Top Banner
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbankan 1. Pengertian Lembaga Bank Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan) menjelaskan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perbankan menjelaskan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam Black’s Law Dictionary, bank dirumuskan sebagai An institution, usually incopated, whose business to receive money on deposit, casj, checks or drafts, discount commercial paper, make loans, and issue promissory notes payable to bearer known as bank notes. Menurut Charlie Rudyat dalam bukunya Kamus Hukum menyatakan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014 Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
52

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbankan 1 ...repository.uib.ac.id › 473 › 6 › S-1051009-chapter2.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbankan 1. Pengertian

Feb 08, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Perbankan

    1. Pengertian Lembaga Bank

    Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

    tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

    Perbankan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan)

    menjelaskan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

    tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

    proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam Pasal 1 ayat (2)

    Undang-Undang Perbankan menjelaskan bahwa Bank adalah badan

    usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

    dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau

    bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

    banyak.

    Dalam Black’s Law Dictionary, bank dirumuskan sebagai An

    institution, usually incopated, whose business to receive money on

    deposit, casj, checks or drafts, discount commercial paper, make loans,

    and issue promissory notes payable to bearer known as bank notes.

    Menurut Charlie Rudyat dalam bukunya Kamus Hukum

    menyatakan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang bergerak

    dalam bidang keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 7

     

    dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

    dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

    meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank juga merupakan suatu

    badan usaha yang berfungsi menyimpan, menukar, membayar,

    menerima pembayaran uang tunai atau alat-alat pembayaran yang

    berwujud surat-surat berharga lainnya berdasarkan ketentuan-

    ketentuan dan pertauran-peraturan yang berlaku.

    Menurut Kasmir, bank memiliki pengertian sebagai berikut :

    “Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun

    dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke

    masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.2

    Prof.G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik,

    berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk

    memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya

    sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun

    dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.

    2. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank

    Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat kita

    ketahui dari ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan yang

    mengemukakan bahwa, “Perbankan Indonesia dalam melakukan

    usahanya berasakan demokarasi ekonomi dengan menggunakan prinsip

                                                                2 Kasmir, Manajemen Perbankan, cet.11, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.12

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 8

     

    kehati-hatian.” Menurut penjelasan resminya yang dimaksud dengan

    demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila

    dan Undang-Undang Dasar 1945.

    Berkaitan dengan itu, untuk memperoleh pengertian mengenai

    makna demokrasi ekonomi Indonesia itu, dalam ceramahnya di

    Gedung Kebangkitan nasional tanggal 16 Mei 1981, ahli ekonomi

    Universitas Gadjah Mada Mubiyarto merumuskan bahwa demokrasi

    ekonomi Indonesia sebagai demokrasi ekonomi Pancasila memiliki

    ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah sokoguru

    perekonomian;

    2) Perekonomian Pancasila digerakkan oleh rangsangan-

    rangsangan ekonomi, sosial, dan yang paling penting ialah

    moral;

    3) Perekonomian Pancasila hubungannya dengan Tuhan Yang

    Maha Esa, sehingga dalam Pancasila terdapat solidaritas sosial;

    4) Perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia,

    yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi.

    Mengenai apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian

    sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang

    Perbankan tidak ada penjelasannya secara resmi, tetapi dapat

    dikemukakan bahwa bank dan orang-orang yang terlibat di dalamnya,

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 9

     

    terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan

    usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing

    dengan cermat, teliti, dan profesional sehingga memperoleh

    kepercayaan masyarakat. Selain itu, bank dalm membuat

    kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya harus selalu

    mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara

    konsisten dengan didasari oleh itikad baik. Kepercayaan masyaakat

    merupakan kata kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu

    bank, dalam arti tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat suatu bank

    tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya.3

    Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal

    3 Undang-Undang Perbankan yang menyatakan bahwa, “Fungsi utama

    perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

    masyarakat.” Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai

    perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds)

    dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of

    funds).

    Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan

    tidak semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi

    kepada hal-hal yang nonekonomis seperti masalah menyangkut

    stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan

    stabilitas sosial. Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam

                                                                3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet.2, (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2012), hlm.18.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 10

     

    ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Perbankan yang berbunyi:

    “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

    nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan

    ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan

    rakyat banyak.”

    3. Jenis-Jenis Bank

    Dalam praktiknya, di Indonesia terdapat beberapa jenis

    perbankan. Menurut Undnag-Undang Perbankan, perbankan di

    Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi

    dengan menggunakan prinsip kehati-hatiaan, sehingga fungsi utama

    perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

    masyarakat. Adapun jenis bank berdasarkan fungsinya dapat dibagi

    menjadi: 4

    a. Bank sentral, yaitu Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

    Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral,

    kemudian dicabut dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

    tentang Bank Indonesia yang menyebutkan bahwa Bank Indonesia

    adalah Bank Sentral Republik Indonesia dan merupakan lembaga

    negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan

                                                                

    4 Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Cet.2, (Jakarta, Pustaka Utama Grafiti,1993), hlm. 55.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 11

     

    atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas di

    atur dalam peraturan perundang-undangan.

    Di penghujung tahun 2013, Bank Indonesia (BI) menyerahkan

    pengawasan perbankan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adapun,

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambilalih fungsi perbankan

    maka Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki wewenang yang

    meliputi kelembagaan bank mulai dari perizinan pendirian bank

    dan pengaturan serta pengawsan mengenai kesehatan bank,

    manajemen risiko bahkan pemeriksaan bank. Untuk diketahui,

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah diatur dalam Undang-Undang

    Nomor 21 Tahun 2011 yang disahkan pada tanggal 27 Oktober

    2011 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).5

    b. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha

    konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

    kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

    c. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan

    usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

    dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

    pembayaran.

    d. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan

    kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar

    kepada kegiatan tertentu. Hal tersebut dimungkinkan oleh                                                             5 http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/pengawasan-sektor-keuangan-ojk-lengkap-

    sudah/47237

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 12

     

    ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

    tentang Perbankan.

    Dalam hal mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan

    tertentu adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan

    jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi,

    pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah atau

    pengusaha kecil, pengembangan ekspor nonmigas dan

    pengembangan pembangunan perumahan. Sedangkan prinsip

    syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara

    bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan

    kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai

    dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi

    hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan

    modal (musharakah), prinsip jual-beli barang dengan memperoleh

    keuntungan (muharabah) atau pembiayaan barang modal

    berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan

    adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disebut

    dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah iqtina), sebagaimana diatur

    dalam pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

    tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

    Perbankan.

