-
xxv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan keperawatan pasien osteoarthritis
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien yang biasa dikaji pada penyakit sistem
muskuloskeletal
adalah usia, karena
ada beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien
diatas
usia 60 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan
penyakit
muskuloskeletal seperti osteoarthritis klien mengeluh nyeri
pada
persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang
menyebabkan
keterbatasan mobilitas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan ini berupa uraian mengenai penyakit yang
diderita oleh
klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien
dibawa
ke Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksa diri ke tempat lain
selain
rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan
dan
bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat
pengkajian.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxvi
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit
muskuloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan
dengan
adanya penyakit muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan,
riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit
yang sama karena faktor genetic atau keturunan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
muskuloskeletal biasanya lemah.
2) Kesadaran
Keadaan klien biasanya Composmetis dan Apatis.
3) Tanda-tanda vital
Suhu meningkat (>37˚C).
Nadi meningkat (N : 70-82x/menit).
Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
Pernafasan biasanya mengalami meningkat atau normal.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxvii
g. Pemeriksaan Review Of System (ROS)
1) Sistem pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam
batas
normal.
2) Sistem sirkulasi
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi
perifer,
warna dan kehangatan.
3) Sistem persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat,
dilatasi
pupi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).
4) Sistem perkemihan
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria,
distesi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
5) Sistem pencernaan
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus,
anoreksia, adanya distensi abdomen, adnya nyeri tekan
abdomen.
6) Sistem musculoskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba atau mungkin terlokalisasi
pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot,
kontraktur,
atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxviii
h. Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasanya
dilakukan
sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian,
ketidakmampuan
mobilisasi.
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan
kesehatan.
2) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,
nafsu
makan, diet, kesulitan menelan, ,mual/muntah, dan makanan
kesukaan.
3) Pola eliminasi
Menjelaskan pola ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknya
masalah defekasi, masalah nutrisi, dan pengguanaan kateter.
4) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap
energy,
jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan
insomnia.
5) Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan
kedalaman
pernafasan.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxix
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap
anggota keluarga dan masyarakat sebagai tempat tinggal,
pekerjaan,
tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
7) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi
sensori
meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan dan
pembau.
Pada klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan
penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja mata dan merasa diruang
gelap.
8) Pola konsep diri
Menggambarkan tentang sikap diri sendiri dan persepsi
terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran
diri,
harga diri, peran diri dan identitas diri.
9) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
10) Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxx
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury (biologis, kimia, fisik,
psikologis),
ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada persendian,
ekspresi
wajah meringis.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan dan
ketidaknyamanan,
kerusakan neuromuskuler, kehilangan integritas struktur tulang,
kekakuan
sendi atau kontraktur.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit,
trauma
atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan
mengenai
perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan
negatif
tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak
ada
kekuatan).
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury (biologis, kimia, fisik,
psikologis),
ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada persendian,
ekspresi
wajah meringis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam
diharapkan klien melaporkan adanya nyeri dengan kriteria hasil
:
1) Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dan tindakan
pencegahan
nyeri.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxi
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen
nyeri.
3) Menunjukan tingkat nyeri.
4) Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
5) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
6) Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
1) Manajemen nyeri
a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi :
lokasi,
karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan
faktor-faktor presipitasi.
Rasional : untuk mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri,
lokasi
nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri.
b) Berikan posisi nyaman.
c) Observasi isyarat-isyarat nonverbao dari ketidaknyamanan.
d) Ajarkan tehnik nonfarmakologi (missal : relaksasi, guided
imagery, terapi muasik, distraksi, aplikasi panas-dingin,
massage).
2) Pemberian Analgesik
a) Monitor vital sign.
b) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxii
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan dan
ketidaknyamanan,
kerusakan neuromuskuler, kehilangan integritas struktur tulang,
kekakuan
sendi atau kontraktur.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam
diharapkan klien dapat menunjukan tingkat mobilitas dengan
kriteria
hasil:
1) Klien menunjukan pergerakan sendi.
2) Klien menunjukan penggunaan alat bantu secara benar
dengan
pengawasan.
3) Klien meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika
diperlukan.
4) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
mandiri.
