran Soft Candy Desember 2008 –

Desember 2009 Sumber : LPPM PKBT 2010 (dio lah)

Dari grafik di atas dapat di lihat perbandingan penerimaan dan

pengeluaran Soft Candy, rata-rata penerimaan penjualan produk masih berada di

atas biaya produksi artinya perusahaan masih memiliki laba walaupun masih

belum optimal. Hasil perhitungan analsis R/C atas biaya tunai untuk Soft Candy

adalah 1,38. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp

1,00 menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,38. Nilai R/C rasio lebih besar dari

satu menunjukkan bahwa usaha Soft Candy di LPPM PKBT mampu memberikan

keuntungan karena penerimaannya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Tabel 55. Rata-rata Penerimaan. Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Fruit Talk Soft

Candy (Desember 2008 – Desember 2009)

No Komponen Nilai (Rp)

1 Penerimaan 11.426.300,00

2 Biaya Tunai 8.311.375,00

3 Pendapatan atas biaya Tunai 3.114.925,00

4 R/C atas biaya Tunai 1,38 Sumber : LPPM PKBT (dio lah)

Page 117: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

VII KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada KWT Turi dan LPPM

PKBT, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

1. Harga Pokok dengan menggunakan metode full costing lebih tinggi dari pada

harga pokok produk dengan metode perusahaan. Hal ini disebabkan karena

metode full costing mengakumulasikan seluruh biaya termasuk biaya tetap dan

biaya variabel. Hasil perhitungan harga pokok produk JJM dengan

menggunakan metode full costing yaitu lebih besar 0,90 persen untuk JJM

kemasan botol dan lebih besar 0,84 persen untuk kemasan cup. Hasil

perhitungan harga pokok produk Soft Candy dengan menggunakan metode full

costing yaitu lebih besar 1,08 persen.

2. Persentase margin dari harga jual saat ini pada LPPM PKBT setelah

menggunakan metode full costing adalah sebesar 20,37 persen, sedangkan

persentase margin dari harga jual saat ini pada KWT Turi setelah

menggunakan metode full costing adalah sebesar 26,05 persen pada kemasan

cup dan sebesar 3,18 persen untuk kemasan botol.

3. Produk JJM pada konsumen aktual dan konsumen potensial, rentang harga

masih berada dibawah harga produk JJM pada saat ini. Adapun harga ideal

untuk produk JJM pada konsumen aktual adalah sebesar Rp 1.965,00 per cup

dan Rp 4.500,00 per botol. Sedangkan harga ideal untuk konsumen potensial

sebesar Rp 1.966,00 per cup dan Rp 4.261,00 per botol. Sementara itu untuk

produk Fruit Talk Soft Candy, rentang harga yang dapat diterima konsumen

masih dibawah harga produk Fruit Talk Soft Candy saat ini. Adapun harga

ideal untuk produk soft candy tersebut adalah Rp 8.916,00 per bungkus (soft

candy Pepaya) dan Rp 9.213,00 per bungkus (soft candy Nanas). Zona

fleksibilitas harga produk Fruit Talk Soft Candy lebih besar dibandingkan

dengan zona fleksibilitas produk Jus Jambu Merah.

Page 118: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

102

Saran

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat di

ajukan:

1. KWT Turi dan LPPM PKBT sebaiknya mempertimbangkan penggunaan

metode full costing untuk penetapan harga pokok produknya, sehingga dapat

lebih cermat mengidentifikasi setiap jenis biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan produk perusahaan.

2. KWT Turi sebaiknya mempertimbangkan untuk meningkatkan harga jual

produk JJM karena nilai OP (min) masih berada di atas harga jual yang

diterapkan oleh KWT Turi saat ini.

3. LPPM PKBT sebaiknya mempertimbangkan jalur pemasaran yang lain terkait

dengan persepsi produk di mata konsumen saat ini yang menilai bahwa produk

Fruit Talk Soft Candy mahal.

Page 119: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Buah-buahan di Indonesia. Jakarta. http: //www.bps.go.id.

Cartwright R. 2002. Mastering Marketing Management. Palgrave. New York.

Garrisson RH, Noreen EW. 2000. Managerial Accounting. International Edition. Graw-Hill. Boston Burridge.

Horngren CT, G Foster. 1994. Akuntansi Biaya Suatu Pendekatan Manajerial.

Jilid I. Edisi keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hammer LH, MF Usry, A Matzs. 1994. Cost Accounting. South Western

Publishing Co. Cincinnati Ohio Haposan E. 2006. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica

papaya) Dengan Metode Activity Based Costing Pada PT. Cipta Daya

Agri Jaya Di Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Program sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Indriani S. 2010. Aktivitas antioksida ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.). Bogor.