    Selain ditinjau berdasarkan fungsinya, jenis bank

    berdasarkan kepemilikannya dapat dibagi menjadi antara lain:

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 13

     

    a. Bank Milik Pemerintah, yaitu bank yang akta pendiriannya

    maupun modal pendirian sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah,

    sehingga keuntungan dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh

    bank milik pemerintah adalah Bank Mandiri, Bank Negara

    Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank

    Tabungan Negara (BTN).

    b. Bank Milik Swasta Nasional, yaitu bank yang hanya dapat

    didirikan dan menjalankan usahanya setelah mendapat izin dari

    pimpinan Bank Indonesia yang mana seluruh saham atau

    sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional,

    sehingga keuntungannya menjadi milik swasta pula.

    Ketentuan-ketentuan tentang perizinan, bentuk hukum dan

    kepemilikan bank umum swasta dietrapkan dalam pasal 16,

    pasal 21 dan pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

    tentang Perbankan yang kemudian pasal-pasal tersebut diubah

    dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Sedangkan

    syarat-syarat untuk pendiriannya sebelum ini diatur dalam

    Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

    220/K.MK.017/1993 tentang Bank Umum. Setelah

    diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

    tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

    tentang Perbankan pada 10 November 1998, maka pendirian

    bank umum diatur dengan Surat Keputusan Direksi Bank

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 14

     

    Indonesia No.32/33/KEP/DIR tentang Bank Umum tanggal 12

    Mei 1999. Contoh bank milik swasta nasional adalah Bank

    Central Asia, Bank Mega, Bank Danamon, Bank Bumi Putra,

    Bank Internasional Indonesia.

    c. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama

    oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di

    Indonesia dan didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau

    badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga

    negara Indonesia, dengan satu atau lebih bak yang

    berkedudukan di luar negeri. Ketentuan tentang pendirian

    Bank Campuran diatur dan ditetapkan dalam pasal 17 Undang-

    Udnang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Syarat-

    syarat pendirian bank campuran semula diatur dalam Surat

    Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

    No.1068/KMK.00/1998 tentang pendirian bank campuran

    tanggal 28 Oktober 1988. Dalam Undang-Undang Nomor 10

    Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7

    Tahun 1992 tentang Perbankan, bank campuran ini tidak

    disebutkan lagi dalam pasal 1 yang telah diubah. Ketentuan

    tentang pendirian bank campuran yakni pasal 17 Undang-

    Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan juga dihapus.

    Namun, dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

    1998 menyatakan bahwa bank umum selain dapat didirikan

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 15

     

    oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia

    dapat didirikan oleh warga negara asing dan badan hukum

    asing secara kemitraan. Dan tata cara pendirian bank kemitraan

    maupun bank umum tersebut akan diatur oleh Bank Indonesia,

    namun pasal 69 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

    No.32/33/KEP/DIR tahun 1998 menyatakan bahwa bank

    campuran yang telah ada sebelum adanya Surat Keputusan

    Direksi Bank Indonesia No.32/33/KEP/DIR tersebut

    pengertiannya sama dengan pengertian bank umum, artinya

    pendirian bank campuran sama dengan pendirian bank umum

    biasa. Contoh bank campuran adalah Bank Finconesia, Bank

    Merincorp, Bank PDFCI, Bank Sakura Swadarma, Ing Bank,

    Inter Pacific Bank, dan Mitsubishi Buana Bank.

    d. Bank Milik Pemerintah Daerah, yaitu bank pembangunan

    daerah. Berdasarkan pasal 54 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

    1992 tentang Perbankan dimana dinyatakan bahwa Undang-

    Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan

    pokok Bank Pembangunan Daerah dinyatakan hanya berlaku

    untuk jangka waktu 1 tahun sejak mulai berlakunya Undang-

    Undang tersebut, maka bentuk Bank Pembangunan Daerah

    (BPD) tersebut akan disesuaikan menjadi bank umum sesuai

    dengan Undang-Undang Perbankan tahun 1992. Contoh bank

    milik pemerintah daerah adalah Bank DKI, Bank Jabar, Bank

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 16

     

    Jateng, Bank Jatim, Bank DIY, Bank Riau, Bank Sulawesi

    Selatan, dan Bank Nusa Tenggara Barat.

    4. Kegiatan Usaha Bank

    Kegiatan usaha bank secara umumnya adalah pengumpulan

    dana, pemberian kredit, mempermudah sistem pembayaran dan

    penagihan, serta pemberian jasa keuangan lainnya misalnya pemberian

    bank garansi, menyewakan tempat penyimpanan barang-barang

    berharga (safe deposit box), melakukan kegiatan penyertaan modal,

    berusaha dalam kegiatan dana pensiun, kegiatan penitipan untuk

    kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak (trust) dan sebagainya.

    Secara garis besar kegiatan jasa perbankan tersebut bila dilihat dari

    segi pendapatannya maka dikenal dengan jasa yang menghasilkan

    pendapatan berupa bungan seperti pemberian kredit, pendapatan non

    bunga (fee based income) seperti dari menyewakan safe deposit box,

    transaksi valuta asing, bank garansi dan sebagainya. 6

    Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

    mengatur bahwa kegiatan usaha bank perbankan Indonesia harus

    sesuai dengan jenis banknya, yaitu bahwa jenis bank menentukan

    kegiatan usaha yang dapat dilakukannya maka kegiatan usaha yang

    dapat dilakukan bank konvensional akan jauh berbeda dengan usaha

    yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, begitu pula kegiatan usaha

                                                                6 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia. Cet.3, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

    2000), hlm. 140.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 17

     

    bank umum akan banyak berbeda pula dengan usaha yang dapat

    dilakukan oleh bank perkreditan rakyat.

    Di dalam ketentuan pasal 6 Undang-Undang Perbankan,

    mengatur bahwa usaha bank umum meliputi:

    a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

    giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau

    bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

    b. Memberikan kredit;

    c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

    d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri untuk

    kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

    1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh

    bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada

    kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud,

    2) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang

    masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam

    perdagangan surat-surat dimaksud,

    3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan

    pemerintah,

    4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

    5) Obligasi,

    6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu)

    tahun,

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 18

     

    7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai

    dengan 1 (satu) tahun,

    e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

    kepentingan nasabah;

    f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan

    dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana

    telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana

    lainnya;

    g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan

    melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

    h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

    i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

    berdasarkan suatu kontrak;

    j. Melakukan penempatan dana dari nasabah lainnya dalam bentuk

    surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

    k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan

    wali amanat;

    l. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank

    sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang in dan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Disamping usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum

    sebagaimana disebutkan diatas, Bank Umum dapat pula:

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 19

     

    a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi

    ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

    b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau

    perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,

    modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring

    penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan

    yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

    c. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana

    pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peratuan perundang-

    undangan dana pensiun yang berlaku.

