6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Nutrisi 1. Pengertian Nutrisi Nutrisi adalah zat-zat atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang tekandung dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2011). Menurut Supariasa (2001) dalam Andri dan Abd. Wahid 2016, nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ- organ yang menghasilkan energi. 2. Kebutuhan Nutrisi Penderita DM a. Komposisi makanan Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011, terdapat empat pilar dalam penatalaksaan pada penderita DM tipe II yaitu penatalaksaan diet, aktivitas fisik atau olahraga, intervensi farmakologis dan penyuluhan. Meski setiap orang kebutuhannya sama tetapi penderita DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari: 1) Karbohidrat Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45 sampai 65% total asupan energi. Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak
28
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Nutrisi 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/444/3/2.pdf · B. Tinjauan Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Pengkajian Pengkajian merupakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang tekandung dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto
& Wartonah, 2011).
Menurut Supariasa (2001) dalam Andri dan Abd. Wahid 2016, nutrisi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ yang menghasilkan energi.
2. Kebutuhan Nutrisi Penderita DM
a. Komposisi makanan
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)
2011, terdapat empat pilar dalam penatalaksaan pada penderita DM tipe
II yaitu penatalaksaan diet, aktivitas fisik atau olahraga, intervensi
farmakologis dan penyuluhan. Meski setiap orang kebutuhannya sama
tetapi penderita DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan dalam hal
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar
komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
1) Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45 sampai 65% total
asupan energi. Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak
7
dianjurkan. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama
berserat tinggi. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penderita
DM dapat makan bersama dengan keluarga yang lain. Sukrosa tidak
lebih dari 5% total asupan energi. Pemanis alternatif dapat digunakan
sebagai pengganti gula, asal tidak melenihi batas konsumsi harian
(Accepted Daily Intake). makan tiga kali sehari. Bila diperlukan
berikan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari.
2) Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Lemak jenuh
<7% kebutuhan kalori. Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya
dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan yang perlu dibatasi
adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara
lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk). Anjuran
kolesterol <200mg/hari.
3) Protein
Dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi. Sumber protein
yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi dan lainnya), daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu dan tempe.
Pengaturan diet pada penderita DM menjadi faktor penting yang
mendukung perawatan. Berikut adalah tujuan pengaturan diet pada
penderita DM:
a) mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal;
b) mencapai kadar serum lipid yang optimal;
c) memberi energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan (BB) normal;
d) menghindari atau menangani komplikasi akut dan kronis pada
klien; dan
8
e) meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi
yang optimal.
b. Kebutuhan kalori
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan idaman. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkan penderita DM. Diantaranya adalah dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30
kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa
faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas, BB dan lainnya.
1) Perhitungan BB ideal dengan rumus Brocca yang dimodifikasi sebagai
berikut:
a) BB ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg. *TB (Tinggi
badan)
b) Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150
cm, rumus dimodifikasi menjadi:
(1) Berat Badan Ideal (BBI) = (TB dalam cm – 100) x 1 kg.
(a) BB Normal : BB ideal ±10%
(b) BB Kurus : <BBI -10%
(c) BB Gemuk : >BBI +10%
2) Perhitungan BBI menurut Indeks Massa Tubuh dapat dihitung dengan
rumus:
a) IMT = BB(kg)/TB(m�)
b) Klasifikasi IMT*:
(1) BB kurang : <18,5
(2) BB normal : 18,5 sampai 22,9
(3) BB lebih : ≥ 23,0
*WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific
Perspective:RedefiningObesity and its Treatment.
c) Dengan resiko : 23,0-24,9
d) Obes I : 25,0-29,9
9
e) Obes II : >30
3) Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:
a) Jenis kelamin, kebutuhan kalori wanita lebih kecil daripada pria.
Wanita sebesar 25 kal/kgBB dan pria 30 kal/kgBB.
b) Umur, untuk usia > 40 tahun dengan ketentuan usia 40-59 tahun
kebutuhan kalori dikurangi 5%. Untuk usia antara 60-69 tahun
kebutuhan kalori dikurangi 10% dan usia > 70 tahun kebutuhan
kalori dikurangi 20%.
c) Aktivitas fisik atau pekerjaan, kebutuhan kalori dapat ditambah
sesuai dengan intensitas aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10%
dari kebutuhan diberikan pada keadaan istirahat, 20% pada
aktivitas sedang dan 50% dengan aktivitas sangat berat.
d) BB, bila penderita kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung
tingkat kegemukan. Bila kurus ditambah 20-30% sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan penurunan BB jumlah
kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk
wanita dan 1200-1600 untuk pria.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan
sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) diantaranya.
