BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vitamin A 1. Pengertian vitamin A Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau minyak. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu tinggi (Soejarwo, 2002,p.49) Vitamin A merupakan komponen penting dari retina (selaput jala), maka fungsi utama adalah untuk penglihatan. Disamping itu vitamin A juga membantu pertumbuhan dan mempunyai peranan penting dalam jaringan epitel (Karta Sapoetra & Warsetyo, 2003,p.31). 2. Sumber vitamin A Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin A, ASI tetap menjadi sumber yang penting dari vitamin A dan karoten (zat gizi yang banyak terdapat secara alami dalam buah-buahan dan sayur-sayuran). Karoten dapat membantu sistem kekebalan tubuh. Hati, telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh manusia dapat sintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang 9 Draft Only
26
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vitamin A - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/138/jtptunimus-gdl-tripatmawa... · tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Vitamin A
1. Pengertian vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam
lemak atau minyak. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali
tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu
tinggi (Soejarwo, 2002,p.49)
Vitamin A merupakan komponen penting dari retina (selaput
jala), maka fungsi utama adalah untuk penglihatan. Disamping itu
vitamin A juga membantu pertumbuhan dan mempunyai peranan penting
dalam jaringan epitel (Karta Sapoetra & Warsetyo, 2003,p.31).
2. Sumber vitamin A
Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta
fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin
A, ASI tetap menjadi sumber yang penting dari vitamin A dan karoten
(zat gizi yang banyak terdapat secara alami dalam buah-buahan dan
sayur-sayuran). Karoten dapat membantu sistem kekebalan tubuh. Hati,
telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin
A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh
manusia dapat sintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang
9
Draft O
nly
10
terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna, seperti wortel,
tomat, apel, semangka, dan sebagainya (Dinkes Jateng, 2007)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak bisa
diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk memperolehnya harus di
ambil dari sumber diluar tubuh terutama dari sumber alam, seperti bahan
sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, hewani dan bahan-bahan
olahan lainnya. Berikut bahan-bahan yang diketahui mengandung bahan
utama pembentuk Vitamin A. (Desi & Dwi, 2009,p.21)
Tinggi Sedang Rendah
Minyak ikan,
minyak kelapa
sawit.
Hati ayam, ubi
jalar, wortel,
bayam.
Roti, daging sapi,
kentang, ikan.
3. Kekurangan vitamin A
Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan beberapa gangguan
terhadap kesehatan tubuh, antara lain (Depkes RI, 2005) :
a. Hemeralopia atau rabun ayam, rabun senja;
b. Frinoderma, pembentukan epitel kulit tangan dan kaki
terganggu, sehingga kulit tangan dan / atau tampak bersisik;
c. Perdarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru;
d. Kerusakan pada kornea dengan menimbulkan bintik, seroftalmin
(kornea mengering), dan akhirnya kerotik;
e. Terhentinya proses pertumbuhan;
Draft O
nly
11
f.Terganggunya pertumbuhan bayi
4. Kebutuhan vitamin A
Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk anak balita 250
mikrogram retinol (vitamin A) atau 750 mikrogram beta-karotin
sehari (Kardjati, dan Alisjahbana, 2005,p.75). Sedangkan kebutuhan
wanita menyusui berumur 19 tahun keatas dianjurkan mengkonsumsi
1.300 mikrogram vitamin A per hari. Vitamin A atau aseroftol
mempunyai fungsi-fungsi penting di dalam tubuh yaitu
(Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003,p.31) :
a. Pertumbuhan sel-sel epitel;
b. Proses oksidasi dalam tubuh;
c. Mengatur rangsang sinar pada saraf mata.
5. Konsumsi kapsul vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar
dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan
daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan
penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2005)
Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk
memelihara kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui. Buta
senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena kurang
vitamin A (KVA). Berhubungan erat pada kejadian anemia pada ibu,
kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya resiko infeksi dan
Draft O
nly
12
penyakit reproduksi, serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga
dua tahun setelah melahirkan (Dinkes Jateng, 2007)
Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus
gizi baik dan tinggal di Negara maju, terlahir dengan cadangan vitamin A
yang terbatas dalam tubuhnya (hanya cukup memenuhi kebutuhan untuk
sekitar dua minggu). Di Negara berkembang, pada bulan-bulan pertama
kehidupannya, bayi sangat bergantung pada vitamin A yang terdapat
dalam ASI. Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa ASI mengandung
cukup vitamin A.
Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan beresiko
lebih tinggi terkena Xeropthalmia dibandingkan dengan anak-anak yang
mendapatkan ASI walau hanya dalam jangka waktu tertentu. Berbagai
studi yang dilakukan mengenai vitamin A ibu nifas memperlihatkan hasil
yang berbeda-beda.
Anak-anak usia enam bulan yang ibunya mendapatkan kapsul
vitamin A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan
jumlah kasus demam pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan
yang lebih cepat saat mereka terkena ISPA.
Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko
mengalami KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A
yang tinggi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A
melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya
Draft O
nly
13
yang paling aman. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera
memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin
A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini
masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
a. Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis
100.000 SI (warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara
serentak pada bulan Februari dan Agustus.
b. Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan
dosis 200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali
secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.
c. Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu
kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan
agar bayi memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI (Depkes
RI, 2003).
B. Masa Nifas
Nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil. Dalam
bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut puerperium,
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan
jadi puerperium masa setelah melahirkan bayi. (Waryana, 2010,p.59)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
Draft O
nly
14
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Waryana,
2010,p.59). Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang
melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (Nifas)
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.
(Wulandari, 2010,p.90
1. Tahap-tahap masa nifas
Nifas dibagi menjadi 3 tahap :
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lainnya 6-8
minggu.
c. Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. (Waryana, 2010,p.59)
2. Perubahan yang terjadi pada masa nifas (Suherni, 2008,p.77) :
Draft O
nly
15
a. Posisi uterus atau tinggi fundus uteri kembali keukuran atau bentuk
semula.
b. Pengeluaran kolostrum atau ASI.
c. Penurunan berat badan.
C. Perilaku kesehatan
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia
itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
1. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Vitamin A
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003,p.13) ada
3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun
kelompok sebagai berikut:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya. Dapat dijelaskan bahwa, untuk
berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu
Draft O
nly
16
nifas diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang
manfaat pemeriksaan ibu nifas, baik bagi kesehatan sendiri dan
bayinya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan
sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat
ibu untuk periksa masa nifasnya. Misalnya, orang yang sudah
melahirkan tidak perlu memeriksakan diri karena sudah
dianggap sudah tidak apa-apa. Faktor-faktor ini terutama yang
positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering
disebut faktor pemudah.
b. Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air
bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah