Top Banner
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU 1. Teori perilaku Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun secara tidak. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang atau stimulus dan tanggapan atau respon. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Beberapa faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut Green dan Kreuter dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: 8 a. Faktor Pendorong (predisposing faktors) Faktor pendorong adalah merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Dalam arti umum, kita dapat mengatakan faktor pendorong sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok ke dalam suatu pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat, dan dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh. Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal- hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru maka sering disebut faktor yang memudahkan.
23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

Jun 08, 2019

Download

Documents

truonghanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERILAKU

1. Teori perilaku

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat

diamati secara langsung maupun secara tidak. Perilaku dan gejala perilaku

yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor

genetik (keturunan) dan lingkungan. Perilaku merupakan hasil hubungan

antara perangsang atau stimulus dan tanggapan atau respon. Perilaku

kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus

yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, serta lingkungan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan

adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Beberapa faktor

yang merupakan penyebab perilaku menurut Green dan Kreuter dibedakan

dalam tiga jenis, yaitu:8

a. Faktor Pendorong (predisposing faktors)

Faktor pendorong adalah merupakan faktor anteseden terhadap

perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Dalam arti

umum, kita dapat mengatakan faktor pendorong sebagai preferensi

pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok ke dalam suatu

pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau

menghambat perilaku sehat, dan dalam setiap kasus faktor ini

mempunyai pengaruh.

Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif akan mempermudah

terwujudnya perilaku baru maka sering disebut faktor yang

memudahkan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

10

Pengukuran pengetahuan biasanya menggunakan pengaktegorian

dengan presentase. Skor yang sering digunakan untuk mempermudah

dalam mengkategorikan jenjang/peringkat dalam penelitian biasanya

ditulis dalam prosentase. Misalnya, pengetahuan : baik = 76-100 %;

cukup = 56-75 %; dan kurang ≤ 56%.11

b. Faktor pemungkin (enabling faktors)

Faktor pemungkin adalah faktor enteseden terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu atau motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk

di dalamnya keterampilan dan sumber daya pribadi di samping sumber

daya masyarakat. Faktor pemungkin mencakup berbagai ketrampilan

dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan.

Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, sekolah, klinik,

atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga

menyangkut keterjangkauan sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan

transportasi, jam buka atau jam pelayanan, dan sebagainya, termasuk

pula di dalamnya petugas kesehatan seperti perawat, bidan, dokter, dan

pendidikan kesehatan sekolah. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung

untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka

faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

c. Faktor penguat (reinforcing faktors)

Faktor penguat merupakan faktor penyerta (yang datang sesudah)

perilaku yang memberikan ganjaran, insentif, atau hukuman atas

perilaku dan berperan bagi menetap atau melenyapnya perilaku itu.

Yang termasuk dalam faktor ini adalah manfaat sosial dan jasmani serta

ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang pernah diterima pihak lain.

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan

kesehatan, memperoleh dukungan atau tidak. Faktor-faktor ini meliputi

faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga),

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

11

juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun

pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan.

Lingkungan juga menjadi faktor nonbehavioral yang dapat

mempengaruhi terbentuknya perilaku spesifik. Hal ini meliputi faktor-

faktor individu yang sangat sulit dikontrol baik oleh tindakan individu

maupun kolektif namun mempunyai pengaruh dalam masalah-masalah

kesehatan. Faktor-faktor ini di antaranya adalah genetik, umur,jenis

kelamin, penyakit bawaan, kelainan fisik dan mental, dan tempat

bekerja atau tempat tinggal. Beberapa faktor risiko nonbehavioral dapat

dikontrol oleh individu sendiri, misalnya risiko terpapar sinar matahari

yang berlebihan, individu dapat menghindari atau membatasi paparan

ini.10

2. Perilaku Merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap

asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Merokok

merupakan suatu aktivitas yang sudah tidak lagi terlihat dan terdengar

asing lagi bagi kita. Sekarang banyak sekali bisa kita temui orang-orang

yang melakukan akitivitas merokok yang disebut sebagai perokok. Rokok

itu sendiri adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga

120 mm, dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau

yang telah dicacah.12

Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok kuno dan

romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang

mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap

melalui hidung dan mulut. Saat ini, perilaku merokok sudah menjadi

perilaku yang umum dijumpai dimana saja dan kapan saja. Perokok

berasal dari berbagai kelas sosial, serta kelompok umur yang berbeda.13

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

12

a. Tipe Perilaku Merokok

Tipe perokok dapat diklasifikasikan menurut banyaknya jumlah rokok

yang dihisap, tipe perokok tersebut adalah 14

1. Perokok berat yang menghisap > 15 batang per hari

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang per hari

3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang per hari

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok.

