Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Bilik Mata Depan
Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan
pengaturan tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan
aqueos harus melalui bilik mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal
Schlemm.1 Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer
dan pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis schwalbe,
anyaman trabekuler (yang terletak diatas kanal Schlemm) dan taji sklera (sceral
spur).2
Gambar 2.1. Anatomi bilik depan mata.
Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Anyaman trabekula
berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke
corpus siliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan
kolagen dan elastik, yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin
mengecil ketika mendekati kanal schlemm. Bagian dalam anyaman ini yang
menghadap bilik mata depan, dikenal sebagai anyaman uvea; bagian luar yang
dekat dengan kanal schlemm disebut anyaman korneoskleral. Serat-serat
longitudinal otot siliaris menyisip ke dalam anyaman trabekula tersebut. Taji
sklera merupakan penonjolan sklera ke arah dalam diantara corpus siliare dan
kanal schlemm, tempat iris dan corpus siliare menempel. Saluran-saluran eferen
3
Page 2
dari kanal schlemm (sekitar 300 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous)
berhubungan dengan sistem vena episklera.2
Gambar 2.2. Struktur Anyaman Trabekular.
Bagian mata yang penting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut
filtrasi ini berada dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh
garis yang menghubungkan akhir dari membran descement dan membran
bowman, lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanal
schlemm dan trabekula sampai ke COA. Limbus terdiri dari dua lapisan epitel dan
stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel kornea. Di dalam stroma terdapat serat –
serat saraf dan cabang akhir dari arteri siliaris anterior. Pada sudut filtrasi terdapat
garis schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement
dan kanal schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.1,2
Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi yang mengelilingi
kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam
terdapat lubang – lubang, sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula
dan kanal schlemn. Dari kanal schlemn, keluar saluran kolektor, 20 – 30 buah,
yang menuju ke pleksus vena di dalam jaringan sklera dan episkelera dan vena
siliaris anterior di badan siliar.1,2
2.2 Fisiologi Humor Aquous
Akuos humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi ruang kamera
okuli anterior dan posterior. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi dari
plasma. Komposisi akuos humor serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan
4
Page 3
ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi, dan
protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Akuos humor berfungsi sebagai
media refraksi dengan kekuatan rendah mengisi bola mata dan
mempertahankan tekanan intraokuler.3 Akuos humor disekresi oleh epithel badan
siliaris dengan kecepatan 2-3 µl/menit dan mengisi kamera okuli posterior 60µl,
serta mengisi kamera okuli anterior 250µl. Peranan penting akuos humor dalam
fisiologi mata manusia adalah sebagai pengganti sistem vaskular untuk bagian
mata yang avaskular, seperti pada kornea dan lensa, memberi nutrisi penting
bagi mata, antara lain oksigen, glukosa, dan asam amino, mengangkat
metabolit dan substansi toksik seperti asam laktat dan CO2, akuos humor berputar
dan mempertahankan tekanan intra okuler yang penting bagi pertahanan
struktur dan penglihatan mata, akuos humor mengandung askorbat dalam kadar
yang sangat tinggi yang sangat berperan untuk membersihkan radikal bebas
dan melindungi mata dari serangan sinar ultra violet dan radiasi lainnya,
saat terjadinya infeksi dan proses inflamasi, akuos humor memberi respon
imun humoral dan seluler. selama inflamasi, produksi akuos humor menurun
dan meningkatkan mediator imun.4,5
2.2.1 Pembentukan aquos humor
Pembentukan aquos humor adalah suatu proses biologis yang
mengikuti irama sikardian. Aquos humor dibentuk oleh korpus siliaris yang
masing-masing dibentuk oleh 2 lapis epitel diatas stroma dan dialiri oleh kapiler-
kapiler fenestrata, yang berisi pembuluh kapiler yang sangat banyak,
yang terutama difasilitasi oleh cabang lingkar arteri utama dari iris.
Permukaan apikal dari lapisan epitel luar yang berpigmen dan lapisan epitel
dalam yang tidak berpigmen satu dengan yang lainnya dan disatukan oleh
tight junction, yang merupakan bagian penting berhubungan dengan sawar
darah akuos. Lapisan epitel dalam yang tidak berpigmen yang menonjol ke
kamera okuli posterior, berisi banyak mitokondria dan mikrovilli, sel-sel ini
diduga sebagai tempat produksi akuos humor.5,6.7 Adapun mekanisme fisiologis
pembentukan aquos humor adalah sebagai berikut:
5
Page 4
a. Difusi
Adalah pergerakan pasif ion-ion melalui membran karena perbedaan
konsentrasi. Pada waktu akuos humor melewati kamera okuli
posterior menuju kanalis schlemm, mengalami kontak dengan korpus siliaris,
iris, lensa, vitreus, kornea dan trabekular meshwork. Terjadi
pertukaran secara difusi dengan jaringan sekitarnya, sehingga akuos humor
pada kamera okuli anterior lebih menyerupai plasma dibandingkan
dengan akuos humor pada kamera okuli posterior.2
b. Ultrafiltrasi
Adalah suatu proses dimana cairan dan bahan terlarut melewati membran
semi permeabel dibawah gradien tekanan. Setiap menitnya ± 150 ml darah
mengalir melalui kapiler prosesus siliaris. Selama darah melewati kapiler
prosesus siliaris, sekitar 4% filter plasma mengalami penetrasi dalam dinding
kapiler kedalam rongga interstisial antara kapiler dan epitel siliaris. Dalam
korpus siliaris, gerakan cairan dipengaruhi oleh perbedaan tekanan hidrostatis
antara tekanan kapiler dan tekanan cairan interstisial, ditahan oleh perbedaan
antara tekanan onkotik plasma dan akuos humor. Dalam ruang jaringan
prosesus siliaris, konsentrasi koloid ± 75 % daripada konsentrasinya di
dalam plasma. Konsentrasi yang tinggi dari koloid didalam ruang
jaringan prosesus siliaris mempengaruhi pergerakan cairan dari plasma
kedalam stroma siliar, akan tetapi akan mengurangi gerakan cairan dari
stroma ke kamera okuli posterior.5
c. Transpor aktif
Sekresi aktif membutuhkan energi untuk memindahkan substansi
secara selektif terhadap gradient elektrokimia serta tidak bergantung pada
tekanan. Sekresi aktif bertanggung jawab pada mayoritas produksi cairan dan
melibatkan aktifitas dari enzim karbonik anhidrase. Ion-ion yang diangkut
melalui epitel siliaris tidak berpigmen belum jelas, menurut kebanyakan teori
termasuk sodium, klorida, dan bikarbonat. Sekresi aktif diperkirakan
memproduksi 80 % dari total produksi akuos humor. Sisanya (20%) di
produksi secara difusi dan ultra filtrasi.2,5
2.2.2 Komposisi aquos humor
6
Page 5
Komposisi akuos humor normal antara lain: Air (99,9%), Protein
(0,04%), Na+ (144mmol/kg), K+ (4,5 mmol/kg), Cl- (110 mmol/kg), Glukosa
(6,0 mmol/kg), Asam laktat (7,4 mmol/kg), Asam amino (0,5 mmol/kg),
inositol (0,1 mmol/kg).4
2.2.3 Aliran Keluar Aquos Humor
Aquos humor mengalir keluar melalui dua jalur, yaitu jalur trabekular
dan jalur uveosklera.
a. Jalur trabekulum (konvensional)
Kebanyakan aqueous humor keluar dari mata melalui jalur jalinan trabekula-
kanal Schlemn-sistem vena. Jalinan trabekula dapat dibagi kedalam tiga
bagian: uveal, korneoskleral dan jukstakanalikular. Jalinan trabekula terdiri
dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastis yang dibungkus oleh sel-sel
trabekular yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin
mengecil sewaktu mendekati kanalis schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui
insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di
jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase aqueous humor juga meningkat.
Aqueous bergerak melewati dan diantara sel endotelial yang membatasi
dinding dalam kanal Schlemm. Sekali berada dalam kanal Schlemm, aqueous
memasuki saluran kolektor menuju pleksus vena episklera melalui kumpulan
kanal sklera.1
b. Jalur uveosklera (nonkonvensional)
Pada mata normal setiap aliran non-trabekular disebut dengan aliran
uveoskleral. Mekanisme yang beragam terlibat, didahului lewatnya aqueous
dari camera oculi anterior kedalam otot muskularis dan kemudian kedalam
ruang suprasiliar dan suprakoroid. Cairan kemudian keluar dari mata melalui
sklera yang utuh ataupun sepanjang nervus dan pembuluh darah yang
memasukinya. Aliran uveoskleral tidak bergantung pada tekanan. Aliran
uveoskleral ditingkatkan oleh agen sikloplegik, adrenergik, dan prostaglandin
dan beberapa bentuk pembedahan (misal siklodialisis) dan diturunkan oleh
miotikum.1
7
Page 6
Gambar 2.3 Mekanisme aliran aqueous humor melalui jalur
trabekula dan uveosklera.
Kecepatan pembentukan aqueous humor dan hambatan pada mekanisme
pengaliran keluarnya menentukan besarnya tekanan intraokuler. Normalnya
tekanan di dalam bola mata berkisar antara 10-20 mmHg. Peningkatan tekanan
intraokuler dapat terjadi akibat produksi aqueous humor yang meningkat misalnya
pada reaksi peradangan dan tumor intraokuler atau karena aliran keluarnya yang
terganggu akibat adanya hambatan pada pratrabekular, trabekular atau post
trabekular.7
2.2.4 Hubungan tekanan intraokular dan aliran aquos humor
Tekanan intraokular adalah tekanan yang dihasilkan oleh bola
mata terhadap dinding bola mata, normalnya diatur oleh dinamika cairan
bola mata. Rentang normal tekanan intraokular adalah 10-21 mmHg. faktor yang
mempengaruhi tekanan intraokular dalam hubungannya dengan aliran aquos
humor adalah kecepatan pembentukan aquos humor, kemudahan aliran keluar dan
tekanan vena episclera. Normalnya tekanan vena episclera berkisar antara 8-12
mmHg. Peningkatan vena episclera sebesar 1 mmHg biasanya akan diikuti oleh
peningkatan tekanan intraokular dalam besar yang sama.6,7
Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut :
8
Page 7
IOP = + Pev
IOP = Tekanan intraokular (mmHg)
F = Kecepatan produksi aquos humor (µl/menit)
U = Pengaliran melalui uveosclera (µl/menit)
C = Kemudahan Aliran aquos humor (µl/menit/mmHg)
Pev = Tekanan vena episclera (mmHg)
Aliran keluar aquos humor rata-rata normalnya
0.22-0.28µl/menit/mmHg. Kecepatan aliran ini berkurang seiring peningkatan
usia dan dipengaruhi oleh tindakan bedah pada mata, obat-obatan serta faktor
endokrin.8
2.3 Glaukoma
2.3.1 Definisi
Glaukoma merupakan penyakit neurooptik yang menyebabkan kerusakan
serat optik (neuropati optik), yang ditandai dengan kelainan atau atrofi papil
nervus optikus yang khas, serta kerusakan lapang pandang dan biasanya
disebabkan oleh efek peningkatan tekanan intraokular sebagai faktor resikonya.9
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini disebabkan
bertambahnya produksi cairan mata oleh badan silier atau berkurangnya
pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil (glaukoma
hambatan pupil).1
Pada glaukoma terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta
degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan.1
2.3.2 Epidemiologi
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan atau hilangnya penglihatan
kedua terbayak di dunia.10 Pada studi epidemiologi terhadap angka kejadian
glaukoma dari tahun 2000-2002 terdapat 5.0% dengan usia rata-rata 40 tahun
yang meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi pria lebih tinggi dari pada
wanita.11
9
Page 8
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kebutaan di Indonesia
mencapai 1,5% atau sekitar 3 juta orang. Persentase itu melampaui negara Asia
lainnya seperti Bangladesh dengan 1%, India 0,7% dan Thailand 0,3%.5 Menurut
Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996,
kebutaan tersebut disebabkan oleh katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan
refraksi (0,14%) dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%).