Intervensi :
1) Terapi aktivitas : ambulasi (Exercise Therapy
Ambulation).
a) Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
(missal:
dari tempat tidur ke kursi).
b) Pantau penggunaan alat bantu mobilitas (missal: tongkat,
walker,
kruk atau kursi roda).
c) Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
d) Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif atau
pasif
untuk mempertahankan kekuatan dan ketahanan otot.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxiii
2) Terapi aktivitas : mobilisasi sendi
a) Kolaborasi dengan terapi fisik dalam pengembangan program
latihan.
b) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang magsud dan
rencana
latihan.
c) Bantu klien untuk mengatur posisi yang optimal dalam ROM
aktif/pasif.
d) Motivavi klien untuk latihan ROM aktif/pasif dan
merencanakan
jadwal latihan.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit,
trauma
atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan
mengenai
perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan
negatif
tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak
ada
kekuatan).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam
diharapkan klien menunjukan citra tubuh yang positif dengan
kriteria
hasil:
1) Klien mendemonstrasikan penerimaan terhadap perubahan
bentuk
tubuh.
2) Klien mengungkapkan kepuasan terhadap penampilan dan
fungsi
tubuh.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxiv
3) Mengungkapkan pengakuan terhadap perubahan aktual pada
penampilan tubuh.
Intervensi :
1) Peningkatan citra tubuh
a) Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal klien
tentang tubuh klien.
b) Tentukan apakah perubahan fisik saat ini telah dikaitkan
keadaan
citra tubuh klien.
c) Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri.
d) Dorong klien untuk mengeksplorasi perubahan yang
dialaminya.
e) Bantu klien agar dapat menerima bantuan dari orang lain.
4. Pelaksanaan
a. Diagnosa Nyeri akut/kronis
1) Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi :
lokasi,
karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan
faktor-faktor presipitasi.
2) Memberikan atau menganjurkan klien untuk posisi nyaman.
3) Mengobservasi isyarat-isyarat nonverbal dari
ketidaknyamanan.
4) Mengajarkan tehnik nonfarmakologi (missal : relaksasi,
guided
imagery, terapi muasik, distraksi, aplikasi panas-dingin,
massage).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxv
b. Diagnosa Hambatan mobilitas fisik
1) Mengajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai
kebutuhan
(missal: dari tempat tidur ke kursi).
2) Memantau penggunaan alat bantu mobilitas (missal: tongkat,
walker,
kruk atau kursi roda).
3) Merujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
4) Mengajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif atau
pasif
untuk mempertahankan kekuatan dan ketahanan otot.
c. Diagnosa Gangguan citra tubuh
1) Mengkaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal
klien
tentang tubuh klien.
2) Menentukan apakah perubahan fisik saat ini telah dikaitkan
keadaan
citra tubuh klien.
3) Memantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri.
4) Mendorong klien untuk mengeksplorasi perubahan yang
dialaminya.
5) Membantu klien agar dapat menerima bantuan dari orang
lain.
5. Evaluasi
a. Diagnosa keperawatan : nyeri akut/kronis
1) Klien menunjukan kemampuan menggunakan tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri dan tindakan pencegahan nyeri.
2) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk
mencari
pertolongan.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxvi
3) Klien melaporkan nyeri berkurang.
4) Klien mengungkapkan kenyamanan setelah nyeri berkurang.
5) Klien menunjukan tanda vital dalam batas normal.
6) Klien menunjukan ekspresi wajah tenang.
b. Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik
1) Klien menunjukan penampilan yang seimbang.
2) Klien menunjukan penampilan posisi tubuh.
3) Klien dapat melakukan pergerakan sendi.
4) Klien dapat melakukan perpindahan.
5) Klien dapat berjalan.
6) Klien menggunakan alat bantu secara benar dengan
pengawasan.
7) Klien mau meminta bantuan untuk aktivitas sehari-hari secara
mandiri.
c. Diagnosa keperawatan : Gangguan citra tubuh
1) Klien mendemonstrasikan penerimaan perubahan bentuk
tubuh.
2) Klien puas dengan kemampuan dan fungsi tubuh.
3) Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial yang dekat.
B. Lansia
1. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1), (2), (3),
dan (4) UU
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxvii
no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Usia lanjut dapat
digunakan
usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut,
maka orang
yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik
bersifat promotif
maupun preventif, agar dapat menikmati masa usia emas serta
menjadi usia
lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam, 2008).
2. Batasan lanjut usia
Menurut badan kesehatan dunia (WHO, 2014), yang dikatakan lanjut
usia
tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
a. Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun.
b. Usia tua (old) 75-89 tahun.
c. Usia sangat lanjut (very old) lebih dari 90 tahun.
Sedangkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi lanjut
usia
sebagai berikut :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) keadaan ini
dikatakan
sebagai masa virilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa
presenium.
c. Kelompok usua lanjut (lebih dari 65 tahun) yang dikatakan
sebagai masa
senium.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxviii
3. Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri yang dijumpai usia lanjut menurut Wahyunita dan Fitrah
(2010),
meliputi:
a. Secara fisik : penglihatan dan pendengaran menurun, kulit
tampak
mengendur, aktivitas tubuh menurun, penumpukan lemak dibagian
perut
dan panggul.
b. Secara psikologis : merasa kurang percaya diri, sering merasa
kesepian,
merasa sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak berguna, tipe
optimis,
dependen (ketergantungan), tipe marah/frustasi (kecewa akibat
kegagalan
dalam melakukan sesuatu), putus asa (benci pada diri
sendiri).
C. Osteoarthritis
1. Definisi
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi, merupakan suatu penyakit
kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak diketahui
penyebabnya,
meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan
ini
berkaitan dengan usia lanjut (Elvira, 2010). Faktor resiko
osteoarthritis adalah
usia di atas 55 tahun dimana pada usia tersebut wanita lebih
banyak dibanding
laki-laki. Pekerjaan mengangkat barang, naik tangga atau
berjalan jauh juga
merupakan faktor resiko (Hamijoyo, 2013).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxix
Menurut Hamijoyo tahun 2014 gejala yang dialami biasanya nyeri
yang
muncul perlahan-lahan, nyeri biasanya dibangkitkan oleh suatu
aktivitas fisik
yang berat, nyeri biasanya memburuk ketika sendi digunakan dan
membaik
ketika istirahat, pada saat digerak an menimbulkan suara
krepitus sein itu
disertai bengkak dan kaku yang berlangsung kurang lebih 15-20
menit.
Menurut Soeroso tahun 2006. Gambaran Radiografi sendi yang
menyokong
diagnosis osteoarthritis penyempitan celah sendi yang seringkali
asimetri,
peningkatan densitas tulang subkondral (sclerosis), kista pada
tulang, osteofit
pada pinggir sendi dan perubahan struktur anatomi sendi.
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak.
Penyakit ini
sifatnya kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan
sendi dan adanya
gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian
(Sylvia,
2005). Osteoarthritis adalah penyakit peradangan sendi yang
sering muncul
pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia 40 tahun dan lebih
sering dijumpai
pada usia 60 tahun.
2. Etiologi
Osteoarthritis terjadi karena karena tulang rawan yang menjadi
ujung dari
tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya.
Permukaan
tulang halus rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi.
Jika tulang
rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu
dengan
tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerak
pada
sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xl
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis antara
lain adalah :
a. Usia
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor
ketuaan
adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya
osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoarthritis hamper tak pernah terjadi pada anak-anak, jarang
pada
umur 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi, dan
laki-laki
lebih sering terkana osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan
leher.
Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis
kurang
lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi
osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal
ini
menunjukan adanya peran hormonal pada pathogenesis
osteoarthritis
(Soeroso, 2006).
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasanya
mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko
terjadinya osteoarthritis. Trauma berpengaruh terhadap
kartilago
artikuler, ligament ataupun menikus yang menyebabkan
biomekanika
sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi
premature
(Shiddiqui, 2008).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xli
d. Pekerjaan
Osteoarthritis lebih sering terjadi pada mereka yang
pekerjaannya
sering memberikan tekanan pada sendi-sendi tertentu. Jenis
pekerjaan
juga mempengaruhi sendi mana yang terkena osteoarthritis.
Sebagai
contoh, pada tukang jahit, osteoarthritis lebih sering terjadi
di daerah
lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada
daerah
pinggang (Dewi, 2009).
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun
pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis
pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis
sendi
lainnya (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini
terjadi
peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso,
2007).
f. Faktor gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup
mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoarthritis.
Contohnya adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat
meningkatkan
kandungan karbon monoksida dalam darah, mengakibatkan
jaringan
kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang
rawan (Pratiwi, 2007).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlii
D. Nyeri
1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau
potensial.
Masalah fisiologis pada lanjut usia dengan osteoarthritis adalan
nyeri (Perry &
Potter,2005). Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oleh synovial
dan
degredasi kartilago berkaitan dengan degradasi kolagen dan
proteoglikan oleh
enzim autolitik seluler. VAS adalah alat pengukur itensitas
nyeri efisien yang
telah digunakan secara luas dalam penelitian dan pengaturan
klinis
(Welchekdkk,2009).
Menurut Tamsuri (2007), nyeri adalah suatu keadaan yang
mampu
mempengaruhi keberadaan seseorang yang mengalaminya. Nyeri juga
suatu
kondisi dimana seseorang merasakan perasaan tidak menyenangkan
atau tidak
nyaman yang bersifat subyektif dan perasaan ini akan terasa
berbeda pada
setiap yang mengalaminya karena hanya orang tersebutlah yang
dapat
menjelaskan apa yang sedang dirasakan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Usia
Usia merupakan variable yang penting dalam mempengaruhi
nyeri
pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan
dalam
memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat
menyebabkan
nyeri. Anak-anak kecil yang belum bisa mengucapkan kata-kata
juga
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xliii
mengalami kesulitan mengungkapkan secara verbal dan
mengekspresikan
nyeri kepada kedua orang tua atau perawat.
Pada lansia seorang perawat harus melakukan pengkajian lebih
rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Sebagian
lansia
terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka
menganggap
bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak
bisa
dihindari.
b. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang
menganggap
bahwa seorang laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh
menangis
dibandingkan dengan anak perempuan dalam situasi yang sama
ketika
merasakan nyeri.
c. Kebudayaan
Perawat sering kali berasumsi bahwa cara berespon pada
setiap
individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka
mencoba
mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri. Sebagai
contoh,
apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih
mengindikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri,
akibatnya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok untuk klien
berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak
selalu
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xliv
mengekspresikan pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat
atau
mengharaokan perawat melakukan intervensi.
d. Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan
cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita
yang
merasakan nyeri saat bersalin akan mengekspresikan nyeri secara
berbeda
dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipikul.
e. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat
keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan
mungkin
terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat.
Dalam
kaitannya dalam kualitas nyeri, masing-masing individu
bervariasi, ada
yang melaporkan seperti tertusuk-tusuk, nyeri tumpil, berdenyut,
terbakar,
dan lain-lain.
f. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks,
ansietas
yang dirasakan seorang sering kali meningkatkan persepsi nyeri,
akan
tetapi nyeri juga dapan menimbulkan perasaan ansietas.
g. Keletihan
Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang akan
meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping
individu.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlv
h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman yang telah dirasakan
oleh
individu tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudan
dalam
menghadapi nyeri pada masa yang mendatang. Seorang yang
biasa
merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri
dari
pada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang
nyeri.
i. Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri sering kali membutuhkan
dukungan, bantuan, perlindungan dari keluarga lain, atau teman
terdekat.
Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang
terdekat akan
menimbulkan kesepian dan kekuatan (Prasetyo, 2010).
3. Intensitas nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri
yang
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat
subjektif dan
individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan
berbagai alat pengukur nyeri seperti skala visual analog, skala
numeric, skala
nyeri deskriptif atau skala nyeri Wong-Bakers (Tamsuri,
2006).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlvi
4. Pemeriksaan nyeri
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang
perawat di
dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien.
Tamsuri
(2006) mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut
diantaranya:
a. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus
mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam
observasi
perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri
yang
dilaporkan oleh klien adalah nyata.
b. Karakteristik nyeri (metode P, Q, R, S, T)
1) Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri
pada
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi
bagian-
bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat
mencurigai
adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat
mengeksplore
perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang
dapat
mencetuskan nyeri.
2) Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang
diungkapkan
oleh klien, sering kali klien mendeskripsikan nyeri dengan
kalimat-
kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti
tertindih,
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlvii
perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin
berbeda-
beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
3) Lokasi (R: Regio)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat menerima klien
untuk
menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman
oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat
dapat
meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik ysng psling
nyeri,
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan
bersifat
difus (menyebar).
4) Keparahan (S: Savere)
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau
parah.
5) Durasi (T: Time)
Durasi nyeri adalah kapan nyeri terjadi atau muncul pada
klien.
c. Skala Analog Visual
Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu
garis
lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
memiliki
alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini
memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat
keparahan
nyeri yang dirasakan. Skala analog visual merupakan pengukur
keparahan
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlviii
nyeri yang lebih sensitive karena pasien dapat mengidentifikasi
setiap titik
pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau
angka.
Gambar 2.1
Visual Analog Scale
d. Skala NRS (Numeric Rating Scale)
Skala ini berbentuk garis horizontal yang menunjukan
angka-angka
dari 0-10, yaitu angka 0 menunjukan tidak ada nyeri dan angka
10
menunjukan nyeri yang paling hebat. Skala ini merupakan garis
panjang
berukuran 10 cm, yaitu setiap panjangnya 1 cm diberi tanda.
Skala ini
dapat dipakai pada klien dengan nyeri yang hebat atau klien yang
baru
mengalami operasi. Tingkat angka yang ditunjukan oleh klien
dapat
digunakan untuk mengkaji efektivitas dari intervensi pereda rasa
nyeri.
Gambar 2.2
Numeric Rating Scale
Tidak
ada
nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri
hebat
Nyeri
sangat
Nyeri
paling
hebat
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlix
5. Klasifikasi nyeri
a. Nyeri akut yang merupakan nyeri yang dialami secara mendadak
dan
dalam waktu yang singkat (sekitar 6 bulan) saja dan akan segera
hilang.
b. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan dan
akan
berlangsung dalam waktu yang panjang (lebih dari 6 bulan).
6. Jenis nyeri
a. Nyeri Nosiseptif
Nyeri ini pada umumnya terjadi pada stimulasi singkat yang
tidak
merusak jaringan serta tidak memerlukan penanganan secara
khusus.
Contohnya: nyeri yang terjadi pada saat menjalani operasi dan
nyeri yang
timbul akibat tusukan jarum infus.
b. Nyeri Inflamatorik
Pada umumnya nyeri ini terjadi pada stimulasi yang kuat dan
dalam waktu
yang panjang sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Nyeri
ini bisa
menjadi nyeri akut atau kronis karena itu penderita biasanya
memerlukan
tindakan medis untuk mengatasinya. Contohnya: rheumatoid
arthritis.
c. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan jaringan pada sistem
saraf
perifer atau sentral. Contohnya: nyeri yang dirasakan pasca
mengalami
stroke.
d. Nyeri Fungsional
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
l
Nyeri ini terjadi karena terjadinya respon yang abnormal pada
sistem saraf
seperti hipersensitifitas aparatur sensorik. Beberapa yang
sering dialami
seperti nyeri dada dan nyeri pada kepala.
E. Kompres hangat
1. Definisi
Kompres hangat adalah tindakakan memberikan rasa hangat
untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman mengurangi untuk membebaskan
nyeri,
mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat
pada
daerah tertentu (Hidayat, 2008).
Kompres air hangat juga dapat meningkatkan aliran darah
untuk
mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot sehingga proses
inflamasi
berkurang (Lemone & Burke, 2010). Air hangat yang digunakan
biasanya
bersuhu 40,5˚C sampai 43˚C kemudian diletakan pada kain
kemudian
dikompreskan pada daerah sendi yang mengalami nyeri selama 20
menit,
ganti kompres per 5 menit agar tetap hangat (Kusyati, 2006).
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
hangat
setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisioligis, antara
lain efek
vasodilatasi, meningkatkan premeabilitas kapiler, meningkatkan
metabolisme
seluler, merelaksasi otot, meningkatkan aliran darah ke suatu
area. Kompres
hangat dapat meningkatkan suhu jaringan dan sirkulasi darah
lokal, yang
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
li
dapat menghambat produk metabolisme inflamasi seperti
prostaglandin,
bradikinin dan histamine sehingga dapat mengurangi nyeri (Hager,
2003).
Tidak hanya kompres hangat tetapi kompres jahe juga efektif
untuk
mengurangi nyeri. Kompres jahe adalah salah satu kombinasi
antara terapi
hangat dan terapi relaksasi yang bermanfaat pada penderita nyeri
sendi. Jahe
mengandung senyawa Phenol yang terbukti memiliki efek anti
radang dan
diketahui ampuh mengusir penyakit sendi juga ketegangan yang
dialami otot
sehingga dapat memperbaiki sistem muskuloskeletal yang
menurun
(Susilowati, 2015).
2. Tujuan
a. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredarah darah di
jaringan
tersebut.
b. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan.
c. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena
reaksi
peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan
peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan kapiler (Fauziyah,
2013).
3. Cara pemberian kompres hangat
a. Persiapan alat dan bahan
1) Botol atau kain yang dapat menyerap air.
2) Air hangat dengan suhu 40,5˚C sampai 43˚C.
3) Thermometer.
b. Tahap kerja
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
lii
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan
dilakukan.
3) Masukan air kedalam air hangat, lalu diperas.
4) Tempatkan kain yang sudah diperas pada daerah yang akan
dikompres.
5) Angkat kain tersebut setelah 20 menit, dan lakukan kompres
ulang jika
nyeri belum teratasi.
6) Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan.
7) Cuci tangan (Uliyah & Hidayat, 2008).
F. Jahe
1. Pengertian
Jahe (Zingiber Officinale Rosc) termasuk dalam daftar prioritas
WHO
sebagai tanaman obat yang paling banyak digunakan didunia.
Rimpangnya
yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid terbukti
berkhasiat
mengurangi peradangan dan nyeri sendi. Jahe menekan sintesis
prostaglandin
melalui inhibisi cyclooxygenase-1 dan cyclooxygenase-2, hasil
penemuan
selanjutnya menyatakan bahwa jahe juga menekan biosintesis
leukotrin
dengan menghambat 5-lipoxygenase, dan dalam penelitian
sebelumnya
dinyatakan bahwa dua inhibitor cyclooxygenase dan 5-lipoxygenase
memiliki
riwayat terapeutik lebih baik dan efek samping lebih sedikit
dibandingkan
dengan NSAIDs (Grzanna dkk, 2005).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
liii
Jahe (Zingiber Officinale Rosc) mempunyai kegunaan yang
cukup
beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi
aroma, ataupun
sebagai obat (Bartley & Jacobs, 2000).
Jahe dapat mengurangi nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih
sendi,
untuk penanganan sendi dosis yang dianjurkan 510-1000mg/hari
serbuk jahe.
Pemberian ekstrak jahe 1gr/hari selama 4 minggu atau lebih
efektif
dibandingkan dengan placebo dan sama efektifnya dengan ibuprofen
dalam
meredakan nyeri (Leach & Kumar, 2008).
2. Jenis tanaman jahe
Jahe (Zingiber Officinale Rosc) adalah tanaman herbal dari
family zingi
barance dikenal 3 jenis jahe yaitu :
a. Jahe gajah atau jahe besar/jahe badak berwarna putih
kekuningan.
b. Jahe emprit atau jahe putih, bentuknya agak pipih berserabut
lembut.
c. Jahe merah, memiliki kandungan minyak atsiri lebih besar
yaitu sekitar
2,58-2,72% jika dilihat dari ukuran rimpang yang agak kecil,
ruas rata dan
sedikit menggembung (Rahman, 2004).
3. Kandungan
Zingerol, gingerol dan shogaol merupakan kandungan yang
bermanfaat
untuk mengurangi nyeri osteoarthritis. Jahe memiliki sifat
pedas, pahit dan
aromatic dari oleoresin. Oleoresin memiliki potensi
antiinflamasi dan
antioksidan yang kuat kandungan air dan minyak tidak menguap
pada jahe
berfungsi sebagai enhancer (bahan) yang dapat meningkatkan
permeabilitas
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
liv
oleoresin sehingga dapat menembus kulit tanpa menyebabkan
iritasi atau
kerusakan hingga sirkulasi perifer(Swarbick & Boylan,
2002).
4. Manfaat
Jahe memiliki banyak kegunaan, yaitu 10 dehydiogengerdione
(rimpang)
penekan prostaglandin, 10 gingerdione (rimpang) penekan
prostaglandin, 6
gingerol (rimpang) merangasang keluarnya ASI, penghambat enzim
siklo
oksigenasi, penekan prostaglandin, alpha-linolenic (rimpang)
anti perdarahan
diluar haid, merangsang kekebalan tubuh, merangsang produksi
getah bening
(Dwiyanto, 2009).
5. Efek farmakologi
Pada serangkaian kasus, jahe dapat mengurangi nyeri dan kekakuan
pada
satu atau lebih sendi pada pasien. Bahkan mampu mngurangi
obat-obat
antiartritis. Untuk penanganan rematoid artritis dan
osteoarthritis, dosis yang
dianjurkan 510-1000 mg/hari serbuk jahe. Pemberian ekstrak jahe
1 gr/hari
selama 4 minggu lebih efektif dibandingkan dengan plasbo dan
sama
efektifnya dengan ibuprofen dalam meredakan nyeri pada
osteoarthritis
(Leach & Kumar, 2008).
6. Efek merugikan jahe
Didalam evidence synthesis, Leach & Kumar (2008) menyatakan
bahwa
ada dua penelitian yang melaporkan efek merugikan jahe seperti
rasa panas
pada lambung (6,9%), perubahan rasa (7,5%)< dyspepsia, nausea
dan
konjungtivis masing-masing (1,5%). Namun demikian tidak ada
kejadian-
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
lv
kejadian berat yang merugikan sehingga menyebabkan penderita
masuk
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan atau kematian (Arif,
2010).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018