21 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 Pengertian Industri Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya. Universitas Sumatera Utara
39
Embed
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17768/4/Chapter II.pdf · pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
21
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Sektor Industri
2.1.1 Pengertian Industri
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi
manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai
kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas,
yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya
produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah
dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya,
makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah,
makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat
kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri
pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan
pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal,
atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman
industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang
harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.
Universitas Sumatera Utara
22
Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing (Siahaan,
1996), adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat
dibedakan menjadi :
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga
kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal
yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga,
dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga
itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman,
industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan
ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar
5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang
relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau
masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri
batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja
sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki
modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan
tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial
Universitas Sumatera Utara
23
tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri
keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari
100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang
dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga
kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and
profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi
baja, dan industri pesawat terbang.
2. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan
kegiatan industri. Berdasarkan lokasi unit usahanya, industri dapat
dibedakan menjadi :
a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented
industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah
pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak
angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
Universitas Sumatera Utara
24
c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry),
yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan.
Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu
gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber
pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu
(dekat dengan kilang minyak).
d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan
di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi
berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan
berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan
lahan tebu.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose
industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-
syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena
bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat
ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri
otomotif, dan industri transportasi.
3. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi :
a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya
Universitas Sumatera Utara
25
menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri
pemintalan, dan industri baja.
b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi
menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat
langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri
pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri
meubel.
4. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga
pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut :
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan
modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi
maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
26
1) Industri kimia organik, misalnya : industri bahan peledak dan
industri bahan kimia tekstil.
2) Industri kimia anorganik, misalnya : industri semen, industri
asam sulfat, dan industri kaca.
3) Industri agrokimia, misalnya : industri pupuk kimia dan industri
pestisida.
4) Industri selulosa dan karet, misalnya : industri kertas, industri
pulp, dan industri ban.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah
logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan
perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai
berikut :
1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya :
mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.
2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah
batu, buldozer, excavator, dan motor grader.
3) Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor,
mesin gergaji, dan mesin pres.
Universitas Sumatera Utara
27
4) Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.
5) Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan
generator.
6) Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.
7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil,
motor, dan suku cadang kendaraan bermotor.
8) Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.
9) Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja,
industri alumunium, dan industri tembaga.
10) Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi
kapal.
11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi,
peralatan pabrik, dan peralatan kontruksi.
c. Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan
bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun
yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :
1) Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi.
Universitas Sumatera Utara
28
2) Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es,
dan mesin jahit, televisi, dan radio.
3) Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta,
plastik, obatobatan, dan pipa.
4) Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh,
kopi, garam dan makanan kemasan.
5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian,
kayu lapis, dan marmer.
d. Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah
pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan
industri rumah tangga, misalnya : industri kerajinan, industri alat-
alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
e. Industri Pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai
ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni
dan budaya (misalnya : pertunjukan seni dan budaya), wisata
pendidikan (misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi
alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan
alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan
Universitas Sumatera Utara
29
wisata kota (misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat
perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat
hiburan).
2.1.2 Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun
taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu
merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan
kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber
daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang
lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal”
semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara
“horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang
semakin bertambah.
Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting
sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah
dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat
pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa.
Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian
untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang
Universitas Sumatera Utara
30
dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga
keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang
kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti
diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja
yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat
(daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.
UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization)
mengelompokkan negara-negara sebagai berikut (Muhammad, 1992) :
• Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap
PDB kurang dari 10 persen.
• Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut
antara 10-20 persen.
• Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30
persen.
• Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.
Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada
waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut
pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam
Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang
merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu
daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka
Universitas Sumatera Utara
31
perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan
industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin
tersebut.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola
konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri
di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah
lainya.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif
aktif dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang
tergantung dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah
yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang
relatif pasif.
2.1.3 Keterkaitan antar Industri
Pendapat-pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri
sebagai suatu prioritas pembangunan bukan hanya didasarkan pada hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai
pembangunan. Para penganjur industri menunjukkan bahwa industri merupakan
suatu sektor pemimpin karena industri tersebut merangsang dan mendorong
investasi-investasi di sektor-sektor lain juga. Pola perkembangan industri dimana
barang hasil produksi suatu industri dimanfaatkan oleh industri lainnya adalah
bentuk keterkaitan antar industri.
Universitas Sumatera Utara
32
Konsep pertumbuhan tidak seimbang menunjukkan bahwa pertumbuhan
yang cepat dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri
lainnya yang terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut.
Keterkaitan-keterkaitan ini bisa keterkaitan ke belakang, misalnya industri tekstil
menyebabkan peningkatan produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk disediakan
bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan ke depan,
misalnya adanya industri tekstil domestik mendorong tumbuhnya investasi dalam
industri pakaian jadi.
2.1.4 Industri dan Tujuan Pembangunan
Setelah melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan
peranan yang diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama,
industrialisasi bukanlah suatu “obat yang paling mujarab” untuk mengobati
keterbelakangan. Tidak ada satupun faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau
sektor, yang bisa menyelesaikan secara sendiri-sendiri proses pembangunan.
Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi sektor industri mempunyai 2
pengaruh yang penting dalam setiap program pembangunan. Pertama,
produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk
meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri pengolahan memberikan
kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi Industri Subsitusi Impor (ISI)
yang efesien dan meningkatkan ekspor daripada industri primer.