2.3.3 Etiologi
Glaukoma merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan usia.
Glaukoma tidak disebabkan oleh hanya satu sebab, karena bersifat multifaktorial.
Mekanisme yang berhubungan dengan produksi badan siliar yang terlalu banyak
sedangkan pengeluarannya pada anyaman trabekulum normal (glaukoma
hipersekresi). Selain itu, adanya hambatan pengaliran pada pupil waktu pengaliran
cairan dari bilik mata belakang ke bilik mata depan (glaukoma blockade pupil),
serta pengeluaran dari sudut mata tinggi (glaukoma simpleks, glaukoma sudut
tertutup, glaukoma sekunder akibat geniosinekia).12
2.3.4 Faktor Resiko
Deteksi dan perawatan dini glaukoma adalah satu-satunya jalan untuk
menghindari hilangnya penglihatan. Beberapa faktor resiko ikut mempengaruhi
terjadinya glaukoma, antara lain :
1. Faktor umum
a. Usia
Usia adalah faktor resiko utama dalam perkembangan glaukoma. Tersering
dijumpai pada usia diatas 65 tahun dan jarang pada usia dibawah 40 tahun.
Insidensi glaukoma terjadi 4-10 kali lebih banyak pada kelompok usia tua
dibandingkan usia 40-50 tahun.13
b. Ras
Ras sangat berpengaruh terhadap perkembangan glaukoma, onset dan
respon terhadap terapi. Pada ras kulit hitam onset lebih dini, respon
yang kurang terhadap terapi medikamentosa, biasanya membutuhkan
tindakan bedah dengan prevalensi lebih tinggi menimbulkan
kebutaan dibandingkan ras kulit putih.13
c. Famili
10
Page 9
Etiologi glaukoma yang paling mungkin melibatkan mekanisme
multifaktorial atau poligenik yang diturunkan. Beberapa studi
menyebutkan bahwa 13-25 persen pasien dengan glaukoma memiliki
keluarga yang memiliki riwayat untuk penyakit galukoma.13 TIGR disebut
juga myosilin yang diproduksi oleh anyaman trabekular. Adanya mutasi
pada protein tersebut akibat gen GLC1A yaitu gen yang bertanggung
jawab pada mutasi protein TIGR di kromosom 1.9
2. Faktor Okular
a. Tekanan Intraokular
Tekanan intraokular yang tinggi, mempunyai efek langsung yang dapat
menyebabkan glaukoma. Seseorang dengan tekanan intraokuler diatas
21 mmHg memiliki faktor resiko sebanyak 16 kali lipat dibandingkan
jika tekanan dibawah 16 mmHg. Tekanan intraokular diatas 21 mmHg
tanpa adanya tanda dan gejala glaukoma disebut hipertensi okular.
Menurut suatu studi, Hipertensi okular merupakan faktor utama yang
dapat menyebabkan glaukoma, sekitar 9% penderita hipertensi okular
yang tidak dikontrol dalam 5 tahun dapat berkembang menjadi
glaukoma.13
b. Ketebalan Kornea
Menurut Ocular hypertension treatment study dalam penelitiannya,
semakin tebal kornea sentral, semakin besar resiko terkena glaukoma. 13
3. Penyakit Sistemik
a. Diabetes Melitus
Pengaruh diabetes melitus pada perkembangan glaukoma
masih kontroversial. Beberapa penelitian menunjukkan resiko sebanyak
1.6-4.7, namun pada penelitian lain justru dapat menjadi proteksi untuk
mencegah terjadinya glaukoma.13
b. Penyakit Tiroid
Penyakit tiroid yang bermanifestasi pada mata menyebabkan kompresi
orbita sehingga menimbulkan neuropati optik.
c. Hipertensi
Hipertensi dalam perannya menyebabkan glaukoma disebabkan karena
11
Page 10
terjadinya konstriksi pembuluh darah. Baltimore Eye Survey
memperkirakan hubungan hipertensi dengan glaukoma sangaat kompleks.
