BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agribisnis Bawang Merah (Allium Ascalonicum) Agribisnis bawang merah (Allium Ascalonicum) mempunyai peluang dalam perekonomian nasional. Dalam penerapannya, agribisnis bawang merah merupakan kegiatan yang mengandung keterkaitan dari setiap antar sub-sistem dari hulu ke hilir yang saling mempengaruhi. Adapun sub-sistem tersebut dalam agribisnis bawang merah adalah terdiri dari tiga subsistem yaitu, subsistem pra produksi (up-stream agribusiness), subsistem produksi, dan subsistem post produksi (down-stream agribusiness) (Krisnamurthi dan Fausia, 2009). A. Subsistem Pra Produksi (Up-Stream Agribusiness) Subsistem pra produksi merupakan bagian yang terpenting yang perlu diperhatiakan untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dari usaha agribisnis bawang merah. Subsistem praproduksi agribisnis bawang merah adalah penyediaan dan pengadaan berbagai sarana produksi bawang merah. Adapun kegiatan subsistem praproduksi ini meliputi pemilihan lahan yang akan dijadikan areal penanaman bawang merah, menyiapkan berbagai alat/sarana produksi pertanian, seperti pengadaan bibit bawang merah, pupuk/obat-obatan pestisida yang akan digunakan, alat-alat maupun teknologi dan sumberdaya uang sebagai modal dan tenaga kerja. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam subsistem praproduksi agribisnis bawang merah yaitu : Universitas Sumatera Utara
17
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/59379/4/Chapter II.pdf · penyiangan dan penyemprotan pestisida agar tanaman bawang merah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agribisnis Bawang Merah (Allium Ascalonicum)
Agribisnis bawang merah (Allium Ascalonicum) mempunyai peluang dalam
perekonomian nasional. Dalam penerapannya, agribisnis bawang merah
merupakan kegiatan yang mengandung keterkaitan dari setiap antar sub-sistem
dari hulu ke hilir yang saling mempengaruhi. Adapun sub-sistem tersebut dalam
agribisnis bawang merah adalah terdiri dari tiga subsistem yaitu, subsistem pra
produksi (up-stream agribusiness), subsistem produksi, dan subsistem post
produksi (down-stream agribusiness) (Krisnamurthi dan Fausia, 2009).
A. Subsistem Pra Produksi (Up-Stream Agribusiness)
Subsistem pra produksi merupakan bagian yang terpenting yang perlu
diperhatiakan untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dari usaha
agribisnis bawang merah. Subsistem praproduksi agribisnis bawang merah adalah
penyediaan dan pengadaan berbagai sarana produksi bawang merah. Adapun
kegiatan subsistem praproduksi ini meliputi pemilihan lahan yang akan dijadikan
areal penanaman bawang merah, menyiapkan berbagai alat/sarana produksi
pertanian, seperti pengadaan bibit bawang merah, pupuk/obat-obatan pestisida
yang akan digunakan, alat-alat maupun teknologi dan sumberdaya uang sebagai
modal dan tenaga kerja.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam subsistem praproduksi agribisnis
bawang merah yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1) Bibit
Dalam melakukan pemilihan jenis varietas bibit bawang merah yang akan ditanam
sebaiknya disesuaikan dengan kondisi alam dan lingkungan daerah lahan. Untuk
daerah di Sumatera Utara, varietas bibit yang baik untuk ditanam adalah jenis
bibit bawang merah Brebes, Probolinggo, dan Thailand.
2) Tenaga Kerja
Penggunanaan tenaga kerja mulai dari kegiatan subsistem praproduksi, subsistem
produksi hingga subsistem post produksi perlu diperhatikan. Tenaga kerja yang
digunakan sekiranya mempunyai keahlian dan keterampilan yang baik dalam
pengelolaannya. Tenaga kerja dapat diupahi sesuai kesepakatan harian maupun
borongan (Agromedia, 2011).
B. Subsistem Produksi
Subsistem produksi mencakup kegiatan yang dilakukan dari awal perlakuan
terhadap penanaman bibit bawang merah hingga mencapai hasil produksi yaitu
panen bawang merah yang merupakan dari kegiatan usahatani yang bertujuan
memproduksi bawang merah. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
subsistem produksi ini meliputi:
1) Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah untuk penanaman lahan bawang merah dimaksudkan untuk
menggemburkan tanah, menghilangkan gulma, membuang gas-gas yang bersifat
racun hasil aktifitas mikroba dalam tanah, membuat sistem drainase yang baik.