Jika industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi
keterbelakangan, demikian juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing
membutuhkan yang lainnya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak seimbang
Universitas Sumatera Utara
33
serta terlalu jauh. Industri bisa menyediakan input-input produktif, terutama
pupuk dan peralatan pertanian yang sederhana, bagi pertanian. Jika kebijaksanaan
luar negeri dijalankan dan industri pengolahan telah efisien, input-input tersebut
bisa ditawarkan dengan harga yang lebih murah daripada harga impor. Hubungan
tersebut bisa kebalikannya, karena pertanian menyediakan bahan-bahan baku
untuk industri, misalnya kapas, tembakau atau karet. Pertanian dan industri juga
saling menyediakan pasar bagi barang-barang produksinya masing-masing. Jika
pendapatan sektor pertanian tersebut tumbuh secara merata. Dimana di butuhkan
land-reform dan pembangunan pedesaan yang sangat meluas, maka industri akan
menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-barang konsumsinya. Sejalan dengan
itu. Pertumbuhan pendapatan di perkotaan yang didorong oleh perluasan industri,
akan mendorong pertumbuhan output pertanian dan produktivitas melalui
kenaikan permintaan akan pangan. Namun demikian, kunci dari permintaan akan
pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan yang meningkat dan perbaikan
distribusi pendapatan di perkotaan.
2.1.5 Industri Subsitusi Impor (ISI)
Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak
zaman pemerintahan Orde Baru adalah Industri Subsitusi Impor (ISI). ISI ini
diharapkan bisa menghasilkan barang-barang baru dalam negeri yang semula
diimpor. Setelah subsitusi impor berhasil, baru kemudian sebagian hasil
produknya diekspor. Jadi subsitusi impor ini memegang peranan penting dalam
mengenalkan barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
34
Alasan untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara
dengan negara lain. Namun demikian, berikut ini dijelaskan beberapa alasan
penting :
• ISI dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.
Seperti diketahui, hampir semua negara berkembang seringkali mengalami
kekurangan devisa. Oleh karena itu, devisa yang sedikit harus digunakan
secara efektif dan efesien.
• Dengan adanya ISI biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadapnya
dengan cara pembatasan barang-barang impor. Pembatasan barang-barang
impor tersebut tentu saja akan mengurangi jumlah barang-barang impor,
sementara itu permintaan di dalam negeri masih tetap besar, sehingga pada
akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan
produksi barang-barang yang terkena pembatasan impor tersebut. Dengan
kata lain, ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha di
dalam negeri.
• ISI bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri
akan berbagai barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan
yang timbul di negara berkembang, yang kemudian diikuti pula oleh
keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang ekonomi.
• Alasan lain bagi adanya ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi di dalam negeri. Walaupun suatu negara tidak mengalami
kesulitan devisa, tetapi untuk memajukan perekonomian dan mendorong
timbulnya industri-industri utama di dalam negeri, Negara tersebut
Universitas Sumatera Utara
35
melakukan proteksi dan memberikan berbagai macam fasilitas kepada para
pengusaha. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh para pengusaha
bisa meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut.
Dalam pelaksanaannya kebijaksanaan ISI, ada berbagai masalah yang
dihadapi oleh negara berkembang yang melaksanakannya. Pertama, kualitas
barang yang dihasilkan. Kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai
barang subsitusi impor sering jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar
negeri. Kualitas yang rendah ini akan sulit untuk diekspor. Dengan demikian, ISI
bukannya menghemat penggunaan devisa tetapi juga menurunkan penerimaan
ekspor. Kedua, biaya produksi.pada tahap awal industrialisasi bisanya dibutuhkan
biaya yang sangat besar digunakan untuk tenaga kerja, membeli mesin-mesin, dan
membeli bahan-bahan baku yang diperlukan. Jadi modal yang diperlukan sangat
banyak. Jika suatu negara mempuyai modal yang sedikit, maka dalam tahap awal
indutrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja dari luar negeri.
2.1.6 Industri Promosi Ekspor (IPE)
Menurut Krueger (1997), ada 4 faktor yang menerangkan mengapa strategi
industalisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih
pesat daripada strategi ISI, keempat faktor tersebut adalah :
1. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
Pengalaman beberapa negara berkembang, antara lain India, RRC
dan Filipina, telah menunjukan bahwa suatu sektor pertanian yang
pertumbuhannya lamban dapat menghambat pertumbuhan ekonomi pada
umumnya dan sektor industri pada khususnya. Hal ini dapat terjadi karena
Universitas Sumatera Utara
36
produksi pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan,
sehingga tingkat upah juga cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan
dapat menghambat pertumbuhan sektor industri.
2. Skala ekonomis
Bagi industri dimana faktor skala ekonomi adalah penting, maka
strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan yang lebih kuat
kepada perusahaan-perusahaan yang baru daripada strategi ISI, karena
perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi, produksi,
dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor.
Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik
dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam membangun
pabrik-pabrik tersebut para pengusaha sudah merencanakan untuk
memasarkan sebagian dari produksi mereka di pasar dunia.
3. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan
Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah
bahwa persaingan di pasar ekspor mengharuskan para pengusaha untuk
menjajaki berbagai cara untuk menekan biaya produksi mereka sampai ke
tingkat yang serendah-rendahnya, sehingga hasil produksi mereka dapat
bersaing dalam harga di pasar ekspor.
4. Kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi
Jika kekurangan devisa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi
yang pesat pada tingkat makro ekonomi, skala investasi nasional perlu
Universitas Sumatera Utara
37
dikurangi, jika diperkirakan bahwa pada tahun mendatang akan dihadapi
masalah kekurangan devisa.
2.1.7 Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup
dalam Pola Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen