11 BAB II TINJAUAN TENTANG RUTINITAS MEMBACA AL-QUR’AN DAN KESEHATAN MENTAL A. Rutinitas Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Membaca Al-Qur’an Telah diungkapkan di berbagai tulisan bahwasannya kitabullah yang agung itu merupakan obat bagi ketentraman jiwa manusia. Tentunya hal ini akan terjadi jika al-Qur’an itu dikaji, dibaca, dipahami serta direalisasikan dalam tingkah laku. Membaca al-Qur’an terdiri dari dua kata yaitu “membaca” dan “al-Qur’an”. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis yaitu dengan melisankan atau hanya dihati. 1 Sedangkan menurut Henry Guntur membaca adalah suatu proses yang dilakukan sarta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa lisan. 2 Soedarsono mendefinisikan membaca adalah aktifitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat. 3 Mahmud mendefinisikan membaca adalah materi pertama dalam dustur (undang-undang sistem ajaran) Islam yang sarat dengan makna, bimbingan dan pengarahan. 4 Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu upaya untuk dapat mengerti apa yang tertulis. 1 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi I, Jakarta, Balai pustaka, 1994. hlm. 72 2 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Bandung, Angkasa, 1985. hlm. 7 3 Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993. hlm. 4 4 Ahmad Halim Mahmud, Tadarus Kehidupan di Bulan Al-Qur’an, Yogyakarta, Mandiri Pustaka Hikmah, 2000. hlm. 11
27
Embed
BAB II TINJAUAN TENTANG RUTINITAS MEMBACA AL-QUR’AN DAN ...library.walisongo.ac.id/.../15/...747-Bab2_410-2.pdfBAB II TINJAUAN TENTANG RUTINITAS MEMBACA AL-QUR’AN DAN KESEHATAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
TINJAUAN TENTANG RUTINITAS MEMBACA AL-QUR’AN
DAN KESEHATAN MENTAL
A. Rutinitas Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Membaca Al-Qur’an
Telah diungkapkan di berbagai tulisan bahwasannya kitabullah
yang agung itu merupakan obat bagi ketentraman jiwa manusia. Tentunya
hal ini akan terjadi jika al-Qur’an itu dikaji, dibaca, dipahami serta
direalisasikan dalam tingkah laku.
Membaca al-Qur’an terdiri dari dua kata yaitu “membaca” dan
“al-Qur’an”. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis yaitu dengan melisankan atau hanya dihati.1 Sedangkan menurut
Henry Guntur membaca adalah suatu proses yang dilakukan sarta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa lisan.2
Soedarsono mendefinisikan membaca adalah aktifitas yang kompleks
dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, meliputi
orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan
mengingat-ingat.3 Mahmud mendefinisikan membaca adalah materi
pertama dalam dustur (undang-undang sistem ajaran) Islam yang sarat
dengan makna, bimbingan dan pengarahan.4 Dari pendapat tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu upaya untuk dapat
mengerti apa yang tertulis.
1 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi I, Jakarta,
Balai pustaka, 1994. hlm. 72 2 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Bandung,
Angkasa, 1985. hlm. 7 3 Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993.
