BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan atau yang biasanya disebut ansietas dapat terjadi pada setiap pasien dan anggota keluarga pasien yang sedang berada di rumah sakit, kecemasan pada setiap orang berbeda-beda (Morrrison & Burnard, 2009). Rasa takut dan rasa waspada yang tidak jelas juga dapat dialami oleh orang yang mengalami kecemasan, hal tersebut menyebabkan rasa yang tidak menyenangkan pada setiap orang (Pieter, Janiwarti & Marti, 2011). Faktor yang menyebabkan kecemasan yang terjadi pada pasien di ruang ICU/ICCU dapat disebabkan karena faktor predisposisi dan faktor presipitasi, faktor lainnya yang mendukung dalam mempengaruhi kecemasan pasien yang sudah dijelaskan pada penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien, yaitu salah satu faktornya penyebab kecemasan pasien adalah penanganan yang dialami oleh pasien di ICU. Tindakan penangan yang akan terjadi pada pasien, perawat perlu meminta persetujuan pasien, namun jika perawat atau tenaga kesehatan tidak memberikan komunikasi terapeutik yang baik dengan
25
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9324/3/Wahyu Sri Utami BAB II.pdf · pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan, seharusnya perawat perlu menjelaskan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kecemasan
Kecemasan atau yang biasanya disebut ansietas dapat terjadi pada
setiap pasien dan anggota keluarga pasien yang sedang berada di rumah
sakit, kecemasan pada setiap orang berbeda-beda (Morrrison & Burnard,
2009). Rasa takut dan rasa waspada yang tidak jelas juga dapat dialami
oleh orang yang mengalami kecemasan, hal tersebut menyebabkan rasa
yang tidak menyenangkan pada setiap orang (Pieter, Janiwarti & Marti,
2011).
Faktor yang menyebabkan kecemasan yang terjadi pada pasien di
ruang ICU/ICCU dapat disebabkan karena faktor predisposisi dan faktor
presipitasi, faktor lainnya yang mendukung dalam mempengaruhi
kecemasan pasien yang sudah dijelaskan pada penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan
komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien, yaitu salah satu
faktornya penyebab kecemasan pasien adalah penanganan yang dialami
oleh pasien di ICU. Tindakan penangan yang akan terjadi pada pasien,
perawat perlu meminta persetujuan pasien, namun jika perawat atau tenaga
kesehatan tidak memberikan komunikasi terapeutik yang baik dengan
13
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan,
seharusnya perawat perlu menjelaskan alasan akan dilakukaknnya
penanganan, memberi tahu informasi yang valid terhadap tindakan
penanganan. Jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik akan
memperlambatan persetujuan (inform consent) dan jika perawat
melakukan komunikasi yang baik akan menghasilkan mutu pelayanan
yang bagus. Kemudian dalam penelitian untuk mengukur kecemasan
pasien dengan menggunakan alat ukur kuesioner Hospital Anxiety and
Depression Scale (HADS) dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
komunikasi perawat akan menggunakan kuesioner yang telah digunakan
dalam penelitian sebelumnya dan kemudian dimodifikasi sesuai kebutuhan
dalam penelitian ini.
a. Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Keliat, Wiyono, & Susanti (2011), tanda dan gejala pada
kecemasan ada 3 hal diantaranya:
1) Respon fisik (mungkin ditemukan) : nafas pendek, nadi, dan
tekanan darah naik, mulut keringat anoreksia, diare/ konstipasi,
gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur.
2) Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, tidak mampu
menerima rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya.
14
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak- sentak, bicara
berlebih dan cepat, perasaan tidak aman.
b. Penyebab Kecemasan
Penyebab ansietas menurut Keliat (2011) yaitu :
1) Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu.
2) Pengalaman traumatis seperti perpisahan, kehilangan atau bencana.
3) Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan.
4) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan terhadap kebutuhan dasar.
5) Ancaman konsep diri (identitas diri, harga diri, dan perubahan peran).
c. Faktor Predisposisi Dan Faktor Presipitasi
1) Faktor Predisposisi
Menurut Struart (2013), pada faktor predisposisi berbagai teori telah
dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan :
a) Dalam pandangan psikoanalitisi, ansietas adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan
superego. Id memiliki dorongan insting dan impuls primitive,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
15
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama
rentan mengalami ansietas yang berat.
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori
perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang
dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk
menghindari kepedihan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas
biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga
tumpang tindih antara gangguan ansietas dan depresi.
e) Kajian biologis menunjukkana bahwa otak mengandung
reseptor khusus untu benzodiazepine, obat-obatan untuk
meningkat neuregulator inhibisi asam gama- aminobutirat
(GABA), yang berberperan penting dalam mekanisme biologis
yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu kesehatan umum
individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata
sebagai predisposisi ansietas. Anietas mungkin disertai dengan
16
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan
individu untuk mengatasi stressor.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Mariyam (2008) mengatakan faktor faktor yang
memperngaruhi tingkat kecemasan, anatara lain :
a) Faktor Internal
(1) Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan
bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan
kenyamanan, reassurance dan nasehat- nasehat.
