4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi (Ervianto, 2005). 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan infrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Bangunan- bangunan tersebut meliputi aspek kepentingan masyarakat yang sangat luas sejak berupa perumahan untuk tempat tinggal, apartement dan gedung perkantoran berlantai banyak, pabrik dan bangunan industri, jembatan, jalan raya termasuk jalan layang, jalan kereta api, pembangkit tenaga listrik tenaga nuklir, bendungan dan terowongan PLTA, saluran pengairan, sistem sanitasi dan drainase, bandar udara dan hanggar pesawat terbang, pelabuhan laut dan bangunan lepas pantai, jaringan kelistrikan dan telekomunikasi, kilang minyak dan jaringan plambing, dan lain sebagainya (Dipohusodo, 1996) 2.1.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu (Ervianto, 2005) :
27
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · berlantai banyak, pabrik dan bangunan industri, jembatan, jalan raya termasuk jalan layang, jalan kereta api, pembangkit tenaga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan
tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu
hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian
kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan
banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya
konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi
mengandung konflik yang cukup tinggi (Ervianto, 2005).
2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya
pembangunan suatu bangunan infrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan
pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Bangunan-
bangunan tersebut meliputi aspek kepentingan masyarakat yang sangat luas sejak
berupa perumahan untuk tempat tinggal, apartement dan gedung perkantoran
berlantai banyak, pabrik dan bangunan industri, jembatan, jalan raya termasuk
jalan layang, jalan kereta api, pembangkit tenaga listrik tenaga nuklir, bendungan
dan terowongan PLTA, saluran pengairan, sistem sanitasi dan drainase, bandar
udara dan hanggar pesawat terbang, pelabuhan laut dan bangunan lepas pantai,
jaringan kelistrikan dan telekomunikasi, kilang minyak dan jaringan plambing,
dan lain sebagainya (Dipohusodo, 1996)
2.1.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan,
yaitu (Ervianto, 2005) :
5
1. Bangunan gedung: rumah, kantor, pabrik dan lain-lain. Ciri-ciri
kelompok bangunan ini adalah :
a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi
pondasi pada umumnya sudah diketahui.
c. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.
2. Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.
Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah :
a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar
berguna bagi kepentingan manusia.
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan
kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.
2.1.3 Kontrak Konstruksi
Kontrak merupakan dokumen yang penting dalam proyek. Segala hal terkait
hak dan kewajiban antar pihak serta alokasi resiko diatur dalam kontrak. Setelah
proses penunjukan langsung atau tender selesai dibuatlah kontrak kerja konstruksi
yang bertujuan sebagai dasar hukum dan pedoman pelaksanaan bagi kontraktor
yang diberikan oleh pemilik proyek, kontrak kerja juga dapat berfungsi sebagai
rambu-rambu bagi kontraktor maupun pemilik proyek mengenai hal-hal yang
menjadi kewajiban dan haknya dalam sebuah hubungan kerja pelaksanaan kontrak
kerja konstruksi.
Adapun macam-macam jenis kontrak konstruksi, antara lain : (Yasin, 2006)
1. Aspek perhitungan biaya
a. Fixed Lumpsum Price :
Secara umum, kontrak Fixed Lumpsum Price adalah suatu kontrak
dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh
diukur ulang .
b. Unit Price (Harga Satuan) :
Secara umum, kontrak Unit Price adalah kontrak dimana volume
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan
6
dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang
benar-benar dilaksanakan.
