8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes Aegypti a. Pengertian Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Ae Aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Adapun klasifikasi nyamuk Aedes Aegyti adalah sebagai berikut: Kerajaan : Animalia Alam : Haiwan Filum : Arthropoda Sub Filum : Mandibulata Kelas : Insecta Sub Kelas : Pterygota Ordo : Diptera Sub Ordo : Nematocera Familia : Culicidae Subfamilia : Culicinae Genus : Aedes Sub Genus : Stegomnya
22
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ayuyulisty-5930-3-babii.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Nyamuk Aedes Aegypti . a. Pengertian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyamuk Aedes Aegypti
a. Pengertian
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa
virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Ae
Aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan
chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua
daerah tropis di seluruh dunia. Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif
pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk
betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu
dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk
memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan
memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini
menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah.
Adapun klasifikasi nyamuk Aedes Aegyti adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Alam : Haiwan
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Sub Kelas : Pterygota
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae
Genus : Aedes
Sub Genus : Stegomnya
9
Spesies : Aedes Aegypti.
Nama Binominal : Aedes Aeygpti.(15)
Di Indonesia, nyamuk Ae Aegypti umumnya memiliki habitat di
lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih
dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat
urban, bertolak belakang dengan Ae Albopictus yang cenderung berada di
daerah hutan berpohon rimbun.
b. Morfologi
Nyamuk Ae. Aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis
yang banyak ditemui di bagian bumi 350 LU dan 350 LS. (7) Nyamuk Ae
Aegypti dewasa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata
nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-
bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya. Nyamuk Ae Aegypti
seperti juga nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna.(16)
Gambar 2.1
Gambar Nyamuk Aedes Aegypti(15).
Nyamuk dewasa Ae Aegypti morfologinya hampir mirip dengan
nyamuk Ae Albopictus. Perbedaan morfologis antara kedua jenis nyamuk
yang memang sepintas lalu sama ini, memang hanya akan terlihat jelas
ketika diamati dengan kaca pembesar (loupe) atau mikroskop. Yang
10
membedakan antara nyamuk Ae aegypti dengan nyamuk lain terutama Ae
albopictus adalah pada nyamuk Ae aegypti terdapat garis putih keperakan
yang tajam di bagian punggungnya (dorsal toraks) dan garis putih
keperakan lainnya yang berbentuk kecapi di kepalanya, sedangkan
nyamuk Ae Albopictus merupakan jenis nyamuk aedes yang paling sering
ditemui di negara-negara asia tenggara. (17)
Bila diamati tubuh nyamuk Ae Aegypti terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu : kepala, toraks (dada), dan abdomen (perut) yang beruas-
ruas, selain itu mempunyai tiga pasang kaki untuk berjalan dan hinggap
serta sepasang sayap untuk terbang. Pada saat hinggap (landing) tubuh
nyamuk Ae Aegypti sejajar dengan permukaan benda yang dihinggapinya,
hal ini serupa dengan perilaku hinggap nyamuk culex dan mansonia.
Nyamuk jantan Ae aegypti mempunyai antena yang memiliki banyak bulu
yang disebut antena plumose, sedangkan pada nyamuk betina antena hanya
memiliki sedikit bulu yang disebut antena pilose. (18)
Ae aegypti dewasa mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut :
a. Nyamuk berukuran lebih kecil daripada nyamuk rumah (culex
quinquefasciatus).
b. Pada ujung abdomennya berbentuk lancip.
c. Berwarna dasar hitam dan belang-belang putih pada bagian-bagian
badannya termasuk kaki-kakinya.
d. Pada bagian dorsal toraks terdapat bulu-bulu halus berwarna putih
yang membentuk lire dan garis-garis putih keperakan yang mencolok.
e. Terdapat garis putih keperakan yang mirip dengan kecapi di bagian
kepalanya.(19)
c. Siklus Hidup Nyamuk Ae Aegypti
Nyamuk Ae aegypti dalam siklus hidupnya mengalami
metamorfosis sempurna dengan 4 stadium, yaitu : Telur - Jentik – Pupa –
Dewasa. Stadium telur, jentik dan pupa hidup dalam air dan stadium
dewasa aktif terbang.(16)
11
Gambar 2.2
Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti(16).