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data
secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya. Pengkajian asuhan
keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Friedman, yaitu:
a. Data umum:
1) nama kepala keluarga;
2) umur;
3) pekerjaan kepala keluarga;
4) pendidikan kepala keluarga;
5) alamat dan nomor telepon; dan
10
6) komposisi keluarga dan genogram.
Tabel 2.1 Komposisi anggota keluarga
Nama Umur Sex Hubungan dengan KK Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Sumber: Achjar, 2010
Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera
nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar.
b. Tipe keluarga
Secara umum, tipe keluarga dibagi menjadi dua, yaitu: (Maria, 2017)
1) Keluarga tradisional
a) keluarga inti (nuclear family), keluarga kecil dalam suatu rumah
terdiri dari ayah, ibu dan anak;
b) keluarga besar (exstended family), terdiri dari keluarga inti dan
orang-orang yang berhubungan;
c) keluarga dyad (pasangan inti), terdiri dari pasangan suami istri
yang baru menikah yang belum memiliki anak;
d) keluarga single parent, kondisi seseorang tidak memiliki pasangan
lagi, bisa karena perceraian atau meninggal tetapi memiliki anak,
baik anak kandung maupun anak angkat;
e) keluarga single adult (bujang dewasa), pasangan yang sedang Long
Distance Relationship (LDR), yaitu pasangan yang mengambil
jarak atau berpisah sementara waktu untuk kebutuhan tertentu,
misalnya bekerja atau kuliah; dan
f) keluarga usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua dan
anak-anaknya sudah berpisah.
2) Keluarga non tradisional
a) the unmarriedteenege mother, kehidupan seorang ibu dengan
anaknya tanpa pernikahan;
b) reconstituded nuclear, keluarga yang tadinya berpisah, kemudian
membentuk keluarga inti melalui perkawinan kembali. Mereka
11
hidup bersama anaknya dari pernikahan sebelumnya maupun hasil
pernikahan yang baru;
c) commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa hubungan
darah memilih hidup bersama dalam satu atap;
d) gay and lesbian family, keluarga seseorang yang berjenis kelamin
sama menyatakan hidup bersama sebagai pasangan suami istri
(marital partners);dan
e) group-marriage family, beberapa orang dewasa menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama dan mereka merasa sudah menikah,
sehingga berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anaknya bersama.
Menurut Padila (2012) selain pengkajian di atas ada beberapa hal yang
perlu dikaji yaitu:
c. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
d. Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki keluarga.
f. Aktifitas rekreasi keluarga
Selain pergi bersama-sama mengunjungi tempat rekreasi, menonton
televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
g. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (Viadion & Betan, 2013)
Ditentukan oleh anak pertama keluarga inti. Terdapat 8 tahap
perkembangan keluarga, yaitu:
12
a) tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru (beginning family);
b) tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (child bearing) dengan
anak pertama berusia kurang dari 30 bulan;
c) tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak pertama
berusia 2-6 tahun);
d) tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak pertama berusia
6-13);
e) tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak pertama berusia 13-20
tahun);
f) tahap VI, keluarga dengan anak dewasa (anak pertama
meninggalkan rumah;
g) tahap VII, keluarga usia pertengahan (middle age family); dan
h) tahap VIII, keluarga lanjut usia.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi (Padila, 2012)
a) menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi;
b) menjelaskan tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
oleh keluarga; dan
c) kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga.
Pengkajian riwayat DM meliputi:
a) sejak kapan klien mengalami tanda dan gejala penyakit DM dan
apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala tersebut;
b) apakah pernah melahirkan bayi dengan BB lebih dari 4 kg;
c) apakah pernah mengalami penyakit pankreas seperti pankreatitis,
neoplasma, trauma/pancreatectomy, penyakit infeksi seperti
kongenital rubella, infeksi citomegalavirus, serta sindrom genetik
DM seperti sindrom down;
d) penggunaan obat-obatan atau zat kimia seperti glikokotikoid,
hormon tiroid, dilantin, nicotinic acid;
13
e) hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau hiperlipidema, kolesterol
atau trigkiserida lebih dari 150 mg/dL;
f) perubahan pola makan, minum dan eliminasi urin;
g) apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit DM;
h) adakah riwayat luka yang lama sembuh; dan
i) penggunaan obat DM sebelumnya.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri. Riwayat pankreas, hipertensi, MCI dan ISK berulang.
h. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, jarak pembuangan akhir dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan
penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
i. Struktur keluarga
1) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat sekitar.