2. Aspek Perhitungan Jasa
a. Biaya Tanpa Jasa (Cost Without Fee)
b. Biaya Ditambah Jasa Pasti (Cost plus Fee)
3. Aspek Cara Pembayaran
a. Cara Pembayaran Bulanan (Monthly Payment)
b. Cara Pembayaran atas Prestasi (Stage Payment)
c. Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full Pre-
financed)
4. Aspek Pembagian Tugas
a. Bentuk Kontrak konvensional
b. Bentuk Kontrak Spesialis
c. Bentuk Kontrak Rancang Bangun
d. Bentuk Kontrak Engineering, Procurement & Construction (EPC)
e. Bentuk Kontrak BOT/BLT
f. Bentuk Swakelola
2.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah besarnya biaya yang diperkirakan
akan digunakan dalam pekerjaan suatu proyek konstruksi yang disusun
berdasarkan gambar atau bestek. RAB bukan merupakan biaya yang sebenarnya,
melainkan biaya yang dipakai kontraktor untuk menetapkan harga penawaran,
sehingga dalam pelaksanaan nantinya tidak menghabiskan biaya yang lebih tinggi
dari penawaran dan bila memungkinkan biaya kurang dari penawaran yang
ditetapkan. Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan
tertentu tergantung dari pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi
dengan bantuan konsultan, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang jelas
tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya. Hasil
estimasi ini disebut dengan Owner Estimate (OE). Pihak kontraktor membuat
estimasi dengan tujuan untuk melangsungkan penawaran terhadap proyek
konstruksi. Kontraktor akan memenangkan lelang jika penawaran yang diajukan
7
mendekati Owner Estimate (OE). Tahap yang dilakukan untuk menyusun RAB
adalah sebagai berikut (Ervianto, 2005) :
- Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan
pasar untuk menyediakan bahan atau material konstruksi secara kontinu.
- Melakukan pengumpulan data tentang upah para pekerja yang berlaku di
daerah lokasi proyek atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan
dari luar daerah ke lokasi proyek.
- Melakukan analisis perhitungan bahan dan upah dengan menggunakan
analisis yang diyakini baik dalam pembuatan anggaran. Dipasaran
terdapat buku SNI analisa upah dan bahan.
Data-data yang diperlukan untuk penyusunan RAB sebagai berikut :
a. Peraturan dan syarat-syarat (RKS atau kontrak).
b. Gambar rencana.
c. Berita acara atau risalah penjelasan pekerjaan (untuk bangunan yang
dilelang).
d. Buku analisa upah dan bahan (SNI analisa upah dan bahan).
e. Daftar analisa harga upah dan bahan.
f. Peraturan-peraturan normalisasi yang bersangkutan.
g. Peraturan-peraturan bangunan negara dan bangunan setempat.
2.3 Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)
Pengertian rencana anggaran pelaksanaan adalah suatu perencanaan tentang
besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Maksud
dan tujuan pembuatan RAP adalah membuat rincian anggaran biaya dan petunjuk-
petunjuk pelaksanaan agar pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat diselesaikan
tepat pada waktunya, memenuhi mutu yang disyaratkan dengan biaya yang efisien
dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan menghitung volume pekerjaan dengan
teliti dan dengan mengetahui jumlah kebutuhan material serta harga secara rinci,
upah tenaga kerja untuk suatu pekerjaan. Disamping itu juga harus diperhitungkan
peralatan yang harus dipergunakan dengan semua rincian biayanya, baik biaya
pengadaannya maupun biaya operasionalnya, dengan memperhitungkan hal-hal
tersebut sehingga dapat disusun menjadi rencana anggaran pelaksanaan.
8
Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) pada dasarnya menjabarkan RAB
hasil pelelangan ke dalam biaya-biaya realitas dilapangan/di pelaksanaan (DPKK,
1998).
1. Pengelompokan atau penggolongan biaya :
a. Biaya langsung di proyek : bahan, upah, sub kontraktor, peralatan,
administrasi proyek, bank.
b. Biaya tidak langsung di proyek : biaya administrasi dan umum,
penyusutan, pajak-pajak, laba.
2. Pengelompokan dan susunan tersebut seiring dengan sistem pelaksanaan
dan pengendalian (administratif) proyek.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membuat Rencana Anggaran
Pelaksanaan (RAP) adalah :
a. Analisis suatu pekerjaan (upah dan bahan).
b. Rencana waktu pelaksanaan (time schedule).
c. Persediaan alat, jumlah dan waktu pemakaian.
d. Biaya administrasi proyek baik di lapangan maupun di kontraktor yang
terjadi selama pelaksanaan proyek.
e. Biaya administrasi proyek tak terduga.
