Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dismenore
1. Definisi dismenore
Istilah medis untuk kejang-kejang menstruasi adalah dysmenorrhea.
Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani dys yang berati sulit, nyeri, abnormal,
meno berati bula, dan rrhea berarti aliran. Dysmenorrhea atau disminorea dalam
bahasa indonesia berati nyeri pada saat menstruasi (Sukarni K, 2013:39).
Gangguan sekunder menstrasi yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri
sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul akibat adanya
hormon prostaglandin yang membuat otot uterus (rahim) berkontraksi. Bila
nyerinya ringan dan masi dapat beraktivitas berarti masih wajar. Namun, bila nyeri
yang terjadi sangat hebat sampai menggangu aktivitas ataupun tidak mampu
melakukan aktivitas, maka termasuk pada gangguan. Nyeri dapat dirasakan di
daerah perut bagian bawah, pinggang punggung (Judha, 2012:45).
Dismenore atau nyeri haid merupkan salah satu keluhan ginekologi yang
paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir
semua perempuan mengalami tidak nyaman selama haid, seperti tidak enak di
perut dibagian bawah dan biasanya juga disertai mulai, pusing, bahkan pingsan.
Dengan demi kian, istilah dismenore hanya digunakan jika nyeri haid demikian
hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan
atau aktivitas rutinnya sehari-hari selama beberapa jam atau beberpa hari. Istilah
Page 2
ini juga dapat digunakan jika nyeri haid yang terjadi membuat perempuan tersebut
tidak bisa melakukan rutinitas secara normal dan memerlukan obat atau
penanganan khusus ( Anurogo; Wulandari, 2011:32).
2. Klasifikasi Dismenore
a. Dismenore Primer
Dismenorrea primer adalah haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-
alat genetalia yang nyata. Dismenorrea primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena itu siklus-siklus haid
pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar atau
bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri
ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat
menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat
dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea, iritabilitas, dan sebainya
(Sukarni K, 2013:40).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan ala-alat
genetalia yang nyata. Dismenore primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan
pertama setlah haid pertama, segera setelah ovulasi teratur ditentukan. Selama
menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin
(kelompok persenyawaan mirip hormon kuat yang terdiri dari asam lemak
esensial. Prostaglandin merangsang otot uterus (rahim) dan mempengaruhi
pembuluh darah; biasa digunakan untuk menginduksi aborsi (penurunan suplai
darah ke rahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan
Page 3
vasoconstrisction (penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan
dismenore berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari perama
haid (Anurogo; Wulandari, 2011:44-45)
b. Dismenore Skunder
Dimenorea skunder berhubungan dengan kelainan konginetal atau
kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri yang
ditimbulkan disebabkan karena adanya kelaina pelvis, misalnya endrometriosis,
dan malposisi uterus. Dismenorea yang tidk dapat dikaitkan dengan suatu
gangguan tertentu biasanya dimulai sebelum usia 29 tahun, tetapi jarang terjadi
pada tahun pertama setelah menarche (Judha; Fauziah, 2012:49-50).
Dismenorea skunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi
yang paling sering muncul di usia 20-30 tahuanan, setelah bertahun-tahun normal
dengan siklus tanpa nyeri. Namun, penyakit yang menyertai haruslah ada
(Anurogo; Wulandari, 2011:48).
Nyeri mual pada saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya
darah haid. Dapat disebabkan :
1) Endometriosis
2) Stenosis kanalis servikalis
3) Adanya AKDR
4) Tumor ovarium
(Sukarni; Wahyu, 2012:51)
Page 4
3. Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk meenerangkan penyebab dismenorea
primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor
memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer (Sukarni K,2013:46):
a. Faktor alergi
Menurut Smith (2004) di dalam buku Sukami K (2013:47), penyebab
alergi adalah toksin haid. Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya
hubungan antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma bronkiale.
b. Faktor Konstitusi
Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat
juga menurunkan ketahanan terhadap ras nyeri. Faktor-faktor seperti anemia,
penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea
(Sukarni K, 2013:46)
c. Faktor Kejiwaan (Stres)
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak dapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea
(Sukarni K, 2013:46). Saat seseorang mengalami stress terjadi respon
neuroendokrin sehingga menyebabkan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH)
yang merupakan regulator hipotalamus utama menstimulasi sekresi
Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi
kortisol adrenal.Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) terhambat sehingga
perkembangan folikel terganggu. Hal ini menyebakan sintesis dan pelepasan
Page 5
progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah meningkatkan sintesis
prostaglandin F2α dan E2 yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada saat
menstruasi (Sherwood, 2014:19)
Beberapa faktor penyebab dari dimenore sekunder :
1) Endormetriosis
2) Fibroid
3) Adenomiosis
4) Peradangan tuba falopii
5) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut.
6) Pemakaian IUD.
(Sukarni K, 2013:48)
d. Mengonsumsi makanan cepat saji (Fast Food)
Fast food mengandung banyak asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
omega-6 yang tinggi, kandunganasam lemak omega-3 yang rendah, banya kandungan
garam dan gula yang dimurnikan (Myles, 2014). Hussein (2013) menjelaskan bahwa
asupan asam lemak tal jenuh dalam diet merupakan awal dari kaskade pelepasan
prostaglandin yang akan menyebabkan dismenore.
Fast food juga mengandung asam lemak trans yang merupakan salah satu sumber
radikal bebas. Salahsatu efek radikal bebas adalah kerusakan membran sel (Messier,2009).
Membran sel memiliki beebrapa komponen, salahsatunya fosfolipid adalah sebagai
penyedia asam arakidonat yang akan disentesis menjadi prostaglandin (Saytianarayana,
2014:20).`
Page 6
e. Faktor Endokrin
Faktor endorkrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas
otot usus. Novak dan Reynods yang melakukan penelitian pada uterus kelinci
berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraksi usus, sedang hormon
progesteron menghambat atau mencegahnya. Penjelasan lain diberikan oleh Clitheroe
dan Pickles. Mereka menyatakan bahwa karena endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika
jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam peredaran darah, maka
selain dismenorea, dijumpai pula efek umum, seperti diarea, nuasea, muntah flusing
(Sukarni K, 2013:47).
Pada saat menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darahmenurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah akan
menstulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH.
Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH
menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogen. Kadar
estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memucu hipofisis anterior untuk
mengeluarkan lutenizing hirmone (LH). Lh mencapai puncak sekitar hari ke-13 atau
ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada
masa ini, korpus luteum menyusul, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjafi menstruasi (Bobak, 2004).