Usia dan durasi kejadian hipertensi berefek pada tekanan darah sistemik
pada glaukoma sudut terbuka primer. Penurunan perfusi secara signifikan
meningkatkan prevalensi terjadinya glaukoma sudut terbuka primer.13
4. Trauma
Cedera kontusio bola mata dapat disertai peningkatan tekanan intraokular
akibat perdarahan ke kamera anterior (hifema). Darah bebas menyumbat jalinan
trabekular, hal ini akan menyebabkan gangguan aliran humor aqueous dan terjadi
peningkatan tekanan intraokular. Laserasi akibat kontusio pada segmen anterior
diikuti hilangnya kamera anterior. Jika kamera tidak segera dibentuk kembali
maka akan terbentuk sinekia aterior perifer dan menyebabkan penutupan sudut
yang ireversibel.13
2.3.5 Patofisiologi
Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sendok teh aqueous humor yang
mensuplai makanan dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa produk
sisa keluar dari mata melalui anyaman trabekulum ke Canalis Schlemm. Pada
keadaan normal tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi cairan mata
oleh epitel badan siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari bola mata.1
Patofisiologi dari glaukoma adalah atropi dari nervus optikus dan
hilangnya lapangan pandang. Hipotesis dari proses tersebut adalah adanya
kompresi dari pembuluh darah yang memperdarahi nervus optikus karena terjadi
peningkatan tekanan intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik
menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling
lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada
bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik. Serabut atau sel
syaraf ini sangat tipis dengan diameter kira-kira 1/20.000 inci. Bila tekanan bola
mata naik serabut syaraf ini akan tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel
tersebut akan mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen.14
Hal ini menyebakan proses hipoksia jaringan retina yang berefek pada
kehidupan sel ganglion. Hipotesis yang lain meliputi adanya stres oksidatif atau
stres nitrat, yang keduanya mempengaruhi trabekular dan sel ganglion retina,
12
Page 11
reaksi autoimun yang mempengaruhi sistem imun seseorang/ degenerasi axon sel
ganglion retina, toksisitas glutamat, serta penurunan/ hilangnya faktor
neurotropik. Beberapa hal tersebut mempengaruhi terjadinya glaukoma. Sel glial
pada nervus optikus (sel lamina kribosa), sel astrosit merupakan bagian khusus sel
glial memiliki peran penting terhadap perubahan matriks ekstraseluler pada sel
ganglion pada proses glaukomatosa.14
Pada proses lain perubahan ekspresi matriks metaloproteinase (MMPs)
dan inhibitornya (TIMPs) terjadi pada nervus optikus sehingga menyebabkan
glaukoma. Perubahan ekspresi protein seperti MMP1 dan MTI-MMP telah
dilaporkan mempengaruhi nervus optik pada manusia. Pada sentral nervus system,
injuri atau stres dapat menyebabkan astrosit yang normal menjadi reaktif,
sehingga memperlihatkan perubahan morfologi dan ekspresi protein yang
meningkatkan glial fibrillary acidic protein (GFAP). Astrosit juga berespon
terhadap perbedaan stress termasuk injuri, endotelin-1, dan gangguan oksigen-
glucose.14
2.3.6 Klasifikasi
Glaukoma mempunyai beberapa klasifikasi yang dapat ditentukan yaitu
glaukoma sudut terbuka, glaukoma sudut tertutup dan glaukoma pada anak-anak.
13
Page 12
Gambar 2.4. Klasifisikasi glaukoma.
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan bentuk yang paling sering
dijumpai, bersifat kronis dan tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan glaukoma
sudut terbuka sekunder merupakan glaukoma yang disebabkan oleh kelainan lain
pada mata, penyakit sistemik, trauma dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti
steroid.14
Primery Open-angle Glaucoma (POAG) adalah bentuk glaukoma dengan
karakteristik kronik, progresifitas lambat, neuropati optik dengan karakteristik
pola kerusakan nervus optikus dan penurunan lapangan pandang. Manifestasi
klinis pada POAG tahap awal jarang disadari penderita. Proses kerusakan syaraf
optik berlangsung perlahan-lahan, sehingga glaukoma ini bersifat kronik dan
sering disebut the “silent thief of sight,” karena biasanya belum terdeteksi hingga
mencapai kerusakan 95% syaraf optik yaitu meliputi progresifitas yang lambat,
dan tidak nyeri, mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang
mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari
oleh penderita. Penyempitan lapang pandangan mata dimulai dari tepi lapangan
pandang dan lambat laun meluas ke bagian tengah. Dengan demikian penglihatan
sentral (fungsi macula) bertahan lama, walaupun penglihatan perifer sudah
tidak ada sehingga penderita tersebut seolah-olah melihat melalui teropong (tunnel
vision). Glaukoma ini didiagnosis dengan pemeriksaan TIO, gambaran diskus
optikus, dan pemeriksaan lapang pandang. Pada gambaran diskus optikus terdapat
14
Page 13
gambaran cuping yang asimetris, fokus yang tipis atau bertakik, perdarahan diskus
optik, serta perubahan gambaran tepi diskus optikus. Terapi pada kasus ini
meliputi medikasi, laser (laser trabekuloplasti) dan operatif (trabekulektomi)
untuk menurunkan TIO.9,16
Secondary Open-Angle Glaucoma (SOAG) adalah peningkatan resistensi
aliran ayaman trabekuler yang berhubungan dengan beberapa kondisi, meliputi:
pseudoexfoliation, pigmentary glaucoma, lensa induse glaukoma,
phacoanaphylaxis, tumor intraokuler, inflamasi okuler, surgical and accidental
trauma, serta obat induse glaukoma.9
b. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma jenis ini yang paling umum mengenai pasien di seluruh dunia dan
menyebakan kebutaan bilateral. Glaukoma sudut tertutup digambarkan oleh
sinekia anterior, dan atau aposisi iriotrabekular, pada keadaan akut dengan gejala
hebat, atau kronik, dengan hilang penglihatan asimtomatik. Glaukoma ini dibagi
menjadi dua kategori besar yaitu primer dan sekunder. Pada primer tidak
didapatkan kelainan patologi kecuali predisposisi anatomi, sedangkan pada
sekunder terdapat keadaan patologi yang mendasarinya seperti neovaskularisasi
iris, migrasi endotel kornea, yang mendasari terjadinya sudut tertutup.9
Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi glaukoma akut, subakut
dan kronik. Glaukoma akut mempunyai manifestasi nyeri okuler, sakit kepala,
penglihatan kabur, halo pelangi saat melihat cahaya, mual dan muntah. Sedangkan
gambaran objektif meliputi peningkatan TIO, mid dilatasi pupil, refleks pupil
lambat dan ireguler, edema epitel kornea, episklera kongesti, dan pembuluh darah
konjungtiva, anterior chamber bengkak, dan melebarnya sel serta menurunnya
aqueous.Terapi pada kondisi ini meliputi iridektomi, laser atau operatif.9
Glaukoma sudut tertutup subakut mempunyai karakteristik adanya episode
penglihatan kabur, dan nyeri okuler ringan akibat peningkatan TIO. Glaukoma
jenis ini kadang-kadang dapat berkembang menjadi glaukoma sudut tertutup akut.
