8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Asma a. Pengertian Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakhea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (1) Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. (13) b. Klasifikasi Asma Klasifikasi asma ada dua yaitu ekstrinsik (alergik) dan intrinsik (non alergik) (2) : a. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. Sedangkan asma ekstrinsik dibagi menjadi dua yaitu: (2) a) Asma ekstrinsik atopik yang sifatnya sebagai berikut: (1) Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan dapat diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1
38
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoridigilib.unimus.ac.id/files/disk1/158/jtptunimus-gdl-vironicadw... · mengindikasikan suatu tekanan yang sangat berat pada sistem pernafasan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Asma
a. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversibel dimana trakhea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan
jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (1)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan)
kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik
berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat
reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.(13)
b. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma ada dua yaitu ekstrinsik (alergik) dan intrinsik
(non alergik) (2):
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik. Sedangkan asma ekstrinsik dibagi menjadi dua yaitu: (2)
a) Asma ekstrinsik atopik yang sifatnya sebagai berikut:
(1) Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik
dan dapat diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1
9
(2) Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal
kehidupan, 85% kasus timbul sebelum usia 30 tahun
(3) Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada
masa puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda
(4) Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat
ringannya gejala yang timbul. Jika serangan pertama pada
usia muda disertai dengan gejala yang lebih berat, maka
prognosis menjadi jelek
b) Asma ekstrinsik non atopik yang memiliki sifat-sifat antara lain (4):
(1) Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam-
macam alergen yang spesifik
(2) Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda
terhadap alergi yang tersensitasi dapat menjadi positif.
(3) Dalam serum didapatkan Ig-E dan Ig-G yang spesifik
(4) Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau
di kemudian hari
b. Intrinsik (non alergik)
Intrinsik atau idiopatik, ditandai dengan adanya reaksi non alergik
yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernapasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
Pada beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. Sedangkan
sifat dari asma intrinsik adalah (14):
a) Alergen pencetus sukar ditentukan
b) Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit
memberi hasil negatif
10
c) Merupakan kelompok yang heterogen, respons untuk terjadi
asma dicetuskan oleh penyebab dan melalui mekanisme yang
berbeda-beda
d) Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di
atas 30 tahun dan disebut juga late onset asma
e) Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan
seringkali menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa
disertai kortikosteroid
c. Etiologi
Etiologi asma dibagi menjadi dua yaitu (1):
a. Keturunan
Karena penyakit ini merupakan penyakit turunan, maka penyakit
ini dapat juga menyerang anak-anak. Gejala awalnya berupa rasa
gatal di dada atau di leher. Batuk kering pada malam hari atau
ketika melakukan olahraga. Pada riwayat penyakit akan dijumpai
keluhan batuk, sesak, mengi, atau rasa berat di dada. Tapi
terkadang pasien hanya mengeluh batuk-batuk yang umumnya
timbul pada pasien maupun keluarganya, seperti rhinitis alergi dan
dermatitis atopik, dapat membantu diagnosis asma. (15)
b. Lingkungan
Faktor medik lingkungan inilah yang menyebabkan sebuah
respon tubuh yang namanya alergi. Alergi adalah reaksi tubuh yang
negatif disebabkan benda asing yang masuk ke dalam sistem tubuh
kita. Secara medis alergi akan memperkecil diameter dari saluran
udara (bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan
penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.(13)
Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti
histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya kontraksi
otot polos peningkatan pembentukan lendir perpindahan sel darah
putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut
sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda
11
asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di
dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada
beberapa orang tanpa alergi tertentu. Alergi dapat menyerang
semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Disamping itu
banyak permasalahan kesehatan lain yang menyertai berupa
gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permasalahan
kesehatan lainnya.(16)
d. Patofisiologi
Patofisiologi asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot
polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi dengan antigen spesifikasinya. (7)
Antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E
orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat dengan faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.(14)
Diameter bronkiolus berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus
12
sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan
inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru.(17)
e. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala asma adalah sebagai berikut (15):
a. Tanda-tanda asma
a) Perubahan dalam pola pernafasan
b) Bersin-bersin
c) Perubahan suasana hati (moodiness)
d) Batuk
e) Gatal-gatal pada tenggorokan
f) Lingkaran hitam di bawah mata
g) Susah tidur
h) Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga
i) Kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan peak
flow meter
b. Gejala asma
Gejala-gejala asma memberi indikasi bahwa suatu serangan
asma sedang terjadi. Contoh gejala asma seperti (2):
a) Napas berat yang berbunyi “ngik-ngik”
b) Batuk-batuk
c) Napas pendek tersengal-sengal
d) Sesak dada
e) Angka performa penggunaan Peak Flow Meter menunjukkan
rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara
50% sampai 80% dari penunjuk performa terbaik individu)
13
Gejala-gejala asma yang berat adalah keadaan gawat
darurat yang mengancam jiwa. Gejala-gejala tersebut
mengindikasikan suatu tekanan yang sangat berat pada sistem
pernafasan penderita, contoh-contoh gejala asma yang berat antara
lain (14):
a) Serangan batuk yang hebat, napas berat “ngik-ngik”, tersengal-
sengal, sesak dada
b) Susah berbicara dan berkonsentrasi
c) Jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal
d) Napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding
biasanya
e) Pundak membungkuk
f) Lubang hidung mengembang dengan setiap tarikan nafas
g) Daerah leher dan diantara atau di bawah tulang rusuk melesak
ke dalam, bersama tarikan napas
h) Bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari
daerah sekitar mulut (sianosis)
i) Angka performa penggunaan Peak Flow Meter dalam wilayah
berbahaya (biasanya dibawah 50% dari performa terbaik
individu)
f. Pencetus Asma
Trigger (pemicu) yang berbeda akan menyebabkan eksaserbasi
asma oleh karena inflamasi saluran nafas atau brokhospasme akut atau
keduanya. Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat
bervariasi antara satu individu dengan individu yang lain dari satu
waktu ke waktu yang lain. Beberapa hal yang di antaranya adalah
allergen, polusi udara, infeksi saluran nafas, kecapaian, perubahan
cuaca. Makanan, obat atau ekspresi emosi yang berlebihan.(18)
Pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk
stimulus sehari-hari antara lain: (13)
14
(1) Perubahan Cuaca dan Suhu Udara
Penderita asma tentu saja tidak bisa menghindari perubahan cuaca,
kecuali jika ia mau pindah tinggal di kota atau wilayah atau negara
lain. Yang sangat berpengaruh bagi kebanyakan penderita asma
adalah perubahan cuaca atau suhu udara yang menjadi dingin
secara mendadak, termasuk ruangan ber-AC yang disetel sangat
dingin. Untuk mencegah saluran nafas menyempit akibat bernafas
dalam udara yang dingin dan kering, kenakan scarf atau syal yang
menutupi bagian hidung dan mulut, agar udara yang dihirup
menjadi hangat dan dilembabkan.(2)
(2) Polusi Udara
Polusi udara adalah pemicu asma yang patut sangat diperhatikan
penderitanya. Polusi ini bisa berada di sekitar tempat kerja atau
tempat kediamannya. Waspadailah polusi udara yang berasal dari
asap pabrik, bengkel, pembakaran sisa atau sampah industri.
Demikian pula gas buang yang berasal dari mobil maupun
motor.(13)
(3) Asap Rokok
Asap adalah alergen yang kuat. Asap tangan kedua telah terbukti
sangat memicu timbulnya gejala-gejala asma. Efek dari sebatang
rokok bertahan di dalam rumah hingga tujuh hari. Untuk itu
sangatlah penting menjaga lingkungan yang bebas asap rokok di
rumah.(14)
(4) Infeksi Saluran Pernafasan
Kadang-kadang infeksi bisa menjadi pencetus asma. Infeksi sinus
adalah salah satu penyebab asma yang sulit dideteksi. Sebaliknya,
di masa lalu asma sering salah didiagnosa sebagai bronkitis, dan
diobati dengan antibiotik, yang dalam banyak kasus tidak
membawa hasil apa-apa.(18)
15
(5) Stress
Setiap orang mengalami stres pada situasi dan waktu tertentu
dalam kehidupan sehari-hari, tapi bagi penderita asma, stres dan
kecemasan bisa menjadi pemicu bagi datangnya serangan. Stres
juga menurunkan kemampuan sistem imunitas tubuh untuk
melawan bakteri patogen. Sehingga penderita asma yang
mengalami stres berpeluang besar jatuh sakit. (13)
g. Penatalaksanaan
Penanganan asma dibagi dua yaitu dengan obat-obatan atau
farmakologi dan terapi olahraga secara teratur atau non-farmakologi.(2)
a. Obat-obatan atau Farmakologi
1) Agonis Reseptor Beta-beta Adrenergik
Agonis merupakan obat terbaik untuk mengurangi
serangan penyakit asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk
mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga.
Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh
reseptor beta-adrenergik. Bronkodilator yang bekerja pada
semua reseptor beta 2 adrenergik misalnya adrenalin.
Penggunaan obat ini menyebabkan efek samping berupa denyut
jantung yang cepat gelisah, sakit kepala dan gemetar otot.(15)
Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta-
beta adrenergik, yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di
paru-paru. Yang hanya memiliki sedikit efek samping terhadap
organ lannya. Bronkodilator ini misalnya albuterol,
menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan
bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-beta
adrenergik.(1)
2) Theophylline
Theophyline biasanya diberikan per oral dan tersedia
dalam berbagai bentuk. Pada serangan asma yang berat, bisa
diberikan secara intravena melalui pembuluh darah. Jumlah
16
theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan
harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit
tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu
banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau
kejang.(13)
3) Corticosteroid
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan
sangat efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika
digunakan dalam jangka waktu panjang, secara bertahap
kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya
kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma dengan
mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah
serangan. (2)
4) Cromolin dan Nedrocomil
Kedua obat ini, cromolin dan nedrocomil diduga menghalangi
pelepasan bahan peradangan dari sel mast. Dan juga
menyebakan berkurangnya kemungkinan perkerutan saluran
udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan,
bukan untuk mengobati serangan.(1)
5) Obat Antikolinergik
Obat antikolinergik ini bekerja dengan menghalangi kontraksi
otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam
bronkus oleh asetikolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan
menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang
sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-
adrenergik.(18)
6) Pengubah Leokotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan
penyakit asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
leukotrien.(6)
17
b. Terapi olahraga atau non farmakologi.
1) Senam Asma (Gymnastik Respirasi)
Senam asma sesuai dengan namanya merupakan terapi
terhadap penyakit asma. Yang dalam gerakannya
menggabungkan berbagai gerakan senam pernafasan dari
seluruh belahan dunia. Senam ini mempunyai gerakan yang
variatif dan berkembang sesuai dengan daerahnya. Program
terapi latihan atau fisioterapi yang umum dilakukan dalam
gerakan senam asma ini adalah latihan pernafasan. (16) Latihan
pernafasan (breathing exercise) berbeda dengan gymnastik
respirasi, meskipun di dalamnya juga terdapat latihan-latihan
yang bertujuan memperbaiki kelenturan rongga dada serta
diafragma. Tujuan utama pada penderita asma adalah untuk
melakukan pernafasan yang benar.(2)
Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pernafasan
perlu dilakukan latihan otot pernafasan. Latihan otot ini
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.