Dalam Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) tercantum pembiayaan
sebagai berikut :
a. Biaya bahan harga yang sesungguhnya sesuai dengan harga di tempat
proyek dilaksanakan.
b. Biaya upah tenaga kerja.
c. Biaya penggunaan peralatan.
2.3.1 Fungsi RAP
RAP mempunyai fungsi sebagai berikut (DPKK, 1998) :
1. Sebagai anggaran/alokasi biaya untuk setiap kegiatan. Hal ini berarti
bahwa setiap kegiatan telah ditentukan alokasi biayanya dan dilengkapi
dengan perhitungan anggaran biaya berdasarkan analisa yang cermat
dan kompetitif dari data sumber daya yang up to date.
9
2. Merupakan Pedoman Kerja Pelaksanaan berarti bahwa berdasarkan
metode kerja dan analisa dalam RAP dapat merencanakan program kerja
yang baik. RAP ini akan layak dipakai pakai bila penyusunannya
dilandasi pedoman berikut :
a. Strategi pelaksanaan
b. Metode pelaksanaan yang efisien
c. Organisasi pelaksanaan sesuai dengan kegiatannya, dilengkapi
pembagian tugas dan prosedur
d. Anggaran biaya yang jelas
e. Mutu dan volume setiap item kegiatan
f. Cash flow yang lengkap
3. Dapat digunakan untuk standar pengendalian
4. Sebagai tolak ukur keberhasilan
5. Diperlukan feed back (arus balik) data, sehingga data tersebut dapat
dijadikan standar untuk pembuatan RAP selanjutnya.
2.4 Pengendalian Biaya / Cost Control
Dalam suatu kegiatan proyek konstruksi harus selalu ada pengendalian
biaya, waktu, dan kualitas agar kegiatan dalam proyek tersebut dapat berjalan
lancar sesuai dengan rencana (Asiyanto, 2003).
Pengendalian biaya meliputi pengurangan biaya. Pengendalian biaya
dipandang sebagai usaha untuk mencapai sasaran biaya dalam lingkup kegiatan
tertentu.
2.4.1 Pengertian Pengendalian / control
Pengendalian/control adalah usaha yang sistematis untuk menentukan
standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingkan pelaksanaan standar, menganalisa kemungkinan adanya
penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan
pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan
efisien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto, 1997)
10
Pengendalian bertujuan memantau dan membimbing pelaksanaan pekerjaan
agar sesuai dengan perencanaan. Ini berarti macam kegiatan dan aspek yang
dikendalikan identik dengan yang direncanakan. Garis besar area/obyek
pengendalian proyek adalah sebagai berikut (Soeharto,1997) :
1. Organisasi dan personil
Memantau apakah organisasi pelaksana proyek dibentuk sesuai rencana,
apakah pengisian personil telah memenuhi kualifikasi, dan apakah
jumlahnya telah mencukupi.
2. Waktu atau jadwal
Dalam aspek ini objek pengendalian amat ekstensif dan berlangsung
sepanjang siklus proyek. Untuk proyek E-MK obyek utama adalah
kegiatan engineering, pengadaan, pabrikasi, dan konstruksi.
3. Anggaran biaya dan jam-orang
Seperti halnya aspek waktu (jadwal) maka pengendalian anggaran dan
pemakaian jam-orang berlangsung sepanjang siklus proyek, dengan
potensi paling mungkin keberhasilan yang besar berada di awal proyek
sewaktu merumuskan definisi lingkup kerja.
4. Pengendalian pengadaan
Penekanan pengendalian pengadaan di samping aspek biaya, jadwal, dan
mutu juga termasuk masalah-masalah prosedur dan peraturan yang
diberlakukan.
5. Pengendalian lingkup kerja
Pengendalian lingkup kerja erat hubungannya dengan aspek biaya. Ini
penting dilakukan pada tahap engineering, karena disini banyak sekali
alternatif yang bisa dipilih.
6. Pengendalian mutu
Mencakup masalah yang cukup luas, dengan tujuan pokok produk
proyek harus dalam keadaan fitness for use (sesuai untuk digunakan)
mulai dari menyusun program sampai kepada inspeksi dan uji coba
operasi.
