BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kuku Kuda Kuku merupakan organ tubuh yang penting bagi kehidupan kuda. Kuku kuda mempunyai fungsi dan peran yang cukup berat, sehingga rentan akan terjadinya kelainan dan penyakit. Kelainan atau penyakit pada kuku kuda dapat disebabkan oleh kelainan konformasi, faktor kongenital, kesalahan penapalan dan perawatan yang tidak baik, sehingga kuku kuda harus dirawat dengan baik dan teratur (Putro 2008). Penyakit kuku yang sering terjadi pada kuda adalah laminitis. Gambar 1 Anatomi kuku kuda (Sumber: Floyd & Mansmann 2007). 2.2 Laminitis dan Founder Laminitis merupakan peradangan pada laminae, jaringan tipis yang menghubungkan dinding kuku dengan coffin bone/os phalanx III dan struktur lain Heel Lateral groove of frog Coronary groove Hoof wall Frog Central groove of frog Insensitive laminae Perioplic groove Space occupied by cunnean part of digital cushion Bulbs of the heels white line Bar Sole
21
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · akut, sedangkan founder merupakan tahapan kedua dari laminitis yang dibiarkan ... Faktor pemicu laminitis dibawa secara hematogen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kuku Kuda
Kuku merupakan organ tubuh yang penting bagi kehidupan kuda. Kuku
kuda mempunyai fungsi dan peran yang cukup berat, sehingga rentan akan
terjadinya kelainan dan penyakit. Kelainan atau penyakit pada kuku kuda dapat
disebabkan oleh kelainan konformasi, faktor kongenital, kesalahan penapalan dan
perawatan yang tidak baik, sehingga kuku kuda harus dirawat dengan baik dan
teratur (Putro 2008). Penyakit kuku yang sering terjadi pada kuda adalah
laminitis.
Gambar 1 Anatomi kuku kuda (Sumber: Floyd & Mansmann 2007).
2.2 Laminitis dan Founder
Laminitis merupakan peradangan pada laminae, jaringan tipis yang
menghubungkan dinding kuku dengan coffin bone/os phalanx III dan struktur lain
HeelLateral groove of frog
Coronary groove
Hoof wall
Frog
Central groove of frog
Insensitive laminae Perioplic
groove
Space occupied by cunnean part of digital cushion
Bulbs of the heels
white line
Bar
Sole
pada kaki kuda. Laminae berperan penting dalam memantapkan tulang pada
bagian dalam kaki, ketika terjadi peradangan pada laminae kekokohan tulang
mengalami gangguan dan tulang mengalami kerusakan (Gambar 2). Peradangan
pada kejadian laminitis diawali dengan ischemia dan kematian sel. Kematian sel
terjadi karena tidak memperoleh suplai nutrisi dari pembuluh darah (Redden
1998). Laminitis menimbulkan ancaman bagi semua kuda dan secara umum
dianggap sebagai salah satu penyakit yang paling penting pada kuda dan
mempengaruhi kesejahteraan kuda. Pengaruh laminitis dapat menyebabkan
stamina kuda menurun dan sakit di daerah digit yang parah, sehingga kuda tidak
mampu beraktivitas dengan baik (Collins et al. 2010).
Gambar 2 Struktur internal kuku kuda (Sumber: Pollitt 2001).
Menurut Rooney (2007), founder dan laminitis merupakan dua
terminologi yang dapat saling menggantikan karena memiliki arti serupa (Gambar
3). Keadaan tersebut secara terminologi merujuk pada dua tahapan yang berbeda
dalam penyakit yang sama serta dengan penanganan yang dilakukan secara
bersamaan. Laminitis dapat didefinisikan sebagai kondisi laminae kaki rusak
karena aliran darah menuju laminae terhambat, peradangan dan luka yang bersifat
akut, sedangkan founder merupakan tahapan kedua dari laminitis yang dibiarkan
berlanjut tanpa terapi.