Latihan otot yang dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan
otot pada pasien asma adalah senam asma. Senam yang teratur
akan mengurangi penumpukan asam laktat dalam darah sebagai
efek metabolisme anaerob dan mengurangi kebutuhan ventilasi
selama senam. Dengan senam pun dapat mengurangi gejala
dyspnoe dan kelelahan selama senam.(6)
Otot-otot pernafasan menyebabkan ventilasi paru,
dengan mengempiskan dan mengembangkan paru secara
berganti-ganti, yang kemudian menyebabkan peningkatan dan
penurunan tekanan alveolus. Orang yang melakukan latihan
berhubungan dengan kekuatan otot-otot pernafasan, fungsi
ventilasi parunya akan lebih tinggi dibandingkan orang yang
tidak melakukan latihan. Hal ini disebabkan dengan
peningkatan otot-otot pernafasan maka pengembangan paru
18
akan meningkat.(7) Contoh latihan yang dapat meningkatkan
fungsi ventilasi paru adalah: senam, aerobic, renang, jogging,
breathing retraining dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2007), hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa nilai rata-rata fungsi ventilasi paru
kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Selain itu kekuatan otot dapat meningkat
setelah melakukan latihan otot. Hal tersebut dibuktikan pada
penelitian yang dilakukan oleh Schmidt (2011) yang
melakukan latihan otot pernafasan inspirasi selama 6 minggu
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian
menyatakan ada perbedaan yang bermakna dimana pada pasien
yang dilakukan intervensi terdapat peningkatan kekuatan otot
pernafasan.(15)
2) Yoga
Yoga adalah sebuah aktivitas di mana seseorang
memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya
dan tubuhnya secara keseluruhan. Atau mengendalikan,
mengatur, dan berkonsentrasi, yang berfungsi menyelaraskan
tubuh, jiwa dan pikiran kita. Selain itu, yoga dapat melancarkan
aluran oksigen di dalam tubuh. (13)
Manfaat berlatih yoga adalahh meningkatkan fungsi
kerja kelenjar endokrin di dalam tubuh, meningkatkan sirkulasi
darah ke seluruh sel tubuh dan otak, serta membentuk postur
tubuh yang lebih tegap. Keuntungan dari latihan yoga sendiri
ada banyak yang antara lainnya mengatasi gangguan kesehatan.
Termasuk gangguan penyakit asma. Latihan senam yoga yang
dilakukan secara teraturr juga dapat menurunkan risiko
terserang stroke karena dapat meningkatkan sirkulasi dan
merangsang suplai darah ke seluruh tubuh terutama ke otak. (16)
19
3) Berenang dan Olah Raga Air
Berenang atau sekadar bersantai di tepi kolam renang
merupakah salah sattu pilihan yang bisa dilakukan karena olah
raga air bermanfaat besar bagi kesehatan. Renang juga
bermanfaat sebagai terapi untuk penderita asma. Renang
membantu menguatkan otot-otot organ pernafasan, sehingga
gejala asma bisa berkurang. Bila terkena asma berlatihlah
renang secara rutin. Olah raga yang membutuhkan keteraturan
nafas, hal ini dinilai para dokter masih menjadi salah satu terapi
yang mujarab. Saat berenang, air menyeimbangkan suhu dalam
tubuh dan lingkungan luar.(18)
4) Lari (Jogging)
Jogging atau juga olah raga lari dapat memberri
kesenangan secara fisik maupun mental. Apabila joggingg
dilakukan dengan benar akan mendatangkan manfaat baik, juga
mendapat manfaat dengan merasakan nyaman di otot selama
jogging dan setelahnya. Jogging merupakan terapi termurah
untuk penyakit asma. Jogging yang disarankan untuk penderita
asma adalah di pagi hari saat matahari terbit baru muncul. Dan
carilah tempat-tempat yang berhawa bersih, atau belum banyak
terkena polusi. Lakukan hal tersebut secara teratur minimal 2
kali satu minggu.(7)
5) Bekam (Hijamah)
Sebagai metode pengobatan, bekam merupakan pilihan yang
paling tepat ketika dunia kedokteran tidak bisa mengatasinya.
Yang lebih penting adalah menghilangkan 72 macam penyakit
yang dapat disembuhkan dengan jalan berbekam, seperti asma,
asam urat, darah tinggi, jantung, kolesterol, masuk angin,
migrain, sakit mata, stroke, sakit gigi, vertigo, sinusitis,