    Dalam ketentuan pasal 13 Undang-Undang Perbankan,

    mengatur bahwa usaha bank perkreditan rakyat meliputi:

    a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

    berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya

    yang dipersamakan dengan itu;

    b. Memberikan kredit;

    c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan

    prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

    Bank Indonesia;

    d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia

    (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau

    tabungan pada bank lain.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 20

     

    Dalam Undang-Undang tentang Perbankan juga mengatur

    adanya larangan bank perkreditan rakyat dalam melakukan usaha-

    usahanya antara lain sebagai berikut:

    a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas

    pembayaran;

    b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;

    c. Melakukan penyertaan modal;

    d. Melakukan usaha perasuransian;

    e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana

    diatur dalam peraturan perbankan.

    5. Sumber Dana Bank

    Pengertian sumber dana bank menurut Kasmir (2012;50)

    adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.

    Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah simpanan

    dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Kemudian untuk

    membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri,

    yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan dana

    disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut.

    Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang

    ditanggung. Secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari:

    a. Dana yang berasal dari Bank itu sendiri

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 21

     

    Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri)

    maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam bank.

    Perolehan dana ini biasanya digunakan apabila bank

    mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar.

    Kemudian dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank.

    Misalnya apabila bank hendak melakukan perluasan usaha atau

    mengganti berbagai sarana dan prasarana yang lama dengan

    yang baru. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank

    itu sendiri terdiri dari:

    1) Setoran modal dari pemegang saham yaitu, merupakan

    modal dari para pemegang saham lama atau pemegang

    saham baru,

    2) Cadangan laba, yaitu merupakan laba setiap tahun

    dicadangkan oleh bank dari sementara waktu belum

    digunakan,

    3) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahun

    berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang

    saham.

    b. Dana yang berasal dari Masyarakat luas

    Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi

    kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan

    bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

    Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 22

     

    menggunakan tiga macam jenis simpanan (rekening). Masing-

    masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri,

    sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan

    sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah simpanan

    giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.

    c. Dana yang berasal dari Lembaga lain

    Dalam praktiknya, sumber dana yang ketiga ini merupakan

    tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian

    sumber dana pertama dan kedua diatas. Pencairan dari sumber

    dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu

    saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan

    untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.

    Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:

    1) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan

    kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank

    yang mengalami kesulitan likuiditasnya.

    2) Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman

    ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah

    kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu

    untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat

    jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika

    dibandingkan dengan pinjaman lainnya.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 23

     

    3) Pinjaman dari bank-bank luar negeri merupakan

    pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak luar

    negeri.

    4) Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Dalam hal ini

    pihak perbankan menerbitkan SPBU kemudian

    diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik

    perusahaan keuangan maupun non keuangan. SPBU

    diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga

    sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.

    6. Pihak Terafiliasi pada Bank

    Pengertian pihak terafiliasi pada bank adalah pihak yang

    mempunyai hubungan dengan kegiatan serta pengelolaan usaha jasa

    pelayanan yang diberikan oleh bank, hubungan tersebut melalui cara

    menggabungkan dirinya pada bank tersebut tetapi dengan tidak

    kehilangan identitasnya. Penggabungan diri tersebut karena keterkaitan

    kepemilikan bahkan adanya keterkaitan hubungan keluarga dengan

    pihak tertentu, pengurusan maupun hubungan karena kerja biasa

    seperti karyawan, atau karena hubungan kerja dalam rangka

    memberikan jasa pelayananan jasanya kepada bank seperti konsultan

    hukum.7

                                                                7 Ibid, hlm.238.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 24

     

    Pengertian di atas belumlah secara jelas menentukan pihak

    terafiliasi pada lembaga perbankan, dapat dilihat dari ketentuan pasal 1

    pasal 1 angka 22 Undang-Undang Perbankan. Ketentuan tersebut

    menentukan pihak-pihak yang terafiliasi yaitu:

    a. Anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau kuasanya,

    pejabat, atau karyawan bank;

    b. Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya,

    pejabat, atau karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk

    hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku;

    c. Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain

    akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan

    lainnya;

    d. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta

    mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham

    dan keluarganya, keluarga Komisaris, keluarga pengawas,

    keluarga direksi, keluarga pengurus.

    B. Tinjauan Umum Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Perbankan

    Dalam Hukum Perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan

    yaitu:

    1. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Relation Principle)

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 25

     

    Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi

    hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana

    masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga

    setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap

    memleihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip

    ini merupakan tulang punggung dari suatu bank yang dapat

    mendukung kemajuan bank. Dengan kokohnya kepercayaan yang

    diterima oleh bank dari masyarakat, maka akan dapat memberikan

    eksistensi dan value yang baik terhadapa bank tersebut.

    Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 Ayat (3)

    Undang-Undang Perbankan yang menyebutkan bahwa “Dalam

    memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

    dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh

    cara-cara yang tidak merugiakan bank dan kepentingan nasabah

    yang mempercayakan dananya kepada bank”

    2. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)

    Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan

    bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya

    wajib bersikap hati-hati dalam rangka melindungi dana masyarakat

    yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2

    Undang-Undang Perbankan bahwa perbankan Indonesia dalam

    melakukan usahanya berasakan demokrasi ekonomi dengan

    menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam ketentuan ini,

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 26

     

    menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian adalah asas terpenting

    yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam

    menjalankan kegiatan usahanya.

    Menurut Hermansyah, bank dalam menjalankan kegiatan

    usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitur harus

    selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip

    ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan konsisten

    berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan

    perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh

    bank yang bersangkutan.8

    Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal yang

    penting guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan

    kokoh. Namun demikian, kelengkapan peraturan perundangan

    terutama menyangkut prinsip kehati-hatian tidaklah cukup untuk

    dijadikan ukuran bahwa perbankan nasional lepas dari segala

    permasalahan, buktinya sebagian besar bank nasional (khususnya)

    bank swasta merupakan bank bermasalah yang satu persatu masuk

    kandang Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Bahkan

    ada yang dilikuidasi, salah satunya faktor yang membuat sistem

    perbankan nasional keropos adalah akibat perilaku pengelola dan

    pemilik bank yang cenderung mengeksploitasi dan atau

    mengabaikan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam berusaha, dan

                                                                8 Op.Cit, Hermansyah, hlm.66. 

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 27

     

    disamping itu terdapat faktor penunjang lain yakni lemahnya

    pengawasan dari Bank Indonesia.