Berdasarkan tempat merokok, perokok dapat digolongkan :14

a) Merokok di tempat umum

1) Kelompok Homogen terdiri dari orang-orang yang memang

sama-sama perokok. Mereka secara bersama-sama berkumpul

dalam suatu tempat untuk merokok seperti diwilayah khusus

merokok (smoking area). Perokok tipe ini memiliki sikap

menghormati orang lain.

2) Kelompok Heterogen terdiri dari berbagai macam orang, baik

yang merokok maupun tidak. Mereka tidak secara khusus

merokok ditempat khusus, jadi cenderung mengabaikan orang

lain.

b) Merokok di tempat yang bersifat pribadi

1) Kantor, kamar tidur, perokok yang gemar merokok di kantor

atau kamar memiliki kecenderungan sikap kurang menjaga

kebersihan diri dan mudah gelisah.

2) Toilet, perokok yang gemar merokok di toilet memiliki

kecenderungan sikap suka berfantasi.

Selain itu ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect

theory, keempat tipe tersebut adalah ;14

a) Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif

1) Pleasure relaxtion adalah tipe perokok yang merokok hanya

untuk menambah kenikmatan saja, biasanya merokok

dilakukan sambil minum kopi.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

13

2) Simulation of pick them up adalah tipe perokok yang merokok

untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handling the cigarette adalah tipe perokok yang

merokok hanya karena memiliki rasa kesenangan dengan

memegang rokok

b) Tipe perokok dipengaruhi perasaan negative

Perokok tipe ini mengganggap rokok adalah penyelamat saat

kondisi emosi sedang tidak baik. Mereka merokok lebih banyak

pada saat marah, cemas, dan gelisah.

c) Tipe perokok adiksi

Tipe perokok ini selalu menambah dosis rokok yang

dikonsumsi.Mereka memiliki rasa puas bila jumlah rokok yang

dikonsumsi terus meningkat.

d) Perilaku merokok yang menjadi kebiasaan

Tipe perokok ini sudah menjadikan rokok sebagai kebiasaan

sehari-hari yang tidak bisa di tinggalkan.

b. Faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

Permulaan untuk merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan

sosial. Modeling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu

determinan dalam memulai perilaku merokok. Sejalan dengan

pernyataan di atas, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa perilaku

merokok merupakan fungsi dari lingkungan sosial dan individu, artinya

perilaku merokok selain dari faktor dirii sendiri juga dipengaruhi faktor

lingkungan.8

Ada beberapa faktor resiko bagi remaja sehingga mereka menjadi

perokok. Faktor-faktor tersebut antara lain :8

1. Faktor Psikologik

a) Faktor Psikososial

Aspek perkembangan sosial remaja antara lain:

menetapkan kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

14

dan penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan

maturasi fisik. Merokok menjadi sebuah cara agar mereka

tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri

dengan teman sebayanya. Istirahat, santai dan kesenangan,

penampilan diri rasa ingin tahu rasa bosan, sikap menentang

dan stress mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. 2

Selain itu rasa rendah diri, hubungan interpersonal yang

kurang baik, putus sekolah sosial ekonomi yang rendah dan

tingkat pendidikan orangtua yang rendah serta tahun-tahun

pertama transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah

juga menjadi faktor resiko lain yang mendorong remaja mulai

merokok.2

b) Faktor psikiatrik

Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi

antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti

skizofrenia, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat-zat

tertentu.7 Pada remaja, didapatkan asosiasi antara merokok

dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada

remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok

berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor

dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang

menperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko

lebih besar untuk merokok dari pada remaja yang

asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas menggunakan

rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.15

2. Faktor Biologik

a) Faktor Kognitif

Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok

akibat dari kecanduan nikotin disebabkan karena perokok

merasakan efek bermanfaat dari nikotin. Beberapa perokok

dewasa mengungkapkan bahwa merokok memperbaiki

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

15

konsentrasi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin

menganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini

akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok. Studi

yang dilakukan pada dewasa perokok dan bukan perokok,

memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-

tapping rate, respon motorik dalam tes fokus perhatian, dan

pengenalan memori.