hlm. 4 4 Ahmad Halim Mahmud, Tadarus Kehidupan di Bulan Al-Qur’an, Yogyakarta, Mandiri
Pustaka Hikmah, 2000. hlm. 11
12
Adapun pengertian al-Qur’an secara etimologis berarti bacaan
atau yang dibaca. Sedangkan secara terminologis adalah kalam Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan
bahasa Arab melalui Malaikat Jibril sebagai mukjizat sebagai pedoman
hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.5 Dalam kamus
besar bahasa Indonesia, kata al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam.6
M.A. Fuadi Sya’ban mendefinisikan al-Qur’an adalah kalamullah yang
merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW dengan lantaran malaikat Jibril sebagai
sumber hukum syara’ dan ajaran agama Islam yang telah dibawa oleh
rosulullah SAW dan membacanya saja adalah termasuk ibadah.7
Istilah al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan, telah
dipaparkan dalam ayat-ayat al-Qur’an. Dalam arti demikian sebagian
tersebut dalam surat al-Qiyamah ayat 17-18 yang berbunyi :
dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami, jika kami telah membacakannya hendaklah kamu ikuti bacaannya”
Dari pengertian membaca al-Qur’an, maka dapat dipahami
bahwa yang dimaksud membaca al-Qur’an adalah suatu upaya untuk dapat
mengerti apa yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
dalam pemakaian sehari-hari membaca al-Qur’an dapat disebut juga
dengan tilawah yang artinya membaca al-Qur’an atau beberapa ayat dari
al-Qur’an, karena al-Qur’an itupun merupakan do’a, bahkan di dalamnya
banyak terdapat ayat-ayat yang tersusun daripada do’a-do’a para Nabi
yang monumental dan dalam arti yang tidak dapat ditiru susunannya.8
5 Muslim Nurudin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, Bandung, CV. Al-Fabeta, 1995. hlm. 49 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit, hlm. 805 7 M.A. Fuadi Sya’ban, Al-Qur’an Membina Jiwa dan Moral Manusia Seutuhnya, Kudus,
menara Kudus, hlm. 10 8 Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, Solo, CV. Ramadhani, 1985, hlm. 94
13
2. Dalil Tentang Membaca al-Qur’an
Banyak ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang
mengajarkan kepada umat manusia untuk membiasakan membaca al-
Qur’an dan mempelajarinya. Di antara ayat-ayat al-Qur’an tentang
Artinya : “Mereka itu tidak sama di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah SWT, pada beberapa waktu malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang)”. (QS. Ali Imran : 113).
لرجيمفإذا قرأت القرءان فاستعذ بالله من الشيطان ا
Artinya : “Apabila kamu membaca al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlidungan kepada Allah SWT dari syaitan yang terkutuk” (QS. An-Nahl : 98)
ءان كرميلقر هإن Artinya : “Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah bacaan yang sangat
mulia” (QS. Waqi’ah : 77)
اقرأ كتابك كفى بنفسك اليوم عليك حسيبا
Artinya : “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu” (QS. Al-Isra’ : 14)
Sedangkan diantara hadits-hadits Nabi tentang membaca al-
Qur’an antara lain :
اقرا : سمعت رسول اهللا صلعم يقول: ع قال.عن ابي امامة ر )رواه مسلم(القران فانه يأتى يوم القيامة شفيعا الصحابه
Artinya : “Dari Abi Ummamah Ra berkata: aku mendengar rasulullah
SAW bersabda : bacalah al-Qur’an karena dia akan datang
14
pada hari kiamat sebagai pembela bagi orang-orang yang membacanya” (HR. Muslim).9
ة القرتالو ا منوه اكثرا فيقرالي الذى تيفان الب تكمويان فى ب )رواه دارقطىن(القران يقل خيره ويكثر شره ويضيق على اهله
Artinya : “Perbanyaklah membaca al-Qur’an dirumahmu, maka
sesungguhnya rumah yang didalamnya tidak dibaca al-Qur’an maka sedikit sekali kebaikannya dan banyak keburukannya” (HR. Daruquthi dari Anas).10
لعم قال انما مثل صاحب عن عبد اهللا ابن عمر ان رسول اهللا صالقران كمثل االبل المعقلة ان عاهد عليها امسكها وان اطلقها
تبرواه مسلم(ذه(
Artinya : “Sesungguhnya perumpamaan orang yang hafal al-Qur’an (shohibul Qur’an) itu diibaratkan seperti unta yang diikat, apabila hendak menjaga keutuhannya maka pegang teguh dan apabila melepaskannya dia pun akan hilang” (HR. Muslim).11
Jelaslah bahwa membaca al-Qur’an itu merupakan amalan utama
yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Orang yang membaca al-
Qur’an, besok pada hari kiamat akan memperoleh pembelaan dari al-
Qur’an
Al-Qur’an merupakan bacaan yang mulia yang didalamnya
terdapat petunjuk bagi manusia untuk mengarungi hidup, orang tidak akan
dapat mengambil manfaat dari al-Qur’an kecuali dengan membacanya
yang akan dapat memberikan sentuhan terhadap kehidupan dimasa
mendatang.12 Jelaslah bahwa dengan membaca al-Qur’an maka akan dapat
dikemukakan oleh Syaikh Muhammad Djamaluddin Al-Qosyimiy dalam
terjemahan kitab Mauidhotul Mu’min min Ihya’ Ulumuddin adalah sebagai
berikut :
a. Menyangkut pembacanya yakni hendaklah ia berwudlu terlebih
dahulu.
b. Tartil yakni membaca dengan tertib dan perlahan-lahan.
c. Menangis, ini sangat dianjurkan dalam membaca al-Qur’an
d. Memelihara hak-hak ayat yang akan dibacanya.
e. Pada permulaan membaca hendaklah mengucapkan :
لشيطان الرجيماعوذ باهللا السميع العليم من ا
Artinya : “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan syaitan yang terkutuk.
f. Merendahkan bacaan adalah lebih menjauhkan dari sikap riya’ dan
dibuat-buat (tidak dibuat-buat)
g. Memperindah bacaan dan menertibkannya.13
Hasbi Ash-Shidieqy menambahkan bahwa dalam membaca al-
Qur’an hendaklah :
a. Ditempat bersih dan mulia, terutama di dalam masjid
b. Membaca al-Qur’an dengan menghadap ke kiblat.
13 Syaikh Muhammad Djamaluddin Al-Qosyimiy (Terj). Abu Ridho, Mauidotul Mukminin
min Ihya’ Ulumuddin, Semarang, CV. Asy-Syifa’, 1993, hlm. 144-146.
16
c. Membersihkan mulut terlebih dahulu.
d. Mentafkhimkan suara yakni membaca dengan suara yang agak keras.14
Selain adab-adab lahiriyah, ada juga yang dinamakan adab batin
dalam membaca al-Qur’an. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh imam
An-Nawawi :
a. Ikhlas ketika membacanya, hanya karena Allah SWT semata.
b. Berpegang teguh dengan memelihara adab terhadap al-Qur’an.
c. Sepenuh hati ia munajat kepada Allah SWT.
d. Ia membaca al-Qur’an dalam keadaan sebagai orang yang memandang
Allah SWT, maka Allah yang selalu memandang kepadanya.
ري نال ملى حا عقرفياهرالى يعفان اهللا ت اهري ان لم هى اهللا فان
Artinya : “Maka membaca al-Qur’an itu dengan cara seakan-akan dalam kondisi melihat Allah, apabila tidak bisa menghadirkannya, maka yakinlah bahwa sesungguhnya Allah itu melihatnya”. 15
4. Manfaat Membaca Al-Qur’an
Tentang manfaat dan kelebihan membaca al-Qur’an, Rosulullah
telah menyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim, yang maksudnya demikian :”Ada dua golongan manusia
yang sungguh-sungguh orang dengki kepadanya, yaitu orang yang diberi
oleh Allah kitab suci al-Qur’an, dibacanya siang dan malam, dan orang
yang dianugerahi Allah kekayaan harta, siang dan malam kekayaan itu
digunakannya untuk segala sesuatu yang diridloi oleh Allah.
Di dalam hadits yang lain, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim pula, Rosulullah menyatakan tentang kelebihan martabat dan
keutamaan orang yang membaca al-Qur’an, demikianlah maksudnya :”
14 T.M. Hasbi Ash-Shidieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a, Jakarta, Bulan Bintang, 1990, hlm. 143
Perumpamaan orang mukmin yang suka membaca al-Qur’an ialah seperti
buah utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat, orang mukmin yang tidak
suka membaca al-Qur’an ialah seperti buah kurma, tidak ada baunya akan
tetapi rasanya manis, orang munafik yang membaca al-Qur’an ibarat
sekuntum bunga yang berbau harum tetapi rasanya pahit dan orang
munafik yang tidak membaca al-Qur’an tidak ubahnya seperti buah
hanzhalah, tidak berbau dan rasanya pahit sekali.
Dalam sebuah hadits, Rosulullah juga menerangkan bagaimana
besarnya rahmat Allah terhadap orang-orang yang membaca al-Qur’an di
rumah-rumah peribadatan (masjid, musholla, dan lain-lain). Hal ini
dikuatkan oleh sebuah hadits yang masyhur lagi shahih, yang artinya
sebagai berikut :”kepada kaum yang suka berjama’ah di rumah-rumah
peribadatan, membaca al-Qur’an secara bergiliran, dan ajar
mengajarkannya terhadap sesamanya, akan turunlah kepadanya
ketenangan dan ketentraman, akan berlilmpah kepadanya rahmat dan
mereka akan dijaga oleh malaikat, juga Allah akan selalu mengingat
mereka”.(diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Hurairah)
Dengan hadits diatas nyatalah, bahwa membaca al-Qur’an, baik
mengetahui artinya ataupun tidak, adalah termasuk ibadah, amal shaleh
dan memberi rahmat serta manfaat bagi yang melakukannya, memberi
cahaya ke dalam hati yang membacanya hingga terang benderang, juga
memberi cahaya kepada keluarga rumah tangga tempat al-Qur’an itu
dibaca. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Anas
ra.,Rosulullah bersabda:”Hendaklah kamu beri Nur (cahaya) rumah
tanggamu dengan shalat al-Qur’an dan dengan membaca al-Qur’an. Dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Daru Quthni dari Anas ra, Rosulullah
memerintahkan :”Perbanyaklah membaca al-Qur’an di rumahmu,
sesungguhnya di dalam rumah yang tidak ada orang yang membaca al-
Qur’an, akan sedikit sekali dijumpai kebaikan di rumah itu, dan akan
banyak sekali kejahatan, serta penghuninya selalu merasa sempit dan
susah.
18
Di dalam hadits yang lain lagi, yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a:
Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Orang yang pandai membaca al-Qur’an
itu akan bersama para Rosul yang mulia di akhirat nanti, adapun orang
yang lemah dan terlekat-lekat ketika membaca al-Qur’an dan dia memang
berkeinginan untuk membaca al-Qur’an, maka dia berhak mendapat dua
pahala.
Mengenai pahala membaca al-Qur’an, Ali Bin Abi Thalib
mengatakan bahwa, tiap-tiap orang yang membaca al-Qur’an dalam shalat,
akan mendapat lima puluh kebajikan untuk tiap-tiap huruf yang
diucapkannya, membaca al-Qur’an di luar shalat dengan berwudlu,
pahalanya dua puluh lima kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang
diucapkannya, dan membaca al-Qur’an di luar shalat dengan tidak
berwudlu, pahalanya sepuluh kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang
diucapkannya.16
B. Tinjauan Tentang Kesehatan mental
1. Pengertian Kesehatan Mental
Pengertian kesehatan mental menurut para tokoh psikologi terdapat
banyak pengertian. Menurut Dr. Zakiyah Darajat kesehatan mental adalah
terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis) dan dari
gejala-gejala penyakit jiwa (psikosis). Kemudian ia menambahkan lagi
bahwa kesehatan mental adalah terhindar dari gangguan dan penyakit
kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-
masalah dan kegoncangan biasa, adanya keserasian fungsi-fungsi jiwa
(tidak ada konflik) dan merasa bahwa dirinya berharga, serta dapat
menggunakan potensi yang ada pada dirinya sendiri seoptimal mungkin.17
Menurut Utsman Najati, mental adalah organisasi dinamis dari peralatan
16 Maimunah Hasan, Al-Qur’an dan Pengobatan Jiwa, Yogyakarta, Bintang Cemerlang,
2001. hlm. 130-132 17 Zakiyah Daradjat, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung, 1982, hlm. 07
19
fisik dalam diri individu yang membentuk karakternya yang unik dalam
penyesuaian dengan lingkungannya.18 Menurut Mursal dan M Tahir,
kesehatan mental adalah identik dengan kepribadian yang merupakan
kebulatan dinamik seseoarang yang tercermin dalam cita-cita sikap dan
perbuatannya.19
Dari pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa mental
adalah keseluruhan dan unsur kejiwaan (psikis) seseorang seperti cara
berfikir, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang kesemuanya itu akan
tercermin dalam tingkah laku atau perbuatannya.