7. Pengendalian kinerja
11
Memantau serta mengendalikan aspek biaya dan jadwal secara terpisah
tidak memberikan penjelasan perihal kinerja pada saat pelaporan.
Misalnya walaupun suatu pekerjaan berlangsung dengan cepat dari
jadwal belum tentu hal ini merupakan tanda yang menggembirakan,
sebab ada kemungkinan biaya yang dikeluarkan per unitnya melebihi
anggaran. Ini berarti pemakaian biaya tidak efisien dan dapat berakibat
proyek secara keseluruhan tidak dapat diselesaikan karena kekurangan
dana. Untuk mengkaji kemungkinan terjadinya hal-hal demikian
diperlukan pemantauan dan pengendalian kinerja.
Suatu pengendalian proyek yang efektif ditandai oleh hal – hal berikut
(Soeharto,1997) :
1. Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan.
2. Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar, untuk itu diperlukan
kemampuan dan kecakapan dalam menganalisis indikator secara akurat
obyektif.
3. Penggunaan waktu dan tenaga yang efisien.
4. Komunikasi yang baik dari pelaksana proyek sehingga tindakan koreksi
terhadap permasalahan dapat segera terlaksana.
5. Pengendalian biaya proyek.
6. Dapat memberikan petunjuk berupa perkiraan hasil pekerjaan yang akan
datang.
2.4.2 Pengertian Pengendalian Biaya / Cost Control
Rencana keuangan atau anggaran proyek merupakan salah satu hal yang
harus diperhatikan dalam pengendalian proyek konstruksi, oleh karena itu
diperlukan pengendalian biaya pada proyek konstruksi. Pengendalian biaya adalah
suatu kegiatan proyek mengenai biaya yang akan dikeluarkan agar tidak melebihi
anggaran keuangan proyek (Dipohusodo, 1996).
Pengendalian biaya sebenarnya merupakan bagian dari manajemen biaya
dan manajemen kontrol dari suatu kegiatan konstruksi. Hal – hal yang harus
terdapat pada manajemen biaya yang baik untuk pengendalian biaya, antara lain
12
adalah adanya estimasi biaya, laporan keuangan proyek, cash flow proyek,
perhitungan biaya pengeluaran tambahan (Asiyanto, 2003).
Filosofi secara luas untuk pengendalian biaya adalah didasarkan atas tiga
hal (Asiyanto, 2003), yaitu :
1. Adanya dorongan dari kesadaran atas biaya pada semua tahapan
pelaksanaan konstruksi.
2. Adanya persyaratan data, tentang biaya yang akurat dan tepat waktu serta
ramalan ke depan, dengan memperhatikan keadaan atau trend dari biaya
yang tidak diinginkan.
3. Adanya tindakan yang efektif dan cepat, untuk menghadapi persoalan
dan memberikan umpan balik untuk evaluasi selanjutnya.
Dalam kegiatan usaha jasa konstruksi, pengendalian biaya sangat penting
artinya untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan oleh
sifat usaha jasa konstruksi yang selalu menghadapi dilema (Asiyanto, 2003),
yaitu :
1. Harga jual (nilai kontrak) yang bersifat konservatif (relatif tetap
nilainya)
2. Biaya produksi (biaya pelaksanaan proyek), yang bersifat fluktuatif
selama proses pelaksanaan, dan cenderung membesar bila tidak
dikendalikan.
Untuk menghadapi kondisi yang dilematis tersebut, diperlukan dua
kemampuan yang sangat mendasar agar perusahaan dapat bertahan hidup dan
dapat berkembang, yaitu :
1. Kemampuan tentang biaya konstruksi (contruction cost), untuk
memenangkan persaingan harga secara aman (cost estimate).
2. Kemampuan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya (cost
control).
Akibat dari kurangnya kedua kemampuan tersebut, dapat menyebabkan
kerugian proyek, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut (Asiyanto, 2003) :
1. Penawaran yang terlalu rendah (Low bid), yaitu salah dalam cost
estimating.