    3. Prinsip Kerahasiaan (Secrecy Principle)

    Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai

    dengan Pasal 47 A Undang-Undang Perbankan. Menurut Pasal 40

    Undang-Undang Perbankan, bank wajib merahasiakan keterangan

    tentang data nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam

    ketentuan tersebut diatas menentukan bahwa kewajiban

    merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Pengecualian terhadap

    kewajiban merahasiakan antara lain:

    a. Untuk Kepentingan Perpajakan

    b. Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank yang telah

    Diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang

    Negara (BUPLN) atau Panitia Urusan Piutang Negara

    (PUPN)

    c. Untuk Kepentingan Peradilan dalam Perkara Pidana

    d. Dalam Perkara Perdata antara Bank dengan Nasabah

    e. Dalam Tukar-menukar Informasi Antarbank

    f. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah

    penyimpan atau ahli warisnya

    4. Prinsip Mengenal Nasabah (Know How Customer Principle)

    Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang diterapkan

    oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah,

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 28

     

    memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap

    transaksi yang mencurigakan kepada Bank Indonesia. Prinsip

    mengenal nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia

    No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal

    nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan

    berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan,

    menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan

    ajang tindak kejahatan dan aktivitas ilegal yang dilakukan nasabah,

    dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan. Dengan

    menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah berarti bank juga dapat

    menimalkan kemungkinan risiko yang mungkin timbul yaitu

    operational risk, legal risk, dan reputational risk.

    C. Tinjauan Umum Rahasia Bank

    1. Pengertian Rahasia Bank

    Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

    keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman

    dunia perbankan tidak boleh secara terbuka kepada pihak masyarakat.

    Dalam hubungan ini yang menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh

    bank, adalah seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yang

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 29

     

    berhubungan dengan keuangan, dan hal-hal dari orang, dan badan yang

    diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya.9

    Menurut Munir Fuady, hubungan antara bank dengan nasabah ternyata tidaklah seperti hubungan kontraktual biasa. Akan tetapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia nasabahnya kepada pihak lain manapun kecuali jika ditentukan lain oleh perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dinamakan rahasia bank. 10

    Dengan demikian, istilah rahasia bank mengacu ada rahasia

    bank dalam hubungan antara bank dengan nasabahnya. Karena itu,

    hubungan antara nasabah dan banknya mirip dengan hubungan antara

    lawyer dan kliennya atau hubungan antara dokter dan pasiennya.

    Semuanya sama-sama mengandung kewajiban untuk merahasiakan

    data dari klien/nasabah/pasiennya.

    Menurut Kasmir, dikarenakan kegiatan dunia perbankan

    mengelola uang masyarakat, maka bank wajib menjaga kepercayaan

    yang diberikan masyarakat. Bank wajib menjaga keamanan uang

    tersebut agar benar-benar aman. Agar keamaan uang nasabahnya

    terjamin, pihak perbankan dilarang untuk memberikan keterangan yang

    tercatat pada bank tentang keadaan dan hal-hal dari nasabahnya. 11

    Dalam Undang-Undang Perbankan Pasal 1 Angka 28, rahasia

    bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan

    mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

                                                                9 Muhammad Djumhana, Rahasia Bank (Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia), (Bandung:

    Citra Aditya Bakti,1996) hlm.115. 10 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern (Buku Kesatu), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003),

    hlm.87. 11 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2002), hlm.57.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 30

     

    2. Latar Belakang Rahasia Bank

    Pada dasarnya setiap orang, baik sebagai pribadi maupun

    sebagai pengusaha tidak menginginkan keadaan mengenai pribadinya

    termasuk keadaan keuangannya diketahui oleh orang lain. Tiap-tiap

    kepentingan dari setiap orang itu harus mendapat perhatian dan

    dihormati sepenuhnya oleh siapapun juga termasuk negara. Untuk itu,

    jika perlu dilindungi dengan mempergunakan hukum pidana yaitu

    sejauh kepentingan itu secara langsung maupun tidak langsung, juga

    mempunyai arti bagi masyarakat atau negara. Bagi seorang pengusaha

    kerahasiaan ini sangatlah penting artinya demi menunjang kelancaran

    perusahaannya, karena tanpa hal ini setiap orang atau pengusaha akan

    dengan mudah mempelajari keuangan perusahaan yang nantinya akan

    dapat dipergunakan untuk mempersulit atau menjatuhkan usahanya.

    Keadaan ini benar-benar disadari oleh dunia perbankan sehingga bank

    merasa perlu untuk merahasiakan keadaan keuangan nasabahnya yang

    dipercayakan kepadanya. Tindakan ini dalam dunia perbankan dikenal

    dengan sistem “Rahasia Bank”.

    Guna melindungi suatu informasi dikenal adanya hukum

    kerahasiaan. Hukum kerahasiaan adalah hukum yang berisikan kaidah-

    kaidah yang berkaitan dengan perlindungan rahasia bank yang

    menyangkut rahasia perdagangan, rahasia yang sifatnya pribadi atau

    mengenai rahasia pemerintahan. Objek dari hukum kerahasiaan ini

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 31

     

    meliputi informasi yang terjadi karena suatu tugas dan fungsi jabatan

    seseorang, dan atau karena suatu kegiatan. Informasi yang harus

    dirahasiakan karena tugas dan jabatan misalnya informasi hubungan

    pasien dengan dokter, klien dengan pengacaranya, notaris atau

    rohaniawan. Sedangan informasi yang harus dirahasiakan karena

    kegiatannya, misalnya informasi bisnis mengenai data tentang desain,

    dan proses-proses teknik; prosedur kendali mutu daftar pelanggan;

    rencana bisnis dan sebagainya atau seorang wartawan harus

    merahasiakan sumber beritanya.

    Kewajiban untuk menyimpan rahasia sebuah informasi

    bersumber kepada kewajiaban moral serta tuntutan kepentingan

    masyarakat untuk terbentuknya suatu hubungan berdasarkan rasa

    saling percaya. Semua itu merupakan asas terpenting dan berhubungan

    secara intrinsik dengan tugas dan fungsi sesuatu jabatan/pekerjaan.