2. Dasar dan Faktor Kesehatan Mental
1. Dasar Kesehatan Mental
- Dasar Agama
Unsur terpenting membantu pertumbuhan dan perkembangan
kejiwaan manusia adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk
ajaran agama. Maka dalam Islam prinsip pokok yang menjadi
sumbu kehidupan manusia adalah iman. Karena iman menjadi
pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan, tanpa kendali
tersebut akan mudahlah orang terdorong melakukan hal-hal yang
merugikan dirinya atau orang lain dan akan menimbulkan
penyesalan dan kecemasan yang menyebabkan tergoncangnya
kesehatan jiwa.20 Sebaliknya, jika nilai-nilai yang diterima itu jauh
dari agama, maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh pula dari
kebaikan dan akan menjadi goncang.21
2. Faktor Kesehatan Mental
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan mental
menurut para ahli ada beberapa macam pendapat. Untuk
18 Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Bandung, Pustaka Bandung, 1985, hlm. 240 19 H. Mursal dan H.M. Tahir, Ilmu Kalam, Jakarta, Wijaya, hlm. 121 20 Zakiyah Daradjat, Op. Cit. hlm. 11 21 Zakiyah Daradjat, Peranan Agama Islam dalam Kesehatan mental, Jakarta, CV. Mas
Agung, 1982, hlm. 90
20
mempermudah dan sekaligus menyederhanakan, maka disini penulis
akan kemukakan tiga pendapat para ahli, yaitu :
a. Aliran Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran ini berpendapat bahwa
perkembangan individu termasuk perkembangan mentalnya
ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir. Jadi perkembangan
itu semata-mata ditentukan oleh dasar atau bawaan. Tokoh utama
dalam aliran ini adalah Schoupenhaeur. Aliran ini mempertahankan
konsepsi dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan
antara orang tua dengan anak-anaknya, keistimewaan-
keistimewaan yang dimiliki oleh orang tuanya tersikap dalam
tingkah lakunya yang akan dimiliki oleh anak-anaknya.
b. Empirisme
Para ahli yang mengikuti aliran ini berpendapat bahwa
perkembangan individu termasuk mentalnya ditentukan oleh faktor
lingkungannya, sedangkan faktor dasar tidak memegang peranan
sama sekali. Tokoh utama dalam aliran ini adalah John Lock.
c. konvergensi
Faham atau aliran ini berpendapat berpendapat bahwa di
dalam perkembangan individu, baik dasar atau pembawaan dan
juga peran lingkungan merupakan hal yang penting. jadi dalam
perkembangan individu termasuk mentalnya banyak dipengaruhi
oleh dasar atau pembawaan maupun lingkungan. Tokoh aliran ini
adalah W. Stern. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada
masing-masing individu, akan tetapi bakat atau pembawaan yang
sudah ada perlu ditunjang oleh lingkungan yang sesuai agar dapat
berkembang dengan baik. Di samping bakat sebagai kemungkinan
yang harus dijawab oleh lingkungan yang sesuai, perlu juga
Dari ketiga pendapat jelas bahwa pendapat pertama dan kedua
saling bertentangan. Kedua pendapat itu bukan merupakan pilihan penulis.
Dalam pembahasannya kedua pendapat ini mempunyai kekurangan
masing-masing, penulis berpendapat bahwa perkembangan individu tidak
hanya ditentukan atau dipengaruhi oleh salah satu dari kedua faktor
tersebut secara mutlak, akan tetapi perkembangan itu ditentukan oleh
kedua-duanya, yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Oleh
karena itu penulis cenderung kepada aliran yang mengambil jalan tengah,
yaitu aliran konvergensi yang menyatakan bahwa faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama-sama berpengaruh, sehingga jika kembali
kepada pokok permasalahan di atas, maka dapat dikaatakan bahwa
perkembangan mental seseorang dipengaruhi oleh kedua faktor yang
dimunculkan oleh aliran konvergensi.
Dengan demikian maka dapatlah dikatakan bahwa dalam
pembentukan mental yang Islami itu dapat dibentuk lewat pendidikan
agama Islam. Sebagai alatnya akan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ;
lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.
3. Materi Kesehatan Mental
Inti dari kesehatan mental adalah kesemuanya tercantum dalam
materi pendidikan agama Islam, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Materi
ini diajarkan agaar manusia senantiasa dalam hidupnya akan terbimbing
dan akan terbentuk mental yang islami, yang akan menentukan bentuk
lahir atau akan tercermin tingkah laku yang agamis.