Page 7
f. Aktifitas fisik
Wanita yang jarang melakukan aktifitas fisik kebanyak akan mengalami rasa
dismenore, sehingga saat wanita mengalami dismenore, oksigen tidak dapat
desalurkan ke pembuluh-pembuluh darah organ reproduksi yang saat itu terjadi
vasokontriksi. Jika wanita rutin melakukan aktifitas fisik, maka wanita tersebut bisa
menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat per menit sehingga oksigen terpenuhi ke
pembuluh darah yang mengalami vasokonriksi (Bavil et al, 2016:19)
4. Patofisiologi dismenore
a. Dismenore primer
Faktor saat ini menunjukan bahwa patogenesis dismenore primer adalah karena
prostaglandin F2alpha (PGF2α), suatu stimulan miometrium kuat dan
vasokontriktor, di endometrium. 10 sektorik Respon terhadap inhibitor
prostaglandin pada pasien dengan dismenore mendukung pernyataan bahwa
dismenore adalah dimediasi prostaglandin, substansial bukti atribut dimenore
untuk kontraksi rahim yang berkepanjangan dan menurunya aliran darah ke
miometrium (Sukami K,2013:42).
Peningkatan produksi prostaglandin dan pelapasannya terutama (PGF2α)
dari endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak
terkoordinasi dan tidak teratur sehingga menimbulkan nyeri. Selama periode
menstruasi, wanita yang mempunyai riwayat dismenore mempunyai tekanan
instrumenteri yang lebih tinggi dan memiliki kaadar prostaglandin dua kali lebih
banyak dalam darah (menstruasi) dibandingkan dengan wanita yang tidak
Page 8
mempunyai nyeri. Uterus lebih sering berkontraksi dan tidak terkoordinasi atau
teratue. Akibat meningkatkan aktifitas uterus terjadi iskemia atau hipoksia uterus
yang menyebabkan timbulnya nyeri. Mekanisme nyeri lainya disebabkan oleh
prostaglandin (PGE2) dan homo lain yang membuat saraf sensorik nyeri diuterus
menjadi hipersensitif terhadap kerja bradikinin serta stimulus nyeri fsik dan
kimiawi lainnya (Reeder, 2013).
Kadar vasopresin mengalami peningkatan selama menstruasi pada wanita
yang mengalami dismenore primer. Apabila disertai dengan peningkatan kadar
oksitosin, kadar vasopresin yang lebih tinggi menyebabkan ketidakteraturan
kontrasi uterus yang mengakibatkan adanya hipoksia dan iskemia uterus. Pada
wanita yang mengalami disminore primer tanpa disertai peningkatan
prostaglandin akan terjadi peningkatan aktifitas alur 5-lipoksigenase. Hal seperti
ini menyebabkan peningkatan sintesis leukotrien, vasokontriktor sangat kuat yang
menginduksi kontraksi otot uterus (Reeder, 2013).
b. Dismenore skunder
Nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau
kandungan. Pada umumnya terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.
Tipe nyeri dapat menyerupai nyeri menstruasi DP, namun lama nyeri dirasakan
melebihi periode menstruasi dan dapat pula terjadi bukan pada saat menstruasi
(Sukami K, 2013:43).
Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada disminore skunder.
Namun, penyakit pelvis yang disertai haruslah ada. Penyebab yang umum terjadi
diantaranya termasuk endometriosis, adenomyosis, polip endometrium, chromic
Page 9
pelvic inflammatory diease, dan penggunaan alat kontrasepsi atau IU (C)D.
Hampir semua proses apapun yang mempengaruhi pelvic viscera dapat
mengakibatkan nyeri pelvic seklik (Anurogo; Wulandari, 2011:48-49).
5. Derajat Dismenore
Menurut Manuaba (2009), disminore secara klinis dibagi menjadi 3
tingkat keparahan, yaitu:
a. Dismenore ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat
melaksanakan aktifitas sehari-hari.
b. Dismenore sedang
Dismenore itu membuat klien memerlukan penanganan seperti
memberikan obat penghilang rasa nyeri dan kondisi penderita masih dapat
beraktivitas.
c. Dismenore berat
Dismenore berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari
dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan
sakit perut dan tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Page 10
6. Penatalaksanaan Dismenore
Ada tiga bagian beasar untuk penatalaksaan pada dismenore :
a. Farmokologi
Ada banyak preparat tersedia yang bebas dijual, diantaranya analgesik,
obat-obatan anti radang bukan steroid, (nonsteroidal antiinflammatory drug
[NSAID],diuretic. Cope dan Midol terkandung aspirin dan kafein didalamnya,
selain itu midol juga mengandung sinamedrin, suatu relaksan uterus ringan.
Banyak produk yang mengandung pamabrom ( sama dengan kafein dalam efek
diuretiknya) dan maleat pirilamin, suatu anthihistamin yang mengandung materi
sedative dan analgesic. Aspirin asitaminofen (dosis yang direkomendasikan : 650
mg setiap empat jam dan tidak boleh melebihi 400 mg dalam 1 hari atau 24 jam),
dan ibuprofen (Motrin, Advil, Nuprin), suatu NSAID, dalam dosis 200 samai 400
mg setiap empat 6 jam, bekerja dengan menghambat prostaglandin
(Bobak,2005:990).
b. Non-Farmakolgi
1) Distraksi
Distraksi merupakan suatu metode untuk mrengurangi rasa nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian pasien dengan suatu hal selain rasa nyeri,
metode ini sangat efektif karena merupakan mekanisme yang bertanggung jawab
terhdap teknik kognitif lainnya (Amtz, dkk, 1991 di dalam Smelzer, Bare,
2002:233).
Page 11
2) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu teknik pengendalian rasa nyeri yang
mengajarkan untuk meminimalkan aktifitas simpatisdalam sisitem saraf otonom,
sehingga seseorang mampu memecahkan siklus ketegangan, cemas dan nyeri.
Relaksasi ini secara signifikan dapat menurunkan komponen sensoris rasa nyeri
(Handerson, Jones, 2005:337-338)
3) Massase
Masase denan kata lain memegang atau meremas bagian yang sakit,
yang dapat dilakukan sendiri. Meskipun sentuhan masusia secara langsung dapat
memberikan keuntungan psikologik, efek pengendalian nyeri hanya berlangsung
selama masasee dilakukan (Handerson, Jones:339-340)
4) Akupresur
Akupresur suatu metode noninvasive dari pengurangan atau peredaan
nyeri yang berlandaskan pada prinsip akupuntur, yaitu tekanan, pijat atau
stimulasi kutaneus, kompres panas dingin, diberikan pada titik-titik akupresur
(Black; Hawks, 2014:478).
