6 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan Beban yang diterima tanah pada prinsipnya dikelompokkan ke dalam 2 (dua) jenis yaitu beban statik dan beban dinamik. Gempabumi merupakan sumber terbesar beban dinamik yang menyebarkan gerakan/gelombang acak kesegala arah. Setiap gempabumi berhubungan dengan pelepasan sejumlah besar energi yang dinyatakan dengan bilangan magnitude (M). (Kramer, Steven L., 1996) Sebagai medium perambatan gelombang gempa, bumi dimodelkan sebagai medium semi tak hingga dengan permukaan datar dan mengabaikan efek kelengkungan permukaan. Besar beban gempa yang tiba di permukaan tanah akan berbeda untuk setiap medium rambat yang berbeda, yang dilalui gelombang gempa sepanjang perambatannya. Hal ini berhubungan dengan faktor damping (material damping) dan kekakuan dari setiap medium rambatan. (Kramer, Steven L., 1996) Bangunan konstruksi berdasarkan letaknya terhadap permukaan tanah dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu strukutur atas (upper structure) dan struktur bawah (sub-structure). Kedua bagian bangunan ini memiliki beberapa perbedaan dalam metoda analisis untuk keperluan desain. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh perbedaan keadaan lingkungan di sekitar kedua bagian bangunan tersebut. Untuk struktur atas, keadaan tanah tidak berpengaruh secara langsung dalam proses analisis dan desain. Sedangkan untuk struktur bawah atau struktur tertanam, keadaan tanah sangat berperan dalam desain terhadap gaya-gaya luar yang bekerja sehingga interaksi antara tanah dan strukutur tertanam perlu diperhitungkan. Hal ini dinyatakan oleh Denny Tami, Hendriyawan dan Meddi Rinaldi pada tahun 1999 dalam penelitian yang diberi judul ”Interaksi Tanah Struktur pada Struktur Tertanam Tanah akibat Bebab Gempa” ini. Penelitian ini
26
Embed
Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/608/jbptitbpp-gdl-inengahsuk-30370-3... · pergerakan tanah sebagai fungsi dari kedalaman dan karakteristik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1 Pendahuluan
Beban yang diterima tanah pada prinsipnya dikelompokkan ke dalam 2 (dua)
jenis yaitu beban statik dan beban dinamik. Gempabumi merupakan sumber
terbesar beban dinamik yang menyebarkan gerakan/gelombang acak kesegala
arah. Setiap gempabumi berhubungan dengan pelepasan sejumlah besar energi
yang dinyatakan dengan bilangan magnitude (M). (Kramer, Steven L., 1996)
Sebagai medium perambatan gelombang gempa, bumi dimodelkan sebagai
medium semi tak hingga dengan permukaan datar dan mengabaikan efek
kelengkungan permukaan. Besar beban gempa yang tiba di permukaan tanah
akan berbeda untuk setiap medium rambat yang berbeda, yang dilalui gelombang
gempa sepanjang perambatannya. Hal ini berhubungan dengan faktor damping
(material damping) dan kekakuan dari setiap medium rambatan. (Kramer, Steven
L., 1996)
Bangunan konstruksi berdasarkan letaknya terhadap permukaan tanah dapat
dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu strukutur atas (upper structure) dan struktur
bawah (sub-structure). Kedua bagian bangunan ini memiliki beberapa perbedaan
dalam metoda analisis untuk keperluan desain. Perbedaan tersebut diakibatkan
oleh perbedaan keadaan lingkungan di sekitar kedua bagian bangunan tersebut.
Untuk struktur atas, keadaan tanah tidak berpengaruh secara langsung dalam
proses analisis dan desain. Sedangkan untuk struktur bawah atau struktur
tertanam, keadaan tanah sangat berperan dalam desain terhadap gaya-gaya luar
yang bekerja sehingga interaksi antara tanah dan strukutur tertanam perlu
diperhitungkan. Hal ini dinyatakan oleh Denny Tami, Hendriyawan dan Meddi
Rinaldi pada tahun 1999 dalam penelitian yang diberi judul ”Interaksi Tanah
Struktur pada Struktur Tertanam Tanah akibat Bebab Gempa” ini. Penelitian ini
7
melakukan analisis terhadap basement sebagai struktur tertanam tanpa
melibatkan pondasi dan struktur atas.