14
2) Pola komunikasi keluarga
Apakah pola komunikasi baik atau sebaliknya.
3) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan memengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.
4) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
5) Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga
yang berhubugan dengan kesehatan.
j. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya.
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima
tugas kesehatan keluarga yaitu keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan
setempat.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji adalah:
a) berapa jumlah anak?;
15
b) apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?; dan
c) metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah:
a) sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan?; dan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga?
k. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesian dalam waktu kurang dari enam bulan, sedangkan jangka
panjang memerlukan waktu lebih dari enam bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji sejauh mana
keluarga berespon terhadap stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strateggi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stress.
4) Strategi adaptasi yang disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan/stress.
l. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tidak hanya kondisi klien, melainkan kondisi kesehatan
seluruh anggota keluarga. Beberapa bagian yang harus diperiksa adalah:
1) tanda-tanda vital, yaitu suhu badan, nadi, pernapasan dan tekanan
darah;
2) antropometri, meliputi TB, BB, lingkar perut, lingkar kepala dan
lingkar lengan. Pada beberapa kasus, BB akan mengalami penurunan;
16
3) pernapasan, meliputi pola pernapasan, bentuk dada saat bernapas dan
apakah ada bunyi yang di luar kebiasaan orang bernapas;
4) kardiovaskular, dalam pemeriksaan ini biasanya tidak ditemukan
adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah;
5) pencernaan, untuk mengetahui gejala mual muntah, peristaltik usus,
mukosa bibir dan mulut, anoreksia dan buang air besar (BAB);
6) perkemihan, perawat mencari tahu tentang volume diuresis. Apakah
mengalami penurunan atau justru peningkatan;
7) muskuloskeletal, apakah ada output yang berlebihan sehingga
membuat fisik menjadi lemah;
8) pengindraan, indra yang perlu diperiksa perawat adalah mata, hidung
dan telinga. Apakah masih normal atau sudah mengalami perubahan
atau kelainan;
9) reproduksi, apakah reproduksi masih berfungsi dengan baik atau
sebaliknya. Jika sebaliknya, maka gejala apa saja yang menunjukkan
akan hal itu; dan
10) neurologis, bagaimana kesadaran klien selama menjalani masa
pengobatannya? Apa yang membuat kesadaran menurun?
Pemeriksaan fisik pada status nutrisi adalah sebagai berikut:
1) keadaan fisik: lesu, apatis;
2) BB: obesitas, kurus (underweight);
3) otot: flaksila atau lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja;
4) sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks menurun;
5) fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver atau lien;
6) kardiovaskular: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah atau tinggi;
7) rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipits, pecah atau patah-
patah;
8) kulit: kering, pucat, iritasi, ptekie, lemak di subkutan tidak ada;
d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) dengan nilai normal:
(1) Wanita : 16,5-18 cm
(2) Pria : 12,5-16,5 cm
m. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada. Selain itu, sebagai pendukung dan motivasi,
perawt juga perlu mengetahui bagaimana atau apa saja harapan keluarga
terhadap perawat.
2. Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat
dilakukan perumusan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosa seperti:
a. Diagnosa sehat/wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi
untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosa
keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P)
saja atau P (problem) dan S (symptom/sign), tanpa komponen etiologi
(E).
18
b. Diagnosis ancaman (resiko), digunakan bila belum terdapat paparan
masalah kesehatan, namun seudah ditemukan beberapa data maladaptif
yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosa
keperawatan keluarga resiko, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan
symptom/sign (S).
c. Diagnosa nyata/gangguan, digunakan bila sudah timbul
gangguan/masalah kesehatan keluarga, didukung dengan adanya
beberapa data maladatif. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
nyata/gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan symptom/sign
(S).
Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada lima
tugas keluarga, yaitu:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:
1) persepsi terhadap keparahan penyakit;
2) pengertian;
3) tanda dan gejala;
4) faktor penyebab; dan
5) persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:
1) sejauhmana keluarga mengerti mengenai siafat dan luasnya masalah;
2) masalah yang dirasakan keluarga;
3) keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami;
4) sikap negatif terhadap masalah kesehatan;
5) kurang percaya terhadap tenaga kesehatan; dan
6) informasi yang salah.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
meliputi:
1) bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit;
2) sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan;
3) sumber-sumber yang ada dalam keluarga; dan
19
4) sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
1) keuntungan manfaat pemeliharaan lingkungan;
2) pentingnya hygiene sanitasi; dan
3) upaya pencegahan penyakit.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi:
1) keberadaan fasilitas kesehatan;
2) keuntungan yang didapat;
3) kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan;
4) pengalaman keluarga yang kurang baik; dan
5) pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.