5) Relaksasi Nafas Dalam
Nafas merupakan suatu metode relaksasi yang berkontrobusi dalam
menurunkan atau meredakan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan ansietas.
Metode ini diikuti oleh nafas dalam dan perlahan yang mirip seperti menguap
(Black,; Hawks, 2014:478)
Page 12
6) Endorphin Massage
Pijat endonphine merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan yang
cukup penting diberikan pada wanita yang mengalamin nyeri. Hal ini disebabkan
karena oijatan merangsang tubuh untuk mengeluarkan senyawa Endorphine yang
merupakan pereda rasa sakit alami dan dapat menciptakan perasaan nyaman
(Kuswandi, 2011:113).
7) Aromaterapi Lemon
Aromaterapi merupakan metode dalam relaksasi yang menggunakan
minyak essensial dalam pelaksanaanya berguna untuk meningkatkan kesehatan
fisik, emosi dan spirit seseorsng, sebagai efek minyak essensial adalah salah
satunya menurunkan intensitas nyeri dan tongkat kecemasan (Solehati,
2015:1995).
Aromaterapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon
salah satunya adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf
sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya
(Wong,2010 di dalam Ina Rahmawati dkk,2016:2).
Page 13
B. Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri merupakan suatu hal yang yang bersifat subjektif dan
personal.stimulus terhadap timbulnya nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik
atau mental yang terjadi secara alami. Nyeri merupakan suatu pengalaman yang
melelahkan dan membutuhkan energi. Nyeri dapat menggangu hubungan personal
dan mempengaruhi makna hidup (Davis, 2002, Perry & Potter, fundamental of
nursing Buuku 3Edisi 7, 2014: 215).
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada
jaringan yang rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan
memindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan tubuh,
seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif, jaringan seperti ditusuk-tusuk,
panas terbakar, mililit, seperti emosi, perasaan takut, mual dan takut (Judah
Muhamad,2012:2).
2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat dikategorikan dengan durasi atau lamnya nyeri berlangsung
(akut atau kronis), atau dengan kondisi patologis ( contoh: kanker atau neuropatik)
(Potter & Perry 2014:219).
a. Nyeri Akut/Sementara
Nyeri akut bersifat melindungi, memiliki penyebab yang dapat
diidentifikasi, berdurasi pendek, dan memiliki sedikit kerusakan jaringan serta
respon emosional. Pada akhirnya, pada akhirnya nyeri akut akan ditangan dengan
Page 14
atau tanpa pengobatan setelah jaringan rusak yang sembuh. Itu disebabkan karena
nyeri akut dapat diperediksi waktu penyembuhannya dan penyebab dapat
diidentifikasi, hal ini akan membuat para anggota tim medis merasa termotivasi
untuk segera menangani nyeri tersebut. Penting untuk menyadari bahwa nyeri
akut yang tidak terobati dapat berkembang menjadi nyeri kronis (Cousins dan
Power, 2003; Kehlet et al., 2006, di dalam Perry & Potter 2014:19).
b. Nyeri Kronis/Menetap
Nyeri kronik berlangsung lebih dari yang diharapkan, tidak selalu
memiliki penyebab yang bisa diidentifikasikan, dan dapat nyebabkan penderitaan
yang amat sangat bagi seseorang. Nyeri kronis bisa menyebabkan hal yang
bersifat kanker atau bukan. Contohnya dari nyeri yang bersifat kanker termasuk
artritis, nyeri punggung (low back pain), nyeri miofasial, sakit kepala, dan
neuropatik perifer. Nyeri kronis yang bersifat bukan kanker biasanya tidak
mengancam hidup. Terkadang area yang mengalami cidera telah sembuh
bertahun-tahun yang lalu, tetapi nyeri yang dirsakan masi terus berlanjut dan tidak
menunjukan adanya respoins terhadap pengobatan. ( Potter & Perry 2014:220).
3. Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Rasa nyeri merupakan suatu hal bersifat komplek, mencakup pengaruh
fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan budaya. Oleh karena itu pengalaman
nyeri orang berbeda-beda. (Perry & Potter, 2014:224).
Page 15
a. Faktor fisiologi Usia
Dapat mempengaruhi nyeri, terutama pada bayi dan dewasa akhir.
Perbedaan terhadap perkembangan yang ditemukan di antara kelompok umur
tersebut mempengaruhi bagaimana anak-anak dan dewasa akhir berespons
terhadap nyeri (Potter & Perry, 2014:224).
b. Faktor Sosial
1) Perhatian
Meningkatkanya perhatian berhubungan dengan meningkatnya nyeri,
sebaliknya distraksi berhubungan dengan kurangnya respons nyeri (Carroll dan
Seers, 1998, di dalam Potter & Perry 2014:225).
2) Pengalaman Sebelumnya
Adanya pengalan yang sebelumnya bukan berarti seseorang tersebut akan
lebih mudah menerima rasa nyeri di masa yang akan datang. Frekuensi terjadinya
rasa nyeri di masa lampau yang cukup sering tanpa adanya penanganan atau
penderitaan akan adanya nyeri yang akan lebih berat dan menyebabkan
kecemasan atau bahkan ketakutan yang timbul secara berulang ( Potter & Perry
2014:225).
c. Faktor Spiritual
Spiritualitas menjangkau antara agama dan mencakup pencarian secara
aktif terhadap makna situasi di mana seseorang menemukan dirinya sendiri.
Pertanyaan spiritual meliputi: “Mengapa hal ini bisa terjadi padaku?”. Nyeri
secara spiritual berjalan melebihi apa yang bisa kita lihat. “Mengapa tuhan
melakukan ini kepadaku?”. “Apakah penderitaan ini mengajarkan sesuatu
Page 16
kepadaku?”. Aspek-aspek spiritual lainnya yang perlu diperhatikan mencakup
kehilangan rasa kemandirian dan menjadi beban bagi keluarga (Otis Greeti et al,
2002, di dalam Potter & Perry 2014:228).
d. Faktor Psikologis
1) Kecemasa
Hubungan antara nyeri dan kecemasan bersifat kompleks. Kecemasan
terkadang meningkatkan persepsi terhdap nyeri, tetapi nyeri juga menimbulkan
perasaan cemas. Sulit memisahkan kedua perasaan tersebut ( (Potter & Perry
2014:228)
2) Teknik Kompling
Seseorang yang memiliki kontrol terhadap situasi internal merasa bahwa
mereka dapat mengontrol kejadian-kejadian dan akibat yang akan terjadi dalam
hidup mereka, seperti nyeri (Gil, 1990, di dalam Potter & Perry 2014:228).
e. Faktor Budaya
1) Arti Nyeri
Hal ini terkadang erat kaitannya dengan latar belakang budaya seseorang.
