8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaan Hygiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan. Hasil pengukuran evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif serta guna pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap lingkungan kerja atau perusahaan. Dengan menerapkan hygiene perusahaan kesehatan tenaga kerja atau pekerja yang dapat dilindungi dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya faktor lingkungan yang mungkin diakibatkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Jelas sifat-sifat hygiene perusahaan yaitu sasarannya adalah lingkungan kerja dan bersifat teknis-teknologi (Suma’mur, 2009:1). Tujuan hygine perusahaan dalam kesehatan kerja adalah sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin (dalam hal tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondidi yang diperlukan cukup memadai), pada pekerja atau buruh petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha, manager atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan ekonomi dan non-ekonomi formal, informal serta non-formal dengan demikian dimaksudkan untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja dalam
35
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Hygiene Perusahaan
Hygiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene
beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur
dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan
kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan. Hasil
pengukuran evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif
serta guna pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap
lingkungan kerja atau perusahaan. Dengan menerapkan hygiene perusahaan
kesehatan tenaga kerja atau pekerja yang dapat dilindungi dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya faktor lingkungan yang
mungkin diakibatkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Jelas sifat-sifat
hygiene perusahaan yaitu sasarannya adalah lingkungan kerja dan bersifat
teknis-teknologi (Suma’mur, 2009:1).
Tujuan hygine perusahaan dalam kesehatan kerja adalah sebagai alat
untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin (dalam hal
tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondidi yang diperlukan
cukup memadai), pada pekerja atau buruh petani, nelayan, pegawai negeri,
pengusaha, manager atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan ekonomi
dan non-ekonomi formal, informal serta non-formal dengan demikian
dimaksudkan untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja dalam
9
meningkatkan produktivitas, yang berdasarkan kepada perbaikan daya kerja
dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Sama’mur, 2009 :4).
C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan
kerja dan bahan-bahan kimia dala proses produksi semakin meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan
dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya
jumlah tenaga kerja. Dengan demikian banyak, pada masalah ketenagakerjaan
yang timbul termasuk didalamnya, masalah-masalah kesehatan dan
keselamatan kerja (K3). Seperti meningkatnya jumlah dan ragam sumber
bahaya ditempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan
(Notoatmodjo, 2007:362).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan mencegah, mengurangi,
bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan
konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)
perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah pada masa yang
akan datang.
10
1. Kesehatan Kerja
a. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat di
dalam suatu masyarakat pekerja dan lingkungannya.
b. Cakupan Kesehatan Kerja
Cakupan Kesehatan Kerja, antara lain :
1) Upaya Promosi Kesehatan.
2) Pengendalian Lingkungan Kerja.
3) Pemeriksaan pelayanan kesehatan, secara kelompok atau
individu.
4) Pendidikan dan pelatihan
5) Surveillance
6) Pengobatan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
7) Pertolongan pertama pada kecelakaan.
8) Upaya rehabilitas.
9) Penelitian mengenai penyebab gangguan kesehatan.
10) Konseling (Astono, 2002).
c. Prinsip Kesehatan Kerja
Hakikat kesehatan kerja mencakup dua halu, sebagai berikut :
1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja
setinggi-tingginya.
11
2) Sebagai alat untukmeningkatkan produksi yang
melandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan
produktivitas.
d. Tujuan Kesehatan Kerja
Tujuan Kesehatan Kerja adalah :
1) Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga
kerja.
3) Peraatan dan peningkatan efisiensi dan produktivitas tenaga
kerja.
4) Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan
kegairahan kerja.
5) Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan
agar terhindar dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk perusahaan.
6) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk perusahaan.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah untuk
menciptakan tenaga krja yang sehat dan produktif. Tujuan
ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja
yang memenuhi syarat, seperti suhu ruangan yang nyaman,
peneragan dan pencahayaan yang cukup, bebas dari debu,
12
sikap badan yang baik, dan alat kerja yang sesuia dengan
ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo
Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ).
e. Faktor-faktor penyebab masuknya kesehatan kerja di perusahaan,
adalah :
1) Tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat
menentukan. Tenaga kerja yang sehat akan mudah
diarahkan menjadi sumber daya yang efisien, efektif dan
produktif. Sedangkan tenaga kerja yang sakit akan
menghambat proses produksi.