Founder diawali dengan dinding kuku/wall yang terus tumbuh dalam
keadaan tidak normal, sehingga merusak laminae dan memisahkan wall dengan
tulang/os phalanx III. Tulang tersebut kemudian berputar dan terdorong menuju
bagian telapak kaki/sole, dan pada kasus yang serius diikuti dengan
menembusnya/penetration os phalanx III ke bagian sole (Rooney 2007). Menurut
Pollitt (2007), os phalanx III juga dapat menembus hoof capsule, merusak arteri,
vena, dan menimbulkan rasa sakit yang parah.
Gambar 3 Radiograf founder (Laminitis Kronis) yang diikuti rotasi os phalanx III
(Sumber: Farrow 2006). 2.3 Kausa
Kepekaan pemilik hewan atau owner seharusnya menjadi petunjuk serta
pendukung diagnosis karena sejarah yang diberikan dapat membantu dokter
hewan untuk mendiagnosis dan menentukan prognosis. Menurut Redden (1998),
kasus laminitis dapat dikelompokkan berdasarkan breed, penggunaan/aktivitas
dan paling banyak menyerang kuda dewasa, serta jarang ditemukan pada kuda
berusia kurang dari satu tahun. Laminitis dapat terjadi karena berbagai faktor dan
permasalahan umum yang mendahului terjadinya laminitis diantaranya:
1. Kelebihan konsumsi gandum atau rumput (terutama pada hewan yang
obesitas).
2. Demam yang berkepanjangan.
3. Kolik.
4. Retained placenta.
5. Pneumonia.
6. Pleuritis.
7. Potomac horse fever.
8. Salmonella colitis.
9. Stress.
10. Unilateral lameness.
Menurut Bergsten (2003) penyakit ini dapat disebabkan oleh asupan
karbohidrat berlebihan, perubahan setelah melahirkan, pemotongan kuku, lantai
pijakan yang keras, dan pemusatan berat tubuh pada satu kaki karena pincang.
Morrison (2010), mengemukakan bahwa laminitis dapat terjadi secara akut,
subakut, dan berkembang menjadi tahap yang kronis dengan berbagai tingkatan
kegagalan struktural, serta kegagalan mekanis dari digit.
Pendapat lain menyatakan bahwa penyebab laminitis tidak diketahui, akan
tetapi ada beberapa keadaan yang sering mendahului kasus laminitis. Hewan
dalam keadaan ini dapat beresiko tinggi mengalami laminitis dan keadaan ini
dapat terjadi tunggal maupun kombinasi (Van et al. 2010). Beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya laminitis diantaranya:
1. Obesitas/kegemukan.
Kuda yang mengkonsumsi rumput atau gandum secara berlebihan dan tidak
disertai dengan latihan rutin dapat memicu terjadinya kegemukan (obesitas).
Pemberian pakan dalam keadaan stress juga dapat mempengaruhi
metabolisme tubuh, sehingga terjadi akumulasi karbohidrat non-struktural
(NSC, yaitu gula, pati atau fructan). Akumulasi karbohidrat tersebut tidak
mampu dicerna semua di foregut sehingga dipindah ke hindgut dan
difermentasi di sekum. Karbohidrat yang difermantasi di sekum menyebabkan
proliferasi bakteri gram positif yang memproduksi asam laktat dan terjadi
peningkatan keasaman (asidosis). Keadaan tersebut membunuh dan melisiskan
sebagian besar bakteri sehingga mengakibatkan pengeluaran toksin yang
berasal dari dinding sel dan material genetik dari bakteri tersebut (endotoksin,
eksotoksin, microbial DNA) (Pollitt 2008). Permeabilitas usus yang
meningkat akibat iritasi lapisan usus oleh keasaman tinggi menyebabkan
endotoksin dan eksotoksin akan diserap ke dalam darah. Endotoxemia dalam
sirkulasi sangat mengganggu terutama pada bagian kaki. Hal tersebut dapat
menyebabkan laminitis (Pollitt & Visser 2010; Tóth et al. 2009).