Seseorang akan merasa sakit yang berbeda apabila hal tersebut terkait dengan
ancaman, kehilangan, hukuman, atau tantangan (Potter & Perry, 2014: 229)
2) Suku Bangsa
Nilai-nilai dan kepercayaan terhadap budaya mempengaruhi bagaimana
seseorang individu mengatasi rasa sakitnya. Budaya mempengaruhi ekspresi
nyeri, beberapa bidaya percaya bahwa menunjukan rasa sakit adalah suatu hal
yang wajar. Sementara yang lain cendrung untuk lebih introvert. Selain itu,
Page 17
penting juga untuk tahu di tingkat manakah suatu anggota dari budaya tertentu
telah berasimilasi ke dalam perkumpulan masyaraka Amerika (Potter & Perry,
2014:229).
4. Fisiologi Nyeri
Stimulus suhu kimia, atau mekanik, biasanya dapat menyebabakan nyeri.
Energi dari stimulus-stimulus ini dapat diubah menjadi energi listrik. Perubahan
energi ini dinamakan transduksi. Transduksi dimulai di perifer, ketika stimulus
terjadinya nyeri mengirimkan impuls yang melewati serabut saraf nyeri ferifer
yang yang terdapat di panca indra ( nosiseptor: saraf panca indra yang
menghantarkan stimulus nyeri ke otak), maka akan menimbulkan potensi aksi.
Setelah proses transduksi selesai, transmisi impuls nyeri dimulai.
Kerusakan sel dapat disebabkan oleh stimulus suhu, mekanik, atau
kimiawi yang mangakibatkan pelepasan neurotransmitter eksitatori; seperti
prostaglandin , bradikinin, kalium, histamin, dan subsanti P. Substansi yang peka
terhadap nyeri yang terdapar di sekitar serabut nyeri di cairan ekstrakseluler,
nenyabarkan “pesan” adanya nyeri dan menyebarkan inflamasi (peradangan)
(Renn dan Dorsey, 2005, di dalam Peerry & Potter 2014:215). Serabut nyeri
memasuki medula spinalis melalui tulang belakang dan melewati beberapa rute
hingga berakhir di gray matter (lapisan abu-abu) medula spinalis. Subtansi P
dilepaskan di tulang belakang yang menyebabkan terjadinya transmisi sinapsi dari
saraf perifer aferen (pancaindra) ke sistem spinotalamus yang melewati sisi yang
berlawanan. Impuls-impuls saraf dihasilkan dari stimulus nyeri yang berjalan di
Page 18
sepanjang serabut saraf ferifer aferen (pancaindra). Ada dua macam serabut saraf
perifer yang mengontrol stimulus nyeri :yang tercepat, serabut A-delta yang
diselubungi oleh mylin dan sangat kecil; lambat, serabut C yang tidak diselubungi
oleh mylin. Serabut A mengirimkan sensasi yang tajam, terlokasi, dan jelas/nyata,
yang membatasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas dari nyeritersebut.
Serabut C menghantarkan impuls-impuls yang terklokalisasi, secara jela,
terbakar/sangat panas dan menetap (Wall dan Melzack,1999, di dalam Potter &
Perry, 2014:216).
5. Penilaian Nyeri
Untuk menilai skala nyeri terdapat beberapa macam skala nyeri yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri seseorang antara lain:
a. Skala Nyeri Wajah (Wong Baker Facial Gramace Scale)
Pengukur skala nyeri menggunakan wajah yaitu terdiri dari 6 wajah yang
tersenyum untuk “tidak nyeri” hinggawajah yang menangis untuk “nyeri hebat”.
Berikut ini skala nyeri wajah yang terdiri dari 6 ilustrasi gambar wajah yang dapat
dilihat pada gamabr dibawah ini (Potter & Perry, 2005:253) :
Gambar 1. Facial Pain Scale
Sumber:Judha, 2012:38
Page 19
Keterangan:
1) Tidak nteri : 0
2) Nyeri ringan : 1-3
3) Nyeri sedang : 4-6
4) Nyeri berat : 7-9
5) Nyeri hebat : 10
b. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan
nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkaan angka 7-
10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS akan
digunakan sebagai instrumen penelitian (Potter & Perry, 2006:254).
Gambar 2: Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10
Sumber: Suciati, 2014:139
Keterangan :
1. 0 : Tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.
2. 1-3 : Mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.
3. 4-6 : Rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha untuk
menahan, nyeri sedang.
Page 20
4. 7-9 : Rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan, meringis,
menjerit bahkan teriak, nyeri berat.
5. 10 : Nyeri sangat hebat
Tabel 1
Karakteristik nyeri
Skala Karakteristik nyeri
0 Tidak nyeri
1 Sangat sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil
2 Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih dalam
3 Gangguan cukup dihilangkan dengan penglihatan perhatian
4 Nyeri dapat diabaikan dengan beraktifitas/melakukan pekerjaan, masih
dapat dialihkan
5 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit
6 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lam, tapi masih bisa
bekerja
7 Sulit untuk berkonsentrasi, dengan diselangi istirahat/tidur kamu masih
bisa bekerja/berfungsi dengan sedikit usaha
8 Beberapa aktifitas fisik terbatas, kamu masi bisa berbicara dan
membaca dengan usaha. Merasakan mual dan pusing kepala pening
9 Tidak bisa berbicara, menangis, mengerang, dan merintih tak dapat
dikendalika, penurunan kesadaran, mengigau
10 Tidak sadarkan diri/pingsan
Skala Intensitas Nyeri Numerik 1-10 menurut Potter (2005) didalam
Swarihadiyanti (2014:13).
C. Aromaterapi Lemon
1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan bau-
bauan yang berasal dari tumbuh-tumhan, bunga, pohon yang berbau harum dan
enak. Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan, sering digabung untuk menenangkan sentuhan
penyembuhan denagn sifat taraupetik dari minyak astri (Craig Hospital, 2013 di
dalam Cahyasari, 2015:1).
Page 21
2. Sejarah dan Definisi Lemon
Sitrun, jeruk sitrun (dari bahasa Belanda, citroen), atau lemon adalah
sejenis jeruk yang buahnya biasa dipakai sebagai penyedap dan penyegar dalam
banyak seni boga dunia. Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai
zat antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah
hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat, memperbaiki metabolisme,
menunjang system kekebalan tubuh serta memperlambat kenaikan berat badan.