b) Jenis kelamin

Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya

terjadi pada remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita

yang merokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka

menentang dan secara sosial lebih cakap.7

c) Faktor Etnik

Kejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih

tinggi terjadi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli

Amerika, serta terendah pada orang Amerika keturunan Afrika

dan Asia. Laporan tersebut memberi kesan bahwa perbedaan

asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh kotinin antara

perokok dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit

putih adalah substansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa

ada perbedaan resiko pada beberapa etnik dalam hal penyakit

yang berhubungan dengan merokok.5

d) Faktor genetik

Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin

dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Kensekuensinya

adalah meningkatnya resiko kecanduan nikotin pada beberapa

individu. Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh

polimorfisme gen dopamin yang mengakibatkan lebih besar

atau lebih kecilnya reward dan mudah kecanduan obat. Pada

studi genetik molekular beberapa tahun terakhir, individu

dengan alela TaqIA (A1 dan A2) dan TaqIB (B1 dan B2) dari

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

16

reseptor dopamin D2 lebih mungkin merokok 100 kali atau

lebih dalam hidupnya dan mereka lebih awal memulai

merokok dan lebih sedikit meninggalkannya.16

3. Faktor Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan

rokok antara lain orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya

yang merokok. Selain itu juga karena paparan iklan rokok dimedia.

Orangtua sepertinya memegang peranan penting, dalam

pembentukan perilaku merokok remaja. Sebuah studi kohort

terhadap siswa SMU didapatkan bahwa prediktor bermakna dalam

peralihan dari kadang-kadang merokok menjadi merokok secara

teratur adalah orangtua perokok dan konflik keluarga.7

4. Faktor Regulatori

Peningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang

tinggi, diharapkan dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap

rokok. Selain itu pembatasan fasilitas merokok dengan menetapkan

ruang atau daerah bebas rokok diharapkan dapat mengurangi

konsumsi. Akan tetapi kenyataannya masih terdapat peningkatan

kejadian mulainya merokok pada remaja, walaupun telah banyak

dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya.7

5. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan

atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti

perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. 7

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

17

c. Motif Perilaku Merokok

Motif seseorang merokok secara umum terbagi menjadi dua, yaitu : 17

1. Faktor psikologis

a) Kebiasaan

Perilaku merokok menjadi sebuah kebiasaan perilaku yang harus

tetap dilakukan tanpa ada motif yang bersifat positif maupun

negatif. Merokok dilakukan tanpa ada tujuan tertentu, seperti sudah

menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

b) Reaksi emosi yang positif

Merokok dilakukan untuk menghasilkan reaksi yang positif seperti

perasaan senang dan kenikmatan tersendiri. Merokok juga menjadi

simbol rasa kenjatantan dan kedewasaan bagi sebagian laki-laki.

c) Reaksi untuk penurunan emosi

Merokok digunakan sebagai cara untuk menghilangkan perasaan

tegang dan cemas ketika akan menghadapi sesuatu. Merokok

diyakini mampu menurunkan perasaan negatife tersebut.

d) Alasan sosial

Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok

(umumnya remaja dan anak), identifikasi dengan perokok lain dan

untuk menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak

biasanya terjadi akibat paksaan dari teman sebayanya.

e) Kecanduan dan Ketagihan

Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan.

Motivasi merokok pertama kali karena alasan coba-coba namun

Nikotin yang terdapat di dalam rokok mempengaruhi tubuh

seseorang untuk terus mengonsumsi rokok.16

2. Faktor Biologis

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang terdapat dalam

rokok. Nikotin sudah terbukti mempengaruhi ketergantungan secara

biologis.7

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

18

d. Tahap – Tahap Dalam Perilaku Merokok

Ada beberapa tahapan dalam dalam perkembangan perilaku merokok

yaitu : 7

1. Tahap persiapan (preparatory)

Tahap ini berlangsung saat individu belum mengenal rokok. Pada

tahap ini terjadi pembentukan opini terhadap perilaku merokok. Hal

ini disebabkan karena adanya pengaruh perkembangan sikap dan

intense tentang rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku

merokok. Informasi dan perilaku merokok diperoleh dari observasi

terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun juga lewat

media. Pengaruh media salah satunya melalui iklan rokok dengan

menggunakan artis atau model terkenal, sehingga menimbulkann

kesan bahwa merokok adalah sesuatu yang glamour. Ada juga

anggapan bahwa rokok adalah simbol kedewasaan dan kemandirian.