Sebelum menentukan diagnosa keperawatan tentu harus menyusun prioritas
masalah dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel:
Tabel 2.2 Skoring Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah - Tidak/kurang sehat - Ancaman kesehatan - Keadaan sejahtera
2. Kemungkinana masalah dapat diubah - Mudah - Sebagian - Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah - Tinggi - Cukup - Rendah
4. Menonjolnya masalah - Masalah yang benar-benar harus ditangani - Ada masalah tetapi tidak segera ditangani - Masalah tidak dirasakan
3 2 1
2 1 0
3 2 1
2 1 0
1 2 1
1
Sumber: Maria, 2017
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Nutrisi tidak sesuai kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM.
b. Nutrisi tidak sesuai kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan masalah DM.
20
c. Nutrisi tidak sesuai kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Nutrisi tidak sesuai kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan.
e. Nutrisi tidak sesuai kebutuhan tubuh pada keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan Keluarga
Perencanaan diawali dengan merumusakan tujuan yang ingin dicapai
serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan terdiri
dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka
panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka
pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E).
Tujuan jangka pendek harus SMART ( S= spesifik, M= measurable/dapat
diukur, A= achievable/dapat dicapai, R= reality, T= time limited/punya limit
waktu) (Achjar, 2010).
21
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Keluarga
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada keluarga diharapkan masalah dapat teratasi
1. Setelah empat kali pertemuan keluarga mampu mengenal masalah
1.1 Keluarga menyebutkan pengertian penyakit
Respon verbal DM adalah penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah, disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin
1. Diskusikan dengan keluarga tentang penyakit/masalah
2. Tanyakan kembali bila ada yang belum dimengerti
3. Evaluasi kembali 4. Beri reinforcement positif
pada keluarga
1.2 Keluarga mampu menyebutkan penyebab penyaki/masalah
Respon verbal Penyebab penyakit DM: Faktor genetik, imunitas, lingkungan, usia, obesitas, riwayat keluarga
1. Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab DM
2. Minta keluarga menentukan penyebab DM
3. Evaluasi kembali tentang penyebab DM
4. Beri reinforcement positif pada keluarga
22
1.3 Keluarga mampu menyebutkan tanda-tanda DM
Respon verbal Menyebutkan dari tanda-tanda DM: Kadar glukosa puasa tidak normal, poliuria, polidipsia, polifagia, lelah mengantuk, pandangan mata kabur,impotesi
1. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda DM
2. Bersama keluarga identifikasi tanda DM pada klien
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga mengidentifikasi kondisi klien
2. Keluarga mempu mengambil keputusan untuk menangani DM pada klien
3.1. Keluarga mampu menjelaskan akibat yang terjadi bila DM tidak ditangani dengan tepat
Respon verbal Menyebutkan akibat DM bila tidak ditangani dengan segera
1. Diskusikan bersama keluarga tentang akibat lanjut dari DM bila tidak ditangani dengan segera dan tepat
2. Evaluasi kembali kemampuan keluarga dalam menyebutkan kembali akibat dari DM
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga
3.2. Mengambil keputusan untuk mengatasi DM pada klien dengan segera dan tepat
Respon verbal Keputusan keluarga untuk mengatasi DM dengan segera dan tepat
1. Diskusikan dengan keluarga tentang bagaimana cara mengatasi DM
2. Beri kesempatan keluarga bertanya
3. Tanyakan kembali hal yang telah dijelaskan
4. Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar
3. Setelah 1x pertemuan
23
selama 20 menit keluarga mempu merawat klien DM
3.1 Merawat klien DM
Respon verbal Melakukan cara merawat klien DM: 1. Terapi makan
(diet) klien DM
1. Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan penderita DM
2. Beri kesempatan keluarga bertanya
3. Tanyakan kembali hal yang telah dijelaskan
4. Beri reinforcement atas jawaban yang benar
4. Keluarga mampu memodifikasi dan menciptakan lingkungan yang aman bagi klien dengan DM
4.1 Lingkungan yang mendukung untuk klien DM
Respon verbal Lingkungan yang mendukung untuk klien DM
1. Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal atau lingkungan yang dapat mendukung untuk klien DM
2. Beri kesempatan keluarga bertanya
3. Tanyakan kembali hal yang telah dijelaskan
4. Beri reinforcement atas jawaban yang benar
4.2 Melakukan modifikasi atau menciptakan lingkungan yang
Kunjungan yang tidak direncanakan
Lingkungan keluarga atau rumah, mendukung bagi klien DM
1. Motivasi keluarga untuk tetap mempertahankan lingkungan rumah yang kondusif pada klien DM dengan
24
kondusif bagi klien DM
memberikan reinforcement positif
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah DM
5.1 menjelakan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan manfaatnya
Respon verbal Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu pospindu, puskesmas, pusat rehabilitasi
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang pelayanan kesehatan untuk pengobatan dan perawatan DM
2. Beri penjelasan kepada keluarga tentang pelayanan kesehatan untuk pengobatan dan perawatan DM
3. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
4. Tanyakan kembali hal yang telah dijelaskan