Pohon berukuran sedang ini dapat mencapai 6 m dan tumbuh di daerah beriklim
tropis dan sub-tropis serta tidak tahan akan cuaca dingin. Sitrun dibudidayakan di
Spanyol, Portugal, Argentina, Brasil, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya di
sekitar Laut Tengah. Tumbuhan ini cocok untuk daerah beriklim kering dengan
musim dingin yang relatif hangat. Suhu ideal untuk sitrun agar dapat tumbuh dengan
baik adalah antara 15-30 °C (60-85 °F). (Wikipedia, 2018).
Aromaterapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan
untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon salah
satunya adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga
dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya (Wong, 2010,
di dalam Rahmawati dkk, 2016:3).
3. Aromaterapi Lemon dengan Inhalasi
Aromaterapi dengan inhalasi merupakan cara yang lebih cepat dalam
menangani permasalahn seperti stres dan depresi, karena hidung memiliki kontak
langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas merangsang terbentuknya efek
yang ditimbulkan oleh aromaterapi tersebut. (Koensoemardiyah, 2009:2009:15)
Page 22
4. Manfaat Aromaterapi Lemon
Menurut Warwick bedasarkan penelitian yang telah dilakukannya,
menemukan bahwa bau yang dihasilkan Aromaterapi berkaitan dengan gugus
steroid didalam kelenjar keringat yang disebut osmon yang memiliki potensial
sebagai kimia alami yang akan merangsang neorokimia otak. Bau yang
menyenangkan akan menstimulasi untuk mengeluarkan enkefalin. Enkefalin
memiliki fungsi sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin juga memiliki
fungsi dalam menghasilkan perasaan sejahtera (Primadiati, 2002 didalam Solehati,
2015:196).
Aromaterapi inhalasi dapat digunakan sebagai alternatif untuk
menurunkan tingkat nyeri, karena dapat memberikan efek santai, dan
menenangkan, selain itu meningkatkan sirkulasi darah. Aromaterapi merupakan
terapi yang murah dan amn untuk nyeri haid (Marzouk et al, 2013 di dalam
Maharani, ddk,2016:2).
Beberapa manfaat aromaterapi lemon menurut beberapa penelitian :
Menjernihkan, meremakan, membangkitkan rasa senang dan semangat.
Aromaterapi lemon dapat mengurangi masalah gangguan pernafasan, tekanan
darah tinggi, pelupa, stress, pikiran negatif dan rasa takut (Setiyanti, 2008, di
dalam, Dr. Yogasara , 2014:10)
5. Aplikasi Aromaterapi pada tubuh
Komponen utama dari aromaterapi minyak atsiri yaitu langsung
memberikan efek terhadap badan, minyak atsiri adalah penyembuhan yang kuat
Page 23
(powerfull healing agent). Minyak ini sangat pekat (concentrated) dan
berkekuatan sangat besar dalam penyembuhan (intensely energrtic). Karna itu
dianjurkan agar penggunanya dalam jumlah kecil, pengenceran biasanya
dilakukan antara 0.05-3%, tergantung pada jenis minyaknya. Dalam hal ini ada
berbagai cara untuk melakukannya :
a. Ingesti
Yang dimaksud dengan cara ingesti yaitu melalui mulut dan kemudian
kesaluran pencernaan, ingesti merupakan cara utama minyak essensial ke dalam
badan oleh aromatolog dan para dokter diperancis. Cara ini belum banyak
digunakan oleh para aromaterapis de negara-negara lain.
Ada beberapa metode ingesti, diantaranya adalah per os, yaitu minyak
essensial tepatnya minyak larutan minyak atsiri, kedalam badan melalui mulut.
Untuk itu harus diketuhui betul sifat dan cara pemakaian minyak atsiri yang akan
digunakan, terutama dosis dan toksisitasnya.
Minyak essensial harus digunakan dalam keadaan terlarut. Para
aromatolog biasanya menggunakan alkohol, madu atau minyak sebagai
pelarutnya. Dosisinya 3 tetes, 3 kali sehari dengan menggunakan maksimal 3
minggu, yang perlu diwaspadai, ingesti secara kontinyu untuk waktu lama akan
menyebabkan keracunan yang disebabkan oleh adanya penumpukan minyak
tersebut didalam hati. Oleh karna itu setlah menggunakannya selama tiga minggu,
orang harus berhenti meminumnya selama beberapa hari supaya hati dapat
menetralisasi racun (detoksikasi) yang menumpuk terlebih dahulu.
Page 24
b. Olfaksi Atau Inhalasi
Akses minyak essensial melalui hidung (nasal passages) merupakan rute
yang jauh lebih cepat dibandingkan cara lain dalam penanggulangan problem
emosional seperti stress dan depresi, termasuk beberapa jenis sakit kepala, karna
hidung mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas
merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan oleh minyak essensial. Hidung
sendiri bukanlah organ untuk membau, tetapi hanya memodifikasi suhu dan
kelembaban udara yang masuk serta mengumpulkan benda asing yang mungkin
ikut terhisap. Saraf otak (cranial) pertama bertanggung jawab terhadap indra
penciuman dan menyampaikannya pada sel-sel reseptor.
Ketika minyak atsiri dihirup molekul yang mudah menguap (valatile) dari
minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap” hidung dimana silia-silia yang
lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada
rambut-rambut tersebut, suatu pesan selektrokimia akan ditransmisikan melalui
bola dan saluran alfactory ke dalam sistem limbik, hal ini akan merangsang
memori dan respon emosiaonal. Hipotalamus berperan sebagai rely dan regularor,
memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan kebagian lain otak serta
bagian badan lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan yang
berubah pelepasan senyawa elektrokimia yang menyebabkan euphoria, relaks,
atau sadatif. Sistem limbik ini terutama digunakan dalam emosi.
Apabila seseorang menghirup uap (vapou), molekul-molekul uap itu akan
melakukan perjalanan kearah paru-paru,. Sampai diparu-paru, bila molekul itu
mempunyai aktivitas menghilangkan kesulitan dalam bernafas, maka uap (vapou)
Page 25
akan melakukan tugasnya disitu. Endothelium hidung itu tipis, terletak dekat
dengan otak, karena itu ketika molekul minyak atsiri dihirup, ketika uap berada
dalam rongga hidung, uap itu juga akan menimbulkan reaksi pada saraf sekitar,
termasuk kotak.