Metode-metode dalam analisis terhadap beban dinamik yang menimbulkan
respon pada tanah – pondasi – struktur akibat dari beban yang ditimbulkan oleh
gempabumi, dituangkan oleh G. Gazetas, K. Fan, T. Tazoh, K. Shimizu, M.
Kavvadas, N. Markis dalam karya tulis berjudul ‘Seismic Pile-Group – Structure
interaction” melalui Getechnical Special Publication No. 34 tahun 1992. Hal
yang senada diungkapkan oleh George Gazetas dan George Mylonakis yang
dituangkan dalam judul ’Seismic – Soil – Structure Interaction: New Evidence
and Emerging Issues” yang dipublikasikan pada tahun 1998 melalui Geotechnical
Special Publication No. 75.
Jenis material di atas batuan dasar, dengan karakteristik massa dan kekakuan
tertentu, akan menentukan seberapa besar beban gempa dari batuan dasar akan
mengalami perubahan ketika tiba di permukaan tanah.
Analisis akan dilakukan dengan mempergunakan bantuan program elemen
hingga, Plaxis Dynamic versi 8.2 untuk menganalisis interaksi tanah – pondasi
grup – basement.
II.2 Gempabumi
Gempabumi adalah suatu gerakan tiba-tiba atau suatu rentetan gerakan tiba-tiba
dari tanah dan bersifat transient yang berasal dari suatu daerah terbatas dan
menyebar dari titik tersebut ke segala arah (M.T. Zein). Menurut pada definisi ini
maka gempabumi dapat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kategori,
1. Gempabumi runtuhan.
Adalah gempabumi yang disebabkan oleh keruntuhan yang terjadi baik di
atas maupun di bawah permukaan tanah. Beberapa contoh penyebab
8
gempabumi runtuhan adalah tanah longsor, salju longsor, batu jatuhan dan
semacamnya.
2. Gempabumi vulkanik.
Adalah gempabumi yang disebabkan oleh kegiatan gunung berapi baik
sebelum maupun pada saat meletusnya gunung berapi tersebut.
3. Gempabumi tektonik.
Adalah gempabumi yang terjadi karena pergeseran antar kerak bumi
(lithosphere) dan pada umumnya terjadi di daerah patahan kerak bumi. Pada
kenyataannya, gempabumi jenis ini menyebabkan kerusakan paling luas bila
dibandingkan dengan jenis gempabumi yang lain. Kerusakan yang
ditimbulkan merupakan akibat dari energi yang dikandung gempa melebihi
energi yang dapat diterima oleh kulit bumi (Irsyam, Masyhur, 2006). Kerak
bumi (lithosphere) yang kaku ini dapat bergerak karena letaknya yang
mengambang di atas lapisan mantel/asthenosphere yang bersifat plastis dan
menyebabkan timbulnya gelombang gempa yang dirambatkan hingga
mencapai permukaan tanah. Gelombang gempa ini dapat menimbulkan
kerusakan di permukaan bumi karena gempabumi adalah juga sebuah proses
pelepasan sejumlah energi (Kramer, Steven L., 1996). Sehubungan dengan
gempabumi tektonik, maka dikenal beberapa mekanisme gerakan antar kerak
bumi di daerah patahan kulit bumi yang menyebabkan terjadinya pelepasan
energi, yaitu:
a. Subduction
Adalah interaksi antar lempeng yang tebalnya hampir sama, dimana lempeng
pertama berada dibawah lempeng kedua (tenggelam). Mekanisme semacam
ini umumnya terjadi di sepanjang busur pulau.
b. Transcursion
Adalah interaksi antar dua lempeng, dimana kedua lempeng tersebut dapat
berupa lempeng laut atau antara lempeng laut dengan lempeng benua yang
bergerak horizontal satu terhadap lainnya.
c. Extursion
Adalah interaksi antara dua lempeng tipis yang bergerak saling menjauh
(Irsyam, Masyhur, 2006).
9
II.3 Gelombang Gempa
Ketika terjadi gempabumi (tektonik) maka terbentuk gelombang gempa yang
dikelompokkan kedalam 2 (dua) jenis: gelombang badan (body waves) dan
gelombang permukaan (surface waves). Gelombang permukaan terdiri dari 2
(dua) jenis, gelombang-p (p-waves) dan gelombang-s (s-waves). Gelombang-p
dikenal sebagai gelombang utama, gelombang compressional atau gelombang
longitudinal dan berperilaku seperti gelombang suara yang berarti bahwa gerakan
partikel-partikel tanah yang dilalui adalah paralel terhadap arah gerakan
gelombang. Gelombang-s dikenal sebagai gelombang secondary, gelombang
geser (shear) atau gelombang transverse. Gelombang-s menyebabkan deformasi
geser sepanjang material yang dilalui. Partikel yang dilalui bergerak dalam arah
tegak lurus dengan arah gerak gelombang. Berdasar pada arah gerak partikel,
gelombang-s tersusun dari 2 (dua) komponen, yaitu: SV (vertical plane
movement) dan SH (horizontal plane movement). Sementara itu, dikenal Dua
macam gelombang permukaan yang sangat penting untuk keperluan ilmu
rekayasa gempa yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang Love. Gelombang
Rayleigh dihasilkan sebagai interaksi antara gelombang-p dan SV dengan
permukaan tanah. Gelombang Love merupakan interaksi antara gelombang SH
dengan lapisan tanah lunak. Gelombang permukaan bergerak sepanjang
permukaan tanah dengan amplitudo yang berkurang secara eksponensial terhadap
kedalaman. (Kramer, Steven L., 1996).
II.4 Teori Perambatan Gelombang
Analisis interaksi tanah – pondasi grup – basement akibat beban gempa selain
dipengaruhi oleh parameter dinamik tanah dan geometri bangunan juga
dipengaruhi oleh karakteristik gelombang gempa seperti percepatan maksimum,
kandungan frekuensi dan durasi. Sehingga untuk memperoleh hasil yang optimal
maka analisis interaksi tanah – pondasi grup – basement yang optimal maka
analisis interaksi harus memperhitungkan perilaku tanah yang non-linier, variasi
10
pergerakan tanah sebagai fungsi dari kedalaman dan karakteristik gelombang
gempa (Denny Tami, Hendriyawan dan Meddi Rinaldi, 1999).
II.4.1 Perambatan Gelombang pada Medium Tak Hingga
Mekanisme perambatan gelombang dapat dipahami secara lebih mudah dengan
menggambarkan sebuah gelombang yang bergerak pada medium yang tak
terbatas/tak hingga, yaitu sebuah batang dengan panjang yang tak terhingga.
Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan gaya dan kompatibilitas
perpindahan, hubungan regangan – perpindahan dan tegangan – regangan, maka
persamaan gelombang satu dimensi dapat dipecahkan (Kramer, Steven L., 1996).
II.4.2 Perambatan Gelombang pada Medium Satu Dimensi
Dalam teori perambatan gelombang pada medium satu dimensi, dikenal 3 (tiga)
jenis getaran yang mungkin terjadi,
a. Getaran longitudinal pada sumbu memanjang batang dan berkontraksi tanpa
perpindahan lateral.
b. Getaran torsional, dimana batang berotasi terhadap sumbu memanjang tanpa
perpindahan lateral.
c. Getaran lentur, dimana sumbu memanjangnya bergerak secara lateral
(Kramer, Steven L., 1996)..
Dalam permasalahan dinamik, getaran lentur jarang ditemui sehingga dalam
penelitian ini, getaran lentur tidak akan dibahas lebih lanjut.
Bentuk dari persamaan gelombang satu dimensi merupakan persamaan
diferensial parsial seperti:
11
2
22
2
2
xuv
tu
p ∂∂
=∂∂ (II.1)
dimana
vp adalah kecepatan perambatan gelombang ρM
= , yaitu kecepatan dari
gelombang tekanan sepanjang batang. Hal ini tidak sama dengan maksud dari
kecepatan partikel.
Lebih lanjut, Kramer, Steven L., 1996 dalam bukunya Geotechnical Earthquake
Engineering, meyampaikan solusi untuk persamaan tersebut sebagai berikut,
)()(),( xvtgxvtftxu ++−= (II.2)
dimana,
- Gelombang )( xvtf − bergerak dengan kecepatan v pada arah sumbu x positif.
- Gelombang )( xvtg + bergerak dengan kecepatan sama pada arah sumbu x
negatif.
Apabila pada batang diberikan tegangan harmonik tunak tt ωσσ cos)( 0= dimana
σ0 adalah amplitudo tegangan gelombang dan ω adalah frekwensi sirkular
tegangan harmonik, maka solusi persamaan gelombang satu dimensi dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan kompleks sebagai berikut, )()(),( kxtikxti DeCetxu +− += ωω (II.2)
II.4.3 Perambatan Gelombang pada Medium Tiga Dimensi
Persamaan gelombang untuk medium elastik tiga dimensi diturunkan dengan cara
serupa seperti halnya pada persamaan gelombang untuk medium satu dimensi,
namun demikian, prinsip kesetimbangan harus dipenuhi untuk ketiga arah sumbu,
yaitu sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z. Dengan memperhatikan gambar dibawah
ini dan hukum Hooke tiga dimensi untuk material isotropik, linear dan elastik,
12
Kramer, Steven L., memberikan persamaan gelombang pada medium 3 (tiga)
dimensi, sebagai berikut:
Gambar II-1. Tegangan-tegangan dalam arah x pada kubus infinitesimal
Pada arah sb. x,
uxt
u 22
2
)( ∇+∂∂
+=∂∂ μεμλρ
(II.3)
Pada arah sb. y,
vxt
v 22
2
)( ∇+∂∂
+=∂∂ μεμλρ
(II.4)
Pada arah sb. z,
wxt
w 22
2
)( ∇+∂∂
+=∂∂ μεμλρ
(II.5)
Solusi untuk jenis gelombang longitudinal diperoleh dengan mendiferensiasikan
persamaan (II.3) terhadap sumbu-x, persamaan (II.4) terhadap sumbu-y dan
persamaan (II.5) terhadap sumbu-z. Ketiga hasil diferensiasi tersebut kemudian
dilakukan operasi penjumlahan, sehingga dihasilkan:
ερ
μλερ 22
2 2∇
+=
∂∂
t (II.6)
dimana ε adalah regangan volumetrik.
13
Hal ini menunjukkan bahwa deformasi yang terjadi tidak berupa geser atau rotasi.
Oleh karena itu, persamaan gelombang ini dikenal sebagai gelombang irotasional
atau dilatasional.
Dari persamaan di atas, diperoleh cepat rambat gelombang dilatasional, vp adalah
ρμλ 2+
=pv (II.7)
Atau dapat juga dinyatakan dalam fungsi modulus shear (geser), G, dan Pisson’s
Ratio, v,
)21()22(
υρυ
−−
=Gv p (II.8)
Jenis gelombang ini disebut sebagai p-wave (primary wave) dimana vp adalah
cepat rambat gelombang-p pada material tertentu.
Sedangkan solusi untuk jenis gelombang torsional diperoleh dengan
mendiferensiasikan persamaan (II.4) terhadap y dan persamaan (II.5) terhadap z,
kemudian mengurangkan satu terhadap yang lainnya:
)()( 22 z
vyw
zv
yw
t ∂∂
−∂∂
∇=∂∂
−∂∂
∂∂ μρ (II.9)
xx
tΩ∇=
∂Ω∂ 22
2
ρμ (II.10)
Persamaan diatas merupakan persamaan gelombang equivoluminal atau
distorsional dengan rotasi terhadap sumbu-x. Cara yang sama dapat pula
digunakan untuk rotasi terhadap sumbu-y dan sumbu-z.
Adapun cepat rambat gelombang distorsional adalah,
ρρμ Gvs == (II.11)
Jenis gelombang ini dikenal sebagai s-wave (shear waves) dan vs disebut sebagai
cepat rambat gelombang-s pada material tertentu.
14
II.4.4 Perambatan Gelombang pada Medium Semi Tak Hingga
Pada pemaparan sebelumnya, gelombang dimodelkan bergerak pada medium
yang tidak hingga. Sementara itu, bumi kita dimodelkan sebagai medium semi
tak hingga dengan permukaan datar dan dengan mengabaikan efek kelengkungan
permukaan bumi.
Solusi untuk persamaan gelombang yang merambat di dekat permukaan bumi
(disebut gelombang permukaan), yang bergerak pada medium semi tak hingga
adalah dengan menggunakan kondisi batas pada permukaan bumi. Terdapat 2
(dua) jenis gelombang permukaan yang penting di dalam ilmu gempa, yaitu
gelombang Rayleigh dan gelombang love. Dengan mengasumsikan bahwa
gelombang permukaan merupakan gelombang harmonik dengan frekwensi ω
dan bilangan gelombang kR sehingga cepat rambat gelombang rayleigh vR = Rk
ω ,
maka diperoleh kondisi batas pada permukaan tanah adalah sebagai berikut,
( )01
22 22
2
1 =−−+
skiq
AA
R
Rkμ
λμλ (II.12)
01222
2
1 =++ k R
R
siqk
AA (II.13)
(Kramer, Steven L., 1996)
II.5 Menentukan Kekuatan Gempabumi
Mengacu pada pernyataan dari National Research Council Committee on
Earthquake Engineering Research (Housner, 1982) “Pencatatan kekuatan
gempabumi memberikan informasi mendasar yang dibutuhkan dalam rekayasa
gempabumi.” Beberapa peralatan dapat dipergunakan untuk mengukur kekuatan
pergerakan tanah ini, seperti Seismograph yang digunakan untuk menentukan
getaran gempa yang relatif lemah dan accelerographs yang dipakai untuk
mencatat getaran gempa yang relatif kuat.
15
Pada penelitian ini, akan lebih banyak dipaparkan mengenai seismographs
mengingat bahwa penelitian yang dilakukan bersumber dari data yang dicatat
oleh seismograph.
Kramer S.L., 1996 secara sederhana menggambarkan Seismograph sebagai
sebuah massa-spring-damper pada keadaan single-degree-of-freedom (SDOF)
system, seperti ditampilkan dalam gambar berikut ini,
Gambar II-2 Tipe seismograph simple mass-spring-dashpot
Peralatan seismograph yang umum dipakai memiliki 3 (tiga) seismograms (hasil
pencatatan seismograph) dengan orientasi untuk mencatat gerakan dalam arah
vertikal dan dua pencatatan dalam arah horisontal yang saling tegaklurus.
Seismographs seperti gambar diatas mencatat respons gerakan gempa dengan
persamaan gerak
gumkuucum &&&&& −=++ (II.14)
dimana,
u adalah pergeseran trace seismograph.
ug adalah pergeseran permukaan tanah.
Gambar II.3 menunjukkan hubungan antara ratio respon displacement dan ratio
dari respon percepatan (ratio dari amplitudo displacement trace terhadap
amplitudo percepatan tanah) terhadap frekuensi dan damping.
16
Gambar II-3 (a) Ratio Respon Displacement; (b) Ratio Respon Acceleration untuk sistem
SDOF terhadap beban harmonik sederhana
II.6 Analisis Respons Permukaan
Analisis respons permukaan digunakan untuk memperkirakan gelombang
permukaan dengan tujuan,
1. Melakukan perencanaan respons spektra
2. Melakukan evaluasi tegangan dan regangan dinamis terhadap kemungkinan
terjadinya likuifaksi
17
3. Menentukan besar gaya gempa yang dapat mengakibatkan ketidakstabilan
pada tanah dan struktur.
II.6.1 Analisis Respons Permukaan Satu Dimensi
Analisis respons permukaan satu dimensi dilakukan berdasarkan asumsi
bahwa batas lapisan tanah membentang tak hingga dalam arah horisontal dan
respons deposit tanah dipengaruhi secara dominan oleh gelombang SH yang
merambat dalam arah vertikal dari batuan dasar.