Jika mental seseorang sudah tertanam, mental atau jiwa yang
agamis sudah terisi dengan aqidah Islamiyah yang kuat maka ia akan
bertindak sesuai dengan ajaran agama tersebut.
a. Materi Aqidah (keimanan)
Penanaman aqidah ke dalam jiwa manusia merupakan prioritas
yang pertama kali ditanamkan oleh para rosul dalam menyiarkan
agama Islam sekaligus Aqidah (iman) juga sebagai dasar agama Islam.
22
Dalam aplikasinya penanaman materi aqidah sangat determinan bagi
kehidupan manusia, yang mana mereka harus mampu memahami
unsur ajaran agama Islam secara keseluruhan meliputi materi aqidah,
syari’ah, dan akhlak. Dan yang paling fundamental adalah keimanan.
Sayyid Abul A’la Maududi mengemukakan sembilan pengaruh
keimanan terhadap mental seseorang, yaitu sebagai berikut :
1. Orang yang percaya kepada kalimat atau pernyataan ini “percaya
kepada Allah SWT, tidak mempunyai pandangan yang sempit dan
picik”.
2. Kepercayaan ini menimbulkan sifat penghargaan dan
penghormatan pada diri sendiri.
3. Bersamaan dengan hormat kepada diri sendiri, pernyataan ini juga
menimbulkan rasa rendah diri dan kesederhanaan.
4. Kepercayaan (keimanan) ini membuat manusia menjadi baik
(shahih) dan adil (jujur).
5. Orang yang percaaya (beriman) tidak menjadi murung atau patah
hati dalam segala hal/keadaan.
6. kepercayaan (tauhid) menimbulkan keimanan tingkat tinggi,
ketabahan hati dan kepercayaan kepada Tuhan.
7. Pernyataan ini akan menimbulkan keberanian pada diri sendiri
seseorang.
8. Kepercayaan kepada “La Ilaha Ilallah” menimbulakan sikap damai
dan puas hati, membersihkan sikap hasud dan cemburu, sakit hati
dan tamak serta menjauhkan diri dari memuja jalan yang hina,
jalan yang tidak lurus atau tidak layak untuk mencapai
kemenangan. Efek atau kesan terpenting dari kalimat “La Ilaha
Ilallah” ialah membuat manusia patuh dan waspada terhadap
peraturan-peraturan atau hukum-hukum Tuhan.23
b. Materi Akhlak
23 Sayyid Abul A’la Al Maududi, Toward Understanding Islam, Kuwait, Al Faisal Press,
1992, hlm. 74-78
23
Materi akhlak Meskipun pengaruhnya tidak seperti aqidah, tetapi
mempunyai urgensi yang banyak juga. Sebagaimana yang telah
dijelaskan Ahamd Amin yang dikutip oleh Ismail Thaib bahwa urgensi
ilmu akhlak itu banyak sekali, antara lain meliputi :
1. Ilmu akhlak dapat menyinari orang dalam memecahkan masalah
yang dihadapi manusia yaitu kesulitan-kesulitan rutin dalam hidup
sehari-hari.
2. Dapat menjelaskan kepada orang sebab untuk memilih perbuatan
yang baik dan lebih bermanfaat.
3. Dapat membendung dan mencegah secara kontinyu untuk tidak
terperangkap kepada keinginan-keinginan hawa nafsu dan
mengarahkannya kepada yang positif dengan menguatkan unsur
irodah.
4. Manusia atau orang banyak mengerti benar-benar akan sebab-
sebab melakukan sesuatu perbuatan yang nilai kebaikannya lebih
besar.
5. Mengerti perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan
menghadapi perbuatan itu dengan penuh minat dan kemajuan.
6. Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam menvonis
perilaku orang banyak dan tidak akan mengekor dan mengikuti
sesuatu tanpa pertimbangan yang matang terlebih dahulu.24
4. Permasalahan Kesehatan Mental.
Jika seseorang mendapatkan masalah batin, mengalami
maladjusment (tidak mampu mengontrol daan menyesuaikan diri),25
konflik-konflik dalam diri sendiri yang serius atau mengidap bentuk-
bentuk kekalutan mental lainnya, atau kurang sehat mentalnya maka ada
beberapa prinsip atau metode yang harus diberikan.