5.2 Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengontrol faktor resiko DM
Kunjungan tidak direncanakan
Keluarga menunjukkan kartu berobat posbindu atau puskesmas sebagai bukti telah melakukan kunjungan pada fasilitas pelayanan kesehatan
1. Motivasi keluarga untuk dapat mengunjungi posbindu atau pelayanan kesehatan lainnya
2. Beri reinforcement positif atau tindakan yang tepat yang dilakukan keluarga
Sumber: Achjar, 2010
25
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari
keluarga, memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang
sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan
implementasi. Menurut Zaidin Ali (2010) tindakan keperawatan terhadap
keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1) memberikan informasi;
2) mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan; dan
3) mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1) mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan;
2) mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga; dan
3) mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
1) mendemonstrasikan cara perawatan;
2) menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah; dan
3) mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
1) menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga; dan
2) melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara:
1) mengenakan fasilitas kesehatan yang ada; dan
2) membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
26
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan
penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil
perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan
mungkin tidak dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan
kesediaan keluarga.
Menurut Zaidin Ali evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP
secara operasional:
S: adalah hal-hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah
dilakukan secara intervensi keperawatan.
O: adalah hal-hal yang ditemui perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A: adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
P: adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahap evaluasi.
C. Tinjauan Penyakit Diabetes Mellitus
1. Definisi penyakit
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). DM adalah penyakit
gangguan metabolisme kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah,
disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin
(Tarwoto dkk, 2016).
DM adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati (Sudoyo dkk, 2009).
27
2. Etiologi
a. DM tipe I
DM yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebabkan oleh:
1) faktor genetik penderita tidak mewarisi DM tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu prediposisi atau kecendrungan genetik kearah
terjadinya DM tipe I;
2) faktor imunologi (autoimun); dan
3) faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
b. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II: usia,
obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi
menjadi 3 yaitu: (Sudoyo Aru dkk, 2009)
1) <140 mg/dL: normal;
2) 140 sampai <200 mg/dL: toleransi glukosa terganggu; dan
3) >200 mgdL: DM.
3. Manifestasi klinis
DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin (Price &
Wilson)
a. kadar glukosa puasa tidak normal;
b. hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa
haus (polidipsia);
c. rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang;
d. lelah dan mengantuk; dan
e. gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, pandangan mata
kabur, impotensi, peruritas vulva.
28
Kriteria diagnosis DM (Sudoyo Aru, dkk 2009)
a. gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL (11,1 mmol/L);
b. glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu;
c. gejala klasik DM+glukosa plasma >126 mg/dL (7,0 mmol/L), puasa
diartikan pasien tidak mendapatkan kalori tambahan sedikitnya 8 jam;
d. glukosa plasma 2 jam pada TTGO >200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
standar dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan di dalam air;
4. Patofisiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2002), patofisiologi dari DM adalah:
a. DM tipe I
Pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah hancur oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih diekskresikan dalam urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebih, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan BB. Klien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Proses ini
29
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri
abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton, dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian.
b. DM tipe II
Pada DM tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat dan progresif maka awitan DM tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami klien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,
luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika
kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit DM dapat membuat gangguan
atau komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah diseluruh tubuh,
disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua
yaitu gangguan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ada 3 masalah utama yang terjadi bila kekurangan atau
tanpa insulin yaitu penurunan penggunaan glukosa, peningkatan
mobilisasi lemak, dan peningkatan penggunaan protein.