2. Racun tanaman.
Laminitis dapat terjadi sebagai komplikasi dari beberapa tanaman yang
beracun. Racun dari tanaman dapat menyebabkan kerusakan sistem
pencernaan atau perubahan pergerakan dan fungsi yang dapat menginduksi
terjadinya laminitis, gejala klinis terlihat seperti keadaan keracunan. Saat
racun tanaman masuk dan mengikuti sirkulasi darah dapat menyebabkan
sirkulasi terganggu sampai terjadi hemolisis pada bagian kaki sehingga suplai
nutrisi dan oksigen untuk daerah kaki berkurang, laminae menjadi rusak dan
dapat mengakibatkan terjadinya laminitis (Kellon 2007).
3. Iatrogenik.
Pemberian sediaan kortikosteroid pada kuda rentan menyebabkan laminitis.
Kortikosteroid tidak menginduksi laminitis setiap kali digunakan, tetapi ada
risiko yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan kortikosteroid.
Kortikosteroid yang diinduksikan pada kuda biasanya cepat berkembang
menjadi founder/penetration os phalanx III. Pemberian kortikosteroid dalam
jangka panjang, seperti triamcinolone dan dexamethasone untuk mengobati
gatal juga sangat berbahaya, bahkan campuran obat-obatan yang mengandung
kortikosteroid dapat menyebabkan laminitis, sehingga penggunaan
kortikosteroid untuk pengobatan laminitis merupakan kontraindikasi (Kellon
2007).
4. Hormonal.
Kasus laminitis pada hewan tua terjadi karena neoplasia pars intermedia
kelenjar hipofisis, polydipsic, diabetes dan hipotiroid Laminitis yang terjadi
merupakan kelanjutan dari tumor yang diderita oleh kuda (Kellon 2007).
5. Kecelakaan, trauma mekanik dan stress.
Laminitis dapat terjadi karena latihan yang terus menerus, perjalanan pada
kondisi yang panas/dingin, lantai pijakan yang keras (Redden 1998).
6. Kelebihan senyawa nitrogen.
Pakan herbivora biasanya dilengkapi dengan unsur NPN (Non Protein
Nitrogen). Unsur tersebut merupakan komponen dalam nutrisi hewan yang
terdiri atas urea, biuret, dan amoniak. Senyawa tersebut bukan protein, tetapi
dapat diubah menjadi protein oleh mikroba di dalam usus, jika konsentrasi
urea sangat tinggi dalam tubuh dapat menekan pertumbuhan, mempengaruhi
osmolaritas dan amonia yang diserap tubuh yang dapat menjadi racun. Racun
tersebut akan beredar dalam darah sampai pada bagian kaki dan dapat
menyebabkan laminitis. Laminitis juga dapat terjadi karena mengkonsumsi
langsung bahan pupuk yang mengandung nitrat dan saat musim semi
metabolisme alam dalam menghasilkan nitrogen meningkat di dataran rendah
yang dipenuhi padang rumput, sehingga rumput yang dikonsumsi kuda dapat
mengakibatkan gangguan hati dan ketidakseimbangan detoksikasi yang
selanjutnya dapat berujung pada kejadian laminitis (Frape 2010).
7. Penyebab lain yang dapat mendukung terjadinya laminitis adalah Hipofisis
Pars Intermedia Disfungsi (HPID) atau Cushing’s Syndrome. HPID adalah
kelainan patologi kelenjar endokrin (endocrinopathy) yang menyerang kuda
tua dan dampak lanjutan dari kelainan tersebut adalah laminitis dan diabetes
tipe II (Schott 2004).
8. Penyakit Cushing Peripheral (Equine Metabolic Syndrome) merupakan
penyakit metabolisme yang melibatkan kortisol dan resistensi insulin.
Kejadian ini memiliki kesamaan dengan diabetes tipe II pada manusia.