Didapatkan riwayat berulang berupa nyeri, kemerahan, kekaburan penglihatan
disertai halo di sekitar cahaya pada satu mata. Serangan sering terjadi pada malam
hari dan sembuh dalam semalam.2 Laser iridektomi merupakan pilihan terapi yang
sesuai dengan kondisi ini.9
15
Page 14
Glaukoma sudut tertutup kronik mempunyai manifestasi sama dengan
glaukoma sudut terbuka primer, sering dengan penyempitan lapang pandang yang
ekstensif dikedua mata. Pada pemeriksaan didapatkan peningkatan TIO, sudut
bilik mata depan yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai
tingkat serta kelainan diskus optikus dan lapang pandang. Pada pasien ini tidak
boleh diberikan epinefrin dan miotik kuat, kecuai apabila sebelumnya telah
dilakukan iridotomi atau iridektomi perifer, sebab obat-obat tersebut akan
memperparah penutupan sudut.2
Glaukoma sudut tertutup sekunder dapat dibagi menjadi dengan blok pupil
serta tanpa blok pupil. Hal-hal yang menyebabkan blok pupil meliputi edema
lensa, dan pupil yang kecil, sedangkan pada glaukoma tanpa blok pupil meliputi
mekanisme pendorongan posterior meliputi tumor pada segmen posterior, atau
efusi uvea, serta tertarik ke depan seperti glaukoma neovaskuler, inflamasi, dan
iridokornea endotelial sindrome.9
c. Glaukoma Anak-Anak
Kongenital primer atau glaukoma infantil terjadi saat lahir atau kurang dari
satu tahun pertama. Kondisi ini dipercaya akibat displasia sudut kamera okuli
anterior tanpa abnormaitas okuli atau sistemik. Glukoma infantil sekunder
berhubungan dengan inflamasi, neoplasia, hamartomatous, metabolik dan
abnormalitas pada mata. Glaukoma juvenil adalah glaukoma yang diidentifikasi
pada usia lebih dari 3 tahun atau masa remaja muda. Selain itu glaukoma
developmental termasuk glaukoma kongenital primer dan glaukoma yang
berhubungan dengan anomali pada okuler dan sistemik. Manifestasi klinik dari
glaukoma infantil meliputi triad symptom yaitu epifora, photofobia, dan
bleparospasme.9 Selain itu diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan peningkatan
TIO, mengukur diameter kornea, genioskopi, mengukur panjang axis dengan USG
dan retinoskopi serta ophtalmoscopy.9
2.3.7 Penegakan Diagnosa
1. Anamnesa
Pemberian terapi pada glaukoma tergantung pada seorang dokter dalam
menegakkan diagnosa secara spesifik dan menetapkan tingkat keparahan dan
16
Page 15
progresifitas pada status pasien. Anamnesa dilakukan dengan beberapa
pertanyaan, seperti kapan keluha
n dimulai, riwayat keluarga, penggunaan alkohol dan rokok, riwayat penyakit
sebelumnya, serta riwayat sosial pasien.9
Hal tersebut sering ditanyakan pada gejala pasien dengan glaukoma,
seperti keluhan nyeri, kemerahan, terdapat lingkaran cahaya terang, perubahan
penglihatan dan hilangnya penglihatan. Riwayat kesehatan secara umum juga
perlu ditanyakan, dengan kemungkinan terdapatnya manifestasi okuler atau
mungkin pengaruh dari pengobatan yang digunakan. Riwayat penggunaan
kortikosteroid juga berpengaruh terhadap kondisi glaukoma. Seperti pada kondisi
diabetes melitus, penyakit jantung dan paru-paru, hipertensi, migrain dan penyakit
neurologi lainnya.9
2.3.8 Pemeriksaan oftalmologi
1. Pemeriksaan Visus/ Refraksi
Evaluasi tajam penglihatan merupakan bagian yang penting yang
digunakan dalam menentukan status fungsional secara klinis. Pada glaukoma
tahap awal tajam penglihatan masih terjaga dan terutama pada visus sentral dapat
dipertahankan hingga stage akhir penyakit ini. Pada beberapa kasus pasien dengan
kondisi mata hipermetropi meningkatkan resiko glaukoma sudut tertutup dan
kondisi miopia meningkatkan resiko glaukoma sudut terbuka meskipun masih
dalam perdebatan.9
2. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Mengukur tekanan intraokuler (TIO) merupakan pemeriksaan penting
pada pasien glaukoma. Peningkatan TIO pada pasien glaukoma akibat perubahan
ultrastruktur pada anyaman trabekular sehingga menurunkan aliran aqueous
humor yang dapat diukur dengan tonometer. Faktor yang berpengaruh terhadap
peningkatan bola mata yaitu: perubahan postur, valsava manuver, penggunaan
anastesi umum (ketamin), rokok, grave’s disease, agen antikolinergik, dan
penggunaan kortikosteroid. Sedangka faktor yang mempengaruhi penurunan TIO
adalah, olahraga lama, konsumsi alkohol, marijuana, kehamilan, asidosis
metabolik, dan anastesi umum kecuali ketamin dan succinilcolin.16
17
Page 16
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan
tonometer. Dikenal beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz dan
tonometer aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat
dilakukan tanpa alat disebut dengan tonometer digital, dasar pemeriksaannya
adalah dengan merasakan lenturan bola mata (ballotement) dilakukan penekanan
bergantian dengan kedua jari tangan.1
Pemeriksaan digital merupakan teknik yang paling mudah dan murah
karena tidak memerlukan alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak
mata atas, lalu membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari.