a. Stadium Telur
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai,
nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat
perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Telur Ae Aegypti
berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm. Pada umumnya telur akan
menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam
air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur
sebanyak 100 butir. Telur di tempat yang kering (tanpa air) dapat
bertahan berbulan-bulan pada suhu -20C sampai 420C. Dan bila tempat
tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur
dapat menetas lebih cepat.(17)
b. Stadium Jentik
Jentik memerlukan empat tahap perkembangan yang disebut
instar. Jangka waktu perkembangan jentik tergantung pada suhu,
ketersediaan makanan, dan kepadatan jentik dalam kontainer.
Sedangkan pada suhu rendah, dibutuhkan beberapa minggu. Habitat
jentik yang alami jarang ditemukan, tetapi sering ditemukan pada
lubang pohon, ketiak daun dan tempurung kelapa.(18) Stadium jentik
biasanya berlangsung 6-8 hari kemudian jentik berubah menjadi
pupa.(17)
12
Ciri yang khas dari jentik Ae. Aegypti adalah sebagai berikut :
1) Adanya corong udara (siphon) pada segmen terakhir.
2) Pada segmen-segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut –
rambut berbentuk kipas (palmate hair).
3) Pada corong udara terdapat “pecten”.
4) Adanya sepasang rambut serta jumbai pada corong udara.
5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada “comb scale”
sebanyak 8-21 atau berjejer 1-3.
6) Bentuk individu dari “comb scale” seperti duri.
7) Pada sisi toraks terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva
dan ada sepasang rambut kepala.(19)
c. Stadium Pupa
Pupa Ae. Aegypti mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu
memiliki tabung / terompet pernafasan yang berbentuk segitiga. Jika
pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh, akan bergerak cepat untuk
menyelam dalam air selama beberapa detik kemudian muncul kembali
dengan cara mengantungkan badannya menggunakan tabung
pernafasan pada permukaan air di wadah / tempat perindukan.(16)
Masa stadium pupa Ae. Aegypti normalnya berlangsung antara
2-4 hari. (17). Setelah itu pupa tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan
atau betina. Biasanya nyamuk jantan muncul / keluar lebih dahulu,
walaupun pada akhirnya perbandingan jantan – betina (sex ratio) yang
keluar dari kelompok telur yang sama, yaitu 1 : 1.(16)
d. Stadium Dewasa
Nyamuk Ae. Aegypti adalah sub genus stegomnya dengan ciri-
ciri belang-belang putih pada bagian badan dan kakinya, warna putih
pada tubuh Ae. Aegypti kelihatan mengkilap.(17) Dalam kondisi
optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi
nyamuk dewasa adalah 7 hari, termasuk dua hari masa pupa.(18)
Namun biasanya pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa
mencapai 9 – 10 hari. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
13
perkembangan mulai dari nyamuk menghisap darah hingga bertelur
umumnya antara 3 – 4 hari, jangka waktu ini disebut siklus gonotropik
(gonotropic cycle). (20)
Gambar 2.3
Gambar Nyamuk Aedes Aegypti Dewasa
d. Bionomik Nyamuk
a. Tempat Perindukan
Tempat perindukan nyamuk Ae. Aegypti yang utama adalah
tempat-tempat penampungan air di dalam atau sekitar rumah atau di
tempat-tempat umum yang biasanya tidak melebihi jarak 500 m dari
rumah. Tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang
tertampung disuatu tempat atau wadah, nyamuk ini tidak dapat
berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan
tanah.
Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk Ae. Aegypti dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Tempat Penampungan Air (TPA), untuk keperluan sehari-hari,
seperti : drum, tangki, reservoir, tempayan, bak mandi / WC,
ember dan lain – lain.
2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari – hari,
seperti : tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan
barang – barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik, dan lain - lain).
14
3) Tempat penampungan air alamiah seperti : lubang pohon, lubang