Merokok dianggap sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan

salah satu upaya untuk menenangkan diri dalam situasi yang

menegangkan. Pembentukan sikap dan opini terhadap rokok ini

merupakan awal dari kebiasaan merokok.

2. Tahap inisiasi (initiation)

Pada tahap ini adalah tahapan yang kritis pada seorang individu

karena tahap ini adalah tahap coba-coba dimana ia beranggapan

bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa. Tahap coba-coba ini

dimulai dengan beberapa batang, apabila seseorang mulai mencoba 1-

2 batang maka kemudian nantinya ia tidak akan menjadi seorang

perokok. Akan tetapi seseorang yang awalnya mulai mencoba-coba

dengan jumlah rokok > 10 batang, dikemudian hari ia memiliki

kemungkinan sebesar 80% untuk menjadi seorang perokok.

3. Tahap menjadi seorang perokok (becoming a smoker)

Pada tahap ini individu mulai memberikan label bahwa dirinya

adalah seorang perokok dan mulai ketergantungan pada rokok. Pada

tahap ini terjadi pembentukan konsep belajar tentang kapan dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

19

bagaimana berprilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada

konsep dirinya. Pada umumnya mereka percaya bahwa rokok

berbahaya bagi kesehatan orang lain tapi tidak bagi dirinya.

4. Tahapan tetap menjadi perokok ( maintenance of smoking)

Pada tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis di

gabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor –faktor

psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan kecemasan, dan

ketegangan relaksasi yang menimbulkan rasa senang, cara berteman,

memperoleh penghargaan sosial dan stimulasi. Ada 2 faktor

mekanisme biologis yang berperan utama dalam tahapan menjadi

seorang perokok tetap yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin

yang dibutuhkan dalam aliran darah.7

e. Klasifikasi perokok

Pengukuran perilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan

pada suatu kriteria yang dibuat berdasarkan anamnesis atau

menggunakan kriteria yang telah ada, biasanya batasan yang digunakan

berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap hari atau lamanya

kebiasaan merokok.2 Perokok terdiri atas tiga kategori, yaitu 1). Bukan

perokok adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama

sekali; 2) Perokok eksperimen adalah seseorang yang pernah mencoba

merokok tapi tidak menjadikannya suatu kebiasaan, dan 3) perokok

tetap adalah perokok yang teratur merokok baik dalam hitungan

mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.7

f. Dampak Perilaku Merokok

Dampak perilaku merokok dibagi menjadi dua yaitu : 16

a. Dampak positif

Merokok menimbulkan dampak positif kesehatan yang sangat sedikit.

Perokok menyatakan bahwa dengan merokok dapat menimbulkan

mood positif dan menghilangkan segala emosi negatif pada diri

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

20

seorang perokok. Keuntungan merokok bagi perokok adalah

mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial

dan menyenangkan.

b. Dampak negatif

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi

kesehatan. Merokok tidak penyebab suatu penyakit tetapi merokok

dapat memicu suatu jenis penyakit, sehingga bisa dikatakan merokok

tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong jenis penyakit

tertentu yang dapat menyebabkan kematian. Beberapa penyakit yang

dapat dipicu karena rokok antara lain kardiovaskular atau penyakit

jantung, kanker, gangguan saluran nafas, peningkatan tekanan darah,

penurunan kesuburan, maag, gondok, gangguan pembuluh darah,

pengahambat pengeluaran air seni, penglihatan kabur, kulit menjadi

kering, pucat, keriput, serta polusi udara dalam ruangan sehingga

terjadi iritasi mata, hidung, telinga.