Adipocytes perifer (sel-sel lemak) mensintesis adipokinase yang sejalan
dengan kortisol, sehingga gejalanya seperti Cushing’s Syndrome (Kellon
2007).
9. Retained placenta terjadi sesaat setelah proses kelahiran, yaitu plasenta sulit
dikeluarkan dan jika tetap berada dalam rahim akan menjadi racun serta
sistemik ke dalam aliran darah yang selanjutnya dapat menyebabkan laminitis
(Redden 1998).
10. Kesalahan pemotongan kuku dan pemasangan ladam (sepatu kuda).
Kasus laminitis dapat terjadi pada kuda yang mengalami kesalahan dalam
pemotongan kuku dan pemasangan sepatu kuda (horseshoeing). Proses
pemasangan sepatu kuda biasanya diawali dengan pemotongan kuku kuda
terlebih dahulu. Pemotongan kuku yang salah (kuku dipotong terlalu dalam)
yang mengenai bagian dalam kuku dapat menjadi penyebab terjadi laminitis.
Kuku kuda dilindungi oleh dinding kuku yang memiliki ketebalan sekitar 1
cm. Dinding kuku tersebut membagi bagian luar, bagian dalam dinding kuku
dan white line. White line merupakan unsur tipis dan rapuh yang
menghubungkan dinding kuku bagian dalam dan sole yang selalu tumbuh
sekitar 8 mm pada tiap bulan. Unsur tersebut jika mengalami kerusakan atau
trauma akibat pemotongan kuku dan pemasangan ladam yang tidak benar
dapat memicu terjadinya peradangan pada jaringan atau unsur disekitarnya
termasuk peradangan pada laminae (laminitis) (Karle et al. 2010).
11. Ras/breed.
Kasus laminitis dapat dikelompokkan berdasarkan ras/breed (Redden 1998).
Kuda poni yang gemuk memiliki insidensi yang tinggi terhadap laminitis,
selain itu kuda jenis Thoroughbred, Arabians Horse, American Quarter Horse,
American Saddlebreds, dan kuda persilangan juga memiliki peluang untuk
menderita laminitis. Hal tersebut dikarenakan kuda jenis tersebut biasa
digunakan untuk pertandingan atau pacuan, serta konformasi tulang dan
substansi otot yang lebih jika dibandingkan dengan jenis kuda lainnya
(Edwards 1973). Jenis ras lain yang memiliki peluang menderita laminitis
diantaranya, Warmblood dan Lusitano. Jenis kuda Warmblood merupakan
jenis kuda yang memiliki substansi tulang, dan otot yang lebih dibandingkan
dengan keturunan lainnya (Marcella 2006). Kuda jenis Lusitano merupakan
kuda dengan berat badan sekitar 500 kg namun memiliki bentuk kaki kecil,
sehingga beban kaki dalam menopang tubuh sangat besar dan hal tersebut
dapat menjadi predisposisi terjadinya laminitis pada kuda jenis tersebut
(Huggett 2010).
2.4 Patogenesis
Etiopatogenesis dari laminitis terjadi secara kompleks dan melibatkan
berbagai jenis jaringan, diawali dengan faktor biomekanik, trauma, inflamasi,
vascular, toksin, dan metabolisme. Mediator vasoaktif (amines) yang dilepaskan
dari usus besar saat terjadi overload carbohydrate menyebabkan konstriksi vena
sehingga mengakibatkan edema laminae dan penurunan perfusi kapiler.
Arteriovenous shunt (peralihan aliran darah arteri ke vena dan sebaliknya) dipaksa
untuk membuka sehingga aliran darah mengalir melalui rute “bypass” melewati
kapiler laminae. Akibatnya terjadi ischaemia yang diikuti dengan reperfusi dan
terpisahnya laminae (Rendle 2006).
Kehilangan glukosa dan keberadaan reaktif oksigen spesies (ROS) hasil
dari ischaemia dan kegagalan reperfusi merupakan aktivator potensial dalam