Ivana E. 2004. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Karkas dengan

Menggunakan Metode Full Costing, Variable Fosting, dan Activity

Based Costing (Studi Kasus Rumah Potong Ayam (RPA) Asia Frika,

Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Departemen Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kotler P. 2001. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi,

dan Pengendalian. Jilid II. Edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Lipsey RG, DD. Purvis, PO Steiner, PN Courant. 1991. Pengantar

Mikroekonomi. Jilid I. Edisi Kesembilan. Binarupa Aksara. Jakarta. Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediate. Edisi kedelapan. Penerbit

Erlangga. Jakarata. Parimin. 2005. Jambu Biji: Budidaya dan Ragam Pemanfaatnya. Penerbit Penebar

Swadaya. Jakarta. Prihatman K, editor. 2000. Nenas (Ananas comosus).BAPPENAS.Jakarta. Samsurrijal K. 2009. Sesitivitas Harga dan Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas

Pembelian Jus Belimbing Picco Kasus PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat [skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen

Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sari Y. 2009. Strategi Pemasaran Produk Jus Jambu Merah “JJM” Kelompok

Wanita Tani Turi, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan tanah Sareal, Kota

Page 120: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

104

Bogor [skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sinaga F. 2006. Analisis Sensitivitas Harga dan Faktor-faktor yang

mempengaruhi Penilaian Konsumen Terhadap Harga Ayam Panggang dan Steak Di Restoran MP Bogor [skripsi]. Program Ekstensi

Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sundari A. 2006. Analisis Harga Komoditas Pisang, Pepaya dan Nenas di

Indonesia [skripsi]. Program sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tari AT. 2007. Produk Keripik Nanas Sebagai Alternatif Produk Olahan Sari

Buah Nanas (Ananas Comasus L.Merr) Di Daerah Palangka Raya

[skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi

Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yulianti H. 2007. Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Meises

Cokelat, Kasus PT G di Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Program sarjana

Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Page 121: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

LAMPIRAN

Page 122: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

106

Lampiran 1. Tabulasi Price Sensitivity Meters Jus Jambu Merah Kemasan Cup Terhadap Konsumen Aktual

Harga

(Rp)

Harga Sangat Murah Harga Murah Harga Mahal Harga Sangat Mahal Tidak

Murah

Tidak

Mahal

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif Kumulatif Kumulatif

1.500 16 80 100 9 45 100 0 0 0 0 0 0 0 100

1.600 2 10 20 0 0 55 0 0 0 0 0 0 45 100

1.700 0 0 10 0 0 55 1 5 5 1 5 5 45 95

1.800 0 0 10 2 10 45 0 0 5 0 0 5 55 95

1.900 0 0 10 0 0 45 0 0 5 0 0 5 55 95

2.000 2 10 10 6 30 45 10 50 55 2 10 15 55 45

2.100 0 0 0 0 0 15 1 5 60 1 5 20 85 40

2.200 0 0 0 0 0 15 0 0 60 0 0 20 85 40

2.300 0 0 0 1 5 15 0 0 60 1 5 25 85 40

2.400 0 0 0 0 0 10 1 5 65 0 0 25 90 35

2.500 0 0 0 2 10 10 7 35 100 15 75 100 90 0

Total 20 100 20 100 20 100 20 100

Page 123: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

107

Lampiran 2. Tabulasi Price Sensitivity Meters Jus Jambu Merah Kemasan Botol Terhadap Konsumen Aktual

Harga

(Rp)

Harga Sangat Murah Harga Murah Harga Mahal Harga Sangat Mahal Tidak

Murah

Tidak

Mahal

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif Kumulatif Kumulatif

4.000 19 95 100 4 20 100 0 0 0 0 0 0 0 100

4.100 0 0 5 1 5 80 2 10 10 0 0 0 20 90

4.200 0 0 5 2 10 75 0 0 10 0 0 0 25 90

4.300 0 0 5 4 20 65 0 0 10 0 0 0 35 90

4.400 0 0 5 0 0 45 0 0 10 0 0 0 55 90

4.500 1 5 5 5 25 45 11 55 65 0 0 0 55 35

4.600 0 0 0 0 0 20 0 0 65 1 5 5 80 35

4.700 0 0 0 0 0 20 0 0 65 0 0 5 80 35

4.800 0 0 0 0 0 20 0 0 65 0 0 5 80 35

4.900 0 0 0 0 0 20 0 0 65 0 0 5 80 35

5.000 0 0 0 4 20 20 7 35 100 19 95 100 80 0

Total 20 100 20 100 20 100 20 10

Page 124: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

108

Lampiran 3. Tabulasi Price Sensitivity Meters Jus Jambu Merah Kemasan Cup Terhadap Konsumen Potensial

Harga

(Rp)

