4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Plambing Plambing didefinisikan sebagai seni dan ilmu pemasangan pipa dan peralatan saniter. Fungsi pertama dari instalasi plambing adalah untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup. Fungsi keduanya adalah untuk menyalurkan air bekas pakai (air kotor) dari peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian penting gedung atau lingkungannya. (Simangunsong dan Daryanto, 2003) 2.2. Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih Penyediaan air bersih merupakan tujuan terpenting dari sistem penyediaan air. Dengan adanya sistem plambing ini diharapkan air bersih tidak mengalami pencemaran sehingga kualitas air tetap terjaga saat digunakan. Adapun beberapa hal yang memicu pencemaran air antara lain, masuknya kotoran ke dalam tangki, terjadinya karat pada alat plambing, aliran balik air dari jenis kualitas lain ke dalam pipa. 1.1.1. Syarat Air Bersih Berikut beberapa kriteria yang harus terpenuhi dalam penyediaan air bersih. a. Syarat Kualitas Kualitas air yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dari segi fisik, kimia, biologi dan radiologis agar tidak menimbulkan efek samping dalam pemakaiannya. b. Syarat Kuantitas Maksud dari syarat kuantitas yakni diharapkan air bersih yang tersedia dapat mencukupi kebutuhan penghuni gedung tersebut.
17
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Plambing Prinsip …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Plambing
Plambing didefinisikan sebagai seni dan ilmu pemasangan pipa dan
peralatan saniter. Fungsi pertama dari instalasi plambing adalah untuk menyediakan
air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup. Fungsi
keduanya adalah untuk menyalurkan air bekas pakai (air kotor) dari peralatan
saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian penting
gedung atau lingkungannya. (Simangunsong dan Daryanto, 2003)
2.2. Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih merupakan tujuan terpenting dari sistem penyediaan
air. Dengan adanya sistem plambing ini diharapkan air bersih tidak mengalami
pencemaran sehingga kualitas air tetap terjaga saat digunakan. Adapun beberapa
hal yang memicu pencemaran air antara lain, masuknya kotoran ke dalam tangki,
terjadinya karat pada alat plambing, aliran balik air dari jenis kualitas lain ke dalam
pipa.
1.1.1. Syarat Air Bersih
Berikut beberapa kriteria yang harus terpenuhi dalam penyediaan air bersih.
a. Syarat Kualitas
Kualitas air yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dari segi
fisik, kimia, biologi dan radiologis agar tidak menimbulkan efek samping
dalam pemakaiannya.
b. Syarat Kuantitas
Maksud dari syarat kuantitas yakni diharapkan air bersih yang tersedia dapat
mencukupi kebutuhan penghuni gedung tersebut.
5
c. Syarat Kontinuitas
Persyaratan kontinuitas ini dimaksudkan untuk ketersediaan air yang
diambil sesuai kuantitas yang dibutuhkan dapat terus menerus digunakan
dengan fluktuasi debit yang relatif tetap selama 24 jam pada musim kemarau
ataupun hujan.
d. Syarat Tekanan
Tekanan air yang ada pada sistem plambing harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku sesuai dengan jenis gedung.
1.1.2. Jenis Sistem Penyediaan Air Bersih
Terdapat beberapa jenis sistem penyediaan air bersih, seperti yang telah
disebutkan dalam buku “Perencanaan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing” karya
Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo morimura, 2005.
a. Sistem Sambungan Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan
pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini biasanya diterapkan untuk
perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah karena terbatasnya tekanan
dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama
tersebut.
b. Sistem Tangki Atap
Dalam sistem ini air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah
kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya terletak di atas
lantai tertinggi bangunan yang kemudian air dari tangki tersebut
dididtribusikan ke seluruh bangunan.
c. Sistem Tangki Tekan
Prinsip kerja sistem ini yaitu, air yang telah ditampung dalam tangki bawah
dipompakan ke dalam suatu tangki tertutup sehingga udara di dalamnya
terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi
bangunan.
6
d. Sistem Tanpa Tangki (Booster System)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan atau pun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi
bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama.
1.1.3. Laju Aliran Air
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya
laju aliran air, diantaranya yaitu berdasarkan jumlah penghuni, berdasarkan jenis
dan jumlah alat plambing dan berdasarkan unit beban alat plambing.
Tabel 2.1. Pemakaian Air Dingin Minimum Sesuai Penggunaan Gedung
No. Penggunaan Gedung Pemakaian
Air Satuan
1 Rumah Tinggal 120 liter/penghuni/hari
2 Rumah Susun 100 liter/penghuni/hari
3 Asrama 120 liter/penghuni/hari
4 Rumah Sakit 50 liter/tempat tidur pasien/hari
5 Sekolah Dasar 40 liter/siswa/hari
6 SLTP 50 liter/siswa/hari
7 SMU/SMK dan Lebih tinggi 80 liter/siswa/hari
8 Ruko / Rukan 100 liter/penghuni dan pegawai/hari
9 Kantor / Pabrik 50 liter/pegawai/hari
10 Toserba, Toko Pengecer 5 liter/m2
11 Restoran 15 liter/kursi
12 Hotel Berbintang 250 liter/tempat tidur/hari
13 Hotel Melati / Penginapan 150 liter/tempat tidur/hari
14 Gd. Pertunjukan, Bioskop 10 liter/kursi
15 Gd. Serba Guna 25 liter/kursi
16 Stasiun, Terminal 3 liter/penumpang tiba dan pergi
17 Peribadatan 5 liter/orang (belum dengan air wudhu)
Sumber : SNI 03-7065-2005
7
Tabel 2.2. Laju Aliran Air Berdasarkan Nilai Unit Alat Plambing Kumulatif
Sistem Penyediaan Tangki Gelontor Sistem Penyediaan Katup Gelontor
Load Water Supply
Fixture Units (WSFU)
Demand
Liter/second
Load Water
Supply Fixture
Units (WSFU)
Demand
Liter/second
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
25
30
35
40
45
50
60
70
80
90
100
120
140
160
180
200
250
300
400
500
750
1000
1250
1500
2000
2500
3000
4000
5000
0,19
0,32
0,41
0,51
0,59
0,68
0,74
0,81
0,86
0,92
1,01
1,07
1,14
1,19
1,24
1,36
1,47
1,57
1,66
1,76
1,84
2,02
2,21
2,41
2,59
2,74
3,03
3,31
3,60
3,85
4,10
4,73
5,36
6,62
7,82
10,73
13,12
15,08
16,97
20,50
23,97
27,32
33,12
37,41
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
25
30
35
40
45
50
60
70
80
90
100
120
140
160
180
200
250
300
400
500
750
1000
1250
1500
2000
2500
3000
4000
5000
0,95
1,10
1,25
1,40
1,55
1,70
1,80
1,91
2,01
2,11
2,21
2,40
2,65
2,78
2,90
3,03
3,15
3,41
3,66
3,86
4,06
4,26
4,61
4,86
5,11
5,39
5,68
6,37
6,81
8,01
9,02
11,17
13,12
15,08
16,97
20,50
23,97
27,32
33,12
37,41
Sumber : Pedoman Plambing Indonesia
8
a. Berdasarkan Jumlah Pemakai
Metode ini didasarkan pada pemakaian air rerata sehari dari setiap penghuni
dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air
sehari dapat diperkirakan. Angka pemakaian air yang diperoleh dengan
metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki atap,