(2) Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman
menghadapi stress dan upaya cara menghadapinya akan cenderung
menganggap stress adalah masalah yang bias diselesaikan. Tiap
pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari
pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stress.
(3) Jenis Kelamin
Bahwa jenis kelamin merupakan faktor internal yang dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Bahwasanya jenis
kelamin perempuan pada umumnya lebih rentan mengalami
17
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
kecemasan dibandingkan jenis kelamin laki-laki, karena dirasa
perempuan lebih mempunyai perasaan yang sensitive terhadap
permasalahan, sehingga mekanisme koping perempuan lebih kurang
baik dibandingkan laki-laki.
b) Faktor Eksternal
(1) Pengetahuan
Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan
intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya
diri dalam menghadapi stress mengikuti berbagai kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu
tersebut.
(2) Pendidikan
Pendidikan pula dapat meningatkan kemampuan mengahadapi
stress. Semakin tinggi kehidupan seseorang akan mudah dan semakin
mampu menghadapi sstres yang ada.
(3) Financial / Material
Asset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan
individu tersebut mengalami stress berupa kekacauan finansial,bila hal
ini terjadi dibandingkan orang lain yang asset finansialnya terbatas.
18
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
(4) Keluarga
Keluarga kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran
pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri
dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan
yang dihadapi suami akan dapat memberikan dukungan kepada
kondisi stress suaminya
(5) Sosial Budaya
Dukungan sosial dan sumber-sumber masyarakat serta
lingkungan sekitar akan sangat membantu seseorang dalam
menghadapi stressor, pemecahan masalah bersama-sama dan tuka
pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu
lebih siap menghadapi stress yang akan datang.
d. Tingkatan Kecemasan
Menurut Stuart (2013) menyatakan bahwa ada beberapa tingkatan ansietas,
terbagi menjadi beberapa yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas
berat, dan panik.
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan (ansietas) ringan berhubungan dengan ketegangan
peristiwa kehidupan sehari-hari. Ansietas ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Orang yang
mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan
19
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
kreativitas. Respon-respon fisiologis orang yang mengalami ansietas
ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan
darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala
pada lambung. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas ringan
adalah lapang persepsi melebar, dapat menerima rangsangan yang
kompleks, berkonsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan
masalah secara efektif. Respon perilaku dan emosi dari orang yang
mengalami ansietasringan adalah tidak dapat duduk tenang, tremor
halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
2) Kecemasan Sedang
Pada ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang lebih penting dan mengesampingkan hal yang lain .
Respon fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah
sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, diare, konstipasi, dan gelisah. Respon kognitif orang yang
mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang menyempit,
rangsangan dari luar sulit diterima, berfokus terhadap apayang
menjadi perhatian. Respon perilaku dan emosi orang yang mengalami
ansietas sedang adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas
tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman.
3) Kecemasan Berat
Pada ansietas berat lapangan persepsinya menjadi sangat
sempit, individu cenderung memikirkan hal-hal yang rinci dan
20
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
spesifik serta mengabaikan hal-hal lain. Semua ditunjukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu sulit berpikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada
area lain. Respon-respon fisiologis ansietas berat adalah napas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, sakit kepala,
penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respon kognitif orang
yang mengalami ansietas berat adalah lapangan persepsi yang sangat
sempit dan tidak mampu untuyk menyelesaikanmasalah.Respon
perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi
yang cepat dan blocking.
4) Panik
Pada tingkatan panic berhubungan dengan terrperangah,
ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik
mampu melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan.
Respon-respon fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik,
sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik yang sangat
rendah. Sementara respon-respon kognitif penderita panik adalah
lapangan persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak mampu berpikir
secara logis. Respon perilaku dan emosinya terlihat dengan adanya
agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak, blocking,
kehilangan kontrol diri, dan memiliki persepsi yang kacau.
21
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Sumber : Stuart (2013)
Gambar 2.1 Rentang Respon Ansietas
2. Komunikasi Terapeutik
a. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjadi antara perawat
dengan pasien secara aktif, mendengarkan dan memberi respon kepada
pasien dengan cara menunjukan sikap mau menerima dan mau memahami
sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara terbuka tentang
dirinya, serta memberikan informasi tentang kondisi pasien yang dirawat
di ruang ICU (Videbeck, SL. 2008). Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar di mana kegiatan dan tujuan