2. Informasi/pengetahuan yang kurang tentang keadaan/kondisi pekerjaan.
13
3. Naiknya harga dari sumber daya yang digunakan di proyek selama
proses konstruksi, yang tidak diamankan dalam kontrak konstruksi
(respon terhadap resiko).
4. Keadaan lapangan/cuaca yang buruk yang tidak dapat diperkirakan.
5. Pemilihan metode konstruksi yang keliru atau kurang tepat.
6. Pengawasan dan manajemen yang tidak efektif.
Pengendalian biaya yang utama bertujuan menjamin agar biaya akhir proyek
tidak melampaui rencana anggaran pelaksanaannya, selain itu menurut Sutjipto
(1986), dalam pengendalian biaya juga mengandung tujuan lainnya, yaitu :
1. Menekan biaya/pengeluaran serendah mungkin.
2. Dapat mendatangkan keuntungan dari pengerjaan proyek.
3. Agar perencanaan yang diinginkan sesuai kenyataan.
4. Memberikan informasi sehingga bila ada penyimpangan dapat segera
dilakukan tindakan perbaikan semestinya.
2.5 Penambahan Biaya / Cost Overruns
Dengan kurangnya pengontrolan dalam proyek konstruksi dapat
menimbulkan berbagai macam kerugian yang dapat menghambat pekerjaan
proyek tersebut antara lain, penambahan biaya, keterlambatan penyelesaian
proyek dan penyimpangan mutu hasil (Dipohusodo, 1996).
2.5.1 Penambahan Biaya Proyek
Suatu proyek dikatakan mengalami penambahan biaya apabila pengeluaran
biaya proyek melebihi anggaran biaya proyek yang direncanakan sesuai dengan
nilai kontrak (Soeharto, 1997).
Penambahan biaya dapat terjadi akibat kesalahan yang terjadi pada setiap
bagian dari tahapan kegiatan konstruksi. Hal – hal yang menjadi permasalahan,
antara lain (Dipohusodo,1996) :
1. Tahap pengembangan konsep
a. Wawasan yang sempit tentang arti dan hakekat perencanaan di
bidang konstruksi.
14
b. Ketidakmampuan mengungkap fakta – fakta keadaan di lokasi
proyek seperti lokasi proyek dan cuaca daerah setempat.
c. Tidak lancarnya komunikasi antar anggota tim proyek dalam
menyusun konsep dan kriteria rencana pelaksanaan proyek.
2. Tahap perencanaan
a. Kelalaian dalam perencanaan
b. Menggunakan teknik estimasi yang buruk
c. Kegagalan mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya
d. Kegagalan menafsir resiko – resiko yang dapat terjadi
e. Kesalahan dalam mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja
f. Kesalahan dalam perhitungan jangka waktu proyek yang dibutuhkan
3. Tahap pelelangan
a. Kesalahan dalam menggunakan sistem pelelangan
b. Kurang cermat dan telitinya teknik penawaran
c. Persetujuan penawaran yang terlalu cepat
d. Menentukan batas biaya penawaran yang tidak cermat
4. Tahap pelaksanaan konstruksi
a. Harga material yang terlalu tinggi
b. Kesalahan dimensi/ukuran pekerjaan dalam pelaksanaan
Secara etimologis kata "statistik" berasal dari kata status (bahasa latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) atau kata staat
(bahasa Belanda), dan yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
negara. Pada mulanya, kata "statistik" diartika sebagai "kumpulan bahan
keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak
berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan
yang besar bagi suatu negara. Namun, pada perkembangan selanjutnya, arti kata
statistik hanya dibatasi pada "kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka
(data kuantitatif)" saja; bahan keterangan yang tidak berwujud angka (data
kualitatif) tidak lagi disebut statistik. (http://matematika.nice-forum.net/t1-
pengertian-statistik )
2.8.2 Prinsip Statistik
Pada prinsipnya statistik bisa diartikan sebagai kegiatan – kegiatan
(Santoso, 2000) :
1. Mengumpulkan data
2. Meringkas/menyajikan data
3. Menganalisis data dengan metode tertentu
4. Menginterprestasikan data
2.8.3 Komputer Statistik
Perhitungan statistik dengan komputer mempunyai keunggulan dibanding
secara manual, dimana komputer akan memiliki kecepatan, dan kecermatan. Saat
ini banyak software statistik yang beredar, seperti SAS, SPSS, MINITAB,
26
MICRO TSP, STATISTICA, EXECUSTAT dan sebagainya. Penggunaan
program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) karena merupakan
program statistik yang paling populer di Indonesia maupun dunia. Dimana dalam
program SPSS mampu diterapkan pada banyak bidang seperti ekonomi,
manajemen, psikologi, manufaktur, farmasi, industri dan sebagainya. SPSS juga
dilengkapi dengan program untuk ilmu tertentu seperti pada Riset
Pemasaran/Marketing Reseacrh (Santoso, 2000).