Pengelolahan lahan dapat menggunakan traktor pada lahan yang luas atau pun
menggunakan cangkul dengan kedalaman tidak lebih dari 30 cm. Kemudian
Universitas Sumatera Utara
gumpalan tanah dihancurkan dan gulma dibersihkan. Selanjutnya tanah dibiarkan
seminggu sampai mengering.
Setelah bongkahan tanah mengering, dapat dibentuk bedeng-bedeng dan diantara
bedeng-bedeng dibuat parit-parit kecil. Lebar bedeng 100-120 cm dan lebar parit
40-50 cm. Panjang bedeng dan paritnya disesuaikan dengan luas lahan. Adapun
kegiatan dalam pengelolahan ini dikerjakan sekitar 3-4 minggu sebelum
penanaman. Dalam hal ini perlu diperhatikan tingkat keasaman tanah pada lahan.
Keasaman tanah yang paling baik untuk penanaman bawang merah adalah pada
pH 6,0-6,8, namun untuk menurunkan keasaman dapat dilakukan pengapuran.
2) Penanaman
Waktu yang ideal penanaman bibit bawang merah ditanam pada awal musim
kemarau yaitu antara bulan April/Mei sampai Oktober. Hal ini diperhitungkan
agar tanaman yang berumur 60-90 hari ini dapat dipanen pada musim kemarau itu
juga, sehingga ada kemungkinan dapat dilakukan kesempatan menanam dua kali
berturut-turut dalam satu musim tanam. Ini akan lebih menguntungkan dengan
tetap memperhatikan pengairan yang dilakukan dengan baik. Dengan demikian,
menjelang musim hujan bawang merah sudah dapat dipanen.
Penanaman dilakukan ketika lahan telah siap. Penanaman bawang merah dengan
jarak 15 x 15cm atau 15 x 20cm atau 20 x 20 cm. Dalam menancapkan umbi
bawang merah, perlu dibuat lubang-lubang kecil yang dibuat dengan penunggal,
dalamnya lubang kira-kira sama dengan tinggi umbi bibit. Umbi bibit, yang telah
dipotong sebagian ujungnya dan bekas potongannya sudah mongering, diletakkan
dalam lubang dengan ujung diatas. Selanjutnya bagian atas ditutup dengan tanah
tipis. Sekitar 5-7 hari biasanya umbi bibit sudah mulai tumbuh.
Universitas Sumatera Utara
3) Pengairan
Pengairan sangat penting bagi tanaman ini untuk pembentukan umbinya.
Pengairan sebaiknya dilakukan dengan cara emrat, sprayer atau sprinkle. Dapat
juga menggunakan genangan air dalam parit-parut disiramkan ke atas bedeng.
Setelah penyiraman, parit dikeringkan kembali. Penyiraman dimulai saat
penanaman pertama, selanjutnya pada umur 1-2 minggu dilakukan pengairan pagi
dan sore hari atau tergantung pada kondisi cuaca. Selanjutnya ketika berumur 14-
50 hari atau sampai umur tanaman 2 bulan dapat dilakukan penyiraman sekali
dalam sehari. Penyiraman dihentikan ketika besar umbi telah mencapai ukuran
yang maksimal.
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebelum penanaman dan sesudah
penanaman. Pemberian pupuk dasar yaitu seperti pupuk kompos atau pupuk
kandang yang digunakan cukup disebarkan diatas bedengan kemudian dicampur
dengan tanah dengan penggunaan 10-15 ton/ha. Pemberian pupuk susulan yaitu
pemberian pupuk anorganik seperti Rustica Yellow (15-15-15), NPK, Urea/ZA,
KCL/ZK yang ditaburkan diatas barisan tanaman. Pemupukan ini kira-kira 5-10
cm dari tanaman atau dapat juga dibenamkan dalam alur yang dibuat di antara
barisan tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari tanaman.