    Informasi mengenai kegiatan bank terutama mengenai

    hubungan antara nasabah dengan bank merupakan bagian dari rahasia

    bank itu dan hal itu merupakan salah satu bagian yang dilindungi oleh

    hukum kerahasiaan. Dasar yang melandasi hukum kerahasiaan ini

    adalah bahwa hukum tersebut dapat mencegah seseorang untuk

    membuka atau membocorkan informasi yang diberikan kepadanya atau

    menyalahgunakan informasi yang diketahuinya tersebut. Dengan

    demikian bila terjadi pembocoran atau pembukaan informasi secara

    melawan hukum atau menyalahgunakan informasi tersebut maka

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 32

     

    ketentuan hukum dapat dikenakan kepada si pelaku pembocoran atau

    penyalahgunaan informasi tersebut.

    Pelanggaran atas hukum kerahasiaan terjadi, bila:

    a. Informasi itu dapat dikategorikan mempunyai nilai rahasia atau

    untuk dirahasiakan, maksudnya informasi tersebut bukan

    merupakan hal yang lumrah atau telah menjadi pengetahuan

    umum;

    b. Informasi tersebut diberikan kepada pihak tertentu (seperti

    bank) dalam kondisi si penerima mempunyai kewajiban untuk

    merahasiakannya;

    c. Adanya penggunaan atas pembukaan informasi secara tidak

    sah.

    Oleh karena itu agar terhindar dari adanya penyelewengan-

    penyelewengan ini, maka bank harus melindungi kerahasiaan

    mengenai nasabah dan simpanannya. Rahasia bank mutlak diperlukan

    bukan hanya untuk nasabah saja, melainkan juga mutlak diperlukan

    bagi kepentingan bank itu sendiri yakni untuk menumbuhkan

    kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank.

    Masyarakat hanya akan mempercayakan dananya pada bank apabila

    ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan

    keuangan nasabah tidak akan disalahgunakan.

    Konsep rahasia bank bermula timbul dari tujuan untuk

    melindungi nasabah bank yang bersangkutan. Hal ini nyata terlihat

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 33

     

    ketika Court of Appeal Inggris secara bulat memutuskan pendiriannya

    dalam kasus Tournier v. National Provincial and Union Bank of

    England tahun 1924, suatu putusan pengadilan yang kemudian menjadi

    leading case law yang menyangkut ketentuan rahasia bank di Inggris

    dan kemudian diacu oleh pengadilan- pengadilan negara-negara lain

    yang menganut common law system. Bahkan 60 tahun sebelum putusan

    Tournier tersebut, yaitu dalam perkara Foster v. The Bank of London

    tahun 1862, juri telah berpendapat bahwa terdapat kewajiban bagi bank

    untuk tidak boleh mengungkapkan keadaan keuangan nasabah bank

    yang bersangkutan kepada pihak lain. Namun pada waktu itu pendirian

    tersebut belum memperoleh afirmasi dari putusan-putusan pengadilan

    berikutnya.

    Timbulnya pemikiran untuk perlunya merahasiakan keadaan

    keuangan nasabah bank sehingga melahirkan ketentuan hukum

    mengenai kewajiban rahasia bank, adalah semula bertujuan untuk

    melindungi kepentingan nasabah secara individual. Ketentuan rahasia

    bank di Swiss, yaitu suatu negara yang dikenal mempunyai ketentuan

    rahasia bank yang dahulunya paling ketat di dunia, adalah juga semula

    bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah bank secara

    individual.

    Pada waktu itu ketentuan rahasia bank bersifat mutlak; artinya

    tidak dapat dikecualikan karena alasan apapun juga. Ketentuan rahasia

    bank di Swiss lahir mula-mula sehubungan dengan kedudukan Swiss

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 34

     

    sebagai negara yang netral secara tradisional. Alasan pertama, dalam

    abad ke-17, ribuan kaum Huguenots dari Perancis melarikan diri ke

    Swiss oleh karena mereka dikejar-kejar atau dilakukan penyiksaan-

    penyiksaan terhadap mereka sehubungan dengan agama yang mereka

    anut. Diantara mereka itu kemudian ada yang menjadi bankir, dan

    menginginkan agar supaya kerahasiaan dari nasabah-nasabah mereka

    untuk urusan-urusan keuangannya di negara asalnya dirahasiakan.

    Alasan kedua adalah sehubungan dengan dikejar-kejarnya

    orang-orang Yahudi di waktu regime Nazi berkuasa di Jerman di tahun

    1930-an dan 1940-an. Namun perkembangan sehubungan dengan

    keadaan politik dalam negeri, keadaan sosial, terutama yang

    menyangkut timbulnya kejahatan-kejahatan di bidang money

    laundering, dan kebutuhan akan adanya stabilitas ekonomi, terutama

    stabilitas moneter, telah menimbulkan kebutuhan akan perlunya

    pelonggaran terhadap kewajiban rahasia bank yang mutlak itu. Artinya,

    apabila kepentingan negara, bangsa dan masyarakat umum harus

    didahulukan daripada kepentingan nasabah secara pribadi, maka

    kewajiban bank untuk melindungi kepentingan nasabah secara

    individual itu (dalam arti tidak boleh mengungkapkan keadaan

    keuangan nasabah) harus dapat dikesampingkan.

    Contoh yang konkrit mengenai hal ini adalah berkaitan dengan

    kepentingan negara yakni pajak nasabah yang bersangkutan,

    penindakan korupsi, dan pemberantasan money laundering. Hal

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 35

     

    tersebut merupakan hal yang kontradiktif bahwa dalam hal-hal

    tertentu, justru demi kepentingan negara, bangsa dan masyarakat

    umum, dikehendaki agar kewajiban rahasia bank diperketat.

    Kepentingan negara yang dimaksud adalah pengerahan dana

    perbankan untuk keperluan pembangunan. Kepentingan negara, bangsa

    dan masyarakat umum itu dilandasi oleh alasan bahwa dijunjung

    tingginya dan dipegang teguhnya kewajiban rahasia bank merupakan

    faktor terpenting bagi keberhasilan bank dalam upaya bank itu

    mengerahkan tabungan masyarakat. Selain itu terganggunya stabilitas

    moneter adalah antara lain dapat diakibatkan oleh runtuhnya

    kepercayaan masyarakat terhadap perbankan karena terlalu longgarnya

    rahasia bank.

    3. Teori-Teori Rahasia Bank

    Tinjauan teori tentang rahasia bank, menunjukkan ada dua

    pendapat yakni: 12

    a. Teori Rahasia Bank yang Bersifat Mutlak (Absolutely Theory)

    Menurut teori ini, rahasia bank bersifat mutlak. Bank mempunyai

    kewajiban untuk menyimpan rahasia atau keterangan-keterangan

    mengenai nasabahnya yang diketahui bank karena kegiatan

    usahanya dalam keadaan apapun juga, dalam keadaan biasa atau

    dalam keadaan luar biasa tanpa pengecualian dan pembatasan.