Dalam perjalanan keparu-paru, molekul-molekul itu akan diabsorbsi oleh
lapisan membran mukosa dari jalan nafas dan bronchi serta bronchioli. ketika
sampai pada tempat pertukaran gas dalam alveoli, molekul-molekul itu ditransfer
kedalam darah yang bersikulasi dalam paru-paru. Kemudian minyak essensial
dapat sampai pada peredaran darah bila dihisap melalui hidung, bila minyak
essensial dihisap dengan tarikan nafas dalam, jumlah yang masuk kedalam badan
pun akan lebih banyak. Inhalasi dilakukan dengan berbagai cara :
1) Dengan Bantuan Botol Semprot
Botol semprot (soray bottle) biasa digunakan untuk menghilangkan udara
yang berbaru kurang enak pada kamar pasien. Minyak essensial yang digunakan
adalah pinus sylvestris, thymus vulgaris, sylgium aromaticum, eucalypus smithii,
dan mentha piperita. Dengan dosis 10-12 tetes dalam 250 ml air, campurkan
terlebih dahulu didalam botol kemudian di semprotkan ke kamar pasien.
2) Dihirup Melalui Tissue
Inhalasi dari kertas tissue yang mengandung minyak atsiri 5-6 tetes (3
tetes pada anak kecil, orang tua, wanita hamil), dengan 2-3 kali tarikan nafas
dalam-dalam. Untuk mendapatkan efek yang panjang, tissue dapat diletakan
didada sehingga minyak essenial yang menguap akibat panas badan tetap terhirup
oleh nafas pasien.
Page 26
3) Penguapan
Cara ini dilakukan untuk mengatasi masalah respirasi atau masuk angin
(commin cold). Untuk kebutuhan ini digunakan satu wadah dengan air panas yang
didalamnya diteteskan minyak essensial sebanyak 4 tetes, atau dua tetes untk anak
dan wanita hamil. Kepala pasien ditelungkupkan ke atas wadah dan disungkup
dengan handuk sehingga tidak ada uap yang keluar dan pasien dapat
menghirupnya secara maksimal. Selama penangan, pasien diminta untuk menutup
mata. Untuk mengobati pasien amatik hanya digunakan 1 tetes karena bila terlalu
banyak maka ia akan tersedak.
4) Absorbsi Melalui Kulit
Selain melalui membran mukosa dan saluran pencernaan, molekul-
molekul minyak essensial bisaa masuk kedalam badam melalui kulit. Kulit
merupakan membran semipermeabel bagi molekul-molekul minyak essensial.
Kulit dapat dimasukan oleh molekul-molekul dengan derajat permibilitas yang
berbeda, tergantung jenis molekulnya, sifat-sifat fisiko kimoa molekul, seperti
berat molekul, bentuk ruang (spatial arrangement, kelaruttan dalam lemak,
koefosien difusi dan disosiasi merupakan faktor yang menentukan penetrasi
senyawa kedalam kulit.
Berdasarkan sifat kulit, senyawa yang lipofilik (larut dalam lemak, misal
minyak essensial) mudah terabsorbsi. Kebanyakan minyak essensial yang
digunakan dalam aromaterapi dapat menembus kulit. Begitu menembus lapisan
epidesrmis, molekul minyak atsiri dapat dengan mudah menyebar kebagian tubuh
yang lain, misalnya saluran limfe dan pembuluh darah, saraf, kolagen,
Page 27
fibriblas,mast cells, dan lain-lain. Molekul-molekul itu akan ikut bersikulasi
hingga mencapai stiap sel dalam tubuh. Faktor utama yang berpengaruh terhadap
penetrasian molekul minyak atsiri dikelompokan dalam empat yaitu faktor
intrinsik, faktor eksternal, viskositas, kejenuhan minyak pembawa (carrier).
5) Kulit Sebagai Barier
Metode aromaterapi dengan absorbsi melalui kulit. Metode ini banyak
mengguanakan air, minyak sayur atau bahan dasar lotion untuk pengenceran dan
meratakan minyak atsiri kepermukaan kulit, berbagai aplikasinya antara lain :
a) Kompres
Sering digunakan untuk penanganan luka terbuka, misalnya barah
(uncer) pada kaki, bedsores. Kompres juga digunakan pada area yang sangat sakit
misalnya pada arthritis, sakit perut, fraktur, dll. Untuk menangani luka ada lutut di
butuhkan satu baskom air (kira-kira 200 ml) dan 5-6 tetes minyak atsiri.
Bahan untuk engompres dicelupkan pada larutan minyak essensial
kemudian diperas, si tempatkan yang sakit dan kemudian ditutup dengan karet
atau plastik untuk mencegah penguapan. Klien kompres itu didiamkan setelah 2
jam atau bahkan sepanjang malam.
b) Gargarisma dan Cuci Mulut
Gargarisma baik untuk dilakukan pada orang yang habis menjalani
oprasi amandel atau oprasi mulut yang agak serius. Minyak essensial yang
ditambahkan pada gargarisma (2-3 tetes dalam setengah gelas) digunakan untuk
berkumur, untuk anak-anak, minyak atsirinya harus dilarutkan dahulu dengan
Page 28
sedikit madu sebelum ditambahkan kedalam air supaya minyak atsiri itu tersebar
merata yang sering digunakan adalah minyak cengkeh.
c) Mandi (bath)
Inhalasi dengan bantuan air yang terbaik adalah mandi. Mandi
aromaterapi ini berguna sebagai antisepti kulit dan relaksasi. Untuk kebutuhan itu
masuk 6-8 tetes minyak atsiri dalam air hangat. Untuk memperoleh hasil optimal,
pasien sebaiknya berndam selama 10 menit. Dosis untuk anak-anak dan orang tua
adalah setengah.
d) Pijat (Massage)
Aplikasi topikal biasanya diterapkan dengan pijat yang dilakukan oleh
ahlinya. Untuk ini digunakan minyak pijat yang mengandung minyak atsiri 15-20
tetes dalam 50 ml minyak pembawa atau lation. Untuk perawatan rematik,
penerapan pijat setiap hari mampu mengurangi penggunaan obat penghilang rasa
sakit secara signifikat (Koensoemardiyah, 2009:13-22).
6. Pengaruh Aromaterapi Lemon Tehap Dismenore
Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak esensial untuk
meningkatkan kesehatan fisik, emosi, dan spirit. Berbagai efek minyak essensial
adalah menurunkan nyeri (Koensoemardiyah, 2009, di dalam Suwanti, 2016:3).
Aromaterapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon salah satunya
adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat
menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya. Mekanisme kerja
Page 29
aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu
sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi
psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Aromaterapi lemon merupakan jenis
aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas (Wong,
2010, di dalam Rahmawati,dkk, 2016:2).
D. Pijat Endorfin
1. Pijat Endorfin
Endorfin berasal dari kata endogenous + morphine, molekul protein yang
diproduksi sel-sel dari system syraf dan beberapa bagian tubuh yang berguna
untuk bekerjasama sreseptor sedative untuk mengurangi rasasakit. Reseptor
analgesik ini diperoduksi di spina cord (simpul saraf tulang belakang hingga
tulang ekor) dan ujung saraf (Aprillia.2010:114).
Endorfin merupakan sejumlah polipeptida yang yang terdiri dari 30 unit
asaam amino. Opiod-opiod hormon-hormon penghilang stress seperti
kortikotrofin, kortisol, dan ketokelamin di hasilkan tubuh untuk mengurangi stress
dan menghilangkan rasa nyeri (Apillia.2010:114).
Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorfin yang berada manfaat dan
kegunaannya. Beta-endorfin muncul sebagai endorfin yang berfungsi memberikan
pengaruh paling besar di otak dan tubuh selama latihan. Beta-endorfin juga
merupakan satu jenis hormon peptide yang dibentuk sebagian besar oleh tyrosine,
yaitu satu jenis asam amino. Struktur molekular pada endorfin sangat serupa
Page 30
dengan yanga ada pada mophin, tapi dengan kekayaan kimia yang berbeda
(Aprillia.2010:114).
Endorfin digambarkan sebagai peptida yang menyerupai opiat, atau
neuropeptida yang dihasilkan secara alami oleh tubuh pada sinaps neural di
berbagai tempat dalam sistem saraf pusat. Endorfin memodulasi transmisi
persepsi nyeri di area ini. Endorfin ditemukan dalam sistem limbic, hipotalamus,
dan formasi reticular. Endorfin berkaitan dengan membrsne prasinaptik,
menghambat zat P yang merupakan neurotransmitter yang dilepaskan pada
beberapa sinaps jika terdapat impuls nyeri; neurotransmitter ini memfasilitasi
informasi itu endorfin menghambat transmisi nyeri sehingga nyeri berkurang
(Frase,2009:464-465).
Pijat endorfin merupakan sebuah terapi sentuhan atau pijatan ringan yang
cukup penting diberikan pada ibu hamil, diawaktu menjelang hingga saatnya
melahirkan. Pijatan ini dapat merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa
endorfin yang merupakan perbeda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan
nyaman. Selama ini, endorfin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya.
Beberapa diantaranya adalah mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seks,
mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan
stress, serta meningkatkan system kekebalan tubuh. Endorfin dalam tubuh bisa
dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernafasan yang dalam dan
relaksi, serta meditasi (Kuswandi.2014:108).
Page 31
2. Manfaat Pijat Endorfin
Kegunaan dari endorfine :
a. Mengendalikan rasa sakit yang peresisten menetap.
b. Mengendalikan potensi kecanduan akan cokelat
c. Mengendalikan perasaan frustasi dan stress.
d. Mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seksual.
e. Mengurangi gejala-gejala akibat gangguan makan.
(Aprillia.2010:114)
Endorfin adalah hormon alami yang diperoduksi tubuh manusia,
maka endorfin adalah penghalang rasa sakit yang terbaik. Endorfin dapat
diproduksi tubuh secara alami saat tubuh melakukan aktivitas seperti
meditai, pernafasan dalam, makanan pedas, atau menjalani akupuntur dan
chiropractic (pengobatan alternatif). Walaupun perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai endorfin, tapi endorfi dipercaya mampu
memproduksi empat kunci bagi rubuh dan pikiran, yaitu meningkatkan
system kekebalan tubuh/imunitas, mengurangi rasa satik, mengurangi
stress, dan memperlambat proses penuaan. Para ilmuwan juga menemukan
bahwa beta-endorfin dapat mangfaktifkan NK (Natural Killer) cell pada
tubuh manusia dan mendorong system kekebalan tubuh untuk melawan
sel-sel kanker (Aprillia.2010:115).
Dalam dunia kebidanan, selama melakukan riset tentang mengelola
rasa sakit dan relaksasi, Constance Palinsky juga mengembangkan pijit
endorfin sebagai sentuhan ringan. Teknik ini bisa dipakai untuk
Page 32
mengurangi perasaan tidak nyaman melalui permukaan kelit, teknik
sentuhan ringan ini juga dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan
darah (Aprillia.2010:115).
Sentuhan ringan mencakup pijatan sangat ringan yang bisa membuat
bulu-bulu halus berdiri. Riset membuktikan bahwa teknik ini
meningkatkan pelepasan oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi
persalinan. Bidan harus bisa mengajarkan si ibu hamil dan pasangannya
untuk melakukan pijat yang sangat ringan ini selama bulan terakhir
kehamilan. Selain mendukung dan membantu ibu untuk masuk ke
relaksasi yang dalam, teknik ini juga membantu menguatkan ikatan antara
suami dan ostri dalam memperssiapkan persalinan (Aprillia.2010:115).
3. Teknik Pijat Endorfin
Cara melakukan pijat endorfin :
a. Anjurkan istri untuk mengambil posisi senyaman mungkin, bisa
sambil duduk atau berbaring. Minta sang suami untuk dudukdengan
nyaman di samping atau belakang istrinya.
b. Anjurkan istri untuk bernafas dalam sambil memejamkan mata
dengan lembut untuk beberapa saat. Setelah itu, biarkan suami
mulai mengelus permukaan bagian luar lengannya, mulai dari
tangan sampai lengan bawah. Belaian ini sangat lembut dan
dilakukan dengan jari-jemari atau ujung-ujung jari.
Page 33
c. Setelah kira-kira lima menit, mintalah si suami untuk berpindah ke
lengan yang lain. Walaupun sentuhan ringan ini dilakukan di kedua
lengannya, si istri akan nerasakan dampaknya sangat menenangkan
di sekujur tubuhnya. Teknik ini juga bisa di terapkan di bagian
tubuh yang lain termasuk telapak tangan, leher, bahu, paha.
d. Teknik sentuhan ringan ini sangat efektif jika dilakukan di bagian
punggung. Caaranya, anjurkan istri untuk berbaring miring atau
duduk. Di mulai dari leher, minta suami memijat ringat membentuk
huruf V ke arah luar menuju sisi tulang rusuk si istri. Lalu bimbing
agar pijitan-pijitan ini terus turun ke bawah dan ke belakang.
Anjurkan istri untuk rileks dan merasakan sensasinya.
e. Saat melakukan sentuhan ringan tersebut, anjurkan suami untuk
menyentuh perut istri dari belakang untuk beberapamenut, dan
memerasakan gerakan janin bersama dengan istri sambil
mengucapkan niat atau afirmasi positif.
f. Suami dapat memperkuat efek menegangkan dengan mengucapkan
kata-kata yang menentramkan saat ia memijat istri dengan lembut.
Misalnya, ia bisa mengatakan :saat aku membelai lenganmu,
biarkan tubuhmu menjadi lemas dan santai”. Atau “saat kamu
merasakan setiap belaianku, bayangkan endorfin-endorfin yang
menghilangkan rasa sakit dilepaskan dan mengalir ke seluruh
tubuh”. Atau juga bisa mengungkapkan kata-kata cinta.
Page 34
Setelah malakukan pijat endorfin, anjurkan suami untuk memeluk istri
nya agar tercipta suasana yang menyenangkan (Apillia.2010:115-116).
4. Hubungan Pijat Endorfin dengan Dismenore
Pijat endorfin adalah suatu metode sentuhan ringan. Teknik sentuhan
sentuhan ini mencakup pemijatan yang sangat ringan yang bisa membuat
bulu-bulu halus di permukaan kulit berdiri. Pijat endorphin dapat
meningkatkan pelepasan hormon endorfin dan oksitosin
(Apillia.2010:113).
Endorfin digambarkan sebagai peptida yang menyerupai opiat, atau
neuropeptida yang dihasilkan secara alami oleh tubuh pada sinaps neural
di berbagai tempat dalam jaras sistem saraf pusat. Endorfin memodulasi
transmisi persepsi nyeri di area ini. Endorfin berkaitan dengan membrane
prasinaptik, menghambat zat P yang merupakan neurotransmitter yang
dilepaskan pada beberapa sinaps jika terdapat impuls nyeri:
neurotransmitter ini memfasilitasi informasi tentang nyeri yang
ditransmisikan nyeri sehingga nyeri berkurang (Frase, 2009:464-465).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elvira,ddk (2018)
tentang “Pengaruh Pijat Endorphine Terhadap Skala Nyeri Pada
Siswi SMA Yang Mengalami Disminore”. Disimpulkan bahwa pijat
endorphin dapat menurunkan nyeri dismenore pada siswi.
Page 35
E. Remaja
a. Pengertian Remaja
yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bhasa Latin
adolescence yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuuk mencapai kematangan”.
Bangsa primitif dan orang-orang pubakala memandang masa puber dan masa
remaja tidak berbada dengan periode lain dalam rentang kehidupan (Asrori M, Ali
M. 2008:9).
b. Masa Remaja
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun
bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentan usia remaja
ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18
tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun
adalah remaja akhir. Perkembangan hormon pada remaja putri menyebabkan
mereka mulai mengalami menstruasi yang seringkali pada awal mengalaminya
menimbulkan kegelisahan (Asrori M, Ali M. 2008:9-21).
Berdasarkan teori yang dijeskan oleh Zegeye, Megabiaw, Mulu (2009)
usia menarche remaja dikasifikasikan menjadi tiga yaitu usia (≤12 tahun) cepat
(13-14tahun ) sedang dan (≥ 14 tahun) terlambat menarche.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan diteliti agar penelitian memiliki pengetahuan yang luas sebagai dasar
untuk mengembangkan atau mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti
Page 36
(Notoadmodjo,2010:82). Berperankan tinjauan pustaka, maka kerangka terori
penelitian ini adalah sebagi berikut :
Upaya mengatasi nyeri dismenore :
A. Farmakologi
Obat
B. Non farmakologi
a. Distraksi
b. Rileksasi nafas dalam
c. Masase
d. Relaksasi
e. Akupresur
f. Endorphin massage
g. Aromateri lemon
Sumber: solehati (2015), Black;Hawks (2014), Setyoadi (2011), Handerson;
Jones (2005), Smelzer;Bare (2002).
Gambar 3.
Kerangka Teori
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep atau variabel yang satu dengan variabel lainnya dari
masalah yang ingin (Notoadmodjo, 2010:83). Kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Gambar 4.
Kerangka Konsep
Penurunan
Dismenore
Dismenore
Aroma terapi lemon
Pijar endorfin
Penurunan Nyeri
Dismenore
Page 37
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban penelitian, patokan duga, atau
dalil semester, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmdjo.2012:84). Hipotesis berfungsi untuk menetukan kearah pembuktian,
artinya hipotesis merupakan suatu pernyataan yang harus dibuktikan. Hipotesis
dalam penelitian ini yaitu: ada perbedaan efektivitas aromaterapi lemon dan pijat
endorfin terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di MTs N1 Lampung
Timur.
I. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang konsep penelitian
tertentu. Berdasarkan hubungan fungsional atau perannya variabel dibedakan
menjadi dua yaitu (Notoatmojo.2012:103) :
1. Variabel Dependen (Variable Dipengaruhi)
Merupakan variabel yang berubah atau muncul ketika penelitian
mengintroduksi, mengubah atau menggunti variabel bebas. Variabel ini
dipengaruhi oleh variabel terpengaruh. Variabel dependent dari penelitian ini
adalah nyeri dismenore.
2. Variabel Independent (Variabel mempengaruhi)
Merupakan variabel yang dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan
hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Variabel ini mempengaruhi
Page 38
variabel lain atau variabel pengaruh. Variabel independent dari penelitian ini
adalah kombinasi aromaterapi lemon dan pijat endorfin.
J. Definisi Operasional
Merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang
apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo. 2014:113).
Page 39
Tabel 2
Definis Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Aromaterapi
lemon
Inhalasi yang
mengandung
minyak atsiri ektrak
lemon 5-6 tetes
dengan air 20 ml,
tarikan nafas
dalam-dalam dan
diberikan selama
30 menit pada saat
responden saat
dismenore
berlangsung pada
remaja putri MTs
N1 Lampung Timur
Observasi Cheklist diberi
Aromaterapi
Lemon
Nominal
Pijat endorfin Pijat yang
dilakukan oleh
seseorang atau
orang terdekat siswi
dengan teknik usap
dengan ujung-ujung
jari. Usapan
dilakukan pada luar
lengan atas dan
leher hingga
kepunggung dan
perut bagian depan.
Pada remaja putri
MTs N1 Lampung
Timur
Observasi Cheklist dilakukan pijat
endorfin
Nominal
Dismenore Sakit yang
dirasakan
responden pada
perut bagian bawah
sebelum dan atau
selama haid
berlangsung
Wawancara
dan Observasi
Kuesioner
dan checklist
Numeric
Rating Scale
(NRS) dan
Wong Baker
Scale
Skala nyeri
antara 0-10
Rasio
Remaja Masa remaja bagi
wanita
berlangsung
antara umur 12
samapi 21 tahun .
remajaputri yang
diberikan
intervensi usia 14-
15 tahun di MTs
N1 Lampung
Timur
Observasi Cheklist - Nominal