2.8.4 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen adalah mengukur instrumen terhadap ketepatan
(konsisten). Reliabilitas disebut juga keterandalan, keajegan, consistency,
stability, dan dependability. Ada empat jenis uji reliabilitas, yaitu : tes ulang tes,
tes paralel, tes belah dua, dan tes konsistensi internal. Dalam penelitian ini
digunakan tes konsistensi internal.
Tes konsistensi internal yaitu suatu instrumen diujicobakan kepada
kelompok tertentu, kemudian dihitung skor-skornya dan akhirnya diuji konsistensi
inter item-itemnya. Tes konsistensi internal terdapat tiga jenis, antara lain; Kuder-
Richardson KR20 (1937), KR21, dan Cronbach Alpha (α) (1951). Pada penelitian
ini digunakan jenis Cronbach Alpha (α). Cronbach Alpha (α) dapat digunakan
untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert (1 sampai 5) atau instrumen yang
ietm-itemnya dalam bentuk esai. Rumusnya adalah (Usman dan Akbar, 2006) :α = 1 − ²∑ ² ............................................................ (2.1)
Dimana : k = jumlah item
s2t = jumlah varians skor total
s2i = varians responden untuk item ke i
s²i = jumlah varians sampel seluruh item
Sebuah instrument dikatakan reliabel dan dapat diberlakukan ke semua
sampel penelitian apabila nilai α-nya lebih besar dari 0,70 (Ghozali, 2005)
Untuk mendapatkan nilai s²t digunakan rumus :Σs²t = ( .... ) ²............................................................. (2.2)
27
Dimana : 1..... 30 = jumlah seluruh skor item sampel 1 sampai 30
tot = total jumlah seluruh skor item sampel
N = jumlah sampel
Untuk mendapatkan nilai s²i digunakan rumus :s²i = ( .... ) ₁²............................................................. (2.3)
Dimana : s1.....s30 = skor item soal ke 1, dari jawaban responden 1 sampai 30
item1 = jumlah skor item ke-1 seluruh sampel
N = jumlah sampel
2.8.5 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2013).
Untuk menghitung validitas digunakan rumus sebagai berikut := .Σ (Σ )(Σ ){( .Σ (Σ ) ).( .Σ (Σ ) )} .................................................. (2.4)
Dimana : rix = koefisien korelasi item-total
i = skor item
x = skor total
n = banyaknya subjek
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. dan hasil
dibandingkan dengan r-tabel Product Moment dengan N = jumlah responden – 2.
Kriteria pengujian adalah
Jika r-hitung > r-tabel, maka instrument atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
Jika r-hitung < r-tabel, maka instrument atau item-item pertanyaan tidak
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
28
2.8.6 Korelasi dengan Program SPSS
Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier
antara dua variabel atau lebih. Korelasi merupakan salah satu teknik analisis
statistik yang paling banyak digunakan oleh para peneliti karena peneliti
umumnya tertarik terhadap peristiwa – peristiwa yang terjadi dan mencoba untuk
menghubungkannya (Usman dan Akbar, 2000).
Metode perhitungan korelasi yang dipakai adalah dengan menggunakan
software komputer yaitu program SPSS dan dibandingkan dengan perhitungan
secara manual. Dengan SPSS akan dicari hubungan signifikansi antara faktor –
faktor penyebab penambahan biaya pelaksanaan yaitu : faktor perencanaan, faktor