Hasil pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal,
Tn+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan Tn-1 untuk tekanan yang agak rendah.
Tingkat ketelitian teknik ini dianggap paling rendah karena penilaian dan
interpretasinya bersifat subjektif.2
Gambar 2.5. Pemeriksaan TIO dengan palpasi.
Selain itu pemeriksaan dengan tonometer Schiotz, dimana mudah dibawa,
gampang digunakan dan harganya murah. Tekanan intraokuler diukur dengan alat
yang ditempelkan pada permukaan kornea setelah sebelumnya mata ditetesi
anestesi topikal (pantocain). Jarum tonometer akan menunjukkan angka tertentu
pada skala. Pembacaan skala disesuaikan dengan kalibrasi dari Zeiger-Ausschlag
Scale yang diterjemahkan ke dalam tekanan intraokuler.2
18
Page 17
Gambar 2.6. Pemeriksaan TIO dengan Tonometer Schiotz.
3. Gonioskopi
Gonioskopi adalah metode pemeriksaan sudut bilik mata depan dengan
pembesaran binokuler dan sebuah lensa genio khusus. Tes ini sebagai cara
diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk
melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing.2 Lensa
genio jenis Goldmann dan Posner/Zeiss memiliki cermin khusus membentuk
sudut sehingga menghasilkan garis pandangan yang paralel dengan permukaan
iris, cermin tersebut diarahkan ke perifer ke arah lekukan sudut ini. Pasien di
anastesi lokal, kemudian diperiksa dengan slitlamp dan lessa genio dipasang pada
mata. Detil sudut bilik mata depan diperbesar dan divisualisasikan secara
stereoskopik. Dengan memutar cermin, dapat diperiksa semua bagian sudut
sehingga mencapai 360°.2
Gambar 2.7 Pemeriksaan Bilik Mata Depan dengan Gonioskopi.
4. Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur berperan penting dalam
diagnosis dan tindak lanjut glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat
glaukoma itu sendiri tidak spesifik karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas
serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit nervus optikus; namun
kelainan lapangan pandang, sifat progresifitas dan hubungannya dengan kelainan-
kelainan diskus optikus merupakan ciri khas penyakit ini.2 Gangguan lapangan
pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian
sentral. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Hal ini
penting untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan
penyakitnya, juga bagi menentukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu
diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang
masih dini, lapang pandangan perifer belum menujukan kelainan, tetapi lapang
pandangan sentral sudah menunjukan adanya macam– macam skotoma. Jika
19
Page 18
glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan kelainan
berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas yang kemudian akan
bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel
vision, seolah – olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.2
Gambar 2.8. Lapang pandang dalam berbagai stadium A: Lapang pandangan yang masih
normal, B: Skotoma parasentral, C: Lapang Pandang Perifer mulai ikut rusak, D: Tunnel
vision dalam tahap yang sangat lanjut
Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah
automated perimeter (misalnya, Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter
Goldmann, Friedmann Field AnalyZer dan layar tangent. Conventional automated
perimetry, paling sering menggunakan perimeter Humphrey, dengan stimulus
putih pada latar belakang putih (perimeter white on white). Defek lapangan
pandang tidak terdeteksi sampai kira-kira terdapat kerusakan ganglion retina
sebanyak 40%. Berbagai penyempurnaan untuk mendeteksi kelainan lapangan
pandang dini diantaranya adalah perimetri blue on yellow, juga dikenal sebagai
short wavelenght automated perimetry (SWAP), frekuensi doubling perimetry
(FDP), dan high pass resolution perimetry.2,18
Gambar 2.9. Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Perimetri Goldman.
5. Pemeriksaan Oftalmoskop
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus diperhatikan adalah keadaan
papil. Perubahan yang terjadi pada papil dengan glaukoma adalah penggaungan
(cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi). Jika terdapat penggaungan lebih dari
20
Page 19
0,5 dari diameter papil dan tampak tidak simetris antara kedua mata, maka harus
diwaspadaiadanya ekskavasio glaukoma.