Harga Sangat Murah Harga Murah Harga Mahal Harga Sangat Mahal Tidak

Murah

Tidak

Mahal

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif Kumulatif Kumulatif

1.500 19 95 100 2 10 100 0 0 0 0 0 0 0 100

1.600 0 0 5 0 0 90 0 0 0 0 0 0 10 100

1.700 0 0 5 3 15 90 0 0 0 0 0 0 10 100

1.800 0 0 5 3 15 75 1 5 5 1 5 5 25 95

1.900 0 0 5 1 5 60 0 0 5 0 0 5 40 95

2.000 1 5 5 6 30 55 5 25 30 1 5 10 35 70

2.100 0 0 0 0 0 25 0 0 30 0 0 10 75 70

2.200 0 0 0 1 5 25 0 0 30 0 0 10 75 70

2.300 0 0 0 1 5 20 7 35 65 0 0 10 80 35

2.400 0 0 0 0 0 15 1 5 70 0 0 10 85 30

2.500 0 0 0 3 15 15 6 30 100 18 90 100 85 0

Total 20 100 20 100 20 100 20 100

Page 125: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

109

Lampiran 4. Tabulasi Price Sensitivity Meters Jus Jambu Merah Kemasan Botol Terhadap Konsumen Potensial

Harga

(Rp)

Harga Sangat Murah Harga Murah Harga Mahal Harga Sangat Mahal Tidak

Murah

Tidak

Mahal

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif Kumulatif Kumulatif

4.000 20 100 100 4 20 100 2 10 10 1 5 5 0 90

4.100 0 0 0 5 25 80 0 0 10 0 0 5 20 90

4.200 0 0 0 5 25 55 2 10 20 0 0 5 45 80

4.300 0 0 0 0 0 30 0 0 20 0 0 5 70 80

4.400 0 0 0 0 0 30 0 0 20 0 0 5 70 80

4.500 0 0 0 6 30 30 7 35 55 1 5 10 70 45

4.600 0 0 0 0 0 0 1 5 60 0 0 10 100 40

4.700 0 0 0 0 0 0 1 5 65 0 0 10 100 35

4.800 0 0 0 0 0 0 3 15 80 0 0 10 100 20

4.900 0 0 0 0 0 0 1 5 85 0 0 10 100 15

5.000 0 0 0 0 0 0 3 15 100 18 90 100 100 0

Total 20 100 20 100 20 100 20 100

Page 126: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

110

Lampiran 5. Tabulasi Price Sensitivity Meters Fruit Talk Soft Candy Pepaya Terhadap Konsumen Potensial.

Harga

(Rp)

Harga Sangat Murah Harga Murah Harga Mahal Harga Sangat Mahal Tidak

Murah

Tidak

Mahal

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif Kumulatif Kumulatif

7.500 9 90 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 100

8.000 1 10 10 3 30 100 0 0 0 0 0 0 0 100

8.500 0 0 0 4 40 70 1 10 10 0 0 0 30 90

9.000 0 0 0 3 30 30 0 0 10 1 10 10 70 90

9.500 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 10 100 90

10.000 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 10 100 90

10.500 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 10 100 90

11.000 0 0 0 0 0 0 1 10 20 1 10 20 100 80

11.500 0 0 0 0 0 0 1 10 30 1 10 30 100 70

12.000 0 0 0 0 0 0 1 10 40 1 10 40 100 60

12.500 0 0 0 0 0 0 6 60 100 6 60 100 100 0

Total 10 100 10 100 10 100 10 100

Page 127: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

111

Lampiran 6. Tabulasi Price Sensitivity Meters Fruit Talk Soft Candy Nanas Terhadap Konsumen Potensial.

Harga

(Rp)

Harga Sangat Murah Harga Murah Harga Mahal Harga Sangat Mahal Tidak

Murah

Tidak

Mahal

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif

Jumlah

(orang) % Kumulatif Kumulatif Kumulatif

7.500 9 90 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 100

8.000 1 10 10 3 30 100 0 0 0 0 0 0 0 100

8.500 0 0 0 4 40 70 1 10 10 0 0 0 30 90

9.000 0 0 0 3 30 30 0 0 10 1 10 10 70 90

9.500 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 10 100 90

10.000 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 10 100 90

10.500 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 10 100 90

11.000 0 0 0 0 0 0 1 10 20 1 10 20 100 80

11.500 0 0 0 0 0 0 1 10 30 1 10 30 100 70

12.000 0 0 0 0 0 0 1 10 40 1 10 40 100 60

12.500 0 0 0 0 0 0 6 60 100 6 60 100 100 0

Total 10 100 10 100 10 100 10 100

Page 128: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

112

Lampiran 7. Gambar Peralatan Produksi KWT Turi

(a) Alat Pemanas Air (b) Blender

(c) Alat Pasteurisasi (d) Alat Pengepresan

e) Show Case (f) Ultra Violet

Page 129: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

113

Lampiran 7. (Lanjutan)

(g) Timbangan (h) JJM Kemasan Botol

(i) JJM Kemasan cup (j) Anggota KWT Turi

Page 130: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

114

Lampiran 8. Gambar Peralatan Produksi LPPM PKBT

(a) Timbangan (b)Tungku Pengaduk Otomatis

(c) Oven (d) Cooler

(e) Cooler (f) Loyang dan Blender

Page 131: Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Produk Olahan @Konsep Harga & Teori Penetapan Harga

115

Lampiran 8. (Lanjutan)

(g) Fruit Talk Pineapple Soft Candy (h) Fruit Talk Papaya Soft Candy