B. ROKOK

1. Pengertian

Silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang

berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada

salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup

lewat mulut pada ujung lainnya.4

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau

kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam

kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut

juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok

akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya

kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya

itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).4

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

21

2. Kandungan pada rokok

Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-

bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Kandungan racun

pada rokok antara lain :4

a. Tar

Tar terbentuk selama pemanasan tembakau. Tar merupakan

kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau

sendiri, maupun yang ditambahkan dalam proses pertanian dan

industri sigaret. Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada

dalam asap rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang

dapat menumbuhkan kanker. Kadar zat yang terkandung dalam asap

rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker.

b. Nikotin

Nikotin adalah alkolid toksis yang terdapat dalam tembakau.

Sebatang rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin diserap

melalui paru-paru dan kecepatan absorbsinya hampir sama dengan

masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk ke dalam otak

dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati

barrier otak dan diedarkan ke seluruh bagian otak, kemudian

menurun secara cepat, setelah beredar ke seluruh bagian tubuh dalam

waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir. Efek bifasik

dari nikotin pada dosis rendah menyebabkan rangsangan ganglionik

yang eksitasi. Tetapi pada dosis tinggi yang menyebabkan blokade

gangbionik setelah eksitasi sepintas.

c. Karbon Monoksida

Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna.

Kandungannya didalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada

paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin

(Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2)

dengan Hb. Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb

dapat terisi oleh karbon monoksida (CO) dalam bentuk COHb

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

22

(Carboly Haemoglobin), dan akibatnya sel darah merah akan

kekurangan oksigen, yang akhirnya sel tubuh akan kekurangan

oksigen. Pengurangan oksigen dalam jangka panjang dapat

mengakibatkan pembuluh darah akan terganggu karena menyempit

dan mengeras. Bila menyerang pembuluh darah jantung, maka akan

terjadi serangan jantung.

3. Penyakit yang diakibatkan oleh rokok

Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam

rokok tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat

berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam

gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. Berbagai penyakit

mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti

kanker dapat ditimbulkan bari perilaku merokok. Beberapa penyakit

tersebut antara lain :4

a. Penyakit paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel

mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak

(hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga

penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.

Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang

dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada

perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala

macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit

paru obstruksi menahun (PPOM) bahkan kanker paru merupakan jenis

penyakit paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian

karena kanker paru terjadi pada perokok .4

b. Penyakit jantung koroner

Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang

terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

23

disebakan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni

nikotin dan karbonmonoksida. Nikotin dapat mengganggu irama jantung

dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan

CO menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang karena

berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang menyebabkan gangguan

pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner.4

c. Impotensi

Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas

Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah

akan dibawa ke seluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan

menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi

buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas sperma,

rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual terutama

gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam penelitiannya, sekitar seperlima

dari penderita DE disebabkan oleh karena kebiasaan merokok.4

d. Kanker

Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir

dapat diberbagai organ tubuh seperti ginjal, pankreas, leher rahim,

kantung kemih, dan juga selaput lendir yang terdapat dimulut, bibir dan

kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal

menjadi sel ganas yang menyebakan kanker.4 Selain itu, kanker mulut

dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan

untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok

kemungkinan terjadinya kanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali

lebih banyak daripada bukan perokok .14

Perokok beresiko 10 kali lebih tinggi menderita periodontitis

(gusi terbakar yang mengarah ke infeksi) yang akan merusak jaringan

halus dan tulang. Jadi kandungan Tar dalam rokok dapat menyebabkan

kanker ginjal, kanker pankreas, kanker leher rahim, kanker kantung

kemih, kanker mulut, kanker kerongkongan, dan kanker darah.14

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

24

e. Merusak otak dan indera

Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga

disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan

karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang

menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya,

sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system

tubuh.4 Sistem tubuh yang dapat terganggu karena penggunaan nikotin

antara lain; Mata: perokok beresiko 3 kali lebih tinggi menderita katarak

yang menyebabkan kebutaan14

f. Mengancam kehamilan.

Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil

penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok

meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah,

kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.4

C. ANAK

Anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi

hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan

periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun

sekolah dasar.1 Pada usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa

intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian

bersekolah ini secara relative, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa

sebelumnya dan sesudahnya. Usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah

dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas

belajar yang menuntut kemampuan intelaktual atau kemampuan kognitif

(seperti : membaca, menulis dan menghitung).17

Pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, sehingga anak-

anak mulai masuk kedalam dunia baru, dimana mulai banyak berhubungan

dengan orang-orang diluar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan

lingkungan baru dalam hidupnya.9

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

25

Beberapa gambaran karakteristik anak sekolah dasar antara lain sebagai

berikut: karakteristik anak sekolah dasar yang pertama adalah senang

bermain, karakteristik yang kedua senang bergerak, karakteristik yang ketiga

senang bekerja dalam kelompok dan karakteristik keempat senang

merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Anak sekolah dasar

senang bergerak dan dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30

menit. Dalam pergaulan dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek

yang penting dalam proses sosialisasi. Seperti: belajar memenuhi aturan-

aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada orang

lain dan diterima di lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab,

belajar bersaing dengan orang lain secara sehat dan sportif.9

Anak usia sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang

menguras banyak tenaga, dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara

energi yang masuk dengan energi yang keluar. Akibatnya tubuh anak

menjadi kurus, untuk mengatasinya dengan mengontrol waktu bermain anak

sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup. Kurangnya nafsu

makan dapat disebabkan banyak jajan, untuk meningkatkannya dapat

diberikan obat nafsu makan sesuai dosis yang dianjurkan. Makanan jajanan

yang kurang mengandung nilai gizi dan kebersihannya kurang terjaga, maka

akan menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan.9

Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau

masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara

relatif, anak-anak lebih mudah untuk dididik dari pada masa sebelum dan

sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi 2 fase, yaitu:18

1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai

umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain

sebagai berikut:

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan

prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh).

b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang

tradisional.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

26

c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menebut nama sendiri).

d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.

e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggap tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai

(angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya

memang pantas di beri nilai baik atau tidak.

2) Masa kelas tinggi sekolah dasar kira-kira kira umur 9 atau 10 tahun

sampai 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini

ialah:

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret.

Hal ini menimbulkan adnya kecenderungan untuk membandingkan

pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor

ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat

khusus).

d) Sampai umur kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau

orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan

memenuhi keinginnanya. Selepas umur ini pada umumnya anak

menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk

menyelesaikannya.

e) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran

yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya

biasanya untuk dpat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu

biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang

trdisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.17

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

27

D. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok

Salah satu faktor pembentuk perilaku seseorang adalah faktor

pendorong. Salah satu unsur dari faktor pendorong adalah pengetahuan.8

Dalam proses pembentukan perilaku pengatahuan ini sering diimbangi oleh

faktor pembentuk perilaku lainnya. Faktor lainnya inilah yang terkadang

membentuk perilaku menerima terhadap rokok sehingga siswa setuju untuk

mengadopsi perilaku merokok menjadi kebiasaan sehari-harinya. Hal ini

sesuai dengan penelitian Alamsyah yang menunjukan meskipun seseorang

memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya dan kandungan rokok tetap

memiliki kebiasaan merokok. Pada penilitian Alamsyah justru menunjukan

bahwa remaja yang mengetahui bahaya merokok lebih banyak yang merokok

daripada yang tidak tahu.19 Sukaenah juga menyatakan bahwa pengetahuan

yang baik tidak diiringi dengan perilaku yang baik pula terhadap rokok.

E. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Merokok

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penguat untuk

mendorong perilaku merokok.8 Lingkungan sosial yang mungkin sangat

berpengaruh dalam perilaku merokok siswa adalah orang tua dan teman

sebaya. Menurut beberapa penelitian teman sebaya mempunyai pengaruh

yang sangat besar dalam tahapan seseorang menjadi perokok, dalam

penelitian itu juga disebutkan bahwa sebagian besar siswa sekolah dasar

mulai merokok karena ajakan teman sebayanya. Selain teman sebaya, orang

tua juga memmiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku merokok anak.19

Seorang anak memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku orang tuanya,

anak yang merokok biasanya juga memiliki orang tua yang merokok juga.