24 Ismail Thaib, Risalah Akhlak, Yogyakarta, CV. Bina Usaha, 1984, hlm. 19 25 M. Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, Yogyakarta, BPI E, 1990, hlm. 212
24
a. Berusaha Memahami Pribadi Individu.
Setiap peribadi itu merupakan satu unitas multi-pleks (totalitas
kepribadian yang rumit dan kompleks dengan ciri-cirinya yang khas).
Masing-mssing mempunyai cara dan respons khusus dalam menggapai
kesulitan hidupnya. Karena itu selidikilah pribadi itu, apakah ia normal
atau sebagai orang yang lemah ingatannya atau seorang yang aneh
(eksentrik). Berusaha menemukan motif-motif perjuangannya, prinsip-
prinsip hidupnya kemudian berusaha mendapatkan kepercayaan
daripadanya agar dia menceritakan segala kesulitan daan tekanan
batinnya, diusahakan memahami dan ikut merasakan segala
ekspresinya (ada proses tepo sliro).
b. Mencari sebab-sebab timbulnya frustasi
Apaila ada seorang dewasa atau anak yang mempunyai cacat
jasmaniah dan menimbulkan frustasi, maka harus ditolong dengan
jalan menumbuhkan harga diri dan rasa kepercayaan diri yang besar
dan bahwa cacatnya itu merupakan ujian hidup serta bentuk rahmat
Illahi yang tetap harus dimanfaatkan.
Pada saat dihadapkan dengan realitas dan konteks yang harus
dihadapi pemuda atau remaja, maka mereka dalam perkembangan dan
pertumbuhan mentalnya banyak terdapat ketegangan-ketegangan dan
konflik-konflik batin dalam usaha untuk menemukan diri pribadi
(internal) dan menemukan norma-norma kedewasaan.26 Jika terjadi
konflilk antara anak-anak muda dengan orang tua hendaklah
diusahakan menemukan satu jalan keluar. Solusi konflik ini sebaiknya
saling adanya sikap saling menghargai satu sama lain sehingga ada
suasana harmonis di antara keduanya.27
c. Membuat rencana kerja untuk mendapatkan pengalaman positif
Hendaknya dikurangi persaingan-persaingan secara
perorangan, sebagai gantinya menyibukkan diri secara positif dengan
26 Kartini kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan mental, Bandung, CV. Mandar Maju, 1989, hlm. 251-252
27 Ibid, hlm. 253
25
kerja sama dan kegiatan yang bisa menimbulkan persaingan secara
kelompok. Semua peristiwa tadi untuk menumbuhkan rasa solidaritas
daan kegotong royongan yang terasa amat kurang dalam zaman
modern yang serba materialistis dan individulistis. Oleh karena itu,
orang tua, guru dan para pembimbing harus mampu menjadi contoh
yang baik bagi siapapun juga. Susunlah rencana kerja untuk
memberikan kesibukan positif agar bisa menjadi kanalisasi sosial yang
baik.28
d. Memberikan cinta kasih dan simpati secukupnya
Penyelidikan dan eksperimen-eksperimen menunjukkan bahwa
anak-anak yang sejak kecil memperoleh pemeliharaan berdasarkan
cinta kassih dan kemesraan akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih
stabil dari pada anak-anak yang tidak pernah merasakan cinta kasih itu
menjadi steril kehidupan afeksinya (emosional) dan menjadi asosial.29
e. Menggunakan mekanisme penyelesaian positif
Jika seseoraang mengalami kekalutan mental usahakanlah agar
bisa menyelesaikan konflik dengan menggunakan mekanisme
pemecahan (solving mechanism) yang positif yaitu dengan resignasi,
bekerja lebih giat dan berusaha lebih tekun dan mau sikap rela,
legowo, dan nerimo (ikhlas).30
f. Menanamkan nilai-nilai spiritual dan keagamaan.
Nilai-nilai spiritual dan renungan-renungan tentang hakikat
abadi atau Ilahi (hidup beragama) itu bisa memberikan kekuatan dan
stabilitas bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai metafisik ini
memberikan kemampuan atau daya tahan dan transendental yang
tersembunyi di balik atau jauh di belakang nilai-nilai materiil dan sifat
inderawi pada hakikatnya selalu mengandung unsur kebenaran serta