Gambar 2.10. Gambaran Diskus Optik Normal dan pada Glaukomatosa
Pada keadaan peningkatan tekanan intraokular yang persisten, optic cup
menjadi membesar dan dapat dievaluasi dengan oftalmoskop. Optic cup normal,
anatomi normal dapat berbeda jauh. Optic cup besar yang normal selalu bulat dan
elongasi vertikal dari optic cup didapatkan pada mata dengan glaukoma.2
2.3.9 Terapi
1. Medikamentosa
Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan
intraokular dengan cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk
menjernihkan kornea, menurunkan inflamasi intraokular, miosis, serta mencegah
terbentuknya sinekia anterior perifer dan posterior.
Gambar 2.11. Pilihan Terapi Medikamentosa untuk Glaukoma.
21
Page 20
a. Supresi pembentukan aqueous humor
Penghambat adrenergik beta adalah obat yang sekarang paling luas
digunakan untuk terapi glaukoma. Obat-obat ini dapat digunakan tersendiri atau
dikombinasi dengan obat lain. Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25%
dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan metipranolol 0,3% merupakan
preparat-preparat yang sekarang tersedia. Kontraindikasi utama pemakaian obat-
obat ini adalah penyakit obstruksi jalan napas menahun-terutama asma-dan defek
hantaran jantung. Untuk betaksolol, selektivitas relatif reseptor β1-dan afinitas
keseluruhan terhadap semua reseptor β yang rendah-menurunkan walaupun tidak
menghilangkan risiko efek samping sistemik ini. Depresi, kacau pikir dan rasa
lelah dapat timbul pada pemakaian obat penghambat beta topikal.1
Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik α2 baru yang menurunkan
pembentukan aqueous humor tanpa efek pada aliran keluar. Epinefrin dan
dipivefrin memiliki efek pada pembentukan aqueous humor.2
Inhibitor karbonat anhidrase sistemik-asetazolamid adalah yang paling
banyak digunakan, tetapi terdapat alternatif yaitu diklorfenamid dan metazolamid-
digunakan untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil
memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang sangat
tinggi perlu segera dikontrol. Obat-obat ini mampu menekan pembentukan humor
akueus sebesar 40-60%. Asetazolamid dapat diberikan per oral dalam dosis 125-
250 mg sampai tiga kali sehari atau sebagai Diamox Sequels 500 mg sekali atau
dua kali, atau dapat diberikan secara intravena (500 mg). Inhibitor karbonat
anhidrase menimbulkan efek samping sistemik yang membatasi penggunaan obat-
obat ini untuk terapi jangka panjang.2 Obat-obat hiperosmotik mempengaruhi
pembentukan aqueous humor serta menyebabkan dehidrasi korpus vitreum.2
b. Fasilitasi aliran keluar humor aquos
Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar aqueous humor
dengan bekerja pada jalinan trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan
adalah pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari atau gel
4% yang diteteskan sebelum tidur. Karbakol 0,75-3% adalah obat kolinergik
alternatif. Obat-obat antikolinesterase ireversibel merupakan obat
parasimpatomimetik yang bekerja paling lama. Obat-obat ini adalah demekarium
22
Page 21
bromide 0,125 dan 0,25% dan ekotiopat iodide 0,03-0,25% yang umumnya
dibatasi untuk pasien afakik atau pseudofakik karena mempunyai potensi
kataraktogenik. Obat-obat antikolinesterase ireversibel akan memperkuat efek
suksinilkolin yang diberikan selama anastesia dan ahli anestesi harus diberitahu
sebelum tindakan bedah. Obat-obat ini juga menimbulkan miosis kuat yang dapat
menyebabkan penutupan sudut pada pasien dengan sudut sempit. Pasien juga
harus diberitahu kemungkinan ablasio retina. Semua obat parasimpatomimetik
menimbulkan miosis disertai meredupnya penglihatan terutama pada pasien
katarak dan spasme akomodatif yang mungkin mengganggu pada pasien muda.2
Epinefrin 0,25-2% diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan
aliran keluar aqueous humor dan disertai sedikit penurunan pembentukan aqueous
humor. Terdapat sejumlah efek samping okular eksternal, termasuk vasodilatasi
konjungtiva reflek, endapan adrenokrom, konjungtivitis folikularis dan reaksi
alergi.efek samping intraokular yang dapat tejadi adalah edema makula sistoid
pada afakik dan vasokonstriksi ujung saraf optikus. Dipivefrin adalah suatu
prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi bentuk aktifnya.
Epinefrin dan dipivefrin jangan digunakan untuk mata dengan sudut kamera
anterior sempit.1
c. Penurunan volume korpus vitreum
Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga
air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum. Selain
itu, terjadi penurunan produksi aqueous humor. Penurunan volume korpus
vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma sudut tetutup akut dan glaukoma
maligna yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh
perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan penutupan
sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder).
Gliserin (gliserol) oral, 1 mL/kg berat dalam larutan 50% dingin dicampur
sari lemon adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi pemakaian pada
penderita diabetes harus berhati-hati. Pilihan lain adalah isosorbin oral dan urea
atau manitol intravena.19
d. Miotik, midriatik dan siklopegik
23
Page 22
Kontriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut
tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil
penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bombe karena sinekia
posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior,
siklopegik (siklopentolat dan atropine) dapat digunakan untuk melemaskan otot
siliaris sehingga mengencangkan apparatus zonularis dalam usaha untuk menarik
lensa ke belakang.2
2. Non-Medikamentosa
Terapi operatif biasanya dilakukan apabila pengobatan dengan
medikamentosa tidak mampu, tidak toleransi, tidak efektif, atau tidak seluruhnya
bisa digunakan oleh pasien serta pada glaukoma tidak terkontrol disertai
kerusakan yang progresif atau resiko tinggi kerusakan.9 Keputusan dilakukannya
operasi, meliputi; 1)Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai,
2) Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif
meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah
dilakukan laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya, 3) Adanya variasi
tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan kerusakan diskus yang berat.1
1. Pembedahan
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aqueos di
dalam sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik
filtrasi. Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan
medikamentosa tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan pembedahan,
penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali normal, terapi medikamentosa
juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi lebih sedikit.
a. Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling sering digunakan. Pada teknik ini, bagian
kecil trabekula yang terganggu diangkat kemudian dibentuk bleb dari konjungtiva
sehingga terbentuk jalur drainase yang baru. Lubang ini akan meningkatkan aliran
keluar cairan aquos sehingga dapat menurunkan tekanan intraokuler. Tingkat
keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada tahun pertama, sekitar 70-90% .
Sayangnya di kemudian hari lubang drainase tersebut dapat menutup kembali
sebagai akibat sistem penyembuhan terhadap luka sehingga tekanan intraokuler
24
Page 23
akan meningkat. Oleh karena itu, terkadang diperlukan obat seperti mitomycin-C
and 5-fluorourasil untuk memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa saja
dilakukan beberapa kali pada mata yang sama.9
Gambar 2.12. Trabekulektomi.19
b. Iridektomi perifer
Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian perifer dengan
insisi di daerah limbus. Pada tempat insisi ini, iris dipegang dengan pinset dan
ditarik keluar. Iris yang keluar digunting sehingga akan didapatkan celah untuk
mengalirnya cairan aquos secara langsung tanpa harus melalui pupil dari bilik
mata belakang ke bilik mata depan. Teknik ini biasanya dilakukan pada glaukoma
sudut tertutup, sangat efektif dan aman, namun waktu pulihnya lama.2
c. Sklerotomi dari Scheie
Pada Operasi Scheie diharapkan terjadi pengaliran cairan aquos di bilik
mata depan langsung ke bawah konjungtiva. Pada operasi ini dilakukan
pembuatan flep konjungtiva di limbus atas (arah jam 12) dan dibuat insisi
korneoskleral ke dalam bilik mata depan. Untuk mempertahankan insisi ini tetap
terbuka, dilakukan kauterisasi di tepi luka insisi. Kemudian flep konjungtiva ini
ditutup. Dengan operasi ini diharapkan terjadinya filtrasi cairan aquos melalui
luka korneoskleral ke subkonjungtiva.
d. Drainage Implant Surgery
Operasi ini biasanya dilakukan setelah beberapa kali usaha trabeculotomy
gagal. Pada operasi ini, optalmologis menempatkan selang pada anterior chamber
untuk mengalirkan aqueus humour.
2. Laser
25
Page 24
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata
kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke
mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang
meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk
sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan antara lain:
a. Laser Iridektomi
Teknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman dan
efektif untuk glaukoma sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat
celah kecil di iris perifer dan mengangkat sebagian iris yang
menyebabkan sempitnya sudut bilik mata depan. Beberapa keadaan
yang tidak memungkinkan dilakukannya laser iridektomy, diantaranya
kekeruhan kornea, sudut bilik mata depan yang sangat sempit dengan
jaringan iris yang sangat dekat dengan endotel kornea, penderita yang
pernah menjalani operasi ini sebelumnya namun gagal dan pada
penderita yang tidak bisa diajak bekerja sama.2
Gambar 2.13. Laser iridektomi.
Pada umumnya komplikasi yang terjadi pada laser iridektomi
meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina,
pendarahan, gangguan visus dan tekanan intra okular meningkat.
Kerusakan lensa dihindari dengan cara menghentikan prosedur dan
segera penetrasi iris untuk iridektomi lebih ke superior iris perifer
b. Laser Periferal Iridektomi (LPI)
Dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada teknik ini dibuat lubang
kecil di iris perifer sehingga iris terdorong ke belakang lalu sudut bilik
mata depan akan terbuka.
26
Page 25
Gambar 2.14. Laser Iridotomi.
c. Laser Trabekuloplasti
Dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Sinar laser (biasanya argon)
ditembakkan ke anyaman trabekula sehingga sebagian anyaman
mengkerut. Kerutan ini dapat mempermudah aliran keluar cairan
aquos. Pada beberapa kasus, terapi medikamentosa tetap diperlukan.
Tingkat keberhasilan dengan Argon laser trabeculoplasty mencapai
75%. Karena adanya proses penyembuhan luka maka kerutan ini hanya
akan bertahan selama 2 tahun.
Gambar 2.15. Laser Trabekuloplasti.
d. Neodymium: YAG laser cyclophotocoagulation (YAG CP)
Teknik ini digunakan pada glaukoma sudut tertutup. Caranya dengan
merusak sebagian corpus siliar sehingga produksi aqueous berkurang.
Terapi ini biasanya diberikan dari luar melaui sklera, tetapi telah
tersedia sistem aplikasi laser endoskopi.2
27
Page 26
Gambar 2.15. Tindakan Siklodestruksi (Perusakan corpus siliar).
2.3.10 Prognosa
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Pada
glaukoma sudut terbuka primer sebagian besar pasien dapat mempertahankan
penglihatannya semasa hidup. Prevalensi terjadinya buta bervariasi antara 27%
dan 9% (unilateral dan bilateral) setelah 20 tahun terjadinya glaukoma.9 Apabila
proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik.2 Pada glaukoma kongenital untuk kasus yang tidak diobati, kebutaan
timbul dini. Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat ruptur hanya
akibat trauma ringan.2
28