Anak menjadi tidak asing dengan rokok, bau rokok, dan perilaku merokok

keluarganya.2

Pada penelitian Amelia bahwa penyebab perilaku merokok pada remaja

adalah pengaruh orang tua, teman sebaya,dan faktor kepribadian.20 Keluarga

yang orang tuanya merokok berperan dalam perilaku merokok anak.2

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

28

Penelitian Safrudin juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

dukungan orang tua dan teman sebaya dengan perilaku merokok.21

F. Hubungan Ketersediaan Sarana Prasarana dengan Perilaku Merokok

Ketersediaan sarana dan prasarana adalah salah satu faktor pemungkin

yang memungkinkan terhadap perilaku yang memungkinkan suatu atau

motivasi atau aspirasi terlaksana.8 Berdasarkan penelitian Alamsyah

mengatakan bahwa remaja memperoleh uang untuk membeli rokok dari uang

saku yang diberikan orangtuanya. Pada usia tersebut seorang anak masih

mendapatkan uang dari kedua orangtuanya. Remaja memiliki tempat-tempat

khusus yang digemarinya untuk merokok yaitu rumah,sekolah dan tempat

bermain. Sebagian melakukan aktivitas merokok pada sore atau malam

hari.19 Penelitian tersebut menunjukan bahwa tersedianya sarana mendukung

seorang remaja untuk berperilaku merokok.

G. Kerangka Teori

Berdasarkan teori perilaku, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun secara tidak.8

Perilaku siswa merokok pada siswa sekolah dasar adalah siswa sekolah dasar

yang melakukan kegiatan merokok, baik sebagai perokok tetap, coba-coba

ataupun bukan perokok.7 Perilaku siswa sekolah dasar untuk merokok juga

dipengaruhi oleh faktor pembentuk perilaku, yaitu faktor pendorong, faktor

pemungkin dan faktor penguat.8

Faktor pendorong yang mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai,

dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk

bertindak. Faktor pemungkin adalah faktor enteseden terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu atau motivasi atau aspirasi terlaksana Faktor

pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan sumber daya, biaya, jarak,

ketersediaan transportasi, ketersediaan sarana prasarana dan sebagainya,

termasuk pula di dalamnya petugas kesehatan seperti perawat, bidan, dokter,

dan pendidikan kesehatan sekolah.8

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

29

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan

kesehatan, memperoleh dukungan atau tidak. Faktor-faktor ini meliputi faktor

sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan

perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan,orang tua,teman atau

orang-orang yang berada di sekitar lingkungan seseorang, serta undang-

undang dan peraturan-peraturan. Kerangka teori faktor perilaku seseorang

dapat terlihat pada bagan berikut.

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Faktor Pendorong1. Pengetahuan2. Motivasi3. S ikap4. Kepercayaan5. Persepsi

Faktor Pemungkin1. Ketersediaan sarana

dan prasarana2. Pendidikan

Kesehatan disekolah

3. Petugas Kesehatan

Faktor Penguat1. Orang tua2. Teman sebaya3. Tokoh agama4. Tokoh masyarakat5. Peraturan (undang-

undang)

Perilaku merokok siswaSekolah Dasar

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

30

H. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini tidak semua faktor resiko yang berpengaruh

terhadap perilaku siswa sekolah dasar untuk berperilaku merokok diteliti

karena adanya beberapa hal keterbatasan. Variabel yang akan diteliti adalah

variabel bebas (pengetahuan, lingkungan sosial, dan ketersediaan sarana

prasarana) dan variabel terikatnya adalah perilaku merokok yang selanjutnya

terlihat pada bagan kerangka konsep berikut;

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

PengetahuanSiswa SD tentang rokok

Ketersediaan sarana danprasarana bagi siswa untukberprilaku merokok dirumah dan sekolah meliputitempat yang menjual rokok,tempat yang biasadigunakan untuk aktivitasmerokok, jarak rumahresponden dengan tempatyang menjual rokok,keberadaan iklan-iklanrokok disekitar rumahresponden.

Lingkungan Sosial : orangtua, teman sebaya, sahabatdan guru terhadap perilakumerokok

Perilaku merokok siswaSekolah Dasar

Variabel bebas: Variabel terikat:

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-irmayvitah-6973-3-babii.pdf · dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku

31

I. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah

a. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa

sekolah dasar SDN Ungaran 02.04

b. Ada hubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada

siswa sekolah dasar SDN Ungaran 02.04

c. Ada hubungan ketersediaan sarana prasarana dengan perilaku

merokok pada siswa sekolah dasar SDN Ungaran 02.04