5) Pemberantasan hama dan penyakit
Hama dan penyakit dapat menyerang akar, umbi, batang, dan daun. Salah satu
penyakit bawang merah adalah cendawan Perenospora destructor. Maka dalam
Universitas Sumatera Utara
pemeliharaanya agar terhindar dari hama dan penyakit perlu diperhatikan
penyiangan dan penyemprotan pestisida agar tanaman bawang merah tidak mudah
terserang penyakit dan dapat bertumbuh dengan optimal. Penyemprotan obat-
obatan atau penggunaan stimulan juga sangat baik digunakan pada tanaman
bawang merah yang berguna untuk meningkatkan hasil yang dimana
penggunaanya obat-obatan sampai batas umur tanaman 50 hari.
6) Panen
Umur panen bawang merah memang cukup bervariasi, tergantung jenis varietas,
tempat penanaman, tingkat kesuburan, dan tujuan penanaman. Adapun tanda yang
dapat dipakai untuk mengetahui waktu panen adalah dari perubahan warna daun
jika 60-70% dari seluruh tanaman daun-daun telah menguning atau mengering
dan batang leher umbi terkulai maka saat panen pun tiba. Keadaan ini untuk
panen bawang merah konsumsi, namun jika digunakan untuk pembibitan maka
umut tanaman 80-90 hari.
Cara pemanenan bawang merah dilakukan dengan mencabut tanaman dengan
tangan. Dalam pencabutan jangan sampai batang semu terputus dan umbinya
jangan sampai tertinggal dalam tanah. Pemanenan ini juga sebaiknya dilakukan
pada pagi hari dalam kondisi cerah tidak hujan. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kemungkinan serangan busuk umbi berlendir ketika umbi disimpan
di gudang penyimpanan (Singgih, 2009).
C. Subsistem Post Produksi (Down-Stream Agribusiness)
Adapun dua faktor yang dilakukan pada subsistem post produksi agribisnis
bawang merah, yaitu :
1) Pascapanen Bawang Merah
Universitas Sumatera Utara
Setelah bawang merah dipanen, adapun perlakuan yang harus dilakukan agar
umbi bawang merah tetap berkualitas baik, yaitu
a. Pengeringan
Pengeringan ini bertujuan untuk mencegah kerusakan umbi. Pengeringan dapat
dilakukan langsung dibawah terik matahari atau pun menggunakan cara mekanis
seperti menggunakan sumber panas kompor.
b. Penyimpanan
Bawang merah begitu juga dengan komoditi pertanian lain pada umumnya
dihasilkan sebagai bahan mentah dan mudah rusak (perishable), membutuhkan
tempat penyimpanan yang besar karena bersifat voluminous sehingga perlu
penyimpanan dan pemeliharaan agar kualitas bawang merah tetap baik tidak
busuk (Redaksi Agromedia, 2011).
Pada umumnya petani menyimpan bawang merah dengan menggantungkan
ikatan-ikatan bawang merah pada para-para diatas perapian dapur. Dalam jumlah
yang besar, penyimpanan bawang merah disimpan di gudang penyimpanan yang
sebaiknya bersih, kering, dan tidak lembab. Penyimpanan bawang merah juga
menggunakan karung khusus yang berjaring-jaring. Hal ini dimaksudkan agar
umbi bawang merah tidak lembab sehingga tidak mudah busuk. Pada peti
penyimpanan (box container), sebaiknya menggunakan AC (Air Conditioning) hal
ini bertujuan agar umbi bawang merah tetap terjaga mutu dan agar tidak mudah
terserang penyakit yang dapat menyebabkan kebusukan (Agromedia, 2011).
2) Faktor Penunjang
a. Kelembagaan
Dalam mendukung dan meningkatkan agribisnis bawang merah, maka beberapa
Universitas Sumatera Utara
lembaga/kemitraan turut berperan serta. Diantaranya adalah lembaga dari
pemerintahan seperti penyuluh pertanian yang dapat sebagai sumber informasi
dalam melakukan usaha agribisnis yang tepat. Lembaga keuangan dan pemasaran
seperti KUD, renternir, kelompok tani, bank sebagai penyedia modal, dan
lembaga pemasaran dari pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang besar
atau perusahaan ekspor-impor atau yang bergerak di bidang agribisnis bawang
merah (Singgih, 2009).
b. Transportasi
Dengan adanya transportasi maka mempermudah pengangkutan bawang merah
dalam jumlah skala yang besar. Transportasi yang biasa digunakan dalam
mengangkut bawang merah adalah truk, kontainer bahkan kapal pengangkutan
barang dalam ratusan ton. Dengan adanya sarana transportasi maka memperlancar
usaha agribisnis bawang merah antar daerah maupun negara untuk melakukan
kegiatan ekspor maupun impor.
c. Telekomunikasi
Telekomunikasi juga berperan sebagai salah satu faktor penunjang agribisnis
bawang merah. Dengan adanya handphone, SMS banking dan Internet maka
mempermudah hubungan komunikasi dan informasi terhadap pelaku agribisnis
yang juga dapat dimanfaatkan sebagai media bertransaksi keuangan
(Tim Bina Karya Tani, 2009).
2.1.2 Tinjauan Ekonomi Bawang Merah
A. Permintaan Bawang Merah
Prospek agribisnis bawang merah cukup baik. Tidaklah heran jika permintaan
pasar terhadap bawang merah sangat tinggi. Permintaan bawang merah yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi, dikarenakan penggunaanya yang begitu banyak dalam kehidupan sehari-
hari. Penggunaan bawang merah banyak kita temui baik sebagai bawang goreng,
bumbu penyedap masakan seperti soto, sop, ayam gulai, dan sampai penggunaan
bawang merah di industri pengolahan makanan seperti mie instan, bumbu olah
siap saji, dan sebagainya (Singgih, 2009).
Tingkat kebutuhan bawang merah dan produksi bahan pangan bawang merah
yang mendukung ketersediaan pangan di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun dapat ditunjukkan sebagai berikut. Pada Tahun 2008 tingkat
kebutuhan bawang merah sebesar 69.720 ton dan produksi bahan pangan yang
mendukung ketersediaan pangan sebesar 24.808 ton. Pada tahun 2009 tingkat
kebutuhan bawang merah sebesar 73.200 ton dan produksi bahan pangan yang
mendukung ketersediaan pangan sebesar 25.552 ton. Pada tahun 2010 tingkat
kebutuhan bawang merah menurun tajam sebesar 9.120 ton dan produksi bahan
pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 9.431 ton. Pada tahun 2011
kembali meningkat sebesar 33.754 ton dan produksi bahan pangan yang
mendukung ketersediaan pangan sebesar 12.449 ton. Dan pada tahun 2012 juga
meningkat dengan tingkat kebutuhan bawang merah sebesar 33.754 ton dan
produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 13.398 ton.
Berdasarkan data yang diperoleh ketersediaan bawang merah sampai pada tahun
akhir tahun 2012 diatas, Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan 14.70
(Badan Ketahanan Pangan Provinsi SUMUT 2008-2012).
Keadaan pasokan bawang merah antara tingkat ketersediaan bawang merah dan
tingkat kebutuhan bawang merah di Provinsi Sumatera Utara belum dapat saling
memenuhi dengan terpenuhi dengan baik, jika mengandalkan sentra produksi
Universitas Sumatera Utara
yang ada di Sumatera Utara, seperti Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo,
Kabupaten Dairi, dan sekitarnya. Maka, dalam memenuhi permintaan bawang
merah yang ada, pasokan bawang merah yang didatangkan di Kota Medan adalah
bawang merah impor dari provinsi-provinsi lain seperti Provinsi Jawa Tengah,
Provinsi Jawa Timur, dan bawang merah impor dari luar negeri seperti Thailand,
Filiphina, Malaysia (BPS, 2012).
Untuk kedepannya, maka dapat diramalkan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, memungkinkan permintaan bawang merah
mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan penggunaan bawang merah dalam
penelitian dibidang kedokteran/kesehatan yang bermanfaat sebagai obat
tradisional yang baik bagi kesehatan dan mengobati berbagai penyakit seperti,
mengobati penyakit diabetes mellitus, menurunkan kadar gula/kolestrol tubuh,
menghambat penumpukan trombosit dan sebagainya (Singgih, 2009).
B. Penawaran Bawang Merah
Daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah 24 provinsi dari 33
provinsi. Adapun daerah penghasil utama bawang merah di Indonesia adalah
Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur,
D.I.Yogyakarta, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi
Sulawesi Selatan, Bali, dan NTB. Kesembilan provinsi ini menyumbang 96,5%
dari produksi total bawang merah di Indonesia. Secara nasional daerah penghasil
terbesar bawang merah adalah Pulau Jawa (Departemen Pertanian, 2007).
Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara, mengungkapkan bahwa
luas tanam dengan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara pada Tahun
2007 mencapai 1.276 Ha dan produktivitas sebesar 91,40 Kw/Ha. Pada Tahun
Universitas Sumatera Utara
2008 luas tanam mencapai 1.352 Ha dan produktivitas sebesar 97,50 Kw/Ha.
Pada Tahun 2009 luas tanam mencapai 1.446 Ha dan produktivitas sebesar 91,77
Kw/Ha. Pada Tahun 2010 luas tanam mencapai 1.379 Ha dan produktivitas
sebesar 69,21 Kw/Ha. Pada Tahun 2011 luas tanam mencapai 1.488 Ha dan
produktivitas sebesar 89,95 Kw/Ha.
Banyaknya hasil produksi bawang merah yang berasal dari sentra produksi dalam
negeri memang berfluktuasi tergantung pada musimnya. Pada saat musim panen
ketersediaan bawang merah berlimpah dan sebaliknya. Bawang merah yang
berasal dari dalam negeri ini telah beradaptasi dengan pasar sejak lama dan dirasa
belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar sehingga perlu ditambah
dengan mengimpor dari negara lain.
Jumlah ketersediaan bawang merah yang berasal dari dalam negeri dan impor
inilah yang membentuk keseimbangan harga sebelum ada perubahan. Ketika
terjadi perubahan harga, kita tidak merasakan adanya lonjakan permintaan yang
besar yang disebabkan adanya perubahan perilaku konsumen atau pun masyarakat
pada umumnya. Berkurangnya penawaran ini dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain, produksi dalam negeri yang mengalami penurunan, berkurangnya,
volume impor, dan distribusi yang terhambat (dihambat).
Berkurangnya penawaran karena penyebab yang pertama ditengah kenaikan harga
bawang merah saat ini, diyakini tidak terjadi karena kita tidak mendengar adanya
berita kegagalan panen. Namun yang kedua dan ketiga dapat menjadi penyebab
dalam kenaikan harga di sisi penawaran belakang waktu ini. Hal ini terlihat dalam
penutupan impor bawang merah yang dilakukan Kementrian Pertanian kepada
Kementrian Perindustrian dan Perdagangan yang bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkankan harga petani dalam negeri dan distribusi yang terhambat
ataupun dihambat oleh sebagian pengusaha untuk mendapatkan keuntungan yang
tinggi dengan menyimpan sebagian besar bawang merah di gudang penyimpanan
(Satelit Post, 2013).
2.2. Landasan Teori
Permintaan dalam pengertian ekonomi diartikan yaitu suatu fungsi yang
menunjukkan berbagai jumlah suatu barang yang konsumen ingin dan mampu
membelikan dengan tingkat harga tertentu pada periode tertentu. Dalam
permintaan terdapat variabel yaitu jumlah barang yang diminta dan harga barang
itu sendiri dengan asumsi variabel-variabel lainnya konstan (ceteris paribus).
Dalam hal ini yang dianggap sebagai variabel konstan misalnya selera konsumen
dan jumlah penduduk (Haryono Tulus, 2001).
Hukum permintaan menyatakan semakin rendah harga suatu barang, maka
semakin tinggi pula permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin
tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit pula permintaan terhadap barang
tersebut. Hal ini dapat terlihat pada kenaikan harga bawang merah yang sempat
dalam waktu sedekat lalu dimana harga bawang sempat melambung tinggi yang
mencapai kenaikan 300% dari harga sebelumnya, membuat sebagian para
konsumen juga mengurangi mengkonsumsinya (Sukirno, 2012).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah adalah :
1. Pendapatan Konsumen
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat yang berhubungan
dengan harga. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas kepada konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang/jasa.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh pendapatan terhadap permintaan agak sedikit komplek karena efeknya
mempunyai dua kemungkinan.
Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap permintaan akan menaikkan
permintaan. Hal ini terjadi apabila barang normal. Efek selera dan efek banyaknya
pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus lain barang inferior maka