2) Pekerjaan atau lingkungan kerja dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan kerja. Hal ini
baru dapat dicegah bila kesehatan kerja dapat diintensifkan
di dalam lingkungan perusahaan.
3) Kegiatan perusahaan mulai dari proses produksi sampai
dengan pemasaran hasil produksi mungkin sekali dapat
menimbulkan efek negatif kepada tenaga kerja, maka perlu
sekali pernanan kesehatan kerja dalam upaya turut
menanggulangi bahaya tersebut.
2. Keselamatan Kerja
a. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamata yang berkaitan
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,
13
landasan tempat kerja baik didarat, udara, dalam tanah, di
permukaan dan dalam air. Juga menyangkut segenap aspek
produksi dan distribusi, baik jasa maupun barang, sehingga
keselamatan kerja erat kaitannya dengan peningkatan produksi dan
produktivitas (Astono, 2002).
Keselamatan kerja menurut Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia (2007) adalah sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan, cacat da kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
b. Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja menurut Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia (2007) yaitu :
1) Melindungi tenaga kerja dan hak keselamatannya dalam
melakukan pekrjaan untuk kesejahteraan hidup dan untuk
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2) Menjamin keselamata setiap orang yang berada di tempat
kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
D. Lingkungan Kerja
1. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para
pekerja dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas.
Lingkungan kerja kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan
14
para pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat
mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja
dimana dia bekerja,maka pegawai tersebut akan betah ditempat kerjanya
untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja digunakan secara efektif
dan optimis. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja antara
bawaha dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
2. Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Ditempat kerja terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit
akibat kerja sebagai berikut :
a. Golongan fisik, seperti :
1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.
2) Radiasi dapat berupa radiasi pengion, misal berasal dari
bahan-bahan radioaktif yang dapat menyebabkan antara
lain penyakit-penyakit sistem darah dan kulit, sedangkan
radiasi non-pengion misal radiasi elektromagnetik yang
berasal dari peralatan yang mengeluarkan listrik. Radiasi
sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak pada lensa
mata.
3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat
cramps (keadaan panas badan yang tingkat suhunya).
4) Tekanan udara yang tinggi menyebabkan ketulian
permanen.
15
5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya
menyebabkan kelainan pada indera penglihatan atau
kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
a. Golongan kimiawi seperti :
1) Debu atau serbuk yang menyebabkan penyakit saluran
pernafasan.
2) Uap menyebabkan keracunan atau penyakit kulit.
3) Gas misalnya keracunan atau penyakit kulit.
4) Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis (gatal-gatal
disebabkan jamur).
5) Kabut dari racun serangga uang menimbulkan keracunan.
c. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara
melakukan pekerjaan dan lain-lain yang semuanya menimbulkan
kelelahan fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja.
d. Golongan mental-psikologis disebabkan oleh dua gangguan jiwa
yang menonjol, yaitu depresi pada hubungan yang tidak baik antara
pekerja dengan pekerja lain atau antara atasan.
D. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Terdapat dua kelompok penyebab kecelakaan, yaitu penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung atau primer
disebabkan oleh unsafe act (perilaku manusia tidak aman) dan unsafe
16
condition (kondisi lingkungan kerja yang tidak aman). Sedangkan penyebab
tidak langsung/nyata/dasar (underlying) dapat disebabkan oleh :
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadi nya kecelakaan
kerja terdiri dari :
a. Faktor lingkungan fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas
dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran,
radiasi dan kelembaban.
Faktor fisik dalam kesehatan kerja telah menguraikan
bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan
beban pekerja saat melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja. Maka dari itu lingkungan kerja
dapat mempengaruhi kesehtan dan keselamatan kerja. Lingkungan
Kerja Fisik menurut Kepmenkes RI No.
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industri sebagai berikut :
1) Kebisingan
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dari
kehidupan sehari-hai, termasuk ditempat kerja. Bahkan bunyi
17
yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari
kerja misalnya, bunyi telepon, bunyi mesin, ketik atau
komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Namun seringnya
bunyi-bunyi tersebut meski merupakan bagian dari kerja
kita,tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi
mesin-mesin yang ada pada tempat kerja yang melebihi
ambang batas pendengaran dan sebagainya. Kebisingan dapat
mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indera pendengar sampai pada ketulian.
Standar kebisingan pada ruang produksi adalah 85 dB .
Tingkat pajanan kebisingan selama satu hari pada ruang proses
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Pemaparan Kebisingan selama sehari
No. Tingkat Kebisingan (dB) Pemaparan Harian.
1 85 8 jam
2 88 4 jam
3 91 2 jam
4 94 1 jam
5 97 30 menit
6 100 15 menit
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405 tahun 2002
Ada beberapa cara sederhana untuk menentukan, bahwa tingkat suara
di tempat kerja terlalu keras, yaitu :
18
a) Apabila anda harus berteriak atau berbicara keras dari
jarak rentan tangan, untuk dimengerti oleh lawan
bicara anda.
b) Apabila telinga terasa berdengung setelah
meninggalkan lokasi.
c) Merasa pusing atau mengantuk karena kebisingan.
Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan
efek jangka pendek dan jangka panjang pada
pendengaran. Semakin tinggi intensitas dari
kebisingan, potensi untuk menimbulkan berbagai
gangguan seperti, kehilangan pendengaran sementara
sampai permanen, pusing, mengantk, tekanan darah
tinggi, stres emosional yang dapat diikuti sakit maag,
sulit tidur dan sakit jantung dan kehilangan
konsentrasi. Adapun upaya yang dilakukan untuk para
pekerjanya sendiri adalah dengan menggunakan alat
pelindung seperti penyumbat telinga (ear plug dan
ear mug) (Anies, 2005:91-93).
2) Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan hanya
saja akan menambah beban kerja karena mengganggu
pelaksanaan pekerjaan, tetapi juga dapat menimbulkan
kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan
kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan higienis.
19
Penerangan yang kurang juga akan menyebabkan kelelahan
fisik dan mental bagi para pekerja. Umur juga dapat
mempengaruhi pencahayaan dengan bertambahnya umur
dapat menurunkan penglihatannya. Minimal pencahayaan
pada ruang produksi adalah 100-200 lux.
3) Kelembaban
Kelembaban pada suatu ruang produksi dapat
mempengaruhi aktivitas pekerja, aka dari itu perlu kita
ketahui kelembaban produksi adalah 65-95%.
4) Suhu
Suhu pada suatu ruang produksi dapat mempengaruhi
aktivitas kerja, maka dari itu kita ketahui kelembaban ruang
produksi adalah 18-30oC.
Pengendalian lingkungan kerja dalam rangka upaya
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat kerja
ditinjau dari aspek pendekatan epidemiologik pada
dasarnya ditnjukkan pada upaya penemuan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Secara kronologis,
terjadinya kecelakaan akibat kerja pada dasarnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Kecelakaan timbul karena adanya penyebab yaitu
kerja (perbuatan) dan keadaan (kondisi) yang tidak
aman.
20
b) Kerja (perbuatan) dan keadaan yang tidak aman
ditimbulkan oleh kesalahan manusia sebagai tenaga
kerja.
c) Kesalahan manusi disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain lingkungan kerja, kondisi sosial
ekonomi, tingkat pengetahuan dan keterampilan
serta adat kebiasaan (Rachman dkk, 1990:131).
b. Faktor lingkungan kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan
(inhalation), kulit (skin absorption), tertelan (ingestion). Racun
dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-
duanya.
1) Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan
kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak.
Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh
yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan
basa , fosfor.\
2) Iritasi : iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di
tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti
eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang
hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan
oedema (bengkak). Contoh : Kulit : asam, basa,pelarut,
minyak. Dan pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,