    Dengan alasan apapun dan oleh siapapun, kerahasiaan mengenai

                                                                12 Hermansyah, Op.Cit, hlm.131

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 36

     

    nasabah dan keuangannya tidak boleh dibuka (diungkapkan).

    Apabila terjadi pelanggaran terhadap kerahasiaan tersebut, bank

    yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas segala akibat

    yang ditimbulkannya. Teori ini menonjolkan kepentingan

    individualis, artinya hanya mementingkan hak individu

    (perseorangan). Disamping itu, teori mutlak juga bertentangan

    dengan kepentingan negara atau masyarakat banyak

    dikesampingkan oleh kepentingan individu yang merugikan negara

    atau masyarakat banyak. Teori mutlak ini terutama dianut di

    Negara Swiss sejak tahun 1934. Sifat multak rahasia bank tidak

    dapat diterobos dengan alasan apapun. Hal ini dapat dilihat di

    dalam Undang-Undang Pemerintah Swiss No. 47 mengenai

    “Perbankan dan Bank Tabungan” November 1934. Dengan

    demikian, para koruptor atau pedagang narkotika kelas kakap di

    dunia merasa aman menyimpan uang hasil kejahatannya di bank-

    bank Swiss. Salah satu contoh pelaku yang memanfaatkan teori

    mutlak tentang kerahasiaan bank di bank-bank Swiss adalah

    mantan Presiden Ferdinand Marcos dari Filipina, dan gembong

    narkotika Dennis Levine. Ketatnya rahasia bank dilaksanakan di

    Swiss, mengakibatkan beberapa negara tidak dapat menjangkau

    uang hasil kejahatan warga negaranya yang merugikan negara ataru

    masyarakat banyaj yang disimpan di bank-bank Swiss. Oleh karena

    itu, teori mutlak yang dianut oleh negara Swiss mendapat reaksi

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 37

     

    keras dari beberapa negara yang kepentingannya dirugikan.

    Sebagai contoh adalah kasus gugatan pemerintah Amerika Serikat

    melalui Stock Exchange Commission (SEC) kepada sejumlah bank

    di Swiss sehubungan dengan penampungan dana hasil insider

    trading yang disimpan di beberapa bank di Swiss, agar bank-bank

    yang bersangkutan membuka rahasia keuangan nasabahnya.

    Ternyata rahasia bank yang bersifat mutlak itu dapat

    dikompromikan. Sifat mutlak ini ditinggalkan oleh bank-bank di

    Swiss sejak tahun 1991 dengan menghapuskan nama samaran dari

    kode rekening nasabah yang terkenal dengan “Formulir B”, yang

    harus diganti dengan nama aslinya melalui pendaftaran ulang. Jika

    para nasabah yang bersangkutan tidak mendaftar ulang, mereka

    harus menutup rekeningnya.

    b. Teori Rahasia Bank yang Bersifat Relatif (Relative Theory)

    Menurut teori ini bank diperbolehkan membuka rahasia atau

    memberi keterangan mengenai nasabahnya, jika untuk kepentingan

    yang mendesak, misalnya untuk kepentingan negara atau

    kepentingan hukum. Teori ini banyak dianut oleh bank-bank di

    banyak negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Belanda,

    Malaysia, Singapura dan termasuk Indonesia. Adanya pengecualian

    dalam ketentuan rahasia bank memungkinkan untuk kepentingan

    tertentu suatu badan atau instansi diperbolehkan meminta

    keterangan atau data tentang keadaan keuangan nasabah yang

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 38

     

    bersangkutan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Keberatan terhadap teori relatif adalah rahasia bank masih dapat

    dijadikan perlindungan bagi pemilik dana yang tidak halal, yang

    kebetulan tidak terjangkau oleh aparat penegak hukum (law

    enforcer) karena tidak terkena penyidikan. Dengan demikian, dana

    tetap aman, namun teori relatif sesuai dengan rasa keadilan (sense

    of justice), artinya kepentingan negara atau kepentingan

    masyarakat tidak dikesampingkan begitu saja. Apabila ada alasan

    dan sesuai dengan prosedur hukum maka rahasia keuangan nasabah

    boleh dibuka (diungkapkan).

    4. Peraturan Rahasia Bank

    a. Peraturan Perundang-undangan Negara Indonesia

    1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

    Perbankan

    Ketentuan rahasia bank dicantumkan dalam penelitian ini

    dikarenakan terdapat perbedaan pengaturan tentang perbankan

    dengan ketentuan perubahannya, sehingga penulis merasa perlu

    untuk dijelaskan berdasarkan asas lex posterior derograt legi priori

    yang berarti bahwa aturan baru mengenyampingkan aturan yang

    lama.

    Ketentuan rahasia bank menurut Pasal 40 Undang-Undang

    Nomor 7 Tahun 1992 disebutkan bahwa; “Bank dilarang

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 39

     

    memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan

    keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib

    dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia

    perbankan”. Bahkan dalam penjelasannya dijelaskan bahwa: “yang

    menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh

    data informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

    keuangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yang diketahui

    oleh bank karena kegiatan usahanya”.

    Pemerintah bahkan pernah mengeluarkan penafsiran resmi

    tentang rahasia bank seperti tertuang dalam:

    1) Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No. R-

    25/MK/IV/7/1969 (rahasia) tertanggal 24 Juli 1969;

    2) Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No. R-

    29/MK/IV/9/1969 (rahasia) tertanggal 03 September

    1969;

    3) Surat Edaran Bank Indonesia No. 2/377/UPPB/Pb.B

    tanggal 11 September 1969.

    Dalam surat-surat tersebut pada dasarnya menjelaskan kata-

    kata “hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut

    kelaziman dalam dunia perbankan” antara lain:

    1) Pemberian pelayanan jasa dalam lalu lintas uang, baik

    dalam maupun luar negeri;

    2) Mendiskontokan dan jual beli surat-surat berharga;

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 40

     

    3) Pemberian kredit.

    Bahkan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

    1992 Pasal 40 jelaslah bahwa ketentuan rahasia bank sangat luas

    karena bukan saja keterangan mengenai nasabah penyimpan dan

    simpanannya, melainkan juga termasuk “seluruh data dan

    informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

    keterangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yang diketahui

    oleh karena kegiatan usahanya” dari nasabah yang berangkutan.

