65 BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR HALUSINASI 1. Pengertian a. Skizofrenia Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area, fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realita, merasakan dan menunjukan emosi dan berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (frida, 2010) Skizofrenia sebagai suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptif, tekanan jiwa, penyakit badani seperti lues otak, dan penyakit lain yang belum di ketahui. Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu suatu gangguan psikomatis, atau merupakan manifestasi somatik dan gangguan psikogenetik. tetapi pada skizofrenia justru kerusakannnya adalah untuk menentukan mana yang primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan penyebab dan mana yang hanya akibatnya saja. (Albert & Willy, 2009) Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
Embed
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR HALUSINASI 1. …repository.ump.ac.id/3913/3/ICHSANAINI RAHMAWATI BAB II.pdf · efek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
65
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR HALUSINASI
1. Pengertian
a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area, fungsi individu, termasuk berfikir dan
berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realita,
merasakan dan menunjukan emosi dan berperilaku dengan sikap
yang tidak dapat diterima secara sosial (frida, 2010)
Skizofrenia sebagai suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam penyebab, antara lain keturunan, pendidikan
yang salah, maladaptif, tekanan jiwa, penyakit badani seperti lues
otak, dan penyakit lain yang belum di ketahui. Akhirnya timbul
pendapat bahwa skizofrenia itu suatu gangguan psikomatis, atau
merupakan manifestasi somatik dan gangguan psikogenetik. tetapi
pada skizofrenia justru kerusakannnya adalah untuk menentukan
mana yang primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan
penyebab dan mana yang hanya akibatnya saja. (Albert & Willy,
2009)
Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
66
perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala skizofrenia dibagi dalam
dua kategori pertama yaitu gejala positif atau gejala nyata, yang
mencangkup waham, halusinasi, dan diagnosis, bicara dan perilaku
yang tidak teratur, serta gejala negative atau gejala samar seperti,
efek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari
masyarakat dan memiliki rasa yang tidak nyaman (videback, 2008)
b. Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek
tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini
meliputi seluruh panca indra. Halusinasi merupakan suatu gelaja
gangguan jiwa yang seseorang mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yeng
sebetulnya tidak ada. (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015)
Halusinasi dalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak
ada orang yang lagi berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi PALSU
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghindu.
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
67
Pasien merupakan setimulus yang sebenarnya tidak ada . pasien
merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara. Melihat
bayangan orang atau suatu yang menentukan padahal tidak ada
bayangan tersebut. Membaui bau-bauan padahal tidak sedang
makan apapu. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun
dalam permukaan kulit. (Nurjanah, 2008)
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau stimulus yang
datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau
distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-1, 2012).
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi menurut Yosep (2011) :
1) Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kuranganya
mengontrol emosi dan keharmonisan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi hilang percaya diri.
2) Faktor sosialkultural
Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi
akan membekas di ingatannya sampai dewasa dan ia akan
merasa di singkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkunganya.
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
68
3) Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang
maka di dalam tubuhnya akan di hasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia sehingga menjadi ketidak
seimbangan asetil kolin dan dopamine.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan
mudah terjerumus pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam nyata.
5) Pola genetik dan pola asuh
Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut
(Yosep, 2011).
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur
dalam waktu yang lama.
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
69
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat di atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa printah memaksa dan menakutkan.
Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga
dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan implus yang menekan, namum
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengembil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya.
Seolah-olah dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan
akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di
dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan system
kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika sistem halusinasi
berupa ancaman, dirinya maumpun orang lain. Oleh karna itu,
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
70
aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan klien
dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalam interpersonal yang memuaskan, serta
menguasakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak langsung.
5) Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi
lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan
dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
3. Tanda dan Gejala
Menurut (Yosep, 2011) yaitu:
a. Halusinasi pendengaran
Data subyektif :
1) Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
2) Mendengar suara atau bunyi
3) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
4) Mendengar seseorang yang sudah meninggal
5) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain
atau yang membahayakan
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
71
Data obyektif :
1) Mengarahkan telinga pada sumber suara
2) Bicara atau tertawa sendiri
3) Marah marah tanpa sebab
4) Menutup telinga mulut komat kamit
5) Ada gerakan tangan
b. Halusinasi penglihatan
Data subyektif :
1) Melihat orang yang sudah meninggal
2) Melihat makhluk tertentu
3) Melihat bayangan
4) Melihat sesuatu yang menakutkan
5) Melihat cahaya yang sanat terang
Data obyektif :
1) Tatapan mata pada tempat tertentu
2) Menunjuk kea rah tertentu
3) Ketakutan pda objek yang dilihat
c. Halusinasi penghidu
Data subyektif :
1) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau
masakan, dan parfum yan menyengat
2) Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
72
Data obyektif :
1) Ekspresi wajah seperti sedang mencium
2) Adanya gerakan cuping hidung
3) Mengarahkan hidung pada tempat tertentu
d. Halusinasi peraba
Data subyektif :
1) Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya
2) Merasakan ada sesuatu di tubuhnya
3) Merasakan ada sesuatu di bawah kulit
4) Merasakan sangat panas, atau dingin
5) Merasakan tersengat aliran litrik
Data obyektif :
1) Mengusap dan menggaruk kulit
2) Meraba permukaan kulit
3) Menggerak gerakan badanya
4) Memegangi terus area tertentu
e. Halusinasi pengecap
Data subyektif :
1) Merasakan seperti sedang makan sesuatu
2) Merasakan ada yang dikunyah di mulutnya
Data obyektif :
1) Seperti mengecap sesuatu
2) Mulutnya seperti mengunyah
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
73
3) Meludah atau muntah
f. Halusinasi Chenesthetic dan kinestetik
Data subyektif :
1) Klien mengatakan tubuh nya tidak ada fungsinya
2) Merasakan tidak ada denyut jantung
3) perasaan tubuhnya melayang laying
Data obyektif :
1) klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri
2) klien memegangi tubuhnya sendiri
4. Jenis halusinasi
Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik)
Paling sering di jumpai dapat beruba bunyi mendenging atau
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering mendengar
sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut
di tunjukan oleh penderita sehingga penderita tidak jarang
bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
Suara tersebut dapat di rasakan dari jauh atau dekat, bahkan
mungkin datang dari tiap tubuh nya sendiri. Suara bisa
menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa
ancaman, mengejek, memaki atau bahkan menakutkan dan kadang-
kadang mendesak atau memerintah untuk berbuat sesuatu seperti
membunuh atau merusak.
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
74
b. Halusinasi penglihatan (Visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organic).
Biasanya muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang
mengerikan atau tidak menyenangkan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan
merasakan tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada
penderita. Bau ditambah dilambangkan sebagai pengalaman yang
dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi
gustorik lebih jarang timbang halusinasi gustatorik.
e. Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada sesuatu yang
bergerak di bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis
dan skizofrenia.
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
75
5. Tahapan halusinasi
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), tahapan halusinasi terdiri
dari 4 fase yaitu:
a. Fase I (Comforting)
Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan ini
masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik dari fase ini
klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, perasaan rasa
bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat di selesaikan.
pada fase ini klien berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat,
respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan hausinasinya
dan suka menyendiri.
b. Fase II (Conndeming)
Pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan termasuk
dalam psikotik ringan. karakteristik klien pada fase ini menjadi
pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berfikir sendiri menjadi dominan, mulai
merasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tau dan klien ingin mengontrolnya. Perilaku klien pada fase ini
biasanya meningkatkan tanda tanda system syaraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realita.
Asuhan Keperawatan Pada..., Ichsanaini Rahmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
76
c. Fase III (Controling)
Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman
sensori menjadi berkuasa. Karakteristik klien meliputi bisikan,
suara, bayangan, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Tanda-tanda fisik berupa berkeringat, tremor,
dan tidak mampu memenuhi perintah.
d. Fase IV (Conquering)
Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya termasuk dalam psikorik berat. Karakteristik yang
muncul pada klien meliputi halusinasi berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut,
tidak berdaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan secara
nyata dengan orang lain dan lingkungan.
6. Penilaian terhadap setresor
1. Kognitif: tidak dapat berpikir logis, inkoheren, disorientasi,
gangguan memori jangka pendek maupun jangka panjang,