Beberapa pendekatan yang dipakai dalam menganalisis respon permukaan satu
dimensi, diuraikan oleh Kramer, Steven L., sebagai berikut,
a. Pendekatan Linear
b. Pendekatan Linear Ekivalen
Pendekatan linear ekivalen dilakukan untuk mendekati perilaku tegangan--
regangan histeresis nonlinear yang terjadi apabila tanah diberikan beban
siklik.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan properti tanah linear ekivalen yaitu
modulus geser linear ekivalen, G, yang diambil sebagai modulus geser secant,
dan rasio redaman linear ekivalen, ξ, sebagai rasio redaman yang memberikan
kehilangan energi yang sama pada satu periode di dalam siklus histeresis
aktual.
Karena parameter G dan ξ pada pendekatan linear dianggap konstan untuk
masing-masing lapisan tanah, maka perlu ditentukan nilai yang konsisten
terhadap tingkat regangan yang terjadi pada masing-masing lapisan.
Oleh karena tingkat regangan bergantung pada nilai yang diperoleh dari
properti tanah linear ekivalen, maka diperlukan prosedur iterasi untuk
memastikan bahwa properti tanah yang digunakan, bersesuaian dengan
tingkat regangan pada seluruh lapisan tanah.
c. Pendekatan Nonlinear
Pendekatan nonlinear terhadap respons permukaan dilakukan dengan
menggunakan integrasi numerik secara langsung dalam domain waktu.
18
Dengan mengintegrasikan persamaan gelombang dalam time step yang kecil,
maka model tegangan-regangan linear, nonlinear, maupun advanced
constitutive dapat digunakan. Pada masing-masing akhir time step, hubungan
tegangan-regangan diperiksa untuk memperoleh properti tanah yang sesuai
untuk time step berikutnya. Sebagian besar metode menggunakan interval
waktu (time step) yang sama yaitu Δ t, 2 Δ t, 3 Δ t, ...N Δ t.
II.6.2 Analisis Respons Permukaan Dua Dimensi dengan Metode Elemen Hingga
Metode elemen hingga memodelkan medium kontinu sebagai kumpulan elemen-
elemen kecil/elemen diskrit dimana batas--batas elemennya disebut titik-titik
nodal dimana setiap titik nodal memiliki derajat kebebasan tertentu, dan dengan
mengasumsikan bahwa respons medium yang kontinu tersebut dapat diperoleh
dari respons pada titik-titik nodal.
Perpindahan pada suatu titik dalam suatu elemen, {v}T = {u v}, diekspresikan
dengan perpindahan titik nodal,
{q}T = {u1 u2 u3 u4 v1 v2 v3 v4}
Gambar II-4 Transformasi elemen kuadrilateral yang tidak beraturan pada sistem
koordinat x-y menjadi elemen bujurangkar pada sistem koordinat s-t
Dengan mengubah sistem koordinat lokal, (s, t), yang memetakan elemen
quadrilateral menjadi bujursangkar seperti terlihat pada Gambar II.4, dan
dengan menggunakan hubungan regangan – perpindahan serta tegangan –
regangan, maka matriks kekakuan elemen dapat ditulis sebagai berikut,
19
[ ] [ ] [ ][ ]∫ ∫− −
=1
1
1
1
dtdsJBDBk Te (II.15)
Dengan mengasumsikan kepadatan konsisten pada seluruh elemen, maka
matriks elemen massa konsisten dapat ditulis
[ ] [ ] [ ]∫ ∫− −
=1
1
1
1
dtdsJNNm Te ρ (II.16)
Untuk analisis respons permukaan nonlinier, redaman diperoleh dari perilaku
histeresis tanah dan oleh karena itu memperhitungkan variasi matriks kekakuan
pada kondisi pembebanan siklis. Selain itu juga diperhitungkan redaman
viskos pada respons permukaan dua dimensi untuk memperoleh redaman pada
regangan yang sangat kecil dan untuk meminimasi masalah numerik yang dapat
muncul akibat tidak adanya redaman. Matriks redaman konsisten diperoleh dengan
menyelesaikan persamaan,
[ ] [ ] [ ][ ]∫ ∫− −
=1
1
1
1
dtdsJBBc Te ηρ (II.17)
Sehingga persamaan perpindahan untuk elemen dapat ditulis sebagai