    Adapun pasal yang mengatur tentang rahasia bank dalam

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai

    berikut:

    Pasal 40 berbunyi:

    1) Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada

    bank tentang keadaan keuangan dan hal lain-lain dari

    nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut

    kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43,

    dan Pasal 44.

    2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku

    pula bagi pihak terafiliasi.

    Di dalam penjelasan Pasal 40 khususnya pada ayat (1)

    dikatakan bahwa dalam hubungan ini yang menurut kelaziman

    wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh data dan informasi

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 41

     

    mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, dan

    hal lain-lain dari orang, dan badan yang diketahui oleh bank karena

    kegiatan usahanya. Kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan

    bank sendiri yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang

    menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya akan

    mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank

    apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang

    simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak disalahgunakan.

    Dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus

    memegang teguh rahasia bank. Walaupun demikian pemberian data

    dan informasi kepada pihak lain dimungkinkan, yaitu berdasarkan

    Pasal 42, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44.

    Dari ketentuan rahasia bank tersebut, kalangan teoritisi dan

    praktisi masih banyak mempertanyakan apa yang dimaksud

    sebenarnya rahasia bank. Kerahasiaan bank karenanya harus

    diberik penjelasan lebih lanjut agar bank ataupun oknum-oknum

    tertentu tidak berlindung di balik pasal itu. Masalah di atas adalah

    sebagian dari persoalan yang timbul sekitar kerahasiaan bank.

    Kenyataan yang ada dan dihadapi saat ini, ternyata

    menunjukkan belum dapatnya ketentuan rahasia bank yang ada

    untuk menjawab secara tuntas dan tepat permasalahn tersebut.

    Keadaan demikian mengakibatkan cara penyelesaiannya dengan

    mengandalkan penafsiran ketentuan rahasia bank yang ada secara

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 42

     

    meluas, bahkan terlihat sering menimbulkan konroversial. Dari

    pendapat serta penafsiran yaitu, terutama pada kata “Kelaziman

    dalam dunia perbankan”, serta data-data (informasi) perbankan

    mana yang bukan termasuk kategori rahasia bank.

    Penafsiran yang begitu luas bahkan seringkali kontroversial

    ini dikarenakan ketentuan rahasia bank yang ada saat ini terlalu

    umum. Melihat keadaan yang menunjukkan terlalu umumnya suatu

    ketentuan serta disusun secara tergesa-gesa, jelas menunjukkan

    bahwa ketentuan demikian telah cacat sejak lahir. Dari keadaan

    demikian sudah wajar bila Indonesia saat ini menghadapi

    permasalahan, yaitu ketegangan-ketegangan antara peraturan

    perundang-undangan dengan kenyataan masyarakat. Salah satu

    penyebab hal itu terjadi karena norma-norma yang ditetapkan

    pembentuk peraturan perundang-undangan tersebut tidak lagi

    sesuai dengan perkembangan hukum yang ada.

    2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

    Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

    tentang Perbankan

    Ketentuan Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 10

    Tahun 1998, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rahasia

    bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan

    mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Adapun pasal 40

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 43

     

    ayat (1) dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menjadi

    pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

    mengemukakan bahwa Bank wajib merahasiakan keterangan

    mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal

    43, Pasal 44, dan Pasal 44A.13

    Berdasarkan ketentuan di atas, menunjukkan bahwa

    pengertian dan ruang lingkup mengenai rahasia bank yang diatur

    dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-Undang

    Nomor 10 Tahun 1998 adalah berbeda. Dalam Undang-Undang

    Nomor 7 Tahun 1992 ketentuan rahasia bank tersebut lebih luas,

    karena berlaku setiap nasabah dengan tidak membedakan antara

    nasabah penyimpan dan nasabah peminjam. Adapun ketentuan

    rahasia bank yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 10

    Tahun 1998 lebih sempit, karena hanya berlaku bagi nasabah

    penyimpan dan simpanannya saja.

    Pengecualiaan terhadap ketentuan rahasia bank dalam

    Undang-Undang Perbankan mengacu pada ketentuan pasal 40 ayat

    (1) Undang-Undang Perbankan yang menentukan bahwa bank

    wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan

    simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam

    pasal 41, 41A, pasal 42, pasal 43, pasal 44, dan pasal 44A.

                                                                13 Ibid, hlm.135.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 44

     

    Berdasarkan ketentuan Pasal 40 ayat (1) tersebut dapatlah

    diuraikan secara sistematis pengecualian terhadap ketentuan

    rahasia bank sebagai berikut:

    1) Untuk Kepentingan Perpajakan

    Mengenai pembukaan rahasia bank untuk kepentingan

    perpajakan ini diatur dalam Pasal 41 ayat (1) yang

    menentukan bahwa:

    “Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia

    atas permintaan Menteri Keuangan berwenang

    mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar

    memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti

    tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan

    Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.”

    2) Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank yang Telah

    Diserahkan kepada BUPLN/PUPN

    Ketentuan Pasal 41A ayat (1) Undang-Undang Perbankan

    adalah landasan hukum untuk pembukaan rahasia bank

    untuk kepentingan piutang bank yang telah diserahkan

    kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara

    (BUPLN) ata Panitia Urusan Piutang Negara. Secara

    lengkap ketentuan Pasal 41A ayat (1) menentukan bahwa:

    “Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan

    kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 45

     

    Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia

    memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan

    Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk

    memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan

    Nasabah Debitur.”

    3) Untuk Kepentingan Peradilan dalam Perkara Pidana

    Pembukaan atau penerobosan terhadap ketentuan rahasia

    bank dapat juga dilakukan dengan alasan untuk

    kepentingan peradilan dalam perkara pidana sebagaimana

    ditentukan oleh Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang

    Perbankan yang menentukan bahwa:

    “Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana,

    Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada

    polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari

    bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada

    bank.”

    4) Dalam Perkara Perdata antara Bank dengan Nasabah

    Menurut ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Perbankan

    bahwa:

    “Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya,

    direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan

    kepada Pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 46

     

    bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan

    dengan perkara tersebut.”

    Ketentuan ini merupakan landasan hukum dan alasan dapat

    dibukanya atau diterobosnya ketentuan rahasia bank untuk

    kepentingan penyelesaian perkara perdata antara bank dan

    nasabahnya di pengadilan. Untuk itu direksi dari bank yang

    bersangkutan dapat memberikan keterangan mengenai

    keadaan keuangan dari nasabah tersebut.

    5) Dalam Tukar-Menukar Informasi Antarbank

    Menurut ketentuan Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang

    Perbankan, bahwa dalam rangka tukar-menukar informasi

    antarbank juga merupakan alasan untuk pembukaan atau

    penerobosan ketentuan rahasia bank.

    Pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa:

    “Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi

    bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya

    kepada bank lain.”

    Ketentuan diatas tentu dapat dilakukan jika ada suatu

    kepentingan dari bank yang bersangkutan yang berkaitan

    dengan nasabah tersebut, dan tidak menimbulkan kerugian

    bagi nasabah. Oleh sebab itu, pelaksanaan dari ketentuan

    ini lebih lanjut diatur oleh Bank Indonesia sebagaimana

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 47

     

    ditentukan oleh Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang

    Perbankan.

    6) Atas Permintaan, Persetujuan atau Kuasa dari Nasabah

    Penyimpan atau Ahli Warisnya

    Alasan-alasan pembukaan atau penerobosan ketentuan

    rahasia bank yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya

    mengandung suatu kepentingan dari negara, kepentingan

    penyelesaian perkara, dan kepentingan dari bank.

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

    juga mengatur mengenai pembukaan atau penerobosan ketentuan

    rahasia bank atas dasar kepentingan dari nasabah penyimpan

    sebagaimana diatur dalam Pasal 44 A. Pasal 44 A ayat (1) dan (2)

    menentukan bahwa:

    (1) Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah

    Penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib

    memberikan keterangan mengenai simpanan Nasabah

    Penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak

    yang ditunjuk oleh Nasabah Penyimpan tersebut.

    (2) Dalam hal Nasabah Penyimpan telah meninggal dunia, ahli

    waris yang sah dari Nasabah Penyimpan yang bersangkutan

    berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan

    Nasabah Penyimpan tersebut.

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 48

     

    Dari ketentuan Pasal 44 A di atas, menunjukkan bahwa

    bank berkewajiban untuk memberikan keterangan mengenai

    simpanan dari nasabah kepada pihak yang diberi kuasa atau

    ditunjuk oleh nasabah penyimpan dan/atau memberi keterangan

    simpanan dari nasabah penyimpan kepada ahli warisnya apabila ia

    meninggal dunia.

    Oleh karena pentingnya kerahasiaan bank dalam perbankan,

    maka terdapat sanksi yang dikenakan atas pelanggaran rahasia

    bank yang ditentukan dalam pasal 47 ayat (2) Undang-Undang

    Perbankan yang berbunyi:

    “Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak

    terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan

    yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana

    penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4

    (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,-

    (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,-

    (delapan miliar rupiah)."

    3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000

    tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah

    atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

    Sebagai pelaksana Undang-Undang Perbankan, rahasia

    bank juga diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 49

     

    2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian

    Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Lahirnya

    Peraturan Bank Indonesia ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan

    bahwa rahasia bank diperlukan sebagai salah satu faktor menunjang

    kepercayaan nasabah penyimpan kepada bank.

    Dalam Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor

    2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian

    Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank menyatakan

    bahwa Bank wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan

    dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpnaan

    nasabah. Keterangan mengenai nasabah selain nasabah penyimpan

    bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan oleh Bank.

    Ketentuan untuk merahasiakan tersebut berlaku bagi pihak

    terafiliasi yakni meliputi:

    a) Anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau

    kuasanya, pejabat, atau karyawan Bank;

    b) Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau

    kuasanya, pejabat, atau karyawan Bank, khusus bagi

    Bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    c) Pihak yang memberikan jasanya kepada Bank,

    antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum

    dan konsultan lainnya;

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 50

     

    d) Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut

    serta mempengaruhi pengelolaan Bank, antara lain

    pemegang saham dan keluarganya, keluarga

    Komisaris, keluarga pengawas, keluarga Direksi,

    keluarga Pengurus.

    Ketentuan rahasia bank tidak berlaku untuk kepentingan

    perpajakan, penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan

    kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan

    Piutang Negara, kepentingan peradilan dalam perkara pidana,

    kepentingan peradilan dalam perkara perdata antara Bank dengan

    Nasabahnya, tukar menukar informasi antar Bank, dan permintaan,

    persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secra

    tertulis serta permintaan ahli waris yang sah dari nasabah

    penyimpan yang telah meninggal dunia. Untuk kepentingan

    perpajakan, penyelesaian piutang Bank dan kepentingan peradilan

    dalam perkara pidana wajib terlebih dahulu memperoleh perintah

    atau izin tertulis untuk membuka rahasia bank dari pimpinan Bank

    Indonesia.

    Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia

    berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada Bank agar

    memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis

    serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan

    tertentu kepada pejabat pajak. Untuk keperluan penyelesaian

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 51

     

    piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang

    dan Lelang Negara/ Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan

    Bank Indonesia memberikan izin tertulis kepada pejabat Badan

    Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara

    untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai Simpanan

    Nasabah Debitur. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara

    pidana, Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin tertulis

    kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari

    Bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada Bank.

    4) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang

    Transparansi Informasi Produk dan Penggunaan Data

    Pribadi Nasabah

    Nasabah dihadapkan pada masalah pemberian data pribadi

    oleh bank kepada pihak lain di luar bank untuk tujuan komersial

    tanpa izin nasabah sering terjadi, oleh karena itu izin penggunaan

    data pribadi nasabah perlu dilakukan agar hak-hak nasabah tetap

    terlindungi.

    Dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka penggunaan

    data pribadi nasabah menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat

    dihindari untuk menjaga kredibilitas perbankan sekaligus

    melindungi hak-hak nasabah, sehingga muncul Peraturan Bank

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

    Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014

  • 52

     

    Indonesia No.7/6/PBI/2005 tentang Tranparansi Informasi Produk

    Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.

    Dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Tranparansi

    Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah,

    yang dimaksud dengan nasabah adalah pihak yang menggunakan

    jasa bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun

    memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan.

    Dan data pribadi nasabah adalah identitas yang lazim disediakan

    oleh nasbah kepada Bank dalam rangka melakukan transaksi

    keuangan dengan Bank.

    Dalam Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia tentang

    Tranparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi

    Nasabah, dalam penggunaan data pribadi nasabah, Bank wajib

    meminta persetujuan tertulis dari nasabah dalam hal Bank akan

    memberikan dan atau menyebarluaskan data pribadi nasabah

    kepada pihak lain untuk tujuan komersial, dan dalam permintaan

    persetujuan tersebut, Bank wajib terlebih dahulu menjelaskan

    tujuan dan konsekuensi dari pemberian dan atau penyebarluasan

    data pribadi nasabah kepada pihak lain.

    b. Peraturan Perundang-undangan Negara Malaysia

    Financial Serivice Act 2013 merupakan peraturan